You are on page 1of 5

1.

Ikan Terbang (Hirundichthys oxycephalus)


a. Klasifikasi
Klasifikasi ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) menurut Bleeker (1852) :
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Beloniformes

Famili

: Exocoetidae

Genus

: Hirundichthys

Speies

: Hirundichthys oxycephalus

(Sumber: www.iftfishing.com)

b. Morfologi
Spesies ikan terbang secara umum memiliki ciri berupa bentuk tubuh yang bulat
memanjang seperti cerutu (oblong), agak mampat pada bagian samping. Bagian atas
tubuh dan kepala berwarna gelap, bagian bawah tubuh mengilap, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari pemangsa baik dari air seperti ikan lumba - lumba maupun dari udara,
yaitu burung pemakan ikan. Kedua rahangnya sama panjang. Memiliki duri-duri lemah
pada sirip dorsal berjumlah 10-12, sirip anal berjumlah 11-12, dan sirip pektoral sebanyak
14-15, dengan sirip pertama tidak bercabang (Parin, 1999). Sirip pektoral panjang yang
diadaptasikan untuk melayang. Sirip ventral panjang atau pendek, tertancap pada bagian
abdominal dengan enam buah duri lemah yang bercabang. Sirip ekor bercagak dengan
bagian bawah lebih panjang. Garis lateral terletak pada bagian bawah tubuh (Hutomo et
al., 1985). Ikan terbang dewasa dapat mencapai panjang 150-500 mm (Davenport, 1994).
Di Indonesia ukuran paling umum 200 mm (Hirundichthys oxycephalus), dan yang paling
panjang 300 mm (Cypselurus poecilopterus) (Hutomo et al., 1985).
c. Habitat
Ikan terbang merupakan ikan pelagis kecil yang menghuni lapisan permukaan
perairan (laut) tropis dan subtropis pada kedalaman 0-20 m. Ikan ini tersebar pada
Samudera Pasifik, Hindia, Atlantik dan laut di sekitarnya. Sebaran dari ikan ini dibatasi
oleh isotherm 20C. Ikan terbang banyak dijumpai di perairan timur Indonesia, di
antaranya adalah Selat Makassar, Laut Flores, Laut Natuna, Laut Aru, Laut Arafura
Papua, bagian utara Sulawesi Utara, perairan selatan Bali dan Jawa Timur, pantai barat
Sumatera Barat, Laut Halmahera, Laut Banda, perairan Sabang (Banda Aceh) dan laut
utara Papua.

d. Tingkah Laku
Termasuk perenang cepat, dapat tertarik oleh cahaya pada malam hari, dan mampu
meluncur keluar dari permukaan air dan melayang diudara (Munro, 1967). Sirip dan
gelembung gas untuk keseimbangan di udara. Sirip dada untuk keseimbangan terutama
pengaruh gravitasi, sirip ekor untuk pendorong ketika akan mulai terbang (Davenport,
1994). Kecepatan renang 35-40 mil/jam dan dapat mencapai 100 meter dalam waktu 10
detik (Nikolsky, 1963).
e. Reproduksi
Siklus Pemijahan
Berdasarkan analisis distribusi hasil tangkapan setiap bulan, menunjukan adanya dua
puncak musim, pertama pada bulan Februari dan kedua antara bulan Mei Juni. Puncak
pertama digolongkan ke dalam puncak sekunder, sedangkan puncak kedua adalah puncak
primer karena kelimpahannya lebih tinggi (Ali et al., 2004b).
Ruaya
Menurut Sihotang (2004) ikan terbang di Sulawesi Selatan melakukan ruaya untuk
keberhasilan penetasan telur dan ketersediaan makanan anaknya. Ruaya pemijahan ini
memiliki pengaruh langsung terhadap proses rekruitmen dan mortalitas. Ikan terbang
bukan tipe ikan peruaya jarak jauh, ikan ini hanya beruaya dekat pantai dan kearah laut.
Ikan terbang merupakan spesies ikan oseanodrom, artinya ikan yang seluruh daur
hidupnya berada di laut, memijah di laut, mulai dari telur, kemudian menetas menjadi
larva, lalu juvenil, dan dewasa di laut.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
TK

Jantan

Betina

G
I

Ukuran kecil dan pendek, warna putih Ukuran goad pendek dan terbungkus selaput
krem, gonad terbungkus selaput hitam

warna hitam, warna coklat muda, mengisi 1/3


rongga tubuh, butiran telur masih sangat kecil

II

Ukuran lebih besar dari TKG I, warna Ukuran lebih besar dari TKG I dan selaput
putih susu dan terbungkus selaput hitam

III

pembungkus warna hitam masih ada dan mulai

tampak butiran berwarna kuning


Ukuran mulai membesar dan selaput Ukuran mulai membesar dan mengisi rongga
pembungkus masih ada, gonad mulai tubuh, warna gonad kuning butiran telur lebih
memudar, warna makin putih

banyak

IV

Ukuran lebih besar dari TKG III, Butiran nampak jelas dan makin banyak, gonad
Permukaan

testes

tampak

bergerigi, mengisi seluruh bagian rongga tubuh dan

warna makin putih dan mengisi seluruh berwarna kuning tua


V

rongga tubuh
Gonad mengempis dan keriput bila Gonad mengempis dan keriput bila diawetkan
diawetkan

dan dibagian pelepasan terlihat sisa sisa telur

(Sumber : Herawati, 2006)

Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Menurut Royce (1972) ikan betina akan memijah dengan IKG berkisar antara 15 25 %,
sedangkan ikan jantan akan memijah dengan IKG berkisar 5 10 %. Ikan jantan
umumnya memiliki nilai IKG lebih kecil dibanding ikan betina.
f. Pertumbuhan
Setelah bertelur dan dibuahi, ikan terbang akan meninggalkan telur mereka dan telur akan
menetas 24-36 jam setelah kawin (biasanya pada malam hari). Anak-anak ikan terbang
berjuang hidup mandiri tanpa pengawasan induk mereka dengan memakan plankton dan
menjauhi predator hingga mereka dewasa. Ikan terbang dapat hidup hingga 5 tahun.
Ikan terbang yang tertangkap di Laut Flores (Ali 1981, diacu dalam Hutomo et a1.,1985)
memiliki variasi panjang rata-rata 19,8 -20,2 cm untuk jantan dan 19,8 - 20,3 cm untuk
betina. Sementara itu hasil pengukuran panjang total ikan terbang yang dilakukan
(Dwiponggo et al., 1987, diacu dalam Hutomo et al.,1985) menunjukkan bahwa ikan
yang terlangkap di perairan Sulawesi bagian selatan memiliki kisaran panjang 4 - 22,2
cm.
g. Food and Feeding Habit
Ali (1981) mengatakan ikan terbang dari spesies Hirundichthys oxycephalus memakan
plankton yang dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu algae, crustacea dan
chaetognatha. Kelompok makanan yang mempunyai nilai indeks bagian terbesar (index
of preponderance) adalah crustasea (70,93%) yang terdiri dari Copepoda, Cladocera,
Decapoda, Mysidacea dan Amphipoda yang merupakan makanan utama, kemudian
kelompok makanan algae (20,69%) yang terdiri dari Coscinodiscus, Chaetoceros,
Rhizosolenia, Thalassiosira, dan Planktoniella, serta kelompok Chaetognatha (8,38%)
terdiri dari Sagitta.
2. Ikan Talang Talang (Scomberoides commersonnianus)
a. Klasifikasi

Klasifikasi ikan talang talang (Scomberoides commersonnianus) menurut Lacapede


(1801) :
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Actinopterygii
: Perciformes
: Carangidae
: Scomberoides
: Scomberoides commersonnianus

(Sumber: www.iftfishing.com)

b. Morfologi
Ikan talang - talang memiliki bentuk badan lonjong, memanjang, pipih, moncong
membundar, bentuk mulut terminal, yaitu mulut berada di paling berujung bagian kepala.
Bagian lemah sirip punggung dan sirip dubur pendek dengan sisi sirip melengkung. Sirip
dada dan sirip perut pendek dan dimasukkan ke dalam celah, kepala dan badan berwarna
biru kehujauan dengan bagian bawah berwana putih keperakan sedikit kekuningan. Sisi
badan dengan kurang lebih 8 bercak di atas garis rusuk. Sirip dada kehitaman, sirip
lainnya keputihan. Sirip punggung terdiri dari 2 bagian, yang pertama dengan 4-8 jari
keras, yang kedua dengan 1 jari-jari keras dan 18 - 44 jari-jari lemah. Sirip dubur
terbagi 2 bagian, yang pertama dengan 2 duri kerasdan terpisah, yang kedua dengan jari 1
jari-jari keras 15-39 jari-jari lemah.sisik bertipe cycloid. Ikan talang-talang memiliki ekor
bertipe lunak. Sistem muscularia atau sistem jaringan otot termasuk kedalam ikan
teleostei atau ikan bertulang keras (sejati).
c. Habitat
Ikan talang - talang mudah dijumpai di pesisir pantai, muara sungai dan sekitar pulau.
Namun kebanyakan ikan talang talang menyukai habitat pesisir pantai yang jernih dan
tidak tercemar dari sisa-sisa bahan kimia dan racun.
d. Tingkah Laku
Termasuk perenang cepat ketika mengejar umpan atau makanannya.. Meski sering
bergerombol dalam kawanan kecil, ikan ini juga memiliki karakter cenderung berenang
sendiri.
e. Reproduksi
Ikan talang-talang bereproduksi seperti ikan pada umumnya yaitu dilakukan secara
eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain,
kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera

mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara
reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh
ikan.
f. Pertumbuhan
Saat masih muda warna tubuhnya perak abu-abu dan bintik hitam di badannya sangat
jelas terlihat. Tetapi saat semakin dewasa dan besar ikan ini memiliki warna tambahan
kekuningan di bagian bawah perut dan bintik hitam di badannya menjadi agak kabur. Ikan
ini umumnya memiliki panjang 30 cm dengan lebar 10-15 cm namun bisa juga mencapai
120 cm.
g. Food and Feeding Habits
Makanan berupa ikan-ikan kecil, udang, dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA
Davenport, J. 1994. How And Why Flyingfish Fly (review). Journal Fish Biology Ana
Fisheries, 4: 184-214.
Hutomo, M. Burhanuddin dan S. Martosuwejo. 1985. Sumberdaya Ikan Terbang. Jakarta :
Lembaga Oseanologi Nasional LIPI
Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. New Guinea. Departement of Agriculture,
Stock Ana Fisheries, Port Moresby, 2 : 356 pp.
Nikolsky, G.V. (1963). The Ecology of Fishes. Translated Bay. L. Birkett. London Ana New
York. Academic Press : 352 pp
Parin, N.V. 1999. Exocoetidae (flying fish). In K.E. Carpenter and V.H. Nien. The Living
Marine Resources of the Wettern Central Pacific. FAO, 4 : 2162 2179

You might also like