You are on page 1of 64

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Akuntansi

Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Di
mana aktiva tetap akan cenderung mengalami penurunan fungsi. Pengertian
penyusutan menurut penalaran umum adalah cadangan yang akan diperuntukan
untuk membeli aktiva baru guna menggantikan aktiva lama yang tidak produktif.
Sedangkan pengertian menurut akuntansi, penyusutan adalah pengalokasian harga
perolehan aktiva tetap ke dalam harga pokok produksi, atau biaya operasional yang
disebabkan penggunaan aktiva tetap tersebut.
Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya,
jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke
periode berikutnya, kecuali tanah. Misalnya adalah mesin yang dibeli untuk ektivitas
operasi perusahaan seharga 12.000.000 dan setelah 6 tahun ke depan nilai dari
mesin tersebut mengalami penyusutan menjadi Rp. 7.000.000.
Dalam suatu periode tertentu apabila sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai
aktiva tetap akan mengalami penurunan. Aktiva tetap yang nilainya tidak akan
berkurang, bahkan nilainya cenderung bertambah atau semakin tinggi adalah tanah.
Seiring dengan bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami
penambahan atau semakin tinggi.
Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap
yang disebabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Penyusutan
dikenal juga dengan istilah depresiasi yaitu pengalokasian aktiva tetap yang
disebabkan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap tersebut. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi,
diantaranya metode metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode
menurun berganda, metode satuan jam kerja dan metode satuan hasil produksi.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode penyusutan aktiva tetap,
sebaiknya Anda pahami dulu beberapa istilah berikut ini:
1. Harga perolehan (harga barang + biaya-biaya yang menyertainya)
2. Harga buku aktiva tetap (harga perolehan akumulasi penyusutan aktiva tetap)

3. Nilai residu disebut juga dengan nilai sisa yaitu perkiraan nilai aktiva tetap setelah
dipakai sesuai umur ekonomisnya.
4. Umur ekonomis adalah batas waktu penggunaan barang atau perkiraan usia
barang.
Beberapa istilah di atas akan mempermudah dalam memahami metode penyusunan
aktiva tetap. Berikut penjelasan dan pembahasan beeberapa jenis metode
penyusutan aktiva tetap:
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Garis Lurus
Istilah lain dari metode garis lurus adalah straigt line method, di dalam metode ini
beban penyusutan aktiva tetap pertahunnya akan sama sampai akhir umur
ekonomis aktiva tetap tersebut.
Rumusnya:
Penyusutan = Harga perolehan - nilai residu
----------------------------------umur ekonomis
Dapat juga dicari dengan cara lain:
- Menghitung tarif penyusutan tiap tahun
Tarif penyusutan =

100 %
----------------umur ekonomis

- Menghitung beban penyusutan tiap tahun


Beban penyusutan = tarif penyusutan x (harga perolehan nilai residu)
- Menghitung nilai buku aktiva tetap
Harga buku aktiva tetap = harga perolehan akumulasi penyusutan
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurun Ganda
Istilah lain dari metode ini adalah Double Declining Balance Methode. Di dalam
metode ini, penyusutan aktiva tetap dapat ditentukan melalui persentase tertentu
yang dicari dari
harga buku pada tahun bersangkutan. Untuk menghitung persentase penyusutan
dapat diperoleh dengan mengalikan persentase penyusutan yang diperoleh dengan
metode garis lurus dikalikan angka 2. Jadi besarnya persentase penyusutan 2 kali
dari persentase atau tarif penyusutan metode garis lurus.
Rumus:

Penyusutan = [2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku aktiva tetap.


Metode Penyusutan Aktiva Tetap Jumlah Angka Tahun
Istilah dari metode ini adalah sum of the years digit method, besarnya penyusutan
aktiva tetap berdasarkan metode jumlah angka tahun mengalami penurunan jumlah
tiap tahunnya.
Rumus:
Penyusutan=

sisa umur penggunaan


---------------------------- x (harga perolehan - nilai residu)
jumlah angka tahun

Keterangannya:
- Sisa umur penggunaan diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun,
maka untuk tahun pertama sisa umur penggunaan berjumlah 5 (lima), sedangkan
tahun kedua berjumlah 4 (empat), dan begitu seterusnya.
- Jumlah angka tahun diperoleh = semisal umur ekonomisnya adalah 5 tahun, maka
perhitungan jumlah angka tahunnya 1+2+3+4+5=15
- Harga buku aktiva = harga perolehan dikurangi nilai residu
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Jam Kerja
Istilah lainnya adalah Service Hours Method, penetapan beban penyusutan aktiva
tetap dalam metode ini di dasarkan pada jam kerja yang bisa dicapai dalam periode
yang bersangkutan.
Rumus:
- Beban penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif penyusutan tiap
jam
- Tarif penyusutan per jam = (harga perolehan - nilai residu) / jumlah total jam kerja
penggunaan aktiva
Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan Hasil Produksi
Istilah lainnya adalah Productive Output Method. Di dalam metode ini penetapan
beban penyusutan aktiva tetap didasarkan pada jumlah satuan produk yang
dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Rumus:
- Beban penyusutan per tahun= jumlah satuan produk yang dihasilkan x tarif
penyusutan per produk

- Tarif penyusutan per satuan produk = (harga perolehan nilai residu) / jumlah total
produk yang dihasilkan.
Dapat disimpulkan bahwa:
Penyusutan adalah proses pengurangan nilai aktiva tetap yang disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai akibat penggunaan aktiva tetap tersebut. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhinya adalah faktor usia. Beberapa metode yang digunakan
untuk menghitung besarnya beban penyusutan adalah metode garis lurus, metode
menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode satuan jam kerja, dan metode
satuan hasil produksi.
Setelah perhitungan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah mencatat beban
penyusutan aktiva tetap. Proses pencatatan ini akan dilakukan di akhir periode
akuntansi dengan dilengkapi bukti transaksi berupa memo yang di dalamnya
memuat adanya ayat jurnal penyesuaian yang menjelaskan adanya penyusutan
jumlah saldo periode tersebut.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
- Beban penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
- Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxxx (kredit)
Atau
- Beban penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
- Aktiva tetap yang bersangkutan xxxx (kredit)
Catatan:
Apapun metode dan jenis aktiva yang digunakan, yang paling penting adalah:
1. Terapkanlah dengan konsisten apapun metode yang digunakan.
2. Apabila perusahaan menganggap perlu adanya perubahan atas metode
penyusutan yang dipakai, ada baiknya mencantumkan di dalam penjelasan
mengenai sistem akuntansi yang dipakai dalam laporan keuangan dan disertai
dengan alasannya.
Share ke:
Facebook Google+ Twitter
Artikel Terkait Metode Penyusutan Aktiva Tetap

PENYUSUTAN AKTIVA TETAP (Depreciation)

Mengenai PENGELUARAN (EXPENDITURES) dalam


fase pengunaan aktiva tetap telah dibahas dalam artikel sebelumnya. Pada artikel ini
akan dibahas mengenai PENYUSUTAN AKTIVA TETAP (DEPRECIATION).

Penyusutan (Depreciation) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan


aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.

Apa Itu Penyusutan (Depreciation) ?


Logika umum :
Penyusutan (Depreciation) merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk
membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi
.
Bandingkan dengan yang dibawah ini
Logika Akuntansi :
Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di
alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat
penggunaan aktiva tetap tersebut.
atau ;
Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi
atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan
operasional perusahaan secara umum.
Pencatatan (Jurnal) Atas Penyusutan :
Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx

Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir
kwartal, akhir tahun buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya,
lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan


1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan.
Mengenai "Harga Perolehan" telah kita bahas secara rinci pada artikel sebelumnya,
yang belum membaca, silahkan [-baca-]
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual
pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada,
ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual
pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja
ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)
Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :
Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva
dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam
kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).

Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi


aktiva tersebut dalam penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur
fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi
belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak
difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk
membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not
fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif
(misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).
Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah
umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
4. Pola Penggunaan Aktiva
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana
untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang
paling sesuai.

Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)


Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa
dipergunakan.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena
paling mudah dan paling relevan dengan perlakuan akuntansi.

Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata
(tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan
mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga
aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan Matching Cost
Principle, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang
fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang
dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.

Formula :

Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :

Contoh Kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000
ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi
tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan
menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :

Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000150,000) : 8] = Rp 981,250,Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung
dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 150,000) : 8]
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000
150,000) : 8]
.dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula
di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel Jadwal
Penyusutan Aktiva selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :

Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.

Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun
ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000,
INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut
dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp
150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp
1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir
tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan
memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual)
pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan
sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.

Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)


Konsep Dasarnya :
Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawalawal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang
semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur
ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat
kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva
mesin produksi.
Formula :

Contoh Kasus :
Mempergunakan contoh kasus sebelumnya.....
Cari "rate penyusutan (d%)" terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah :

Dengan menggunakan rate di atas, yaitu sebesar 39%, Jadwal Penyusutan


menggunakan Declining Balance Method dapat dibuat, seperti dibawah :

Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode


Saldo menurun (Declining Balance Method), salvage value di akhir tahun ke
delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika menggunakan Metode Garis
Lurus (Straight Line Method) yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan pada
kolom Depreciation (penyusutan) nampak bahwa dengan menggunakan metode
Saldo Menurun, harga perolehan yang dialokasikan ke dalam penyusutan
(dibebankan pada Harga Pokok Penjualan) dialokasikan sebagian besar pada awalawal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep yang dianut oleh
metode ini, dimana suatu aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap memberikan
best performance diawal-awal penggunaannya.

Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis
lurus.
Catatan Penting :
Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva
yang manapun, yang terpenting :

(-). Metode apapun yang dipergunakan, hendaknya


diterapkan secara konsisten.
(-). Jika perusahaan mengganggap perlu melakukan perubahan atas metode
penyusutan yang diterapkan, hendaknya dicantumkan dalam penjelasan atas sistem
akuntansi yang dipergunakan pada laporan keuangan, disertai dengan alasannya.
Diposting oleh PUTRA
Label: Accounting, Aktiva Tetap, ARTIKEL

di 7:50 AM

PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Konsep dasarnya :
Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar HARGA PEROLEHAN nya (the
acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan adalah

pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari peroses pembelian hingga aktiva


tersebut siap beroperasi.

Maka harga perolehan dapat dirumuskan dengan :


Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut
siap operasi

Macam-macam Cara Perolehan Aktiva Tetap


Seperti sudah saya sampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, aktiva tetap dapat
diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya (yang paling sering terjadi) :
Dibeli tunai (kontan)
Dibeli dengan mencicil (kontrak jangka panjang)
Dibeli dengan saham
Dibangun Sendiri
Pertukaran

A. AKTIVA TETAP DIBELI TUNAI


Contoh kasus :
Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi,
membeli 10 unit mesin dari Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang
setara dengan Rp 12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari Tokyo hingga Tanjung
periok sebesar USD 1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tariff bea masuk
untuk mesin tersebut adalah 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan fasilitas
penanaman modal asing, atas import barang modal dikenakan bea masuk hanya
setengahnya. Untuk menjamin keselamatan barang dalam perjalanan,
pengangkutan mesin tersebut dilindungi dengan asuransi ber premi USD 1,500.00
setara dengan Rp 14,069,995,- . Biaya angkut dari tanjung periok hingga ke bekasi
sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi pemasangan PT. XYZ membayar konsultan
sebesar Rp 15,000,000,Permasalahan : Bagaimanakah perlakuan Akuntansi atas pembelian 10 unit mesin
tersebut ?.
(a). Penilaian (pengukuran)

Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian
mesin tersebut adalah sebagai berikut :

(b). Pengakuan (pencatatan)


Pencatatan-1 : Wajar

Pencatatan-2 : Tidak wajar

Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan wajar dan pencatatan yang


dibawahnya dikatakan tidak wajar ?.
Jawabannya adalah Matching Principles, yaitu : Pengeluaran hendaknya diakui

pada periode kapan potensi pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.

Dalam kasus di atas, jika yang dilakukan adalah pencatatan


seperti pada pencatatan yang kedua, maka : pada saat penutupan buku (31
Desember 2007), akan nampak beban yang begitu tinggi, bahkan sangat mungkin
PT. XYZ kelihatan seolah-olah mengalami kerugian yang besar akibat pembebanan :
Shipping Cost, Insurance Cost, Import Duty, Import Tax, Trucking & Installation Cost
dengan SEKALIGUS. Sementara mesin belum berproduksi, belum menghasilkan
outpun samasekali. Diperiode-periode berikutnya (2008, 2009, 2010 hingga mesin
tersebut ditarik dari penggunaan) akan nampak laba yang tinggi, akibat semua
pengeluaran tersebut telah dibebankan sekaligus saat pembelian.
Akan menjadi wajar apabila, semua pengeluaran-pengeluaran tersebut dikapitalisasi
( diakui sebagai perolehan) untuk kemudian dibebankan secara gradual selaras
dengan penggunaan mesin tersebut (utilization), yaitu dengan cara menyusutkannya
(depreciating).

B. AKTIVA TETAP DIBELI DENGAN MENCICIL


Perolehan aktiva dengan pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan
terjadi sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kesepakatan dengan kreditur
(Bank). Lain daripada itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung.
Contoh Kasus :
PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk tempat usaha seluas 1 Ha seharga Rp
1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama adalah sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil
sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP
18% pertahun.
Maka Transaksi ini, dicatat (dijurnal) sebagai berikut :

Bagaimana jika dengan bunga menurun ?.


Maka transaksinya dicatat sebagai berikut :

Untuk jurnal pembayaran


pada cicilan yang ke-3 dan seterusnya tentu sudah bisa dihitung bukan ?.

C. AKTIVA DIBELI DENGAN SAHAM/OBLIGASI


Konsep dasarnya :

(-). Perolehan aktiva tetap diakui sebesar HARGA PASAR saham yang dikeluarkan
pada saat pembelian aktiva terjadi.
(-). Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominal saham, maka harus diakui
adanya AGIO SAHAM (premium) sebesar selisihnya.
(-). Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominal nya, maka diakui adanya
DISAGIO SAHAM (discount).
Contoh Kasus :
PT. XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000
lembar @ Rp 100,000,Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 95,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 95,000,000,[-debit-] Disagio Saham (discount) = Rp 5,000,000,[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,-

Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 110,000,000
[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,[-credit-] Agio (premium) Saham = Rp 10,000,000,-

D. AKTIVA YANG DIBANGUN


Dalam banyak kejadian, untuk aktiva bangunan lebih sering diperoleh dengan
dibangun terlebih dahulu (tidak membeli bangunan siap pakai).
Konsep dasarnya :

(-) Jika menggunakan jasa kontraktor (diborongkan),


maka harga perolehan aktiva bangunan diakui sebesar nilai kontraknya.
(-) Jika dibangun sendiri, maka harga perolehan aktiva diakui sebesar seluruh
pengeluaran atas pembangunan gedung (property) tersebut.
Bagaimana jika pembangunan terjadi di saat perusahaan sudah beroperasi ?.
Sengaja saya tidak membahas kasus untuk 2 jenis pembangunan yang di atas,
karena terlalu sederhana, biasa-biasa saja. Saya akan konsentrasikan pembahasan
pada kasus pembangunan yang dilakukan pada saat perusahaan telah beroperasi,
akan lebih menarik :-)
Apa yang menarik dalam kasus ini ?
Okay..
Dalam pembangunan tentu ada banyak pengeluaran
In the same time
Perusahaan telah beroperasi, telah berproduksi, yang juga banyak terjadi
pengeluaran. Sering terjadi beberapa pengeluaran mixed up, alias TERCAMPUR
ADUK.
Jika kita kelompokkan, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk pembangunan
(construction) sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di
perusahaan, yang terdiri dari 4 kelompok pengeluaran besar :
a. Bahan langsung (material)
b. Upah langsung (direct labour)
c. Biaya Tak langsung (overhead)
d. Biaya operasional (expenses)
Pengeluaran kelompok a ? : Forget about this, ini mudah untuk dipisahkan.
Pengeluaran kelompok b? : Tidak sulit untuk dipisahkan. So, kita lupakan ini

Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti
perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.

Misalnya : Air, Listrik, telepon, peralatan tertentu,


transportasi, gaji satpam, bahkan tidak jarang perusahaan menugaskan staff atau
karyawan tertentu yang disamping bekerja untuk perusahaan yang telah berjalan
juga ditugaskan untuk mengawasi proyek pembangunan yang sedang berlangsung.
Termasuk staff accounting, disamping ngurusin keuangan dan pembukuan kantor
yang telah beroperasi, juga harus mencatat (membukukan) segala transaksi yang
timbul dari proses pembangunan juga :-). Well, tidak apa-apa, hitung-hitung sekalian
belajar struktur pengeluaran dalam proses konstruksi menarik kan ? dapat ilmu
kan ?.
Kembali ke pokok permasalahan..Bagaimana memisahkannya ?.
Walaupun sejak awal perusahaan sudah aware dan care untuk memisahkan setiap
nota (bukti transaksi), akan tetapi ada certain pengeluaran yang memang sulit dan
memang tidak mungkin bisa dipisahkan dengan mudah.
Untuk menjawab kasus ini kita pergunakan INCREMENTAL METHOD, yaitu :
dengan mencari selisih overhead cost atau expenses antara overhead/expenses
yang terjadi setelah adanya konstruksi dibandingankan dengan sebelum adanya
konstruksi.
Contoh Kasus :
PT. XYZ melakukan perluasan pabrik sejak 22 Oktober 2007, dengan mebangun
satu tambahan gedung. Di sisi lain PT. XYZ telah beropersi dan berproduksi sejak 2
tahun yang lalu. Dari Laporan Laba-Rugi PT. XYZ diperoleh data-data sebagai
berikut :

Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi
dapat kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :

Jurnalnya pun dapat dikita tentukan, perhatikan jurnal dibawah :

E. AKTIVA DIPEROLEH DENGAN PERTUKARAN


Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya adalah aktiva yang telah dimiliki ditukarkan
dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.
Pada kasus pertukaran yang menjadi persoalan utama adalah penentuan nilainya.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya berbagai kondisi atas pertukaran yang
terjadi. Yang menjadi patokan dasar adalah :
Pertukaran aktiva sejenis atau tidak
Harga Pasar diketahui atau tidak
Disertai arus kas atau tidak

Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap
dan perlakuan akuntansinya :
(a). Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki
keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama kuat ke
absahannya, maka yang diakui adalah harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi
jika aktiva yang diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan
aktiva dicatat sebesar aktiva yang diterima.
(b). Harga Pasar tidak diketahui (sejenis maupun beda jenis)
Harga perolehan aktiva dicatat sebesar NILAI BUKU aktiva yang diserahkan. Untuk
kasus seperti ini, diperlukan penghapusan akumulasi penyusutan atas aktiva yang
diserahkan.
Contoh kasus :

PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai
bukunya saat ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin
yang diterima dari pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah
Rp 1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Maka jurnalnya adalah :
[-debit- ] Aktiva Tetap Mesin = Rp 1,000,000,[-debit- ] Akumulasi penyusutan = Rp 500,000,-

[-credit-] Peralatan = Rp 1,500,000,-

(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.
Adanya arus kas, kemungkinannya ada 2 :

-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui
Aktiva Sejenis, Harga Pasar diketahui, Disertai arus kas :

- Indikasi rugi, maka rugi diakui


- Indikasi laba, maka laba jangan diakui
Diposting oleh PUTRA
Label: Accounting, Aktiva Tetap, ARTIKEL

di 9:09 AM

Calculator Penyusutan Aktiva Excel Sheet


Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya, sekarang Calculator Penyusutan
Aktiva Tetap Excel Sheet saya publish mulai sekarang.

Bentuk Caluclatornya
Seperti ini:

Jika screen shoot di atas diperhatikan, bisa dilihat bahwa calculator ini terdiri dari 5
kolom:
Kolom #1: Tahun periode penyusutan
Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #2: Double Cleaning Balance
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan Double
Cleaning Balance Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #3: Straight-Line Method
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan StraightLine Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #4: Sum Of Year Digits Method
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan Sum Of
Year Digits Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Kolom #5: 150% Declining Balance
Hasil perhitungan penyusutan untuk masing-masing periode berdasarkan 150%
Declining Balance Method. Akan terisi sendiri (anda tidak perlu input apapun di sini).
Semua hasil perhitungan ke-5 metode penyusutan tersebut anda peroleh dalam satu
tampilan. Tinggal anda pilih methode mana yang akan anda pakai.

Cara kerjanya
Saya demonstrasikan cara kerjanya dengan screen-shoot.
Misalnya:
Saya mencoba menghitung penyusutan Mobil dengan harga perolehan Rp
250,000,000. Saya mencadangkan salvage value sebesar Rp 1,500,000 saja.
Sedangkan umur ekonomis saya perkirakan 8 Tahun.
Saya masukkan 3 data saja:
[-]. Harga Perolehan Aktiva sebesar Rp 250,000,000
[-]. Salvage value sebesar Rp 1,500,000
[-]. Umur Ekonomis 8 Tahun (saya masukkan angka 8 saja)

Ketiga data di atas saya masukkan di bagian yang saya isi tanda panah & lingkaran
berwarna biru (seperti dibawah ini):

Dan hasilnya adalah seperti dibawah ini:

Hasil perhitungan 4 metode penyusutan dalam satu screen!


Bagaimana jika ketiga data di atas di ubah?
Okay, saya coba ubah datanya:
[-]. Harga Perolehan Aktiva tetap sebesar Rp 250,000,000 (tdk saya ubah)
[-]. Salvage value saya ubah menjadi Rp 7,000,000
[-]. Umur Ekonomis saya ubah menjadi 12 tahun
Hasilnya adalah seperti dibawah ini:

Semuanya berubah dengan sendirinya.


Sederhana, mudah dan cepat. Yet, hasilnya akurat.
Dari penulis: Ingin mengikuti artikel-artikel mengenai tips dan trick menangani
pekerjaan dikantor dengan lebig effisien, membina karir secara systematis, bersaing
sehat ditempat kerja untuk mendapat promosi jabatan, mengelola keuangan pribadi
anda? Coba deh ikuti tulisan-tulisan saya di: Works Wealth Wisely. Sukses selalu!

Cara mendapatkannya
Tugas saya hanya membuat dan mempublishnya, mengnai cara mendapatkannya
saya serahkan kepada rekan-rekan sekalian sajalah. Silahkan sampaikan
pendapatnya dengan mengisi komentar, agar calculator ini bisa segera berfungsi.
Saya percaya Calculator Penyusutan Aktiva Tetap - Excel Sheet akan berguna
untuk mempercepat perhitungan penyusutan aktiva tetap. Depreciation calculation
never been easy!.
Diposting oleh PUTRA

PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Konsep dasarnya :
Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar HARGA PEROLEHAN nya (the
acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan adalah
pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari peroses pembelian hingga aktiva
tersebut siap beroperasi.

Maka harga perolehan dapat dirumuskan dengan :


Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut
siap operasi

Macam-macam Cara Perolehan Aktiva Tetap


Seperti sudah saya sampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, aktiva tetap dapat
diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya (yang paling sering terjadi) :
Dibeli tunai (kontan)
Dibeli dengan mencicil (kontrak jangka panjang)
Dibeli dengan saham
Dibangun Sendiri
Pertukaran

A. AKTIVA TETAP DIBELI TUNAI


Contoh kasus :

Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi,
membeli 10 unit mesin dari Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang
setara dengan Rp 12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari Tokyo hingga Tanjung
periok sebesar USD 1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tariff bea masuk
untuk mesin tersebut adalah 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan fasilitas
penanaman modal asing, atas import barang modal dikenakan bea masuk hanya
setengahnya. Untuk menjamin keselamatan barang dalam perjalanan,
pengangkutan mesin tersebut dilindungi dengan asuransi ber premi USD 1,500.00
setara dengan Rp 14,069,995,- . Biaya angkut dari tanjung periok hingga ke bekasi
sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi pemasangan PT. XYZ membayar konsultan
sebesar Rp 15,000,000,Permasalahan : Bagaimanakah perlakuan Akuntansi atas pembelian 10 unit mesin
tersebut ?.
(a). Penilaian (pengukuran)
Jika kita uraikan, maka pengeluan-pengeluaran PT. XYZ (PMA) atas pembelian
mesin tersebut adalah sebagai berikut :

(b). Pengakuan (pencatatan)


Pencatatan-1 : Wajar

Pencatatan-2 : Tidak wajar

Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan wajar dan pencatatan yang


dibawahnya dikatakan tidak wajar ?.
Jawabannya adalah Matching Principles, yaitu : Pengeluaran hendaknya diakui
pada periode kapan potensi pendapatan akan diperoleh atas pengeluaran tersebut.

Dalam kasus di atas, jika yang dilakukan adalah pencatatan


seperti pada pencatatan yang kedua, maka : pada saat penutupan buku (31
Desember 2007), akan nampak beban yang begitu tinggi, bahkan sangat mungkin
PT. XYZ kelihatan seolah-olah mengalami kerugian yang besar akibat pembebanan :
Shipping Cost, Insurance Cost, Import Duty, Import Tax, Trucking & Installation Cost
dengan SEKALIGUS. Sementara mesin belum berproduksi, belum menghasilkan
outpun samasekali. Diperiode-periode berikutnya (2008, 2009, 2010 hingga mesin
tersebut ditarik dari penggunaan) akan nampak laba yang tinggi, akibat semua
pengeluaran tersebut telah dibebankan sekaligus saat pembelian.
Akan menjadi wajar apabila, semua pengeluaran-pengeluaran tersebut dikapitalisasi
( diakui sebagai perolehan) untuk kemudian dibebankan secara gradual selaras
dengan penggunaan mesin tersebut (utilization), yaitu dengan cara menyusutkannya
(depreciating).

B. AKTIVA TETAP DIBELI DENGAN MENCICIL


Perolehan aktiva dengan pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan
terjadi sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kesepakatan dengan kreditur
(Bank). Lain daripada itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung.
Contoh Kasus :
PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk tempat usaha seluas 1 Ha seharga Rp
1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama adalah sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil
sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP
18% pertahun.
Maka Transaksi ini, dicatat (dijurnal) sebagai berikut :

Bagaimana jika dengan bunga menurun ?.


Maka transaksinya dicatat sebagai berikut :

Untuk jurnal pembayaran


pada cicilan yang ke-3 dan seterusnya tentu sudah bisa dihitung bukan ?.

C. AKTIVA DIBELI DENGAN SAHAM/OBLIGASI


Konsep dasarnya :
(-). Perolehan aktiva tetap diakui sebesar HARGA PASAR saham yang dikeluarkan
pada saat pembelian aktiva terjadi.
(-). Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominal saham, maka harus diakui
adanya AGIO SAHAM (premium) sebesar selisihnya.
(-). Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominal nya, maka diakui adanya
DISAGIO SAHAM (discount).
Contoh Kasus :
PT. XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000
lembar @ Rp 100,000,Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 95,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 95,000,000,-

[-debit-] Disagio Saham (discount) = Rp 5,000,000,[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,-

Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi
dicatat dengan jurnal :
[-debit-] Truck = Rp 110,000,000
[-credit-] Modal Saham = Rp 100,000,000,[-credit-] Agio (premium) Saham = Rp 10,000,000,-

D. AKTIVA YANG DIBANGUN


Dalam banyak kejadian, untuk aktiva bangunan lebih sering diperoleh dengan
dibangun terlebih dahulu (tidak membeli bangunan siap pakai).
Konsep dasarnya :

(-) Jika menggunakan jasa kontraktor (diborongkan),


maka harga perolehan aktiva bangunan diakui sebesar nilai kontraknya.
(-) Jika dibangun sendiri, maka harga perolehan aktiva diakui sebesar seluruh
pengeluaran atas pembangunan gedung (property) tersebut.
Bagaimana jika pembangunan terjadi di saat perusahaan sudah beroperasi ?.
Sengaja saya tidak membahas kasus untuk 2 jenis pembangunan yang di atas,
karena terlalu sederhana, biasa-biasa saja. Saya akan konsentrasikan pembahasan
pada kasus pembangunan yang dilakukan pada saat perusahaan telah beroperasi,
akan lebih menarik :-)
Apa yang menarik dalam kasus ini ?

Okay..
Dalam pembangunan tentu ada banyak pengeluaran
In the same time
Perusahaan telah beroperasi, telah berproduksi, yang juga banyak terjadi
pengeluaran. Sering terjadi beberapa pengeluaran mixed up, alias TERCAMPUR
ADUK.
Jika kita kelompokkan, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk pembangunan
(construction) sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di
perusahaan, yang terdiri dari 4 kelompok pengeluaran besar :
a. Bahan langsung (material)
b. Upah langsung (direct labour)
c. Biaya Tak langsung (overhead)
d. Biaya operasional (expenses)
Pengeluaran kelompok a ? : Forget about this, ini mudah untuk dipisahkan.
Pengeluaran kelompok b? : Tidak sulit untuk dipisahkan. So, kita lupakan ini
Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti
perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.

Misalnya : Air, Listrik, telepon, peralatan tertentu,


transportasi, gaji satpam, bahkan tidak jarang perusahaan menugaskan staff atau
karyawan tertentu yang disamping bekerja untuk perusahaan yang telah berjalan
juga ditugaskan untuk mengawasi proyek pembangunan yang sedang berlangsung.
Termasuk staff accounting, disamping ngurusin keuangan dan pembukuan kantor
yang telah beroperasi, juga harus mencatat (membukukan) segala transaksi yang
timbul dari proses pembangunan juga :-). Well, tidak apa-apa, hitung-hitung sekalian
belajar struktur pengeluaran dalam proses konstruksi menarik kan ? dapat ilmu

kan ?.
Kembali ke pokok permasalahan..Bagaimana memisahkannya ?.
Walaupun sejak awal perusahaan sudah aware dan care untuk memisahkan setiap
nota (bukti transaksi), akan tetapi ada certain pengeluaran yang memang sulit dan
memang tidak mungkin bisa dipisahkan dengan mudah.
Untuk menjawab kasus ini kita pergunakan INCREMENTAL METHOD, yaitu :
dengan mencari selisih overhead cost atau expenses antara overhead/expenses
yang terjadi setelah adanya konstruksi dibandingankan dengan sebelum adanya
konstruksi.
Contoh Kasus :
PT. XYZ melakukan perluasan pabrik sejak 22 Oktober 2007, dengan mebangun
satu tambahan gedung. Di sisi lain PT. XYZ telah beropersi dan berproduksi sejak 2
tahun yang lalu. Dari Laporan Laba-Rugi PT. XYZ diperoleh data-data sebagai
berikut :

Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi
dapat kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :

Jurnalnya pun dapat dikita tentukan, perhatikan jurnal dibawah :

E. AKTIVA DIPEROLEH DENGAN PERTUKARAN


Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya adalah aktiva yang telah dimiliki ditukarkan
dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.
Pada kasus pertukaran yang menjadi persoalan utama adalah penentuan nilainya.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya berbagai kondisi atas pertukaran yang
terjadi. Yang menjadi patokan dasar adalah :
Pertukaran aktiva sejenis atau tidak
Harga Pasar diketahui atau tidak
Disertai arus kas atau tidak

Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap
dan perlakuan akuntansinya :
(a). Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki
keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama kuat ke
absahannya, maka yang diakui adalah harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi
jika aktiva yang diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan
aktiva dicatat sebesar aktiva yang diterima.

(b). Harga Pasar tidak diketahui (sejenis maupun beda jenis)


Harga perolehan aktiva dicatat sebesar NILAI BUKU aktiva yang diserahkan. Untuk
kasus seperti ini, diperlukan penghapusan akumulasi penyusutan atas aktiva yang
diserahkan.
Contoh kasus :

PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai
bukunya saat ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin
yang diterima dari pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah
Rp 1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Maka jurnalnya adalah :
[-debit- ] Aktiva Tetap Mesin = Rp 1,000,000,[-debit- ] Akumulasi penyusutan = Rp 500,000,[-credit-] Peralatan = Rp 1,500,000,-

(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.
Adanya arus kas, kemungkinannya ada 2 :

-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui
Aktiva Sejenis, Harga Pasar diketahui, Disertai arus kas :

- Indikasi rugi, maka rugi diakui


- Indikasi laba, maka laba jangan diakui
Diposting oleh PUTRA
Label: Accounting, Aktiva Tetap, ARTIKEL

di 9:09 AM

Contoh Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus

Posted on August 6, 2014 by dendyfreddy


Alhamdulillah tulisan tentang Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus saat
ini berada diposisi atas search engine google dengan kata kunci penyusutan garis
lurus. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan pembaca sekalian
Dalam tulisan ini, saya ingin mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
perhitungan penyusutan metode garis lurus. Silahkan dibaca, dikomentari, samasama berdiskusi dan di share pengetahuan berikut ke yang lain melalui media social
ya (:
Seperti yang telah kita ketahui bersama, rumus perhitungan penyusutan metode
garis lurus adalah :
Perhitungan dengan menggunakan nilai residu :
= (Harga Perolehan Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (hitungan per bulan,
karena beban penyusutan dihitung per bulan)
Perhitungan dengan tidak menggunakan nilai residu :
= Harga Perolehan : umur ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
Karena beban penyusutan harus dicatat setiap bulannya, maka kita harus mencari
nilai penyusutan masing-masing aktiva dalam satu bulannya.
Berikut contoh perhitungan metode penyusutan garis lurus.
Kasus : Dibeli sebuah bangunan pada tanggal 6 Agustus 2000 dengan harga beli
(nilai perolehan) sebesar 1.2M dengan masa manfaat selama 20 tahun.
Soal : Hitunglah besar penyusutan per bulan dan akumulasi penyusutan sampai
dengan bulan Desember 2004
Jawaban :
Perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan manual
Pertama, kita hitung dahulu penyusutan per bulannya brp dengan rumus
= Harga Perolehan : Umur Ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
= 1.200.000.000 : (2012) (angka 20 = 20 tahun, 1 tahun ada 12 bulan. Jadi 20 x 12
= 240 bulan)
= 1.2000.000.000 : 240 bulan
= 5.000.000 <<== Ini adalah nilai penyusutan per bulannya
Kedua. kita hitung Akumulasi Penyusutannya dari Agustus 2000
sampai Desember 2004
= Nilai penyusutan per bulan x (jumlah bulan dari Agustus 2000
sampai Desember 2004)

= 5.000.000 x 53 bulan
= 265.000.000
Perhitungan dengan menggunakan alat bantu Zahir Accounting Software
Kita cukup mengisi nama, kelompok, tanggal beli, harga beli (harga perolehan)
kemudian klik tombol hitung. Selesai (:

Semoga tulisan ini bisa lebih membantu memecahkan masalah tentang penyusutan
aktiva menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Contoh Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus
Posted on August 6, 2014 by dendyfreddy
Alhamdulillah tulisan tentang Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus saat
ini berada diposisi atas search engine google dengan kata kunci penyusutan garis
lurus. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan pembaca sekalian
Dalam tulisan ini, saya ingin mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
perhitungan penyusutan metode garis lurus. Silahkan dibaca, dikomentari, samasama berdiskusi dan di share pengetahuan berikut ke yang lain melalui media social
ya (:
Seperti yang telah kita ketahui bersama, rumus perhitungan penyusutan metode
garis lurus adalah :
Perhitungan dengan menggunakan nilai residu :
= (Harga Perolehan Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (hitungan per bulan,
karena beban penyusutan dihitung per bulan)
Perhitungan dengan tidak menggunakan nilai residu :

= Harga Perolehan : umur ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
Karena beban penyusutan harus dicatat setiap bulannya, maka kita harus mencari
nilai penyusutan masing-masing aktiva dalam satu bulannya.
Berikut contoh perhitungan metode penyusutan garis lurus.
Kasus : Dibeli sebuah bangunan pada tanggal 6 Agustus 2000 dengan harga beli
(nilai perolehan) sebesar 1.2M dengan masa manfaat selama 20 tahun.
Soal : Hitunglah besar penyusutan per bulan dan akumulasi penyusutan sampai
dengan bulan Desember 2004
Jawaban :
Perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan manual
Pertama, kita hitung dahulu penyusutan per bulannya brp dengan rumus
= Harga Perolehan : Umur Ekonomis (hitungan per bulan, karena beban penyusutan
dihitung per bulan)
= 1.200.000.000 : (2012) (angka 20 = 20 tahun, 1 tahun ada 12 bulan. Jadi 20 x 12
= 240 bulan)
= 1.2000.000.000 : 240 bulan
= 5.000.000 <<== Ini adalah nilai penyusutan per bulannya
Kedua. kita hitung Akumulasi Penyusutannya dari Agustus 2000
sampai Desember 2004
= Nilai penyusutan per bulan x (jumlah bulan dari Agustus 2000
sampai Desember 2004)
= 5.000.000 x 53 bulan
= 265.000.000
Perhitungan dengan menggunakan alat bantu Zahir Accounting Software

Kita cukup mengisi nama, kelompok, tanggal beli, harga beli (harga perolehan)
kemudian klik tombol hitung. Selesai (:

Semoga tulisan ini bisa lebih membantu memecahkan masalah tentang penyusutan
aktiva menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Metode Penyusutan
Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh
perusahaan. Berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri.
Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus dapat diterapkan secara
konsisten dari period eke periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi
agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan.
Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban
penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode
penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimilikinya.
Beberapa metode tersebut yaitu :
Berdasarkan waktu :
A.

Metode garis lurus (straight line method)

B.

Metode pembebanan yang menurun (dipercepat):

1)

Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)

2)

Metode saldo menurun ganda (double declining balance methode)


Berdasarkan penggunaan :
A. Metode jam jasa (service hours method)
B. Metode unit produksi (productive output method)

Dalam akuntansi, banyak terjadi pembelian aktiva tetap yang tidak dilakukan
pada awal tahun buku perusahaan, melainkan pada saat-saat tertentu selama
periode berjalan. Apabila pembelian aktiva dilakukan sebelum tanggal 15, maka
pembelian aktiva tersebut akan dianggap seolah-olah telah terjadi untuk satu bulan
penuh, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari
bulan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan akan menghitung besarnya penyusutan
atas aktiva untuk keseluruhan bulan bersangkutan. Namun untuk pembelian aktiva
yang dilakukan pada tanggal 15 atau sesudahnya, akan dianggap seolah-olah
sebagai pembelian yang terjadi pada awal bulan berikutnya, dengan kata lain
pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari bulan berikutnya. Dalam hal
ini, perusahaan juga akan tetap menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk
keseluruhan bulan, hanya saja baru akan diperhitungkan mulai untuk bulan
berikutnya. Metode penyusutan yang digunakan untuk tujuan pembukuan dapat
berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan perpajakan.
Berdasarkan Waktu
Metode alokasi harga perolehan umumnya terkait dengan berlalunya waktu,
dimana aktiva digunakan sepanjang waktu dan kemungkinan keusangan akibat
perubahan teknologi juga merupakan fungsi dari waktu. Dari metode penyusutan
yang berdasarkan factor waktu, penyusutan garis lurus merupakan metode yang
paling sering digunakan. Sedangkan metode penyusutan yang dipercepat
berdasarkan pada asumsi bahwa akan ada penurunan yang cepat dalam efisiensi
aktiva , output atau manfaat lain pada tahun-tahun awal umur aktiva. Kebanyakan
metode penyusutan yang dipercepat menggunakan metode saldo menurun ganda.
A. Metode Garis Lurus
Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan
alokasi biaya dengan beralalunya waktu dan mengakui pembebanan periodic yang
sama sepanjang umur aktiva. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah
bahwa aktiva yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap
periodenya sepanjang umur aktiva, dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh
perubahan produktifitas maupun efisiensi aktiva. Estimasi umur ekonomis dibuat
dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga perolehan aktiva dengan
nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aktiva akan menghasilkan beban
penyusutan periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis
lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi,
yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aktiva,
tingkat efisiensi operasi aktiva pada periode berjalan sama baiknya dengan periodeperiode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa dicapai dengan
mempergunakan aktiva tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur
aktiva, dan semua estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat
diprediksi dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor tersebut
diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang dapat menampung

bebagai factor tersebut merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena itu, metode
garis lurus seringkali diasumsikan sama akuratnya dengan metode lain. Selain itu,
metode garis lurus dianggap cukup mudah untuk dilaksanakan dan dipahami.
Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan
periodic dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus = Harga Perolehan Estimasi Nilai Residu
Estimasi Masa Manfaat
Untuk mengilustrasikan penggunaan metode garis lurus, asumsi bahwa pada
awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar
Rp.100.000.000,-. Bedasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan
memiliki umur ekonomi selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,pada akhir tahun kelima.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka besarnya beban penyusutan pertahun
dapat ditentukan sebagai berikut:
= Rp. 100.000.000 Rp. 5.000.000
5 Tahun
= Rp. 19.000.000,- per tahun
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan masa manfaat 5
tahun, maka berarti besarnya tariff penyusutan pertahun adalah 20% (100% : 5),
sehingga besarnya beban penyusutan pertahun menjadi 20% dari harga perolehan
aktiva yang dapat disusutkan (Rp.100.000.000 Rp. 5.000.000 = Rp. 95.000.000),
yaitu Rp. 19.000.000,-.
Tabel yang meringkas besarnya penyusutan tahunan untuk seluruh umur aktiva
tersebut adalah sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah) :
Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku akhir


100.000

2008

19.000

19.000

81.000

2009

19.000

38.000

62.000

2010

19.000

57.000

43.000

2011

19.000

76.000

24.000

2012

19.000

95.000

5.000

Jika seandainya aktiva diatas dibeli dan ditempatkan pemakainya pada


tanggal 14 September 2008, maka besarnya beban penyusutn untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 2008 adalah Rp. 6.333.333,- (4/12 x Rp. 19 Juta). Aktiva
tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya pada akhir bukan Agustus 2013,
dimana besarnya beban penyusutan selama delapan bulan tersebut adalah Rp.
12.666.667,- (8/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009,
2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu
tahun penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan Agustus 2013 adalah tetap Rp.
5.000.000,- (sesuai estimasi manajemen).

Jika seandainya aktiva tetap di atas dibeli dan detempatkan pemakainnya


pada tanggal 15 September 2008, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2008 adalah Rp. 4.750.000,- (3/12 x Rp. 19 juta). Aktiva
tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya pada akhir bulan September 2013,
dimana besarnya beban penyusutan selama sembilan bulan tersebut adalah Rp.
14.250.000,- (9/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009,
2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu
tahun penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan September 2013 adalah tetap
Rp. 5.000.000,- (sesuai estimasi manajemen). Berdasarkan contoh-contoh di atas,
terlihat jelas bahwa nilai buku aktiva tetap pada akhir masa manfaatnya
mencerminkan estimasi nilai residu.
B. Metode Pembebanan yang Menurun
Metode ini terdiri atas metode jumlah angka tahun dan metode saldo
menurun ganda. Beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan metode beban
menurun adalah sebagai berikut: kontribusi jasa tahunan yang menurun, efisiensi
operasi atau prestasi operasi yang menurun, terjadi kenaikan beban perbaikan dan
pemeliharaan, turunnya aliran masuk kas atau pendapatan, dan adanya
ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan dalam tahun-tahun belakangan.
1)

Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap
tahun berikutnya. Perhitungannya dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan
ke nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Besarnya nilai perolehan aktiva
yang dapat disusutkan adalah selisih antara harga perolehan aktiva dengan estimasi
nilai residunya. Pecahan yang dimaksud didasarkan pada masa manfaat aktiva
bersangkutan. Unsure pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang
diurutkan secara berlawanan (dengan kata lain mencerminkan banyaknya tahun dari
umur ekonomis yang masih tersisa pada awal tahun bersangkutan), sedangkan
unsure penyebut dari pecahan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh angka
tahun dari umur ekonomis aktiva atau dapat juga dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (variable n yang dimaksud dalam rumus ini adalah lamanya
estimasi masa manfaat aktiva) :
n (n + 1)
2
Dalam metode jumlah angka tahun ini, sesungguhnya tidak ada pemikiran
konseptual yang luar biasa, yang ada hanyalah skema ilmu hitung yang membuat
besarnya beban penyusutan periodic menurun dari satu periode ke periode
berikutnya dan seluruh nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan dialokasikan
sepanjang umur aktiva.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5
tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima. Dengan
menggunakan contoh ini, besarnya unsure penyebut dari pecahan akan menjadi 15,
yang diperoleh dari hasil =1+2+3+4+5, atau [5(5+1)]:2. sedangkan besarnya unsure
pembilang dari pecahan akan menurun setiap tahunnya, masing-masing selisih 1.

untuk aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, maka besarnya unsure
pembilang pada tahun pertama adalah 5, sedangkan pada tahun kedua adalah 4,
dan seterusnya.
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan tahunan
akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Nilai Buku
akhir
100.000
2008
5/15 x (100.000 - 5.000) = 31.667
31.667
81.000
2009
4/15 x (100.000 - 5.000) = 25.333
57.000
62.000
2010
3/15 x (100.000 - 5.000) = 19.000
76.000
43.000
2011
2/15 x (100.000 - 5.000) = 12.667
88.667
24.000
2012
1/15 x (100.000 - 5.000) = 6.333
95.000
5.000
Ketika aktiva tetap dibeli dan ditempatkan pemakainya bukan pada awal
tahun, maka besarnya masing-masing penyusutan untuk satu tahun penuh di atas
harus dialokasikan diantara dua tahun yang memperoleh manfaat. Sebagai contoh,
asumsi bahwa aktiva tetap di atas dibeli dan ditempatkan pemakaiannya pada awal
bulan Agustus 2008. besarnya beban penyusutan untuk tahun 2008 akan menjadi
5/12 x 5/15 ( Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) = Rp. 13.194.445,-.
Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi
Penyusutan

Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009 akan menjadi:


7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 18.472.222,5/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 10.555.556,Rp. 29.027.778,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2010 akan menjadi:
7/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp.14.777.778,5/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 7.916.667,Rp. 22.694.445,-

Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2011 akan menjadi:


7/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 11.083.333,5/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 5.277.778,Rp. 16.361.111,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2012 akan menjadi:
7/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 7.388.889,5/12 x 1/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 2.638.889,Rp. 10.027.778,Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2013 akan menjadi:

7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 Rp.5.000.000) = Rp. 3.694.444,2)

Metode Saldo Menurun Ganda


Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodic yang menurun
selama estimasi umur ekonomis aktiva. Jadi, metode ini pada hakikatnya sama
dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan
menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodic dihitung dengan cara
mengalikan suatu tariff persentase (konstan) ke nilai buku aktiva yang kian menurun.
Besarnya tariff penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tariff penyusutan
garis lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Aktiva tetap
dengan estimasi masa manfaat 5 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus
20% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 40%, sedangkan aktiva tetap
dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus
10% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 20%, dan seterusnya.
Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai residu tidak
digunakan dalam perhitungan, dan penyusutan tidak akan dilanjutkan apabila nilai
buku aktiva telah sama atau mendekati estimasi nilai residunya. Besarnya
penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus disesuaikan agar
supaya nilai buku diakhir masa manfaat aktiva tetap tersebut mencerminkan
besarnya estimasi nilai residu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5
tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima. Dengan
menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode saldo menurun ganda (double
declining balance method) diterapkan, maka besarnya penyusutan tahunan akan
dihitung sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah):
Akhir Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Beban Penyusutan
100.000 x 40% = 40.000
60.000 x 40% = 24.000
36.000 x 40% = 14.400
21.600 x 40% = 8.640
95.000 87.040 = 7.960

Akumulasi
Penyusutan
40.000
64.000
78.400
87.040
95.000

Nilai Buku
akhir
100.000
60.000
36.000
21.600
12.960
5.000

Perhatikanlah bahwa besarnya beban penyusutan tiap tahun (kecuali diakhir


masa manfaatnya) diperoleh dengan tanpa memperhitungkan nilai residu. Nilai buku
pada awal tahun pertama adalah sebesar harga perolehannya. Besarnya beban
penyusutan untuk tahun pertama pemakaian diperoleh dengan cara mengalikan
harga perolehan aktiva ke suatu tariff persentase konstan (40%). Besarnya
akumulasi penyusutan pada akhir tahun pertama (akhir tahun 2008) adalah sebesar
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008, yaitu Rp.40.000.000,-. Nilai buku
pada akhir tahun 2008 (Rp.100 juta Rp.4o juta = Rp.60 juta) akan merupakan nilai
buku bagi awal tahun 2009, yang kemudian nilai buku ini akan dikalikan dengan 40%
untuk menghitung besarnya beban penyusutan tahun 2009. besarnya akumulasi
penyusutan pada akhir tahun 2009 diperoleh dengan cara menjumlahkan besarnya

akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2008 (awal tahun 2009) dengan besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2009, dan seterusnya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah pada waktu menghitung
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012, yang dimana merupakan
tahun terakhir dari estimasi umur ekonomis. Besarnya beban penyusutan untuk
pemakaian tahun 2012 tidaklah dihitung melalui hasil perkalian antara nilai buku
pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dengan tariff 40%. Ingat sekali lagi, bahwa
besarnya beban penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus
disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaatnya tersebut
mencerminkan estimasi nilai residu.
Dalam contoh ini, karena besarnya estimasi nilai residu adalah
Rp.5.000.000,- dan agar supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun
2012 menjadi Rp.95.000.000, maka besarnya akumulasi penyusutan pada akhir
tahun 2012 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun 2011 (Rp.87.040.000) akan menghasilkan besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 (Rp.7.960.000). besarnya akumulasi
penyusutan pada akhir tahun 2012 (Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil
pengurangan harga perolehan (Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai
residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000). cara lain untuk menghitung besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 adalah nilai buku pada akhir tahun
2011 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah
ditetapkan (Rp.5.000.000).
Dalam contoh di atas, diasumsikan bahwa aktiva tetap dibeli dan
ditempatkan pemakaiannya pada awal tahun (awal Januari 2008). Hal ini
sesungguhnya sangat jarang terjadi dalam praktik. Jika seandainya aktiva dibeli dan
ditempatkan penggunaannya pada awal bulan bulan Maret 2008, maka besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi 40% x Rp.100 juta x
10/12 = Rp. 33.333.333,-. Sedangkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian
tahun 2009 adalah [40% x (Rp.100.000.000-Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667,-.
Berdasarkan Penggunaan
Berdasarkan factor penggunaan, penyusutan aktiva terutama terkait dengan
output dari aktiva yang bersangkutan atau tingkat jasa yang diberikan. Dalam hal ini,
estimasi umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan baik dalam satuan unit produksi
ataupun jumlah jam jasa (operasional).
A. Metode Jam Jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu aktiva
menunjukkan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya
beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aktiva berupa jumlah
jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva bersangkutan. Harga perolehan yang
dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi
dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besarnya tariff penyusutan untuk
setiap jam pemakaian aktiva. Pemakaian aktiva sepanjang periode (jumlah jam
jasanya) dikalikan dengan tariff penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya
beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap
periodenya tergantung pada jumlah konstribusi jam jasa yang diberikan oleh aktiva
bersangkutan.

Sebagai contoh, asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2008 dibeli sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-, berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000
jam dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh
tersebut, dan apabila metode jam jasa diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan
untuk setiap jam pemakaian aktiva adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 jam = Rp.3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi
Rp.3.800/jam x 4.200jam = Rp.15.960.000,-.
B. Metode Unit Produksi
Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aktiva yang
diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi
tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit output yang
dapat dihasilkan aktiva. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan
dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total output,
menghasilkan besarnya tariff penyusutan aktiva untuk setiap unit produksinya.
Jumlah unit produksi yang dihasilkan selama suatu periodic dikalikan dengan tariff
penyusutan per unit menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya
beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada
kontribusi yang dibuat oleh aktiva dalam unit yang dihasilkannya.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Maret 2008 dibei sebuah
aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Berdasarkan
estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat menghasilkan 25.000 unit
produksi dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh
tersebut, dan apabila metode unit produksi diterapkan, maka besarnya tariff
penyusutan untuk setiap unit produksi yang dihasilkan adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 unit = Rp.3.800,- per unit.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah memproduksi 4.200 unit, maka
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi
Rp.3.800,-/unit x 4.200 unit = Rp.15.960.000,-.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pembebanan penyusutan merupakan
pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aktiva.
Pengalokasian beban penyusutan mencakup beberapa periode pendapatan
sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk
menghitung besarnya beban penyusutan periodik secara tepat.
Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan periodik secara tepat dari
pemakaian suatu aktiva, ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu nilai
perolehan aktiva (asset cost), nilai residu/sisa (residual or salvage value), dan umur
ekonomis (economic life).

Nilai perolehan suatu aktiva mencakup seluruh pengeluaran yang terkait


dengan perolehannya dan persiapannya sampai aktiva dapat digunakan. jadi,
disamping harga beli, pengeluaran-pengeluaran lain yang diperlukan untuk
mendapatkan dan mempersiapkan aktiva harus disertakan sebagai harga perolehan.
Nilai perolehan ini, yang sifatnya obyektif, dikurangi dengan estimasi nilai residu (jika
ada), adalah merupakan dasar harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Nilai
perolehan dikatakan objektif karena sifatnya dapat diuji oleh siapa pun dan
menghasilkan nilai yang sama. Nilai yang sama ini dapat dibuktikan melalui
dokumen pengeluaran kas yang mendukung terjadinya transaksi perolehan aktiva
tetap, termasuk pengeluaran-pengeluaran lainnya yang dibutuhkan sampai aktiva
siap digunakan. Nilai perolehan aktiva umumnya mencerminkan nilai pasar pada
saat aktiva diperoleh.
Nilai sisa merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tidak dipakai
iagi. Dengan kata lain, nilai sisa ini mencerminkan nilai estimasi di mana aktiva
dapat dijual kembali ketika aktiva tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya (pada
saat estimasi masa manfaat aktiva berakhir). Besarnya estimasi nilai sisa sangat
tergantung pada kebijakan manajemen mengenai penghentian aktiva tetap, dan juga
tergantung pada kondisi pasar serta faktor lainnya. Bila perusahaan menggunakan
aktivanya hingga secara fisik benar-benar usang dan tidak dapat memberi manfaat
lagi, maka aktiva tersebut dapat dikatakan tidak memiliki nilai sisa. Namun, jika
perusahaan mengganti aktivanya setelah periode penggunaan yang relatif singkat,
maka besarnya nilai sisa (yang tercermin oleh harga jualnya) secara relatif akan
tinggi. Berdasarkan pandangan teoritis, setiap estimasi nilai residu harus
dikurangkan dari nilal perolehan aktiva untuk mendapatkan nilai perolehan yang
akan dialokasikan. Dalam praktik, seringkali nilai sisa ini diabaikan dalam
menentukan beban penyusutan karena nilainya yang relatif kecil atau perhitungan
yang pelik di mana manfaat yang didapat lebih rendah daripada waktu dan usaha
yang dikorbankan untuk menaksir besarnya estimasi nilai sisa. Nilai sisa sifatnya
adalah subyektif, di mana sangat tergantung pada kebijakan manajemen dari
masing-masing perusahaan.
Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, umur ekonomis dapat
diartikan sebagai suatu periode atau umur fisik di mana perusahaan dapat
memanfaatkan aktiva tetapnya (masa manfaat) dan dapat juga berarti sebagai
jumlah unit produksi (output) atau jumlah jam operasional (jasa) yang diharapkan
diperoleh dari aktiva. Karena faktor fisik maupun faktor fungsional, aktiva tetap selain
tanah memiliki umur ekonomis yang terbatas. Faktor-faktor fisik yang membatasi
umur ekonomis suatu aktiva mencakup pemakaian, penurunan nilai (berhubungan
dengan berlalunya waktu, di mana suatu aktiva tetap baik.digunakan atau tidak
digunakan akan mengalami penurunan nilai), dan kerusakan (penyemodulnya dapat
berupa kebakaran, banjir, gempa bumi atau kecelakaan yang cenderung
mengurangi atau mengakhiri usia manfaat suatu aktiva).
Sedangkan faktor fungsional yang membatasi umur aktiva adalah keusangan
(obsolescence). Manfaat aktiva dapat hilang atau berkurang sebagai akibat dari
perubahan teknologi. Meskipun aktiva secara fisik masih dapat digunakan, namun
perubahan teknologi yang kian cepat akan secara otomatis memperpendek masa
kegunaannya. Suatu contoh keusangan yang drastis adalah timbul pada aktiva tetap
komputer. Perubahan teknologi yang cepat sering menyemodulkan barang elektronik
tersebut menjadi usang sebelum aktiva itu sendiri rusak.

Umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan baik berdasarkan faktor estimasi


waktu ataupun faktor estimasi penggunaan. Faktor waktu dapat berupa periode
bulanan atau tahunan, sedangkan faktor pemakaian sering berupa iumlah jam
operasional atau jumlah unit produksi (output) yang dihasilkan dari aktiva tetap.
Berdasarkan waktu vang dilampaui atau tingkat pemakaian inilah alokasi terhadap
nilai perolehan aktiva dilakukan dengan suatu tarif alokasi yang telah ditentukan.
Estimasi umur ekonomis memerlukan suatu pertimbangan (judgement) pihak
manajemen yang pada umumnya berdasarkan pada pengalaman terhadap jenisjenis aktiva yang serupa. Jadi, cara penentuan estimasi umur ekonomis sifatnya
sama dengan cara untuk menentukan estimasi nilai residu, yaitu berdasarkan
pertimbangan pribadi (subyektif).
Suatu revisi atas besarnya setimasi nilai sisa dan umur ekonomis aktiva
tetap adalah hal yang biasa. Ketika estimasi direvisi, maka besarnya estimasi yang
baru akan digunakan untuk menghitung beban penyusutan dalam periode dimana
estimasi direvisi dan untuk periode-periode berikutnya. Dengan kata lain besarnya
estimasi yang baru tidak akan mempengaruhi jumlah beban penyusutan yang telah
dicatat dalam periode-periode sebelumnya.
Sebagai contoh, misalkan bahwa sebuah aktiva tetap dibeli dengan harga Rp.
26.000.000,-. Aktiva tetap ini awalnya diestimasi memiliki umur ekonomis 20 tahun
dengan nilai residu sebesar Rp. 10.000.000,-. Untuk menghitung besarnya beban
periodic, asumsi bahwa metode penyusutan yang dipakai adalah metode garis lurus,
seperti yang telah diuraikan dalam modul 3 terdahulu (penyesuaian atas aktiva
tetap).
Aktiva tetap ini kemudian dipakai selama 12 tahun. Dengan besarnya penyusutan
Rp.12.500.000,- per tahun, yaitu (Rp. 260.000.000 Rp. 10.000.000) :2, maka
besarnya nilai buku aktiva tetap pada akhir tahun ke-12 adalah Rp. 260.000.000
(12 x Rp. 12.500.000) = Rp 110.000.000,-.
Sepanjang tahun ke-13, diestimasi bahwa sisa umur ekonomis adalah 10 tahun lagi
(bukan 8 tahun) dengan nilai residu sebesar Rp. 6.000.000,- (bukan Rp.
10.000.000,-). Beban penyusutan untuk mesing-masing tahun sepanjang 10 tahun
yang tersisa, adalah (Rp.110.000.000 Rp. 6.000.000) : 10 = Rp. 10.400.000,-.
Home Education Akuntansi Penyusutan Aktiva/Aset Tetap
Akuntansi Penyusutan Aktiva/Aset Tetap
Friday, May 03, 2013 Education 1 comment

Setelah aku memposting artikel atau bahan materi akuntansi tentang aktiva tak
berwujud (KLIK DISINI) untuk membacanya ya, nah kali ini aku mau posting
tentang penyusutan. Akuntansi Penyusutan ini aku posting karena aku sendiri
waktu browsing n cari2 tentang akuntansi penyusutan untuk MAKALAH kami,
masih banyak banget gitu pembahasan tentang materi ini yang masih kurang
lengkap atau kurang menyajikan secara menyeluruh pembahasan ini, yah walaupun
aku akui nih ya sobat kalo postingan ku ini juga ga perfect2 amat lah tapi nih
setidaknya uda mencakup hampir keseluruhannya dengan bahasa yang mudah
dipahami para pelajar or mahasiswa heheheh jadi begitu sobat Shantycr7 bacanya
langsung deh,,,,langsung puyeng maksudnya hahahha ga ah langsung ngerti gitu
looooo :). O ya nih adalah ringkasan makalah kami, ga semua aku posting yg
penting2nya aja tapi uda mewakili yang laen koq,,pokoknya uda ok deh hehhe
Anyway sobat Shantycr7 yang pengen cepet pinter belajar akuntansi coba deh
kalian baca tips dari aku hehhe siapa tau bisa membantu ya kan Tips Cara Cepat
Belajar dan Pintar Akuntansi
Well, cekidot sobat ke topik semula:
BAB I
PENDAHULUAN
Aktiva tetap adalah elemen utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah
besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. (UNTUK TAU SEPUTAR
PENGERTIAN/DEFINISI

AKTIVA/ASET

TETAP

KLIK

INI

http://shantycr7.blogspot.com/2013/06/pengertian-aktiva-tetap-lengkap.html.
Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah
penting didalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam
aktiva tetap mempengaruhi dan efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pada keuntungan perusahaan. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan

berbagai cara yakni membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran,
pertukaran, penerbitan, dibangun sendiri dan sumbangan atau donasi. Cara
perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan.
Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru
maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan
aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap
yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik
karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka
terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan
masa manfaatnya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan aktiva tetap (depresiasi), adalah bentuk pengalokasian harga
perolehan aktiva tetap sebagai beban periode akuntansi dalam masa manfaat aktiva
tetap tersebut. Nilai aktiva tetap turun setiap saat, sehingga setelah habis masa
penggunaannya dianggap sudah tidak memberikan manfaat ekonomi bagi
perusahaan.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005:507) : Penyusutan adalah alokasi
harga perolehan dan biaya secara sistematis dan rasional sepanjang umur manfaat
aktiva tetap yang bersangkutan (Sondik, 2013). Sedangkan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) PSAK No. 17 : Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk
periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut Harahap (2002:53) : Penyusutan adalah pengalokasian harga
pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya atau biaya yang dibebankan
terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi.
Semua aktiva tetap akan disusutkan kecuali tanah, untuk itu perlu diadakan
kebijaksanaan untuk mengalokasikan aktiva tetap selama masa manfaat yang
diberikan. Pengalokasian itu disebut penyusutan
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyusutan
adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap berdasarkan masa manfaatnya.
2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Penyusutan

Menurut Smith dan Skousen (Sondik, 2013) ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan yaitu :
a.

Harga perolehan
Harga perolehan yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan dalam memperoleh

aktiva tetap hingga siap digunakan.


b.

Nilai residu atau nilai sisa


Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah yang diperkirakan dapat

direalisasikan pada saat aktiva tidak digunakan lagi. Menurut IAI (2002:16), Nilai
Residu adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan asset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut
telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Menurut PSAK No.16 Aset Tetap (Revisi 2007) nilai residu aset adalah jumlah
yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah
dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan
kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Pada umumnya nilai residu ditetapkan sebesar nol pada akhir masa manfaat.
Jika merujuk pada kondisi tersebut, ketika suatu aset habis masa manfaatnya, Aset
tetap tersebut sebenarnya masih memiliki nilai residu yang nilainya lebih besar dari
estimasi nilai residu yang ditetapkan sebesar nol. Sehingga kurang relevan jika aset
tetap yang telah habis masa manfaatnya namun masih dapat digunakan dalam
mendukung kegiatan operasional nilai residunya diakui sebesar nol. Penetapan
estimasi nilai residu dapat menggunakan data historis 2-3 tahun terakhir. Data
tesebut dapat berupa hasil lelang/penjualan aset tetap.
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum
setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih
untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntan
c.

Masa manfaat
Umur manfaat didefenisikan dalam PSAK 16 sebagai suatu periode dimana

aset diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah produksi

atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh
perusahaan.
Masa manfaat yaitu taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam
kegiatan produksi. Masa manfaat terbatas karena beberapa faktor yaitu :
- Faktor fisik yang membatasinya adalah keausan dan kecacatan, kemerosotan
nilai
-

dan pembusukan, dan kerusakan atau destruksi.

Faktor fungsional yang membatasinya adalah ketidaklayakan dan keuangan.


PSAK 16 menyebutkan bahwa estimasi umur manfaat aset yang dapat

disusutkan adalah persoalan penilaian yang pada umumnya berdasarkan


pengalaman perusahaan yang memiliki aset serupa. PSAK 16 juga menyatakan
bahwa umur manfaat aset yang dapat disusutkan harus di review minimum setiap
akhir tahun buku (paragraf 51). Perubahan estimasi umur manfaat diperhitungkan
sebagai perubahan estimasi akuntansi berdasarkan PSAK 25 serupa dengan
perubahan nilai residu.
d.

Pola penggunaan
Untuk menandingkan harga perolehan aktiva terhadap pendapatan, beban

penyusutan harus mencerminkan setepat mungkin pola produksi. Jika aktiva


menghasilkan suatu pola pendapatan yang bervariasi, maka beban penyusutannya
juga harus bervariasi dengan pola yang sama. Bila penyusutan diukur dalam satuan
faktor waktu, pola penggunaannya harus diestimasikan.
2.3

Metode Penyusutan Aktiva Tetap


Metode penyusutan terdiri dari:

1.

Metode Garis Lurus (straight line method), cirinya: sederhana, penyusutan per
periode tetap, tidak memperhatikan pola pengunaan aktiva tetap.
Penyusutan = (Harga perolehan - Nilai sisa) : Umur ekonomis.
Atau
Tarif Penyusutan = 100% : Umur ekonomis
Penyusutan = Tarif * Harga Perolehan
Misalnya:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan sebesar Rp. 10.100.000,dan diperkirakan dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 100.000,Beban penyusutan/thn = (10.100.000 100.000) : 5 = Rp. 2.000.000,-.
Skedul Penyusutan:

2.

Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method), menghasilkan beban


penyusutan yang semakin menurun setiap periode. Ciri-cirinya : tarif penyusutan
tetap dan merupakan dua kali tarif garis lurus, beban penyusutan per periode
semakin menurun, perhitungan penyusutan tanpa memperhatikan estimasi nilai
sisa , metode ini selalu menghasilkan angka yang harus dibulatkan pada akhir umur
ekonomis.
Misal:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan Rp. 13.000.000,- dan
estimasi nilai sisa Rp. 1.000.000,- diperkirakan umur ekonomis peralatan tersebut 5
tahun.
Beban penyusutan

= Tarif Garis Lurus * 2


= (100% : 5) * 2
= 40%

Skedul penyusutan:

3.

Metode Unit Aktivitas (Units of Activity Method), akan menghasilkan beban


penyusutan yang berfluktuasi setiap periode, tergantung besar kecilnya aktivitas
yang dilakukan. Cirinya: beban penyusutan per periode berfluktuasi, tarif penyusutan
tetap, diperhatikan pola penggunaan.
Tarif Penyusutan = (Harga Perolehan Nilai Sisa) : Estimasi Aktivitas
Penyusutan = Tarif Penyusutan * Aktivitas yang dilakukan.
Misalnya:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan Rp. 10.100.000,- dengan
estimasi nilai sisa Rp. 100.000,- diperkirakan dapat digunakan selama 100.000 jam.
Penggunaan peralatan tersebut adalah pada tahun 2001 sebanyak 20.000 jam,

tahun 2002 sebanyak 30.000 jam, tahun 2003 sebesar 10.000 jam, tahun 2004
sebanyak 40.000 jam.
Beban penyusutan :
Tarif/jam

= (10.100.000 100.000) : 100.000 jam


= Rp. 100/jam

Skedul penyusutan:

4.

Metode Jumlah Angka Tahun. Menghasilkan beban penyusutan periodik yang


stabil menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu. Pecahan yang semakin
kecil berturut-turut diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva itu
dikurangi estimasi nilai residu.
Dalam metode ini, harus dihitung dulu jumlah penyebutnya dengan rumus:
(N + 1)
S= N x ----------2
S = Penyebut
N = taksiran umur manfaat
Contoh (dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 16.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 1.000
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal pemakaian 01 Jan95
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulu penyebutnya:
S = 5 * ((5 + 1) / 2)
S = 15
atau dengan cara lain yaitu:
S=5+4+3+2+1

S = 15

Tahun
0
1
2
3
4
5

Beban
Penyusutan
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000

Akumulasi
Penyusutan
16.000
5.000
9.000
12.000
14.000
15.000

Nilai Buku
11.000
7.000
4.000
2.000
1.000

5. Metode-metode Khusus. Pembebanan depresiasi atau penyusutan bisa


dilakukan tidak dengan dasar alokasi harga perolehan, tetapi dengan menggunakan
dasar-dasar yang lain. Metode ini dapat diterima jika terdapat kesulitan-kesulitan
untuk menghitung penyusutan dengan cara yang biasa. Biasanya metode-metode
khusus ini dipakai untuk membebankan penyusutan alat-alat kerja yang dimiliki
dalam jumlah yang besardan digunakan dalam perusahaan-perusahaan jasa umum.
Metode perhitungan penyusutan yang khusus antara lain sistem
penilaian/persediaan, sistem pemberhentian, dan sistem penggantian.
2.4

Perlakuan Penyusutan Tanah dan Bangunan


Menurut PSAK 16 paragraf 63, metode penyusutan yang berlaku adalah

metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method), metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus
menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai
residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari
suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih oleh perusahaan berdasarkan kebijakan
dan keadaan serta kondisi perusahaan. Pemilihan metode penyusutan juga dapat
dipengaruhi oleh jenis aset tetap. Dalam PSAK 16 paragraf 64 juga dibahas tentang
penurunan nilai atau yang sering disebut dengan impairment, dimana terkait dengan
PSAK 48 yang menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya,
bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau
membalik rugi penurunan nilai (kecuali tanah). Menurut paragraf 76, diperlukan
pertimbangan sesuai kebijakan yang dipilih manajemen untuk metode penyusutan

dan estimasi umur manfaat aset.


Demikian mengenai PENYUSUTAN AKTIVA TETAP,,,
Baca juga:
Praktek dan Seminar Akuntansi
Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
Postulat Akuntansi Lengkap
Konsep Teoritis Akuntansi
Makalah Akuntansi Tentang Harta
Konsep Elemen Laporan Pendapatan
Pengertian dan Konsep Biaya an Beban
Makalah Ekuitas Paling Lengkap
Aktiva Tetap Tidak Berwujud PSAK 19
Contoh Soal Laporan Keuangan
Contoh Soal Laporan Perubahan modal
Contoh Soal Akuntansi (Neraca)
Contoh Soal Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Contoh Soal Akuntansi Perusahaan Dagang Beserta Kunci Jawabannya
Tips Cara Cepat Belajar dan Pintar Akuntansi

Materi Sejarah Perkembangan Akuntansi Terlengkap dan Terbaik


Email ThisBlogThis!Share to Facebook
Newer Post Older Post Home
Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap
PENGERTIAN PENYUSUTAN
Semua jenis Aktiva , kecuali Tanah , akan makin berkurang
kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu.
Beberapa factor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah
pemakaian , keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dan yang diminta
dan keterbelakangan teknologi . berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai
aktiva tetap . Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan . Pengakuan adanya penurunan
nilai aktiva tetap berwujud di sebut penyusutan (depreciation). Jadi, penyusutan

merupakan alokasi harga perolehan aktiva tetap menjadi beban karena keterbatasan
manfaat yang di peroleh darinya.
Penyusutan dapat di hitung tiap-tiap bulan atau di tunda sampai dengan
akhir tahun. Apabila di buat laporan keuangan interim bulanan , penyusutan bulanan
akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
bualan yang bersangkutan.
Ayat jurnal yang perlu di buat untuk mecatat penyusutan adalah debit
beban penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan . kadang-kadang perkiraan
yang di kredit disebut cadangan penyusutan . penggunaan istilah penyusutan , kalau
bisa , agar di hindari . Hal ini akan menimbulakan salah interpretasi . kata cadangan
berarti laba yang di cadangkan untuk tujuan tertentu .

Perhitungan
Ada dua faktor yan mempengaruhi besarnya penyusutan . Dua faktor itu
adalah nilai aktiva tetap yang di gunakan perhitungan penyusutan (dasar
penyusutan ) dan taksiran manfaat . Dasar penyusutan dapat berupa harga
perolehan dan nilai buku .
Nilai maksimum aktiva tetap yang dapat di susutkan adalah harga
perolehanya . Tetapi . ada kalanya , dianggap bahwa setelah habis di pakai , aktiva
tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai ,yang di sebut nilai sisa , nilai sisa
adalah taksiran harga pasar aktiva tetap pasa akhir masa manfaat . kalau demikian ,
ilai yang dapat disusutkan adalah harga paroleha di kurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan kapasitas/manfaat yang dapat diberikan
oleh aktiva tetap selama dapat di pakai . Taksiran ini dapat dinyatakan dalam
lamanya jangka waktu pemakaian (umur berguna atau masa manfaat) atau
kapasitas produksi yang dapat dihasilkan . Untuk menghitung penysutan , taksiran
manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan.
Dengan uraina tersebut di atas, pada dasarnya penyusutan aktiva tetap ,
untuk satu tahun , dapat dihitung dengan rumus :
Beban penyusutan : Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan , yaitu metode garis
lurus (straight line) , saldo menurun (decline balance), jumlah angka tahun (sum
of the years digit) dan unit produksi (unit production) . perusahaan tidak harusa
hanya menggunakan satu metode penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang di
milikinya. Perusahaan , misalnya dapat menggunakan metode garis lurus ungtuk
salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo menurun untuk aktiva yang
lainya .

METODE GARIS LURUS

Dalam metode garis lurus, beban penyusutan dialokasikan berdasarkan


berlalunya waktu , dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap .
beban penyusutan dihitung dengan rumus :
Beban penyusutan = Tarif penyusutan x (harga perolehan nilai
sisa)
Tarif penyusutan dihitung sebesar 100% dibagi dengan taksiran masa
manfaatnya . Misalnya, apabila taksiran umur berguna adalah 5 tahun , maka tarif
penyusutn adalah :

Beban
penyusutan
Rp. 1550.000)

20%

(Rp.

12.500.000

= Rp. 2.190.000
Beban penyusutan tahun pertama (dan tahun-tahun berikutnya )di catat sebagai
berikut :

(D) Beban penyusutan


(K) Akumulasi
2.190.000

2.190.000

penyusutan

Harga perolehan, beban penyusutan per tahun , akumulasi penyusutan


dan nilai buku kendaraan teresebut selama lima tahun Nampak seperti terlihat di
bawah ini :

METODE SALDO MENURUN


Kalau metode garis lurus menganggap bahwa beban penyusutan akan
merapa sepanjang umur aktiva tetap , dalam metode saldo merurun beban
penyusutan makin lama makin menurun .ini di dasarkan pada anggapan bahwa
semakin tua kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga akan makin
menurun.
Dalam metode saldo menurun , beban penyusutan dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Nilai buku awal periode
Biasanya tarif penyusutan yang di gunakan adalah dua kali dari tarif
metode garis lurus . Misalnya apabila suatu aktiva tetap di taksir akan berumur 5

tahun, maka tariff penyusutanya akan menjadi 40% yaitu dua kali tariff metode garis
lurus sebersar 20%.
Dengan menggunakan contoh kendaraan seterti yang telah disebutkan di
atas , beban penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sebagai berikut :
Beban penyusutan = 40% x (12.500.00 0 ) = Rp. 5.000.000
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama
dengan harga perolehannya , yaitu Rp. 12.500.000 Pada saat ini akumulasi
penyusutannya sama sengan nol.
Penyusutan tahun pertama dicatat sebagai berikut :
(D) Beban penyusutan
(K)

5.000.000

Akumulalsi penyusutan

5.000.000

Pada akhir tahun kedua , beban penyusutan dihitung sebagai berikut :


Beban penyusutan = 40% ( Rp. 12.500.000- Rp. 5.000.000) =
Rp. 3.000.000
Nialai buku pada awal tahun kedua sama dengan harga perolehan
dikurangi dengan akumulasi penyusutan pada saat itu , yang jumlahnya sama
dengan Rp. 5.000.000 . Penyusutan tahun kedua ini di catat sebagai berikut :
(D) Beban penyusutan
(K)

Akumulasi
3.000.000

3000.000
penyusutan

Harga perolehan , beban panyusutan par tahun , akumulasi peyusutan


dan nilai buku kendaraan dalam contoh tadi selama lima tahun Nampak sebagai
berikut :

METODE JUMLAH ANGKA TAHUN


Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan yang
sama dengan metode saldo menurun . Jumlah penyusutan akan makin menurun
dari tahun ke tahun . Tetapi cara penghitungan penyusutan berbeda dengan metode
saldo menurun . Beban penyusutan dalam metode ini di hitung dengan
menggunakan rumus :
Beban penyusutan = Tarif penyusutan x (Harga perolehan Nilai
sisa )
Perhatikan bahwa dasar yang di pakai untuk menghitung biaya
penyusutan pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi
dengan nilai sisa , bukan nilai buku seperti dalam saldo menurun. Tarif penyusutan

dalam metode ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin
keci. Pembilang dalam pecahan tadi adalah angka-angka tahun yang ada selama
masa manfaat aktiva tetap yang bersangkutan . Jadi apabila suatu aktiva tetap
ditaksir berumur lima tahun , maka angka-angka tahun yang ada adalah 1.2.3.4 dan
5 . Pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir ( dalam contoh
diatas adalah 5). Pembilang tahun ke dua adalah angka tahun kedua setelah
terakhir (4) demikian seterusnya, sebagai penyebut dalam pecahan tadi adalah
jumlah angka-angka tahun yang ada . Jadi penyebut dalam contoh di atas adalah :
1+2+3+4+5 =15 . Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut :
Pencatatan beban penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan yang
telah diterangkan di muka.

Apabila disusun dalam bentuk table, harga perolehan,beban penyusutan


per tahun , akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan selama lima tahun akan
Nampak seperti terlihat di bawah ini.

METODE UNIT PRODUKSI


Dalam metode garis lurus , saldo menurun ganda dan metode jumlah
angka tahun taksiran manfaat aktiva tetap dinyatakan dalam bentuk waktu
pemakaian. Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam
kapasitas produksi yang dapat di hasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat
dinyatakan dalam bentuk unit produksi ,jam pemakaian,kilometer pemakaian atau
unit unit kegiatan lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar
penyusunan . beban penyusutan untuk setiap periode di hitung dengan mengalikan
tarif penyusutan ini dengan dasar penyusutan. Tarif penyusutan di hitung sebagai
presentase produksi actual terhadap penyusutan ini dengan dasar penyusutan .
untuk menggambarkan metode penyusutan ini anggaplah bahwa pada tanggal 23
januari 1989 suatu mesin di beli dengan harga Rp. 55.000.000 dan di perkirakan
akan mempunyai nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000 . selama masih dapat digunakan ,
mesin tersebut di perkirakan akan dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang .
Dalam tahun 1989 mesin tadi memproduksi 245.000 unit . beban penyusutan untuk
tahun 1989 dihitung sebagai berikut :

Semoga bermanfaat

Penyusutan Aktiva Tetap


Berita, Keuangan 653 Views

Definisi Aktiva tetap :

Masa manfaatnya lebih dari 1 tahun.

Digunakan dalam kegiatan perusahaan

Dimiliki oleh perusahaan dan tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan
normal perusahaan.

Nilainya cukup besar

Contoh : bangunan, kendaraan bermotor dan inventaris kantor

Nilai perolehan Aktiva tetap :

Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di
tempat dan siap digunakan.

Tidak terbatas pada harga beli saja.

Termasuk didalam harga perolehan : biaya pengiriman, asuransi,


pemasangan, bea balik nama, notaris dll. yang terjadi untuk memperoleh
asset tersebut

Kenapa di perlukan adanya penyusutan Aktiva tetap?


Penyusutan (depresiasi) atas Aktiva tetap di perlukan agar :
1. Perhitungan hasil usaha tahun berjalan memperlihatkan beban yang terjadi
sehubungan dengan penggunaan Aktiva tetap dalam operasi di tahun
tersebut.
2. Saldo Aktiva tetap di neraca memperlihatkan nilai yang telah mencerminkan
penggunaan Aktiva tetap, dan bukan nilai perolehan awal.
Cara Perhitungan :

** Masa manfaat Aktiva tetap adalah batas waktu penggunaan barang atau
perkiraan usia barang.
Contoh :
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp 100.000.000,00 dan masa
manfaatnya 20 tahun,

Jurnal :
31/08/2014
Db. Beban penyusutan gedung
Kr. Akumulasi penyusutan gedung

416.666,67

416.666,67

Penginputan didalam program GTASS :


1. Masuk menu general accounting
2. Input
3. Jurnal memorial
4. Klik New
5. Atur tanggal akhir bulan
6. Klik add pilih account Beban penyusutan, masukan description, pilih posisi
debet,dan masukan amountnya

7. Klik add pilih account Akum. penyusutan, masukan description, pilih posisi
kredit dan masukan amountnya,
8. Setelah itu klik save
Tabel masa manfaat untuk masing-masing kelompok telah ditetapkan sebagai
berikut :

I.

II

Kelompok Harta Berwujud


Bukan Bangunan :
Kelompok I
Kelompok II
Bangunan :
Permanen
Tidak Permanen

Masa Manfaat
4 Tahun
8 Tahun
20 Tahun
10 Tahun

Kelompok I :
1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi,
almari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi
dan sejenisnya.
Kelompok II :
1. Mabel dan peralatan dari logam temasuk meja, bangku, kursi, almari dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk speed boat dan sejenisnya.
Apabila anda menyukai artikel ini harap like facebook kami.
Terima kasih.

You might also like