You are on page 1of 19

Dosen Pengampuh:

Rahma Hi. Manrulu, S.Si., M.Sc.

UNIT 1
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang
dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang
sangat vital. Suatu pengamatan terhadap fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejalagejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Namun
bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan
mneggunakan instrument, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X 0,
melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variable fisis. Pada umumnya ada alat ukur dasar terbagi menjadi
dua, yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua system pengukuran yaitu sistem
analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai
kontinyu, misalnya penunjukan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk
jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik. Alat ukur digital
memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit.
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran,
dan lingkungan yang saling menpengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat

yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai


sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakana dalam praktikum adalah
jangka sorong, micrometer sekrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur
derajat, stopwatch, dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing-masing alat
ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil
yang terukur.
2. Nilai skala terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi, inilah yang disebut Nilai skala terkecil (NST). Ketelitian alat ukur
bergantung NST ini.
a. Parameter Alat Ukur
Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1. Akurasi adalah kedekatan alat ukur untuk membaca pada nilai yang
sebenarnya dari variabelyang diukur.
2. Presisi adalah hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau
derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan adalah ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahab
input atau variable yang diukur.
4. Resolusi adalah perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu
ditanggapi oleh alat ukur.
5. Kesalahan adalah angka penyimpangan dari nilai sebenarnya dari variable
yang diukur.
b. Ketidakpastian
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas,

kesalahan paralaks, fluktuasi

parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling menpengaruhi hasil


pengukuran, dank arena hal-hal seperti ini pengukuran mengalami gangguan.
Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran
melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap pengukuran harus dilaporkan dengan

ketidakpastiannya. Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian


mutlak dan relative. Masing-masing ketidakpastian dapat digunakan dalam
pengukuran tunggal dan berulang.
1) Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastian disebabkan karena keterbatasan alat ukuritu
sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan
bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka ketidakpstian mutlaknya
dalam pengukuran tunggal adalah:
x = NST
Dengan hasil pengukuran ditulis sebagai
X = x x
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah menggunakan kesalahan - rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.
2) Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian relative adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan
hasil pengukuran. Hubungan hasil pengukuran terhadap KTP (ketidakpastian)
yaitu:
KTP = x/x
Apabila menggunakan KTP relative maka hasil pengukuran dilaporkan
sebagai:
KT P R =

x
x 100
x

Ketidakpastian mutlak dapat dituliskan sebagai berikut:


KT P M =100 KT P R

c. Pengukuran Berulang
Dalam pengukuran berulang, pelaporan fisika haruslah menggunakan standar
deviasi. Sebagai berikut:

Menghitung Deviasi

Standar Deviasi
Sx =

Dimana:

Nilai Hasil Pengukuran

Xi = nilai X ke i

X = nilai X rata-rata
XPF = nilai X pada pelaporan fisika
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menggunakan alat ukur.
2. Mampu menghitung standar deviasi dan menuliskan pelaporan fisika pada
setiap pengukuran
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Jangka sorong
b. Micrometer sekrup
c. Neraca analitik
2. Bahan
a. Kubus
b. Kelereng
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PROSEDUR KERJA
Timbang massa kedua benda sebelumnya. Catat pada tabel pengamatan.
Ambil benda yang ingin diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Kendorkan sekrup penjepit dan geser rahang kekanan.
Tutup rahang geser hingga benda yang diukur tidak bergerak.
Baca penunjukan skala utama dan skala nonius.
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Ulangi langkah di atas dengan menggunakan alat ukur dan benda lain.

E. TABEL DATA
1. Jangka Sorong a. Perhatikan gambar jangka sorong di bawah ini!

b. Sebutkan bagian-bagian dari gambar jangka sorong yang ditandai, kemudian

jelaskan fungsi masing-masing bagian jangka sorong tersebut!


Tabel 1. Bagian-bagian Jangka Sorong dan Fungsinya
No
Nama
1

Fungsi

c. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 1 dan apa
satuannya?
d. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 2 dan apa
satuannya?
e. Berdasarkan data yang Anda peroleh pada nomor c) dan d), bagaimana cara
menentukan ketelitian jangka sorong? Berapa besar ketelitian tersebut!
f. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi balok masing-masing sebanyak 3 kali dengan
menggunakan jangka sorong dan catat hasil pengukurannya dalam tabel
berikut!

Tabel 2. Balok
Panjang (cm)
Skala
Skala
No
Utama
Nonius

Lebar (cm)
Skala
Skala
Utama Nonius

Tinggi (cm)
Skala Skala
Utama Noniu
s

Massa (gr)

1
2
3
g. Dari Tabel 2 di atas, hitung rata-rata dari pengukuran panjang, lebar dan tinggi!
h. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata-rata yang anda peroleh!
Tuliskan hasilnya dalam tabel berikut.
Tabel 2a. Panjang Balok
No
Panjang (cm)
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
p )

1
2
3
Jumlah
Rata-rata
t
)

( lil )

( l il )

( t it )

( t it )

Standar deviasi

Standar deviasi

Standar deviasi

l i 2=

Tabel 2c. Tinggi Balok


No
Tinggi (cm)

( pi p )

pi 2=

Tabel 2b. Lebar Balok


No
Lebar (cm)
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
l
)

( pi p )

t i =

Tabel 2d. Massa Balok


No
Massa (gr)
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
m
)

i.

( mim )

( mim )

Standar deviasi

mi 2=

Lengkapi tabel dan tuliskan KTPR, KTPM dan pelaporan fisika


2. Mikrometer Sekrup a. Perhatikan gambar mikrometer sekrup di bawah ini!

1
5

b. Sebutkan bagian-bagian dari gambar mikrometer skrup yang ditandai,


kemudian jelaskan fungsi masing-masing bagian mikrometer skrup tersebut!
Tabel 3. Bagian-bagian Mikrometer Sekrup dan Fungsinya
No
Nama
Fungsi
1

c. Pegang pemutar sehingga terlihat angka dari nomor 6. Berapa skala terbesar
dan terkecilnya dan apa satuannya?
d. Berapa skala terbesar dan terkecil yang ditunjukkan pada nomor 5 dan apa
satuannya?
e. Berapa batas ukur dan ketelitian mikrometer skrup?
f. Ukurlah diameter dari kelereng yang sudah disedikan masing-masing sebanyak
3 kali dan catat hasil pengukurannya dalam tabel berikut!
Tabel 4. Kelereng
No

Diameter (cm)
Skala
Skala
Utama
Nonius

Massa (gr)

1
2
3
g. Dari Tabel 4 di atas, hitung rata-rata dari pengukuran diameter dan massa
kelereng!
h. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata-rata yang anda peroleh!
Tuliskan hasilnya dalam tabel berikut.
Tabel 4a. Diameter Kelereng
No
Diameter (cm)
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
d )

( d i d )

Standar deviasi

d i 2=

Tabel 4b. Massa Kelereng


No
Massa (gr)

( d i d )

( mim )

( mim )

Standar deviasi

1
2
3
Jumlah
Rata-rata
m
)
i.

mi =

Lengkapi tabel dan tuliskan KTPR, KTPM dan pelaporan fisika

UNIT II
MOMEN INERSIA
A. LANDASAN TEORI
Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa
diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan
geraknya. Apabila benda sudah bergerak lurus dengan kecepatan tertentu, benda
sulit dihentikan jika massa benda itu besar. Sebuah truk gandeng yang sedang
bergerak lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan sebuah taxi. Sebaliknya jika
benda sedang diam (kecepatan = 0), benda tersebut juga sulit digerakkan jika
massanya besar. Misalnya jika kita menedang bola tenis meja dan bola sepak
dengn gaya yang sama, maka tentu saja bola sepak akan bergerak lebih lambat.
Dalam gerak rotasi, massa benda tegar dikenal dengan julukan momen
inersia alias MI. momen inersia dalam Gerak Rotasi itu mirip dengan massa dalam
gerak lurus. Kalau massa dalam gerak lurus menyatakan ukran kemampuan benda
untuk mempertahankan kecepatan linear (kecepatan linear = kecepatan gerak
benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia dalam gerak rotasi menyatakan
ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut (kecepatan
sudut = kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi. Disebut sudut
Karena dalam gerak roatsi, benda bergerak mengitari sudut). Makin besar momen
inersia suatu benda, semakin sulit membuat benda itu berputar alias berotasi.
Sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya
besar.
Momen Inersia adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
keadaannya pada saat berotasi. Momen inersia pada masing-masing benda
sangatlah berbeda, berikut rumusan untuk mendapatkan nilai sebuah momen
inersia:

Jadi momen inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu
(m) dengan kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2).
Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut:
I=mr 2
Keterangan:
I = momen inersia
m = massa partikel
r = jarak partikel dari sumbu rotasi
Secara umum, momen inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai
berikut:
I = mr 2
2

I =mr 1+mr2 +mr 3 +mr 4 ++ mn r

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang terbesar
diseluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja
memiliki jarak r dari sumbu rotasi. Jadi momen inersia dari setiap benda
merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan efek dari momen inersia pada percepatan benda bulat yang
menggelinding pada bidang miring.
2. Menentukan momen inersia kelereng, silinder pejal, dan pipa berongga pada
perputaran atau gerakan benda tersebut.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Micrometer sekrup
b. Jangka sorong
c. Stopwatch
d. Mistar
2. Bahan
a. Kelereng
b. Balok
c. Silinder pejal
d. Silinder berongga
e. Papan
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ukur ketinggian papan penyangga dan ukur panjang papan (bidang miring)
yang digunakan
3. Letakkan kelereng pada ujung bidang miring dan diluncurkan sepanjang
bidang miring. Ulangi sebanyak 3 kali pa ketinggian yang berbeda.
4. Lepaskan kelereng dan silinder pejal dengan mengukur waktunya. Ulangi
sebanyak 3 kali pada ketinggian yanag berbeda.
5. Catat hasil pengamatan dalam table pengamatan.

E. TABEL DATA
Table 1. Kelereng
No
1.

h (cm)

t (s)

h1 =
trata-rata=

2.

h2 =

m (gr)

R (cm)

s (cm)

trata-rata=

Table 2. Bola pejal


No
1.

h (cm)

t (s)

m (gr)

R (cm)

s (cm)

m (gr)

R (cm)
RLuar Rdalam

s (cm)

h1 =
trata-rata=

2.

h2 =
trata-rata=

Table 3. Silinder berongga


No
1.

h (cm)

t (s)

h1 =
trata-rata=

2.

h2 =
trata-rata=

UNIT III
VISKOSITAS
A. LANDASAN TEORI
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir dari pada
gas. Sehingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada
gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperature. Koefisien gas pada

tekanan tidak terlalu besar, tidak bergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik
dengan naiknya tegangan.
Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan didalam
cairan zat cair. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan
suatu permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantarnya ada
larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar daripada
gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental dari pada gas.
Koefisien viskositas fluida atau disingkat sebagi perbandingan tegangan
luncur F/A, dengan cepat perubahan tegangan luncur: umumnya koefisisen
viskositas dihitung dengan membandingkanlaju aliran cairan yang koefisien
viskositasnya diketahui.
Hubungan itu adalah:
Dimana : d.t = laju aliran
1. Metode Bola Jatuh
Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang dengan
gerakan aliran pekat dan hubunnganyan adalah
Dimana:
b = bola jatuh atau manic-manik
g = konstanta gravitasi
Pada persamaan diatas bila digunakan perbandingan maka akan didapatkan:
dicatat denagn stopwatch. Percobaan diulangi dengan cairan pembanding setelah
dibersihkan. Dengan ini ditentukan t1 dan t2.
Sifat dari fluida sejati adalah kompersibel, artinya volume dan massa
jenisnya akan berubah bila diberikan tekanan. Selain itu juga fluida sejati
mempunyai viskositas yaitu gesekan didalam fluida sedangkan dalam anggapan
fluida ideal semua sifat-sifat ini diabaikan.
Viskositas didalam zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul dan
didalam gas disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran antar molekul yang
bergerak dengan cepat. Terutama dalam arus trublent, viskositas ini naik dengan
cepat sekali hamper berbandinglurus dengann pangkat tiga kecepatannya. Makin
besar kecepatannya, makin besar viskositasnya.

Viskositas zat cair lebih besar daripada gas. Viskositas gas sedemikian
kecilnya sehingga sering diabaikan. Viskositas fluida bergantung

kepada

suhunya. Viskositas ini pada umunya yaitu zat cair yang umunya berkurang jika
suhunya naik. Tetapi sebaliknya viskositas gas lebih besar jika suhunya naik.
B.
1.
2.
3.

TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui dan menentukan viskositas zat cair
Untuk menghitung massa jenis fluida zat cair
Untuk menghitung massa jenis benda

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas ukur
b. Neraca
c. Bola pejal
d. Mikrometer sekrup
e. Stopwatch
f. Sendok
g. Tissue
2. Bahan
a. Oli 500 ml
b. Minyak goreng 500 ml
c. Deterjen cair 500 ml
D. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Timbang gelas ukur yang belum berisi fluida terlebih dahulu. Catat massa
gelas ukur.
3. Masukka fluida pada gelas ukur sampai garis 500 ml.
4. Timbang massa fluida pada gelas ukur. Catat massa fluida setelah
diperkurangkan dengan massa gelas ukur.
5. Masukkan bola pejal pada gelas ukur yang berisi fluida, lalu hitung waktu
bola pejal sampai pada dasar gelas ukur menggunakan stopwatch lakukan
sebanyak 3 kali.
6. Gunakan alat yang disediakan untuk mengambil bola pejal didalam gelas ukur.
7. Ulangi setiap langkah pada fluida yang berbeda.
E. TABEL DATA
Tabel Pengamatan
No.
1.

Jenis Fluida

t (s)

Vfluida (ml)

Mfluida (gr)

s (cm)

trata-rata=
2.
trata-rata=
3.
trata-rata=

UNIT IV
BANDUL SEDERHANA
A.

LANDASAN TEORI
Gerakan periodik dengan dasar getaran, rotasi dan ayunan sering kita jumpai

dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah gerak dari bandul jam
(kuno). Gerakan bandul ini memberikan energi untuk memutar roda-roda pada
jam tersebut. Pertukaran energi potensial dan kinetik terus berlangsung dalam
sistem ini. Dalam modul ini akan dipelajari praktikum sifat sifat ayunan bandul
sederhana.
B.

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari sifat-sifat ayunan bandul sederhana


C.

ALAT DAN BAHAN

1. Statip
2. Beberapa utas tali berbeda
3. Bola pejal/ bandul
4. Stopwatch
D.

DESAIN PERCOBAAN

Desain dari praktikum ini dapat dilihat pada gambar sebelah kiri. Gambar sebelah
kanan menunjukkan detail dari bandul yang disimpangkan dengan sudut tertentu.

E.

PROSEDUR KERJA

1. Timbang massa ketiga benda.


2. Ikatlah bola/bandul pada seutas tali dan ikatkan pada statip yang telah
ditempatkan pada posisi yang stabil. Catat panjang tali yang digunakan.
3. Simpangkan bandul sejauh 100, catat pada lembar data.
4. Catat waktu untuk sepuluh ayunan
5. Ulangi kegiatan 1-3 untuk massa bandul berbeda
6. Ulangi kegiatan 1-3 untuk panjang tali berbeda
F.

TABEL DATA

Tabel untuk l1 = ......................cm


No Massa (gr)

Waktu
10 Periode (s)
ayunan (s)

1.
trata-rata =

Trata-rata =

trata-rata =

Trata-rata =

trata-rata =

Trata-rata =

2.

3.

Tabel untuk l2 = ......................cm


No Massa (gr)

Waktu

10 Periode (s)

ayunan (s)
1.
trata-rata =

Trata-rata =

trata-rata =

Trata-rata =

trata-rata =

Trata-rata =

2.

3.

You might also like