Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kalsium merupakan salah satu mineral penting yang berguna untuk
pembentukan tulang serta berbagai proses fisiologis, seperti transportasi
antar membran sel, aktivasi dan inhibisi beberapa enzim, regulasi
metabolik intraseluler, sekresi dan aktivasi hormon, proses pembekuan
darah, kontraktilitas otot dan konduksi sistem syaraf. 90% kalsium tubuh
berada di dalam tulang, sedikit diantaranya terdapat di ruangan intra dan
ekstra seluler. Homeostasis kalsium merupakan proses kompleks yang
membutuhkan berbagai hal, antara lain suplai adekuat, proses absorbsi
yang memadai di usus, serta bantuan beberapa hormon seperti paratiroid,
vitamin D dan kalsitonin. Kalsium serum merupakan satu persen dari
kalsium tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan
lunak. Kalsium serum terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan
protein (40%), terutama albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat
dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan
sulfat.
Dalam keadaan normal, kadar kalsium serum diatur oleh hormon
paratiroid
(PTH)
dan
kalsitriol
(1,25-dihydroxy
vitamin
D3;
BAB II
2
LANDASAN TEORI
1. Definisi hipokalsemia
Hipokalsemia adalah konsentrasi serum kalsium kurang dari 8,5 mg/dl.
Ketidakmampuan untuk mengakses simpanan kalsium tulang akibat
disfungsi,
supresi,
atau
pengangkatan
kelenjar
paratiriod
dapat
dengan
kalsium
berionisasi
dan
secara
sementara
3. Manisfestasi Klinis
Tetuni merupakan manifestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi oleh
eksitabilitas neural yang meningkat. Gejala-gejala ini adalah akibat
lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf
perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari-jari, sekitar mulut,
dan yang jarang yang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot
5
ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Trousseau dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan
darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik,
dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena iskemia
pada saraf ulnar.
Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang dipersarafi oleh
saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2 cm sebelah anterior ke
arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus. Kejang dapat terjadi
karena hipokalsemia meningkatkan irritabilitas sistem saraf pusat juga
saraf perifer. Perubahan lain yang berkaitan dengan hipokalsemia termasuk
perubahan-perubahan mental seperti depresi, emosional, kerusakan
memori, ketam pikir dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang
tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen ST, bentuk takikardia
ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.
Gejala utama hipokalsemia adalah peningkatan iritabilitas
neuromuskuler yang dapat kesemutan pada ujung-ujung jari dan sekitar
mulut. Dalam keadaan lanjut akan didapatkan tanda Chvostek dan
Trousseau. Tanda Chvostek adalah twitching pada daerah sekitar mulut
bila dilakukan ketokan pada nervus fasialis di anterior telinga. Tanda
Trousseau adalah spasme karpal yang terjadi bila dilakukan bendungan
lengan dengan menggunakan manset tensimeter pada tekanan 20 mmHg
diatas tekanan sistolik selama 3 menit. Spasme karpal yang klasik akan
berupa fleksi pergelangan tangan, ekstensi interfalang dan aduksi jari-jari.
Gejala hipokalsemia yang lain adalah kejang otot yang mengenai
pinggang, tungkai dan kaki. Pada keadaan yang berat dapat timbul spasme
karpopedal spontan (tetani), laringospasme atau bronkospasme, sampai
kejang-kejang umum.
Hipokalsemia berat dapat memperpanjang interval QT pada EKG yang
reversibel setelah hipokalsemia dikoreksi. Tetani merupakan manisfestasi
yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu pada kompleks gejala
keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas neural yang meningkat.
6
Gejala gejala ini adalah akibat lepasan secara spontan baik serabut
motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi
pada ujung jari jari, sekitar mulut, dan yang jarang terjadi adalah pada
kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi
sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan
darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik;
dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena terjadi
iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot
yang di persarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm
sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas
sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk dengan
hipokalsemia termasuk perubahan perubahan mental seperti depresi
emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan
halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG
karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia ventrikular yang di sebut
Torsades de Pointes dapat terjadi.
Kebas dengan kesemutan jari dan region sirkumonal, refleks hiperaktif,
kram otot, tetani, kejang. Letargi dan makan buruk mungkin terjadi pada
bayi baru lahir. Pada hipokalsemia kronis, fraktur dapat terjadi karena
porositas tulang.
PATOFISIOLOGI (WOC) HIPOKALSEMIA
kalsium,
menyebabkan
hipokalsemia).,
5. Pemeriksaan Diagnostik
8
paratiroid:
penurunan
kadar
terjadi
pada
magnesium
dan
fosfor:
dapar
diperiksa
untuk
hidroksida
alumunium
dapat
diresepkan
untuk
dan
1,25(OH)2D
0,5-1,0gr/hari.
Pada
keadaan
7. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
11
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit
3) Pengkajian fisik
Tanda trousseaus positif : spasme karpal karena iskemia.
Tanda ini di timbulkan dengan penggunaan manset TD pada
lengan atas dan mengembangkannya mekewati TD sistolik
selama 2 menit.
Tanda Chvosteks positif: kontraksi unilateral dari wajah
dan otot kelopak mata. Ini ditimbulkan oleh iritasi saraf
pasial.
4) Pemeriksaan diagnostik
a) kadar kalsium serum total : mungkin <8,5 mg/dl.
Kadar kalsium serum harus di evaluasi dengan
albumin serum. Untuk penurunan kadar albumin
serum 1,0 g/dl, terjadi penurunan 0,8-1,0 mg/dl
kadar kalsium total.
b) kalsium serum terionisasi : akan <4,5 mg/dl
c) hormone paratiroid : penurunan kadar terjadi pada
hipoparatiroidisme peningkatan kadar dapat terjadi
pada penyebab hipokalsemia lain. Rentang normal
150 350 pg/ml (bervariasi antara laboraturium)
d) kadar magnesium dan fosfat : dapat diperiksa untuk
mengidentifikasi penyebab potensial hipokalsemia.
b. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap trauma yang berhubungan dengan
portensial terhadap tetani dan kejang sekunder terhadap
hipokalsemia berat.
a) Hasil yang diharapkan : pasien tidak menunjukkan
bukti cidera yang disebabkan oleh komplikasi
hipokalsemia berat. Kadar kalsium serum dalam
12
pemberian
hipotensi.
Obserpasi
cepat
dapat
tempat
menyebabkan
pemasangan
IV
jaringan.larutan
diberikan
melalui
menambhakna
mengandung
kalsium
jalur
pekat
sentral.
kalsium
pada
larutan
bikarbonat
atau
fosfat
harus
Jangan
uang
karena
Alkalosis
pernafasan
dapat
kontraktilitas
jantung
sekunder
terhadap
dapat
menurunkan
kontraktilitas
suplai
oksigen
sekunderterhadap
spasme
terhadap
stridor
terhadap
laringeal,
BAB III
PEMBAHASAN
1. Kasus
Seorang laki-laki 58 tahun dipindahkan ke ICU karena mengalami
kejang selama 5 menit di ruang rawat dan sulit dibangunkan. Pasien
riwayat pankreatitis akut. Hasil pemeriksaan fisik kulit kering, bersisik,
rambut kasar, bisep dan patela refleks hiperaktif (+4), tanda Trousseau (+)
dan Chvostek (+), perut kembung dengan bising usus melambat, TD 80/50
mmHg, HR 60x/menit, RR 40 (nafas dangkal) x/menit dan suhu 36,0 0C,
peningkatan produksi urin meningkat 10 cc/Kg/jam, berat badan 64 kg dan
nyeri dengan observasi di skala 5 (sedang). Hasil pemeriksaan Ca++
serum= 3,5 mEq/L, albumin serum 2,2 mg/dL dan hasil electrocardiograf
(EKG) diperoleh adanya gangguan irama jantung.
2. Pengkajian
Identitas
Nama
Usia
58 tahun
Jenis kelamin :
laki-laki
Pemeriksaan fisik
TD
80/50 mmHg
HR
60 x/menit
15
RR
Suhu
36,0 0C
Produksi urin
10 cc/Kg/jam
Nyeri
skala 5
a. Sistem pernafasan
Pola nafas dangkal
RR : 40 x/menit
b. Sistem neurosensori
Kejang
Trousseau (+)
Chvostek (+)
Bisep dan patela refleks hiperaktif (+4)
c. Sistem pencernaan
Bising usus melambat
Perut kembung
d. Sistem eliminasi
Urin meningkat 10cc/kg/jam
e. Sistem integumen
Kulit kering
Bersisik
Rambut kasar
Pemeriksaan penunjang
Ca++ serum
3,5 mEq/L
Albumin serum :
2,2 mg/dL
EKG
3. Analisa data
No
1
Masalah keperawatan
Penurunan cardiac output b/d
DS :
HR 60 x/menit
DS : kejang,
DS :
Gangguan
pola
nafas
tidak
Nyeri
DS :
DO : skala nyeri 5
4. Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa
Gangguan
NOC
Tujuan :
NIC
1. Monitor
dilakukan
pemeriksaan
dalam
3x24 jam
laju,
irama
dan
kedalaman
dari
respirasi
2. Monitor
KH :
-
pola
pernafasan
Laju
respirasi
3. Monitor
saturasi
1-4
oksigen
secara
Kedalaman
terus menerus
respirasi 2-5
4. Aukultasi
nafas
17
bunyi
5. Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mungkin
mempengaruhi
respon
pasien
terhadap
2
Penurunan
cardiac
b/d
Tujuan:
output dilakukan
Setelah
tindakan
irama jantung
dan
psikologis
pasien
secraa
rutin
2. Pastikan
level
aktifitas
tidak
mengganggu
Tekanan darah
sistolik : 3 5
Tekanan darah
diastolik : 3
ketidaknyamanan
1. Monitor
pisik
5
Tekanan darah
rata-rata : 2
4
Pengeluaran urin : 3
curah jantung
3. Anjurkan
peningkatan
aktivitas secara
perlahan ketika
kondisi stabil
4. Instruksikan
pasien
pentingnya
melaporkan
ketidaknyamana
n
dada
secepatnya
5. Kaji
status
kardiovaskuler
6. Evaluasi
perubahan
18
tekanan darah
Lakukan
terapi
relaksasi
BAB IV
PERBANDINGAN ASKEP
Dari tinjauan teori yang sudah dipaparkan dan dipahami di BAB II, dapat kita
ketahui bahwa pasien dalam kasus mengalami hipokalsemia. Hal ini dibuktikan
dengan pengkajian yang telah dilakukan dan diperoleh sebagai mana tertera pada
19
BAB III. Pasien kejang selama 5 menit di ruang rawat dan sulit
dibangunkan.Hasil pemeriksaan fisik kulit kering, bersisik, rambut kasar, bisep
dan patela refleks hiperaktif (+4), tanda Trousseau (+) dan Chvostek (+), perut
kembung dengan bising usus melambat, TD 80/50 mmHg, HR 60x/menit, RR 40
(nafas dangkal) x/menit dan suhu 36,0 0C, peningkatan produksi urin meningkat
10 cc/Kg/jam, berat badan 64 kg dan nyeri dengan observasi di skala 5 (sedang).
Kemudian hasil pemeriksaan penunjang Ca+2 serum= 3,5 mEq/L, sedangkan
kadar normal Ca+2adalah 9,50-10,4 mg/dl menurut Saoberlich. Kadar albumin
serumnya 2,2 mg/dL, sedangkan kadar normalnya adalah 4,0-5,4 g/dl menurut
jurnal. Dan hasil electrocardiograf (EKG) diperoleh adanya gangguan irama
jantung. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami hipokalsemia karna
kadar Ca+2 dan albumin serum nya dibawah normal.
Dari segi diagnosa keperawatan, kami hanya mengangkat 1 diagnosa yang
sama dengan askep pada teori, yaitu penurunan curah jantung atau penurunan
cardiac output b/d perubahan irama jantung. Sedangkan untuk diagnosa lainnya
kami mengangkat Resiko ketidakseimbangan elektrolit, Gangguan pola nafas
tidak efektif b/d nyeri, Gangguan perfusi serebral b/d kejang, dan gangguan rasa
nyaman nyeri. Setelah kami melakukan diskusi kelompok, kami berpendapat
bahwa diagnose pada askep teori mungkin saja dapat terjadi apabila masalah
hipokalsemia ini tidak ditangani segera. Namun, apabila mengacu pada gejala
gejala pasien pada kasus dan setelah melakukan analisa data, kami sepakat
masalah utama yang dialami pasien adalah Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
dan Gangguan pola nafas tidak efektif b/d nyeri. Itulah alasan kami mengangkat
diagnose tersebut.
Kemudian untuk intervensi yang sama antara askep teori dengan askep kasus
hanyalah intervensi dari diagnosa penurunan curah jantung atau penurunan
cardiac output. Yaitu kaji status kardiovaskuler melalui EKG. Intervensi dari
diagnosa lainnya adalah sebagai tambahan dari askep teori karna diagnosa askep
kasus berbeda dengan askep teori.
20
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipokalsemia adalah konsentrasi serum kalsium kurang dari 8,5 mg/dl.
Ketidakmampuan untuk mengakses simpanan kalsium tulang akibat
disfungsi,
supresi,
atau
pengangkatan
21
kelenjar
paratiriod
dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperwatan medikal-bedah, Vol 1. Jakarta:EGC
Horne, M.M., & Swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan cairan, elektrolyte &
asam basa (ed. 2). Jakarta:EGC
NANDA Internation,
Inc.
(2014).
Nursing
Diagnoses
Defination
and
23