You are on page 1of 10

1.

Pengertian

2. Anamnesis

Hiperemesis Gravidarum Kode ICD X :021.0


muntah yang terjadi pada awal
kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu.
Keluhan
Mual dan muntah hebat
Gejala klinis
a. Amenore yang disertai muntah
yang hebat
b. Nafsu makan turun
c. Berat badan turun
d. Nyeri epigastrium
e. Lemas
f. Rasa haus yang hebat
g. Gangguan kesadaran
Faktor Risiko :
faktor endokrin, biokimiawi, dan

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

psikologis.
a. Pemeriksaan tanda vital: nadi
meningkat 100x/mnt, tekanan darah
menurun (pada keadaan berat),
subfebris, dan gangguan kesadaran
(pada keadaan berat).
b. Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi
: mata cekung, bibir kering, turgor
berkurang.
c. Pemeriksaan generalis: kulit pucat,
sianosis, berat badan turun > 5%
dari berat badan sebelum hamil,
uterus besar sesuai usia kehamilan,
pada pemeriksaan inspekulo tampak
serviks yang berwarna biru.
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
Amenor, mual muntah hebat
a. Ulkus peptikum
b. Apendisitis akut
c. Inflammatory bowel syndrome
d. Acute Fatty Liver
e. Diare akut
Darah, urinalisa

a. Mengusahakan kecukupan nutrisi


ibu dengan menganjurkan makan
makanan yang banyak mengandung
gula
b. Makan porsi kecil, tetapi lebih
sering
c. Menghindari makanan yang
berminyak dan berbau lemak.
d. Istirahat cukup
e. Defekasi yang teratur
f. Farmakologis:
Penanganan awal diberikan :
1. H2 Blocker per oral/IV.
2. Piridoksin 10 mg per oral tiap 8
jam.
3. Anti emetik IV.
4. Berikan cairan intravena sesuai
derajat dehidrasi.
5. Berikan suplemen multivitamin

8. Tata Laksana

9. Edukasi

10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator
15. Kepustakaan

1. Pengertian

(B kompleks) IV
a. Memberikan informasi kepada
pasien, suami, dan keluarga mengenai
kehamilan dan persalinan suatu
proses fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa
mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.
Dubia ad bonam
PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Kehamilan Normal Kode ICD X : 080.9


40 minggu dihitung dari hari pertama

2. Anamnesis

haid terahir (HPHT)


Berhenti menstruasi dengan disertai
tanda-tanda tidak pasti kehamilan
seperti:
a. mual dan muntah pada pagi hari
b. pengerasan dan pembesaran
mammae

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

8. Tata Laksana

faktor resiko: Periksa tanda vital ibu (tekanan


darah, nadi, suhu, frekuensi nafas),
ukur
berat badan, tinggi badan, serta
lingkar lengan atas (LLA) pada setiap
kedatangan.
Anamnesis, pemeriksaan fisik/obstetrik,
pemeriksaan penunjang
Berhenti menstrusi, ada tanda kehamilan
a. Tes kehamilan menunjukkan HCG
(+)
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan lain: kadar glukosa
darah dan protein urin sesuai
indikasi.
d. Pada ibu hamil dengan faktor
risiko:
BTA, TORCH
e. USG sesuai indikasi
a. Petugas kesehatan harus
menyadari, menghormati dan
mengantisipasi
bahwa ibu hamil memiliki latar
belakang budaya, kebiasaan dan
kepercayaan yang berbeda yang
memungkinkan adanya mitos dan
kebiasaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin, dan bayi
baru lahir nanti.
b. Memberikan zat besi dan asam
folat (besi 60 mg/hari dan folat 250
mikogram 1-2 x/hari), bila Hb < 7,0

9. Edukasi

gr/dl dosis ditingkatkan menjadi


dua kali. Apabila dalam follow up
selama 1 bulan tidak ada perbaikan,
dapat dipikirkan kemungkinan
penyakit lain (talasemia, infeksi
cacing
tambang, penyakit kronis TBC)
c. Memberikan imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) apabila pasien memiliki
risiko terjadinya tetanus pada proses
melahirkan dan buku catatan
kehamilan
1. Persiapan persalinan
2. Pentingnya peran suami dan
keluarga selama kehamilan dan
persalinan.
3. Tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai
4. Pemberian makanan bayi, air susu
ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi
menyusu dini (IMD).
5. Penyakit yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin
6. Perlunya menghentikan kebiasaan
yang beresiko bagi kesehatan
7. Program KB terutama penggunaan
kontrasepsi pascasalin.
8. Minum cukup cairan.
9. Peningkatan konsumsi makanan
hingga 300 kalori/hari dari menu
seimbang
10. Latihan fisik normal tidak
berlebihan, istirahat jika lelah.
11. Keluarga diajak untuk
mendukung ibu hamil secara
psikologis
maupun finansial, bila
memungkinkan siapkan suami siaga
12. Dukung intake nutrisi yang
seimbang bagi ibu hamil.
13. Dukung ibu hamil untuk
menghentikan pemberian ASI bila

10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator
15. Kepustakaan

1. Pengertian

2. Anamnesis

masih
menyusui.
14. Dukung memberikan ASI
eksklusif untuk bayi yang nanti
dilahirkan.
15 Siapkan keluarga untuk dapat
menentukan kemana ibu hamil harus
dibawa bila ada tanda bahaya
bonam
PErMENKES No.5 TAHUN 2014

Pre-eklamsia Kode ICD X : O14.9


merupakan kondisi spesifik pada
kehamilan di atas 20 minggu
yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon
maternal terhadap
adanya inflamasi spesifik dengan
aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda
utama
penyakit ini adanya hipertensi dan
proteinuria
Gejala yang timbul pada Preeklampsia ialah edema. Timbulnya
hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang
paling penting, namun penderita
seringkali
tidak merasakan perubahan ini.
Biasanya pasien datang dengan gejala
pada kondisi yang sudah cukup
lanjut
atau pre-eklampsia berat, seperti
gangguan penglihatan, sakit kepala
hebat,
nyeri perut bagian atas.

Faktor Risiko
a. Kondisi-kondisi yang berpotensi
menyebabkan penyakit mikrovaskular
(antara lain : diabetes melitus,
hipertensi kronik, gangguan
pembuluh
darah)
b. Sindrom antibody antiphospholipid
(APS)
c. Nefropati
d. Faktor risiko lainnya dihubungkan
dengan kehamilan itu sendiri
e. Obesitas sebelum hamil
f. Riwayat keluarga pre-eklampsia
eklampsia
g. Riwayat Pre-eklampsia pada
3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5.
6.
7.
8.

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana

kehamilan sebelumnya
a. Pada pre-eklampsia ringan:
ditandai adanya peningkatan tekanan
darah 140/90 mmHg.
b. Pada pre-eklampsia berat : tekanan
darah > 160/110 mmHg, edema,
pandangan kabur, nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran
kanan
atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula glisson), sianosis, adanya
pertumbuhan janin yang terhambat
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
Edema, darah tinggi, proteinuria
Hipertensi gravidrum
Proteinuria
Tata laksana pre-eklampsia ringan:
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap
kunjungan antenatal: tekanan darah,
berat badan, tinggi badan, indeks
masa tubuh, ukuran uterus dan
gerakan janin.
2. Rawat jalan (ambulatoir) :Ibu hamil
banyak istirahat, konsumsi susu dan
air buah, obat antihipertensi

9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator
15. Kepustakaan

1. Pengertian

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

Tata laksana pre-eklampsia berat:


Pemberian MgSO4 dosis awal dengan
cara: ambil 4 mg MgSO4 (10 ml
larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 10 ml aquades. Berikan secara
perlahan IV selama 20 menit. Jika
akses IV sulit berikan masing-masing
5 mg MgSO4 ( 12,5 ml larutan MgSO4
40%) IM di bokong kiri dan kanan.
Dubia ad bonam
PERMENKES No.5 TAHUN 2014

Eklamsia Kode ICD X : O15.9


merupakan kasus akut pada
penderita Pre-eklampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan atau
koma
Keluhan:
Kejang yang diawali dengan gejalagejala prodromal eklampsia, antara
lain:
a. Nyeri kepala hebat
b. Gangguan visus
c. Muntah-muntah
d. Nyeri epigastrium
e. Kenaikan progresif tekanan darah
Faktor Risiko:
meliputi kondisi-kondisi yang
berpotensi menyebabkan penyakit
mikrovaskular, sindrom antibody
antiphospholipid, dan nefropati.
a. Pemeriksaan keadaan umum: sadar
atau penurunan kesadaran
Glasgow Coma Scale dan GlasgowPittsburg Coma Scoring System.

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang
8. Tata Laksana

b. Tentukan jenis kejang: tonik,


klonik, umum.
c. Pemeriksaan tanda vital: adanya
peningkatan tekanan darah diastolik
>110 mmHg
d. Sianosis
e. Skotoma penglihatan
f. Dapat ditemukan adanya tandatanda edema paru dan atau gagal
jantung
g. Pada pemeriksaan abdomen dapat
ditemukan nyeri di epigastrium atau
nyeri abdomen pada kuadran kanan
atas (akibat teregangnya kapsula
glisson)
Edema, hipertensi, proteinuria, kjang, koma
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
a. Hipertensi
b. Perdarahan otak
c. Lesi di otak
d. Meningitis
e. Epilepsi
f. Kelainan metabolik
Proteinuria 2+
Perawatan dasar eklampsia yang
utama adalah terapi supportif untuk
stabilisasi fungsi vital, dengan
pemantauan terhadap Airway,
Breathing,
Circulation (ABC).
a. Perawatan pada saat kejang
1. Masukan sudap lidah ke dalam
mulut penderita.
2. Baringkan pasien pada sisi kiri,
posisi trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.
3. Beri O2 4 liter permenit.
b. Penatalaksanaan farmakologis
1. MgSO4 diberikan intravena
dengan dosis awal 4 g (10 ml
MgSO4 40%,
larutkan dalam 10 ml akuades)

secara perlahan selama 20 menit,


jika
pemberian secara intravena sulit,
dapat diberikan secara IM dengan
dosis 5mg masing bokong kanan
dan kiri
Adapun syarat pemberian MgSO4
adalah tersedianya Ca Glukonas
10%, ada refleks patella, jumlah
urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
dan
frekuensi napas 12-16x/menit.
2. Sambil menunggu rujukan,
mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
(15 ml
MgSO4 40%, larutkan dalam 500
ml larutan Ringer Laktat / Ringer
asetat) 28 tetes/ menit selama 6
jam dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang
berahir.
3. Pada kondisi di mana MgSO4
tidak dapat diberikan seluruhnya,
berikan dosis awal (loading dose)
lalu rujuk ibu segera ke fasilitas
kesehatan sekunder .
4. Diazepam juga dapat dijadikan
alternatif pilihan dengan dosis 10
mg
IV selama 2 menit (perlahan),
namun mengingat dosis yang
dibutuhkan sangat tinggi dan
memberi dampak pada janin, maka
pemberian diazepam hanya
dilakukan apabila tidak tersedia
MgSO4.
c. Stabilisasi selama proses
perjalanan rujukan
1. Lakukan pemeriksaan fisik tiap
jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, refleks patella.
2. Bila frekuensi pernapasan < 16

x/menit, dan/atau tidak


didapatkan
refleks tendon patella, dan atau
terdapat oliguria (produksi urin
<0,5
ml/kg BB/jam), segera hentikan
pemberian MgSO4.
d. Jika terjadi depresi napas,
berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml
larutan
10%) bolus dalam 10 menit.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator
15. Kepustakaan

Dubia ad malam
PERMENKES No.5 TAHUN 2014

You might also like