Professional Documents
Culture Documents
Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Di
mana aktiva tetap akan cenderung mengalami penurunan fungsi. Pengertian
penyusutan menurut penalaran umum adalah cadangan yang akan diperuntukan
untuk membeli aktiva baru guna menggantikan aktiva lama yang tidak produktif.
Sedangkan pengertian menurut akuntansi, penyusutan adalah pengalokasian harga
perolehan aktiva tetap ke dalam harga pokok produksi, atau biaya operasional yang
disebabkan penggunaan aktiva tetap tersebut.
Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya,
jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke
periode berikutnya, kecuali tanah. Misalnya adalah mesin yang dibeli untuk ektivitas
operasi perusahaan seharga 12.000.000 dan setelah 6 tahun ke depan nilai dari
mesin tersebut mengalami penyusutan menjadi Rp. 7.000.000.
Dalam suatu periode tertentu apabila sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai
aktiva tetap akan mengalami penurunan. Aktiva tetap yang nilainya tidak akan
berkurang, bahkan nilainya cenderung bertambah atau semakin tinggi adalah tanah.
Seiring dengan bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami
penambahan atau semakin tinggi.
Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap
yang disebabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Penyusutan
dikenal juga dengan istilah depresiasi yaitu pengalokasian aktiva tetap yang
disebabkan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap tersebut. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi,
diantaranya metode metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode
menurun berganda, metode satuan jam kerja dan metode satuan hasil produksi.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode penyusutan aktiva tetap,
sebaiknya Anda pahami dulu beberapa istilah berikut ini:
1. Harga perolehan (harga barang + biaya-biaya yang menyertainya)
2. Harga buku aktiva tetap (harga perolehan akumulasi penyusutan aktiva tetap)
3. Nilai residu disebut juga dengan nilai sisa yaitu perkiraan nilai aktiva tetap setelah
dipakai sesuai umur ekonomisnya.
4. Umur ekonomis adalah batas waktu penggunaan barang atau perkiraan usia
barang.
Beberapa istilah di atas akan mempermudah dalam memahami metode penyusunan
aktiva tetap. Berikut penjelasan dan pembahasan beeberapa jenis metode
penyusutan aktiva tetap:
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Garis Lurus
Istilah lain dari metode garis lurus adalah straigt line method, di dalam metode ini
beban penyusutan aktiva tetap pertahunnya akan sama sampai akhir umur
ekonomis aktiva tetap tersebut.
Rumusnya:
Penyusutan = Harga perolehan - nilai residu
----------------------------------umur ekonomis
Dapat juga dicari dengan cara lain:
- Menghitung tarif penyusutan tiap tahun
Tarif penyusutan =
100 %
----------------umur ekonomis
Keterangannya:
- Sisa umur penggunaan diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun,
maka untuk tahun pertama sisa umur penggunaan berjumlah 5 (lima), sedangkan
tahun kedua berjumlah 4 (empat), dan begitu seterusnya.
- Jumlah angka tahun diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun, maka
perhitungan jumlah angka tahunnya 1+2+3+4+5=15
- Harga buku aktiva = harga perolehan dikurangi nilai residu
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Jam Kerja
Istilah lainnya adalah Service Hours Method, penetapan beban penyusutan aktiva
tetap dalam metode ini di dasarkan pada jam kerja yang bisa dicapai dalam periode
yang bersangkutan.
Rumus:
- Beban penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif penyusutan tiap
jam
- Tarif penyusutan per jam = (harga perolehan - nilai residu) / jumlah total jam kerja
penggunaan aktiva
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Hasil Produksi
Istilah lainnya adalah Productive Output Method. Di dalam metode ini penetapan
beban penyusutan aktiva tetap didasarkan pada jumlah satuan produk yang
dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Rumus:
- Beban penyusutan per tahun= jumlah satuan produk yang dihasilkan x tarif
penyusutan per produk
- Tarif penyusutan per satuan produk = (harga perolehan nilai residu) / jumlah total
produk yang dihasilkan.
Dapat disimpulkan bahwa:
Penyusutan adalah proses pengurangan nilai aktiva tetap yang disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai akibat penggunaan aktiva tetap tersebut. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhinya adalah faktor usia. Beberapa metode yang digunakan
untuk menghitung besarnya beban penyusutan adalah metode garis lurus, metode
menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode satuan jam kerja, dan metode
satuan hasil produksi.
Setelah perhitungan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah mencatat beban
penyusutan aktiva tetap. Proses pencatatan ini akan dilakukan di akhir periode
akuntansi dengan dilengkapi bukti transaksi berupa memo yang di dalamnya
memuat adanya ayat jurnal penyesuaian yang menjelaskan adanya penyusutan
jumlah saldo periode tersebut.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
- Beban penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
- Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxxx (kredit)
Atau
- Beban penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
- Aktiva tetap yang bersangkutan xxxx (kredit)
Catatan:
Apapun metode dan jenis aktiva yang digunakan, yang paling penting adalah:
1. Terapkanlah dengan konsisten apapun metode yang digunakan.
2. Apabila perusahaan menganggap perlu adanya perubahan atas metode
penyusutan yang dipakai, ada baiknya mencantumkan di dalam penjelasan
mengenai sistem akuntansi yang dipakai dalam laporan keuangan dan disertai
dengan alasannya.
Share ke:
Facebook Google+ Twitter
Artikel Terkait Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir
kwartal, akhir tahun buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya,
lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini).
Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi
belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak
difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk
membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not
fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif
(misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).
Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah
umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
4. Pola Penggunaan Aktiva
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana
untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang
paling sesuai.
Formula :
Contoh Kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000
ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi
tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan
menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :
Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000150,000) : 8] = Rp 981,250,Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung
dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 150,000) : 8]
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000
150,000) : 8]
.dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula
di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel Jadwal
Penyusutan Aktiva selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun
ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000,
INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut
dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp
150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp
1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir
tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan
memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual)
pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan
sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
Contoh Kasus :
Mempergunakan contoh kasus sebelumnya.....
Cari "rate penyusutan (d%)" terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah :
Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis
lurus.
Catatan Penting :
Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva
yang manapun, yang terpenting :
di 7:50 AM
Konsep dasarnya :
Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar HARGA PEROLEHAN nya (the
acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan adalah
Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian
mesin tersebut adalah sebagai berikut :
pada periode kapan potensi pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.
(-). Perolehan aktiva tetap diakui sebesar HARGA PASAR saham yang dikeluarkan
pada saat pembelian aktiva terjadi.
(-). Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominal saham, maka harus diakui
adanya AGIO SAHAM (premium) sebesar selisihnya.
(-). Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominal nya, maka diakui adanya
DISAGIO SAHAM (discount).
Contoh Kasus :
PT. XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000
lembar @ Rp 100,000,Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 95,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 95,000,000,[-debit-] Disagio Saham (discount) = Rp 5,000,000,[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,-
Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 110,000,000
[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,[-credit-] Agio (premium) Saham = Rp 10,000,000,-
Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti
perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.
Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi
dapat kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :
Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap
dan perlakuan akuntansinya :
(a). Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki
keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama kuat ke
absahannya, maka yang diakui adalah harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi
jika aktiva yang diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan
aktiva dicatat sebesar aktiva yang diterima.
(b). Harga Pasar tidak diketahui (sejenis maupun beda jenis)
Harga perolehan aktiva dicatat sebesar NILAI BUKU aktiva yang diserahkan. Untuk
kasus seperti ini, diperlukan penghapusan akumulasi penyusutan atas aktiva yang
diserahkan.
Contoh kasus :
PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai
bukunya saat ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin
yang diterima dari pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah
Rp 1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Maka jurnalnya adalah :
[-debit- ] Aktiva Tetap Mesin = Rp 1,000,000,[-debit- ] Akumulasi penyusutan = Rp 500,000,-
(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.
Adanya arus kas, kemungkinannya ada 2 :
-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui
Aktiva Sejenis, Harga Pasar diketahui, Disertai arus kas :
di 9:09 AM
Bentuk Caluclatornya
Seperti ini:
Jika screen shoot di atas diperhatikan, bisa dilihat bahwa calculator ini terdiri dari 5
kolom:
Kolom #1: Tahun periode penyusutan
Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #2: Double Cleaning Balance
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan Double
Cleaning Balance Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #3: Straight-Line Method
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan StraightLine Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #4: Sum Of Year Digits Method
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan Sum Of
Year Digits Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #5: 150% Declining Balance
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan 150%
Declining Balance Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Semua hasil perhitungan ke-5 metode penyusutan tersebut anda peroleh dalam satu
tampilan. Tinggal anda pilih methode mana yang akan anda pakai.
Cara kerjanya
Saya demonstrasikan cara kerjanya dengan screen-shoot.
Misalnya:
Saya mencoba menghitung penyusutan Mobil dengan harga perolehan Rp
250,000,000. Saya mencadangkan salvage value sebesar Rp 1,500,000 saja.
Sedangkan umur ekonomis saya perkirakan 8 Tahun.
Saya masukkan 3 data saja:
[-]. Harga Perolehan Aktiva sebesar Rp 250,000,000
[-]. Salvage value sebesar Rp 1,500,000
[-]. Umur Ekonomis 8 Tahun (saya masukkan angka 8 saja)
Ketiga data di atas saya masukkan di bagian yang saya isi tanda panah & lingkaran
berwarna biru (seperti dibawah ini):
Cara mendapatkannya
Tugas saya hanya membuat dan mempublishnya, mengnai cara mendapatkannya
saya serahkan kepada rekan-rekan sekalian sajalah. Silahkan sampaikan
pendapatnya dengan mengisi komentar, agar calculator ini bisa segera berfungsi.
Saya percaya Calculator Penyusutan Aktiva Tetap - Excel Sheet akan berguna
untuk mempercepat perhitungan penyusutan aktiva tetap. Depreciation calculation
never been easy!.
Diposting oleh PUTRA
Konsep dasarnya :
Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar HARGA PEROLEHAN nya (the
acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan adalah
pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari peroses pembelian hingga aktiva
tersebut siap beroperasi.
Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi,
membeli 10 unit mesin dari Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang
setara dengan Rp 12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari Tokyo hingga Tanjung
periok sebesar USD 1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tariff bea masuk
untuk mesin tersebut adalah 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan fasilitas
penanaman modal asing, atas import barang modal dikenakan bea masuk hanya
setengahnya. Untuk menjamin keselamatan barang dalam perjalanan,
pengangkutan mesin tersebut dilindungi dengan asuransi ber premi USD 1,500.00
setara dengan Rp 14,069,995,- . Biaya angkut dari tanjung periok hingga ke bekasi
sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi pemasangan PT. XYZ membayar konsultan
sebesar Rp 15,000,000,Permasalahan : Bagaimanakah perlakuan Akuntansi atas pembelian 10 unit mesin
tersebut ?.
(a). Penilaian (pengukuran)
Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian
mesin tersebut adalah sebagai berikut :
Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 110,000,000
[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,[-credit-] Agio (premium) Saham = Rp 10,000,000,-
Okay..
Dalam pembangunan tentu ada banyak pengeluaran
In the same time
Perusahaan telah beroperasi, telah berproduksi, yang juga banyak terjadi
pengeluaran. Sering terjadi beberapa pengeluaran mixed up, alias TERCAMPUR
ADUK.
Jika kita kelompokkan, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk pembangunan
(construction) sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di
perusahaan, yang terdiri dari 4 kelompok pengeluaran besar :
a. Bahan langsung (material)
b. Upah langsung (direct labour)
c. Biaya Tak langsung (overhead)
d. Biaya operasional (expenses)
Pengeluaran kelompok a ? : Forget about this, ini mudah untuk dipisahkan.
Pengeluaran kelompok b? : Tidak sulit untuk dipisahkan. So, kita lupakan ini
Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti
perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.
kan ?.
Kembali ke pokok permasalahan..Bagaimana memisahkannya ?.
Walaupun sejak awal perusahaan sudah aware dan care untuk memisahkan setiap
nota (bukti transaksi), akan tetapi ada certain pengeluaran yang memang sulit dan
memang tidak mungkin bisa dipisahkan dengan mudah.
Untuk menjawab kasus ini kita pergunakan INCREMENTAL METHOD, yaitu :
dengan mencari selisih overhead cost atau expenses antara overhead/expenses
yang terjadi setelah adanya konstruksi dibandingankan dengan sebelum adanya
konstruksi.
Contoh Kasus :
PT. XYZ melakukan perluasan pabrik sejak 22 Oktober 2007, dengan mebangun
satu tambahan gedung. Di sisi lain PT. XYZ telah beropersi dan berproduksi sejak 2
tahun yang lalu. Dari Laporan Laba-Rugi PT. XYZ diperoleh data-data sebagai
berikut :
Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi
dapat kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :
Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap
dan perlakuan akuntansinya :
(a). Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki
keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama kuat ke
absahannya, maka yang diakui adalah harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi
jika aktiva yang diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan
aktiva dicatat sebesar aktiva yang diterima.
PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai
bukunya saat ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin
yang diterima dari pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah
Rp 1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Maka jurnalnya adalah :
[-debit- ] Aktiva Tetap Mesin = Rp 1,000,000,[-debit- ] Akumulasi penyusutan = Rp 500,000,[-credit-] Peralatan = Rp 1,500,000,-
(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.
Adanya arus kas, kemungkinannya ada 2 :
-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui
Aktiva Sejenis, Harga Pasar diketahui, Disertai arus kas :
di 9:09 AM
= 5.000.000 x 53 bulan
= 265.000.000
Perhitungan dengan menggunakan alat bantu Zahir Accounting Software
Kita cukup mengisi nama, kelompok, tanggal beli, harga beli (harga perolehan)
kemudian klik tombol hitung. Selesai (:
Semoga tulisan ini bisa lebih membantu memecahkan masalah tentang penyusutan
aktiva menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Contoh Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus
Posted on August 6, 2014 by dendyfreddy
Alhamdulillah tulisan tentang Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus saat
ini berada diposisi atas search engine google dengan kata kunci penyusutan garis
lurus. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan pembaca sekalian
Dalam tulisan ini, saya ingin mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
perhitungan penyusutan metode garis lurus. Silahkan dibaca, dikomentari, samasama berdiskusi dan di share pengetahuan berikut ke yang lain melalui media social
ya (:
Seperti yang telah kita ketahui bersama, rumus perhitungan penyusutan metode
garis lurus adalah :
Perhitungan dengan menggunakan nilai residu :
= (Harga Perolehan Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (hitungan per bulan,
karena beban penyusutan dihitung per bulan)
Perhitungan dengan tidak menggunakan nilai residu :
= Harga Perolehan : umur ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
Karena beban penyusutan harus dicatat setiap bulannya, maka kita harus mencari
nilai penyusutan masing-masing aktiva dalam satu bulannya.
Berikut contoh perhitungan metode penyusutan garis lurus.
Kasus : Dibeli sebuah bangunan pada tanggal 6 Agustus 2000 dengan harga beli
(nilai perolehan) sebesar 1.2M dengan masa manfaat selama 20 tahun.
Soal : Hitunglah besar penyusutan per bulan dan akumulasi penyusutan sampai
dengan bulan Desember 2004
Jawaban :
Perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan manual
Pertama, kita hitung dahulu penyusutan per bulannya brp dengan rumus
= Harga Perolehan : Umur Ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
= 1.200.000.000 : (2012) (angka 20 = 20 tahun, 1 tahun ada 12 bulan. Jadi 20 x 12
= 240 bulan)
= 1.2000.000.000 : 240 bulan
= 5.000.000 <<== Ini adalah nilai penyusutan per bulannya
Kedua. kita hitung Akumulasi Penyusutannya dari Agustus 2000
sampai Desember 2004
= Nilai penyusutan per bulan x (jumlah bulan dari Agustus 2000
sampai Desember 2004)
= 5.000.000 x 53 bulan
= 265.000.000
Perhitungan dengan menggunakan alat bantu Zahir Accounting Software
Kita cukup mengisi nama, kelompok, tanggal beli, harga beli (harga perolehan)
kemudian klik tombol hitung. Selesai (:
Semoga tulisan ini bisa lebih membantu memecahkan masalah tentang penyusutan
aktiva menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Metode Penyusutan
Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh
perusahaan. Berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri.
Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus dapat diterapkan secara
konsisten dari period eke periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi
agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan.
Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban
penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode
penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimilikinya.
Beberapa metode tersebut yaitu :
Berdasarkan waktu :
A.
B.
1)
2)
Dalam akuntansi, banyak terjadi pembelian aktiva tetap yang tidak dilakukan
pada awal tahun buku perusahaan, melainkan pada saat-saat tertentu selama
periode berjalan. Apabila pembelian aktiva dilakukan sebelum tanggal 15, maka
pembelian aktiva tersebut akan dianggap seolah-olah telah terjadi untuk satu bulan
penuh, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari
bulan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan akan menghitung besarnya penyusutan
atas aktiva untuk keseluruhan bulan bersangkutan. Namun untuk pembelian aktiva
yang dilakukan pada tanggal 15 atau sesudahnya, akan dianggap seolah-olah
sebagai pembelian yang terjadi pada awal bulan berikutnya, dengan kata lain
pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari bulan berikutnya. Dalam hal
ini, perusahaan juga akan tetap menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk
keseluruhan bulan, hanya saja baru akan diperhitungkan mulai untuk bulan
berikutnya. Metode penyusutan yang digunakan untuk tujuan pembukuan dapat
berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan perpajakan.
Berdasarkan Waktu
Metode alokasi harga perolehan umumnya terkait dengan berlalunya waktu,
dimana aktiva digunakan sepanjang waktu dan kemungkinan keusangan akibat
perubahan teknologi juga merupakan fungsi dari waktu. Dari metode penyusutan
yang berdasarkan factor waktu, penyusutan garis lurus merupakan metode yang
paling sering digunakan. Sedangkan metode penyusutan yang dipercepat
berdasarkan pada asumsi bahwa akan ada penurunan yang cepat dalam efisiensi
aktiva , output atau manfaat lain pada tahun-tahun awal umur aktiva. Kebanyakan
metode penyusutan yang dipercepat menggunakan metode saldo menurun ganda.
A. Metode Garis Lurus
Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan
alokasi biaya dengan beralalunya waktu dan mengakui pembebanan periodic yang
sama sepanjang umur aktiva. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah
bahwa aktiva yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap
periodenya sepanjang umur aktiva, dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh
perubahan produktifitas maupun efisiensi aktiva. Estimasi umur ekonomis dibuat
dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga perolehan aktiva dengan
nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aktiva akan menghasilkan beban
penyusutan periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis
lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi,
yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aktiva,
tingkat efisiensi operasi aktiva pada periode berjalan sama baiknya dengan periodeperiode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa dicapai dengan
mempergunakan aktiva tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur
aktiva, dan semua estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat
diprediksi dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor tersebut
diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang dapat menampung
bebagai factor tersebut merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena itu, metode
garis lurus seringkali diasumsikan sama akuratnya dengan metode lain. Selain itu,
metode garis lurus dianggap cukup mudah untuk dilaksanakan dan dipahami.
Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan
periodic dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus = Harga Perolehan Estimasi Nilai Residu
Estimasi Masa Manfaat
Untuk mengilustrasikan penggunaan metode garis lurus, asumsi bahwa pada
awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar
Rp.100.000.000,-. Bedasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan
memiliki umur ekonomi selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,pada akhir tahun kelima.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka besarnya beban penyusutan pertahun
dapat ditentukan sebagai berikut:
= Rp. 100.000.000 Rp. 5.000.000
5 Tahun
= Rp. 19.000.000,- per tahun
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan masa manfaat 5
tahun, maka berarti besarnya tariff penyusutan pertahun adalah 20% (100% : 5),
sehingga besarnya beban penyusutan pertahun menjadi 20% dari harga perolehan
aktiva yang dapat disusutkan (Rp.100.000.000 Rp. 5.000.000 = Rp. 95.000.000),
yaitu Rp. 19.000.000,-.
Tabel yang meringkas besarnya penyusutan tahunan untuk seluruh umur aktiva
tersebut adalah sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah) :
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
2008
19.000
19.000
81.000
2009
19.000
38.000
62.000
2010
19.000
57.000
43.000
2011
19.000
76.000
24.000
2012
19.000
95.000
5.000
untuk aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, maka besarnya unsure
pembilang pada tahun pertama adalah 5, sedangkan pada tahun kedua adalah 4,
dan seterusnya.
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan tahunan
akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Nilai Buku
akhir
100.000
2008
5/15 x (100.000 - 5.000) = 31.667
31.667
81.000
2009
4/15 x (100.000 - 5.000) = 25.333
57.000
62.000
2010
3/15 x (100.000 - 5.000) = 19.000
76.000
43.000
2011
2/15 x (100.000 - 5.000) = 12.667
88.667
24.000
2012
1/15 x (100.000 - 5.000) = 6.333
95.000
5.000
Ketika aktiva tetap dibeli dan ditempatkan pemakainya bukan pada awal
tahun, maka besarnya masing-masing penyusutan untuk satu tahun penuh di atas
harus dialokasikan diantara dua tahun yang memperoleh manfaat. Sebagai contoh,
asumsi bahwa aktiva tetap di atas dibeli dan ditempatkan pemakaiannya pada awal
bulan Agustus 2008. besarnya beban penyusutan untuk tahun 2008 akan menjadi
5/12 x 5/15 ( Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) = Rp. 13.194.445,-.
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan
Beban Penyusutan
100.000 x 40% = 40.000
60.000 x 40% = 24.000
36.000 x 40% = 14.400
21.600 x 40% = 8.640
95.000 87.040 = 7.960
Akumulasi
Penyusutan
40.000
64.000
78.400
87.040
95.000
Nilai Buku
akhir
100.000
60.000
36.000
21.600
12.960
5.000
akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2008 (awal tahun 2009) dengan besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2009, dan seterusnya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah pada waktu menghitung
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012, yang dimana merupakan
tahun terakhir dari estimasi umur ekonomis. Besarnya beban penyusutan untuk
pemakaian tahun 2012 tidaklah dihitung melalui hasil perkalian antara nilai buku
pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dengan tariff 40%. Ingat sekali lagi, bahwa
besarnya beban penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus
disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaatnya tersebut
mencerminkan estimasi nilai residu.
Dalam contoh ini, karena besarnya estimasi nilai residu adalah
Rp.5.000.000,- dan agar supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun
2012 menjadi Rp.95.000.000, maka besarnya akumulasi penyusutan pada akhir
tahun 2012 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun 2011 (Rp.87.040.000) akan menghasilkan besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 (Rp.7.960.000). besarnya akumulasi
penyusutan pada akhir tahun 2012 (Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil
pengurangan harga perolehan (Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai
residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000). cara lain untuk menghitung besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 adalah nilai buku pada akhir tahun
2011 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah
ditetapkan (Rp.5.000.000).
Dalam contoh di atas, diasumsikan bahwa aktiva tetap dibeli dan
ditempatkan pemakaiannya pada awal tahun (awal Januari 2008). Hal ini
sesungguhnya sangat jarang terjadi dalam praktik. Jika seandainya aktiva dibeli dan
ditempatkan penggunaannya pada awal bulan bulan Maret 2008, maka besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi 40% x Rp.100 juta x
10/12 = Rp. 33.333.333,-. Sedangkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian
tahun 2009 adalah [40% x (Rp.100.000.000-Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667,-.
Berdasarkan Penggunaan
Berdasarkan factor penggunaan, penyusutan aktiva terutama terkait dengan
output dari aktiva yang bersangkutan atau tingkat jasa yang diberikan. Dalam hal ini,
estimasi umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan baik dalam satuan unit produksi
ataupun jumlah jam jasa (operasional).
A. Metode Jam Jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu aktiva
menunjukkan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya
beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aktiva berupa jumlah
jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva bersangkutan. Harga perolehan yang
dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi
dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besarnya tariff penyusutan untuk
setiap jam pemakaian aktiva. Pemakaian aktiva sepanjang periode (jumlah jam
jasanya) dikalikan dengan tariff penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya
beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap
periodenya tergantung pada jumlah konstribusi jam jasa yang diberikan oleh aktiva
bersangkutan.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2008 dibeli sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-, berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000
jam dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh
tersebut, dan apabila metode jam jasa diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan
untuk setiap jam pemakaian aktiva adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 jam = Rp.3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi
Rp.3.800/jam x 4.200jam = Rp.15.960.000,-.
B. Metode Unit Produksi
Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aktiva yang
diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi
tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit output yang
dapat dihasilkan aktiva. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan
dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total output,
menghasilkan besarnya tariff penyusutan aktiva untuk setiap unit produksinya.
Jumlah unit produksi yang dihasilkan selama suatu periodic dikalikan dengan tariff
penyusutan per unit menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya
beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada
kontribusi yang dibuat oleh aktiva dalam unit yang dihasilkannya.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Maret 2008 dibei sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat menghasilkan 25.000 unit
produksi dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh
tersebut, dan apabila metode unit produksi diterapkan, maka besarnya tariff
penyusutan untuk setiap unit produksi yang dihasilkan adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 unit = Rp.3.800,- per unit.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah memproduksi 4.200 unit, maka
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi
Rp.3.800,-/unit x 4.200 unit = Rp.15.960.000,-.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pembebanan penyusutan merupakan
pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aktiva.
Pengalokasian beban penyusutan mencakup beberapa periode pendapatan
sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk
menghitung besarnya beban penyusutan periodik secara tepat.
Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan periodik secara tepat dari
pemakaian suatu aktiva, ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu nilai
perolehan aktiva (asset cost), nilai residu/sisa (residual or salvage value), dan umur
ekonomis (economic life).
Setelah aku memposting artikel atau bahan materi akuntansi tentang aktiva tak
berwujud (KLIK DISINI) untuk membacanya ya, nah kali ini aku mau posting
tentang penyusutan. Akuntansi Penyusutan ini aku posting karena aku sendiri
waktu browsing n cari2 tentang akuntansi penyusutan untuk MAKALAH kami,
masih banyak banget gitu pembahasan tentang materi ini yang masih kurang
lengkap atau kurang menyajikan secara menyeluruh pembahasan ini, yah walaupun
aku akui nih ya sobat kalo postingan ku ini juga ga perfect2 amat lah tapi nih
setidaknya uda mencakup hampir keseluruhannya dengan bahasa yang mudah
dipahami para pelajar or mahasiswa heheheh jadi begitu sobat Shantycr7 bacanya
langsung deh,,,,langsung puyeng maksudnya hahahha ga ah langsung ngerti gitu
looooo :). O ya nih adalah ringkasan makalah kami, ga semua aku posting yg
penting2nya aja tapi uda mewakili yang laen koq,,pokoknya uda ok deh hehhe
Anyway sobat Shantycr7 yang pengen cepet pinter belajar akuntansi coba deh
kalian baca tips dari aku hehhe siapa tau bisa membantu ya kan Tips Cara Cepat
Belajar dan Pintar Akuntansi
Well, cekidot sobat ke topik semula:
BAB I
PENDAHULUAN
Aktiva tetap adalah elemen utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah
besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. (UNTUK TAU SEPUTAR
PENGERTIAN/DEFINISI
AKTIVA/ASET
TETAP
KLIK
INI
http://shantycr7.blogspot.com/2013/06/pengertian-aktiva-tetap-lengkap.html.
Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah
penting didalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam
aktiva tetap mempengaruhi dan efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pada keuntungan perusahaan. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan
berbagai cara yakni membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran,
pertukaran, penerbitan, dibangun sendiri dan sumbangan atau donasi. Cara
perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan.
Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru
maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan
aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap
yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik
karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka
terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan
masa manfaatnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Menurut Smith dan Skousen (Sondik, 2013) ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan yaitu :
a.
Harga perolehan
Harga perolehan yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan dalam memperoleh
direalisasikan pada saat aktiva tidak digunakan lagi. Menurut IAI (2002:16), Nilai
Residu adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan asset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut
telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Menurut PSAK No.16 Aset Tetap (Revisi 2007) nilai residu aset adalah jumlah
yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah
dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan
kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Pada umumnya nilai residu ditetapkan sebesar nol pada akhir masa manfaat.
Jika merujuk pada kondisi tersebut, ketika suatu aset habis masa manfaatnya, Aset
tetap tersebut sebenarnya masih memiliki nilai residu yang nilainya lebih besar dari
estimasi nilai residu yang ditetapkan sebesar nol. Sehingga kurang relevan jika aset
tetap yang telah habis masa manfaatnya namun masih dapat digunakan dalam
mendukung kegiatan operasional nilai residunya diakui sebesar nol. Penetapan
estimasi nilai residu dapat menggunakan data historis 2-3 tahun terakhir. Data
tesebut dapat berupa hasil lelang/penjualan aset tetap.
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum
setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih
untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntan
c.
Masa manfaat
Umur manfaat didefenisikan dalam PSAK 16 sebagai suatu periode dimana
aset diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah produksi
atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh
perusahaan.
Masa manfaat yaitu taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam
kegiatan produksi. Masa manfaat terbatas karena beberapa faktor yaitu :
- Faktor fisik yang membatasinya adalah keausan dan kecacatan, kemerosotan
nilai
-
Pola penggunaan
Untuk menandingkan harga perolehan aktiva terhadap pendapatan, beban
1.
Metode Garis Lurus (straight line method), cirinya: sederhana, penyusutan per
periode tetap, tidak memperhatikan pola pengunaan aktiva tetap.
Penyusutan = (Harga perolehan - Nilai sisa) : Umur ekonomis.
Atau
Tarif Penyusutan = 100% : Umur ekonomis
Penyusutan = Tarif * Harga Perolehan
Misalnya:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan sebesar Rp. 10.100.000,dan diperkirakan dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 100.000,Beban penyusutan/thn = (10.100.000 100.000) : 5 = Rp. 2.000.000,-.
Skedul Penyusutan:
2.
Skedul penyusutan:
3.
tahun 2002 sebanyak 30.000 jam, tahun 2003 sebesar 10.000 jam, tahun 2004
sebanyak 40.000 jam.
Beban penyusutan :
Tarif/jam
Skedul penyusutan:
4.
S = 15
Tahun
0
1
2
3
4
5
Beban
Penyusutan
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
Akumulasi
Penyusutan
16.000
5.000
9.000
12.000
14.000
15.000
Nilai Buku
11.000
7.000
4.000
2.000
1.000
metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method), metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus
menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai
residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari
suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih oleh perusahaan berdasarkan kebijakan
dan keadaan serta kondisi perusahaan. Pemilihan metode penyusutan juga dapat
dipengaruhi oleh jenis aset tetap. Dalam PSAK 16 paragraf 64 juga dibahas tentang
penurunan nilai atau yang sering disebut dengan impairment, dimana terkait dengan
PSAK 48 yang menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya,
bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau
membalik rugi penurunan nilai (kecuali tanah). Menurut paragraf 76, diperlukan
pertimbangan sesuai kebijakan yang dipilih manajemen untuk metode penyusutan
merupakan alokasi harga perolehan aktiva tetap menjadi beban karena keterbatasan
manfaat yang di peroleh darinya.
Penyusutan dapat di hitung tiap-tiap bulan atau di tunda sampai dengan
akhir tahun. Apabila di buat laporan keuangan interim bulanan , penyusutan bulanan
akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
bualan yang bersangkutan.
Ayat jurnal yang perlu di buat untuk mecatat penyusutan adalah debit
beban penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan . kadang-kadang perkiraan
yang di kredit disebut cadangan penyusutan . penggunaan istilah penyusutan , kalau
bisa , agar di hindari . Hal ini akan menimbulakan salah interpretasi . kata cadangan
berarti laba yang di cadangkan untuk tujuan tertentu .
Perhitungan
Ada dua faktor yan mempengaruhi besarnya penyusutan . Dua faktor itu
adalah nilai aktiva tetap yang di gunakan perhitungan penyusutan (dasar
penyusutan ) dan taksiran manfaat . Dasar penyusutan dapat berupa harga
perolehan dan nilai buku .
Nilai maksimum aktiva tetap yang dapat di susutkan adalah harga
perolehanya . Tetapi . ada kalanya , dianggap bahwa setelah habis di pakai , aktiva
tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai ,yang di sebut nilai sisa , nilai sisa
adalah taksiran harga pasar aktiva tetap pasa akhir masa manfaat . kalau demikian ,
ilai yang dapat disusutkan adalah harga paroleha di kurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan kapasitas/manfaat yang dapat diberikan
oleh aktiva tetap selama dapat di pakai . Taksiran ini dapat dinyatakan dalam
lamanya jangka waktu pemakaian (umur berguna atau masa manfaat) atau
kapasitas produksi yang dapat dihasilkan . Untuk menghitung penysutan , taksiran
manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan.
Dengan uraina tersebut di atas, pada dasarnya penyusutan aktiva tetap ,
untuk satu tahun , dapat dihitung dengan rumus :
Beban penyusutan : Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan , yaitu metode garis
lurus (straight line) , saldo menurun (decline balance), jumlah angka tahun (sum
of the years digit) dan unit produksi (unit production) . perusahaan tidak harusa
hanya menggunakan satu metode penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang di
milikinya. Perusahaan , misalnya dapat menggunakan metode garis lurus ungtuk
salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo menurun untuk aktiva yang
lainya .
Beban
penyusutan
Rp. 1550.000)
20%
(Rp.
12.500.000
= Rp. 2.190.000
Beban penyusutan tahun pertama (dan tahun-tahun berikutnya )di catat sebagai
berikut :
2.190.000
penyusutan
tahun, maka tariff penyusutanya akan menjadi 40% yaitu dua kali tariff metode garis
lurus sebersar 20%.
Dengan menggunakan contoh kendaraan seterti yang telah disebutkan di
atas , beban penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sebagai berikut :
Beban penyusutan = 40% x (12.500.00 0 ) = Rp. 5.000.000
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama
dengan harga perolehannya , yaitu Rp. 12.500.000 Pada saat ini akumulasi
penyusutannya sama sengan nol.
Penyusutan tahun pertama dicatat sebagai berikut :
(D) Beban penyusutan
(K)
5.000.000
Akumulalsi penyusutan
5.000.000
Akumulasi
3.000.000
3000.000
penyusutan
dalam metode ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin
keci. Pembilang dalam pecahan tadi adalah angka-angka tahun yang ada selama
masa manfaat aktiva tetap yang bersangkutan . Jadi apabila suatu aktiva tetap
ditaksir berumur lima tahun , maka angka-angka tahun yang ada adalah 1.2.3.4 dan
5 . Pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir ( dalam contoh
diatas adalah 5). Pembilang tahun ke dua adalah angka tahun kedua setelah
terakhir (4) demikian seterusnya, sebagai penyebut dalam pecahan tadi adalah
jumlah angka-angka tahun yang ada . Jadi penyebut dalam contoh di atas adalah :
1+2+3+4+5 =15 . Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut :
Pencatatan beban penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan yang
telah diterangkan di muka.
Semoga bermanfaat
Dimiliki oleh perusahaan dan tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan
normal perusahaan.
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di
tempat dan siap digunakan.
** Masa manfaat Aktiva tetap adalah batas waktu penggunaan barang atau
perkiraan usia barang.
Contoh :
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp 100.000.000,00 dan masa
manfaatnya 20 tahun,
Jurnal :
31/08/2014
Db. Beban penyusutan gedung
Kr. Akumulasi penyusutan gedung
416.666,67
416.666,67
7. Klik add pilih account Akum. penyusutan, masukan description, pilih posisi
kredit dan masukan amountnya,
8. Setelah itu klik save
Tabel masa manfaat untuk masing-masing kelompok telah ditetapkan sebagai
berikut :
I.
II
Masa Manfaat
4 Tahun
8 Tahun
20 Tahun
10 Tahun
Kelompok I :
1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi,
almari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi
dan sejenisnya.
Kelompok II :
1. Mabel dan peralatan dari logam temasuk meja, bangku, kursi, almari dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk speed boat dan sejenisnya.
Apabila anda menyukai artikel ini harap like facebook kami.
Terima kasih.