Professional Documents
Culture Documents
mempelajari mikroorganisme
disebut
salivarius
subsp.
thermophilus
(sebelumnya
nama
Kingdom: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Cocci
Order: Lactobacillales
Family: Streptococcaceae
f) Genus: Streptococcus
g) Species: S. salivarius
h) Subspecies: S. salivarius subsp. Thermophilus
1.
Bentuk sel dan cara berkembang biak Streptococcus Thermophillus
S. thermophilus memiliki bentuk sel yang bulat atau elips dengan diameter
0,7-0,9 run, tumbuh secara berpasangan atau berbentuk rantai pendek. Suhu
pertumbuhan optimum untuk S. thermophilus adalah 37-42C namun bakteri ini
tidak dapat tumbuh pada suhu 15OC. Sebagian besar strain dapat hidup pada suhu
60OC selama 30 menit. S. thermophilus merupakan bakteri gram positif, katalase
negatif, tidak berspora, uniseluler, anaerob, heterotropik, memproduksi asam
laktat, asetaldehida, diasetikl dari laktosa susu, dan tumbuh baik pada media berisi
karbohidrat dan ekstrak yeast. Beberapa strain memproduksi exopolysaccharide
(EPS), dan membutuhkan vitamin B dan asam-asam amino untuk memacu
pertumbuhannya.
Tumbuh
optimum
pada
pH
6,5
dan
akan
terhenti
pertumbuhanrya pada pH 4,2-4,4 namun tidak tumbuh dalam biru metilena (0,1
gram/100 ml) atau pada pH 9,6.
2.
dikembangbiakkan
bersamaan
dengan
Lactobacilus
bulgaricus.
Dimana
campuran dari kedua kultur bakteri ini disebut dengan starter. Pada produk
pangan fermentasi, kultur starter sangat penting diperhatikan karena perannya
dalam proses fermentasi. Kultur starter berperan dalam proses biokimia untuk
menghasilkan produk fermentasi yang diharapkan. Kultur starter yang baik adalah
kultur yang diisolasi langsung dari produk fermentasi dengan proses alami.
Penggunaan kultur starter dalam proses fermentasi bertujuan untuk menghindari
strain
S. thermophillus
maupun
L. bulgaricus
yang
kemampuan
menghasilkan
konsistensi
tekstur
optimal,
Starter yoghurt dapat dipreservasi dalam bentuk cair. Secara sederhana, ada
dua cairan yang dapat digunakan untuk preservasi starter yoghurt. Cara pertama
adalah menggunakan bahan skimmed milk powder (SMP) yang bebas antibiotic.
Susu tersebut (10-12 g 100ml-1) diautoclave pada 121oC selama 10-15 menit.
Setelah diinokulasi (1 atau 2 ml 100ml -1), susu diinkubasi pada suhu 30oC selama
16-18 jam atau pada suhu 42oC selama 3-4 jam. Setelah inkubasi, kultur segera
didinginkan dan dapat disimpan selama seminggu pada suhu dingin (<10 oC).
Pada industri yoghurt kultur ini dapat digunakan sebagai kultur kerja.
Cara kedua dapat sedikit memperpanjang masa simpan kultur starter. Cara
ini menggunakan medium cair susu litmus dengan komposisi (g 100ml -1): 10-12
SMP, 2 larutan litmus, 0,3 ekstrak khamir, 1 dekstrosa/laktosa, kalsium karbonat
secukupnya, dan 1 lecitin, selanjutnya diatur menjadi pH 7 dan di autoklaf pada
suhu 121oC selama 10 menit. Medium yang sudah diinokulasi diinkubasi pada
suhu 42oC selama 12 jam. Kultur starter ini dapat disimpan pada suhu dingin
sampai 3 bulan dan diperlukan reaktivasi setiap 3 bulan.
Pengeringan kultur starter dapat dilakukan dengan cara pengeringan
vakum, spry drying (dua cara ini sudah ditinggalkan), freeze drying atau
lyofilisasi (biasanya digunakan untuk kerja laboratorium), dan freeze drying
kultur yang dipekatkan (secara luas digunakan secara komersial). Cara
pengeringan vakum dan spry dryer sudah ditinggalkan karena viabilitas inokulum
yang dihasilkan rendah (hanya mengandung 1-2% sel viabel). Namun demikian,
karena biaya operasional yang relative lebih rendah, cara ini masih relevan untuk
diaplikasikan dalam proses industri. Berikut prosedur yang dapat dilakukan:
a) Protein susu dihidrolisis dengan tripsin selama 4 jam pada suhu 37 oC diikuti
dengan proses steaming,
b) Inokulasi media skim dengan kultur starter dan diperbanyak paqda suhu 30 oC
dengan control pH menggunakan Ca(OH)2 sebagai bahan penetral
(neutralizing agent),
c) Kultur starter dievaporasi pada suhu 27oC menjadi 22g 100g-1 TS (total
solids) dan selanjutnya spry dry (dengan suhu udara 70 oC) menjadi bubuk
starter dengan kadar air 9 g 100g-1 dengan suhu bubuk tidak lebih dari 42oC
d) Dikering vakum pada suhu 27oC and 1-2 mmHg sampai dihasilkan bubuk
starter dengan kandungan air 5 g /100g bubuk starter.
Prosedur ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi kultur dan
lingkungan industri. Sebagai contoh, penambahan asam askorbat dan
monosodium glutamate dapat membantu untuk proteksi sel-sel bakteri selama
proses
pengeringan
(Tamime
dan
Robinson,
1999).
Lebih
lanjut
10.000 liter yoghurt dan apabila starter yang digunakan sebanyak 2 ml per 100
ml, maka starter yoghurt yang dibutuhkan adalah 200 liter. Dengan demikian
tahapan perbanyakkan yang harus dilakukan adalah:
Kultur stok dan biang dilakukan di laboratorium, sedangkan kultur feeder dan
bulk dapat diproduksi di ruang starter. Karakteristik starter yoghurt haruslah :
a) Mengandung sel viabel dalam jumlah maksimal.
b) Bebas dari kontaminasi, seperti: coliform, khamir maupun jamur.
c) Tetap aktif pada kondisi prosesing.
Tahapan propagasi terhadap kultur starter yoghurt dilakukan pada kondisi
yang aseptis dan medium yang steril. Kondisi sanitasi dan personal hygieneI
yang baik sangat penting dalam proses produksi yoghurt dari persiapan kultur
starter sampai produk akhir. Penggunaan starter yoghurt yang baik akan
menghasilkan produk seragam dengan mutu yang baik dan konsisten.
Selama tahun 1907, ketika ahli biologi Rusia dan pemenang Hadiah Nobel
Elie Metchnikoff menulis tentang penelitian umur panjang dalam bukunya
dikatakan, Streptococcus thermophilus, strain bakteri ini dikenal meningkatkan
kesehatan pencernaan. Streptococcus thermophilus bersama dengan Lactobacillus
bulgaricus menjadi strain perdana yang digunakan untuk membuat yoghurt. Hari
ini, kedua probiotik masih digunakan dalam produksi yoghurt baik. Banyak dari
yogurt yang dijual di toko yoghurt ini tidak baik. Beberapa tidak menggunakan
strain probiotik yang tepat, karena ini biasanya lebih mahal. Beberapa
melakukannya, tapi masih mempastir produk mereka setelah proses kultur.
Pasteurisasi menghancurkan bakteri berbahaya, tetapi juga menghancurkan
organisme menguntungkan seperti Streptococcus thermophilus. Konsumen dapat
mencari segel Asosiasi Yogurt Nasional pada kemasan yoghurt. Ini berarti produk
itu mengandung kultur hidup ketika itu dibuat, meskipun ada jaminan bahwa
bakteri menguntungkan masih akan hidup setelah pengiriman dan penyimpanan.
Dengan
membeli
starter
Streptococcus
thermophilus
dan
Lactobacillus
bulgaricus, yoghurt dapat dibuat di rumah dengan resep sederhana. Bakteri baik
memfermentasi gula dalam susu, juga dikenal sebagai laktosa. Laktosa berubah
menjadi asam laktat, yang sangat efektif dalam mencegah intoleransi laktosa.
Produksi asam laktat mengurangi pH dan hasil dalam susu mengental dan berubah
tart. Hal ini juga mencegah pertumbuhan bakteri yang menyebabkan keracunan
makanan.
Streptococcus thermophilus digunakan sebagai budaya starter untuk
makanan selain susu yoghurt, keju Mozzarella termasuk. Hal ini dianggap salah
satu yang paling komersial penting dari bakteri asam laktat. USDA statistik dari
tahun 1998 menunjukkan bahwa lebih dari 2240000000 keju Mozzarella dan
1,37 milyar pon yoghurt yang diproduksi, selama hampir lima juta dolar dalam
nilai konsumen. Hari ini, AOS 40 miliar dolar industri susu lebih bergantung dan
lebih
pada
Streptococcus
thermophilus
dan
strain
probiotik
lainnya.
recombinant
strain
of
Streptococcus