Professional Documents
Culture Documents
PENYUSUN :
ANTON PRIYADI
NIM : 2119110113
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya serta shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan jalan
kemudahan dariNya karya ilmiah dengan berjudul Biobriket Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) Sebagai Bahan Bakar Alternatif Berbasis Masyarakat
yang Ramah Lingkungan dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi.
Selain itu karya ilmiah ini yang mengangkat ide pembuatan biobriket dari eceng
gondok merupakan tawaran solusi atas pendayagunaan salah satu sumber bahan
bakar alternatif dari biomassa (bahan-bahan organik). Hal ini mengingat semakin
berkurangnya ketersediaan energi yang berasal dari minyak ataupun gas bumi.
Terselesaikannya karya ilmiah ini juga atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.
2.
Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................................
i
Daftar Isi..........................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................
3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................
3
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tabel 1: Komposisi sumber energi dari 10 negara konsumen energi terbesar dunia,
ditambah dengan Indonesia sebagai perbandingan (dalam juta ton)*.
(DEN), bahwa saat ini Indonesia telah mengalami defisit energi. Konsumsi
nasional bahan bakar minyak (BBM) mencapai 1,4 juta barel per hari (bph).
Sebesar 35% dihabiskan untuk menggerakkan transportasi. Sisanya untuk
menciptakan energi listrik dan memutar roda industri di pabrik-pabrik. Industri
lain yang juga butuh energi adalah industri kelistrikan, baja, kimia, dan petrokimia
serta rumah tangga.
Pada saat ini, ketersediaan energi listrik mencapai 30 gigawatt (GW). Pada
2025, kebutuhan listrik diprediksi mencapai 150 GW. Namun, pada 2050 dengan
penduduk sekitar 345 juta jiwa kebutuhan listrik nasional diramalkan menembus
angka 450 GW sebagaimana di negara maju. Bisa dibayangkan sulitnya mencari
sumber energi primer untuk pembangkit listrik. Guna mencukupi listrik 10 tahun
ke depan yakni 120 GW jika tetap mengandalkan energi primer dari bahan fosil
seperti minyak, gas bumi, dan batu bara bakal gagal. Kedepan cadangan energi
fosil makin menipis, ongkos eksploitasi tinggi, dan dihadang pengurangan emisi
CO2. (G.A. Guritno, 2010).
Kebutuhan rata-rata energi listrik di Jawa Tengah (Jateng) hingga 2013
diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 8,7 persen setiap tahun. Tahun ini
kebutuhan listrik di Jateng mencapai sekitar 14.000 gigawatt per hour (GwH).
Berbagai langkah disiapkan untuk mengupayakan pencapaian target, khususnya
melalui kebijakan rencana umum kelistrikan daerah. Di sisi penyediaan energi,
diupayakan peningkatan produksi melalui optimalisasi pembangkit yang ada
termasuk mendorong pendayagunaan sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan. (Suara Karya, 15 Juli 2010).
Selain itu, ketersediaan minyak bumi yang semakin berkurang mendorong
pemerintah mengalakkan program konversi minyak bumi ke gas LPG. Adanya
konversi ini sangat menguntungkan warga karena harga LPG yang lebih murah
jika dibandingkan dengan minyak tanah. Namun LPG juga merupakan energi
yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan semakin
lama akan semakin habis. Oleh karena itu pendayagunaan energi alternatif sangat
dibutuhkan. Terlebih akhir-akhir ini sering terjadi ledakan tabung gas LPG,
membuat kekhawatiran pada sebagian warga. Hal ini membuat banyak warga di
berbagai daerah beralih ke kayu bakar untuk memasak.
Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable energy) di
Indonesia relatif lebih banyak, satu diantaranya adalah biomassa ataupun bahanbahan limbah organik. Biomassa ataupun bahan-bahan limbah organik ini dapat
diolah dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu contohnya adalah
eceng gondok (Eichhornia crassipes).
B.
1.
Rumusan Masalah
Apakah eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dimanfaatkan pada
pembuatan biobriket?
2.
Bagaimana cara pembuatan biobriket dari eceng gondok (Eichhornia
crassipes)?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apakah eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat
2.
D.
1.
2.
Energi alternatif yang dimaksud dalam penulisan karya ilmiah ini adalah energi
pengganti khususnya berupa bahan bakar untuk memasak guna kepentingan
F.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
a.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Commelinales
Famili
: Pontederiaceae
Genus
: Eichhornia
Nama binomial:
Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms
b.
bahwa
kerangka
bunga
berbentuk
bulir,
bertangkai
dengan cepat.
Kondisi lingkungan yang dibutuhkan tanaman Eceng Gondok
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran
air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat
mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Tanaman eceng
gondok hidup pada ketinggian tempat berkisar antara 0-1600 m di atas permukaan
laut yang beriklim tropis dan sub tropis, kecuali pada daerah yang beriklim
dingin.Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang
mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan
potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan
eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika
Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan
berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
d.
1.
Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daundaun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang
cepat.
2.
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved
Oxygens).
3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga
4.
5.
6.
e.
1.
2.
3.
4.
f.
BAHAN BAKAR
NILAI KALORI
(kal/gr)
10.081,22
10.224,56
Gas alam
9.755, 89
Biobriket
7.047,30
Batubara
6.999,52
Batubara muda
1.877,24
Kayu kering
4.491,16
umum beberapa spesifikasi briket yang dibutuhkan oleh konsumen adalah sebagai
1)
2)
3)
4)
5)
berikut:
Daya tahan briket
Ukuran dan bentuk yang sesuai untuk penggunaannya
Bersih, tidak berasap terutama untuk sektor rumah tangga.
Bebas gas-gas berbahaya
Sifat pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan (kemudian dibakar, efisiensi
1)
butir tertentu.
2)
Pencampuran adalah mencampur bahan baku briket pada komposisi tertentu
3)
4)
5)
kalor.
c.
Standar kualitas briket bioarang
Saat ini belum ada suatu standar kulaitas briket bioarang. Namun, persyaratan
briket arang kayu menurut Sudrajat (1982) adalah:
Fixed Carbon >
60 %
Kadar abu
<
8%
Nilai kalor
>
6000 cal/ gr
Kerapatan
>
0,7 gr/ cm3
d.
Manfaat biobriket
Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat
menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu
penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli
minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan
pembuatan briket arang maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan
sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini limbah ampas batang
aren yang ada hanya dibakar begitu saja. Manfaat lainnya adalah dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola
dengan baik untuk selanjutnya briket arang dijual.
C. Cara pembuatan biobriket tanaman eceng gondok
Dari fakta dan data yang ada menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar
fosil saat ini semakin meningkat, jumlah cadangan semakin menipis, harga yang
tidak stabil (cenderung terus meningkat) dan isu-isu bahwa bahan bakar fosil
menyebabkan pemanasan global serta penyebab terjadinya kerusakan lingkungan
sudah mulai terbukti. Upaya untuk mengeliminasi kemungkinan terburuk dampak
pemakaian bahan bakar fosil yaitu dengan pengembangan sumber energi
terbarukan menjadi salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Kekayaan alam Indonesia menjadi pertimbangan utama konversi energi
minyak dan gas ke biomassa. Biomassa merupakan bahan alami yang biasanya
dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Perlu
diketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris terbesar yang akan mampu
memasok sumber bahan baku biomassa, baik dari budidaya hayati maupun limbah
pertanian, peternakan, dan perkebunan. Sumber energi biomassa mempunyai
keuntungan antara lain :
1.
menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar fosil.
Pemanfaatan energi biomassa juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah
pertanian, peternakan, dan perkebunan.
Oleh karena itu berbagai bahan organik saat ini dicoba untuk digunakan
sebagai penghasil energi alternatif, misalnya sebagai bahan bakar (biobriket).
Terlebih limbah yang dihasilkan oleh suatu aktivitas/ usaha produksi manusia
akan lebih baik jika kita manfaatkan sehingga tidak mencemari lingkungan
sekitar. Berbagai limbah yang telah diteliti dapat menghasilkan energi atau
sebagai bahan bakar alternatif antara lain: jerami, ampas tebu, sekam, limbah
ampas batang aren, serbuk gergaji dll.
Adapun proses pembuatan biobriket dari tanaman eceng gondok adalah
sebagai berikut:
1.
2.
Briket bisa juga dibakar sehingga menjadi bio arang. Dengan kandungan
karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang terkurangi, mutu bio arang ini lebih
baik dibanding briketnya. Selain ramah lingkungan, briket dan bio arang ini lebih
harum dan sedikit asapnya.
Sayangnya, waktu menyalanya relatif singkat sekitar 10 menit saja untuk 3-4
briket ataupun bio arang. Namun limbah hasil pembakaran briket atau bio arang
masih bisa dimanfaatkan untuk abu gosok atau pembuatan telur asin, sehingga tak
ada yang terbuang.
Menurut data nilai kalori yang terkandung pada berbagai bahan bakar bahwa
biobriket memiliki nilai kalor cukup tinggai yaitu rata-rata 7.047,30 kal/gram.
Nilai kalor biobriket tersebut menempati urutan ke-3 setelah minyak bumi
mentah, bahan bakar minyak dan gas alam. Hal ini berarti memenuhi standar
Jepang maupun standar Amerika. (Media Indonesia, 2010)
Akan tetapi kandungan kalor dari biomasa yang lebih rendah menyebabkan
jumlah briket yang diperlukan untuk keperluan yang sama relatif lebih banyak
dibanding batubara dan minyak tanah. Hal ini dapat diatasi dengan teknik
karbonisasi guna meningkatkan nilai kalor dari briket biomassa. Selain itu dengan
mengatur kandungan volatil yang cocok, briket biomassa relatif lebih mudah
dinyalakan daripada briket batubara. Bau yang dikeluarkan dari pembakaran
biobriket juga tidak terlalu menyengat sebagaimana bau yang dikeluarkan selama
pembakaran biobriket.
Sifat-sifat penting dari biobriket yang mempengaruhi kualitas bahan bakar
adalah sifat fisik dan kimia. Sifat fisik biobriket dapat diperoleh dari proses
pembuatan mulai dari pemilihan bahan hingga hasil berupa biobriket yang siap
digunakan. Ukuran partikel arang juga memberikan pengaruh pada kualitas
biobriket. Arang yang dihasilkan dari karbonisasi tanaman eceng gondok dinilai
cukup bagus karena limbah ampas yang belum dikarbonisasi sudah memiliki
ukuran partikel dengan diameter kecil sehingga mempercepat pada proses
karbonisasi.
2.
Apakah ada dampak positif atau manfaat yang terdapat pada tumbuhan eceng
gondok?
3.
Apakah tumbuhan eceng gondok ini dapat diolah menjadi barang yang memiliki
nilai guna dan komersial (bisnis)?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain:
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Cara Penanggulangan Dampak Negatif dari Tumbuhan Eceng Gondok
a.
Menggunakan herbisida
b.
c.
d.
2.2.Dampak positif atau manfaat yang terdapat pada tumbuhan eceng gondok.
Meskipun tumbuhan yang lebih sering dianggap sebagai tumbuhan
pengganggu kawasan perairan ini memiliki banyak dampak negatif, ternyata
eceng gondok memiliki berbagai manfaat, diantaranya:
Eceng gondok mampu menetralkan limbah rumah tangga dan industri
Menyerap uranium dan mercirium, dua zat yang sangat berbahaya bila mencemari
perairan
Pembersih polutan logam berat
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia
berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar
kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan
Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu
menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng
gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat
kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam
lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap
oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr
semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen.
Mampu menyerap residu pestisida.
Eceng gondok dapat diolah menjadi bahan pembuatan kertas, kompos, biogas,
perabotan, kerajinan tangan,
Sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.
Eceng gondok kaya asam humat yang menghasilkan Senyawa Fitohara yang
mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman.
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
2.3.Pemanfaatan eceng gondok menjadi barang yang memiliki nilai guna dan
komersial (bisnis).
a.
Eceng
kerajinan yang
b.
c.
d.
Kerajinan eceng gondok dapat berupa anyaman, tas, sendal, bahan pembuatan
kertas, dompet, furniture, mebel, dan lain-lain.
Salah satu masalah serius di Indonesia saat ini adalah masalah mengenai energi,
dimana sumber energi yang biasa dipakai yang berasal dari sumber energi tak
terbarukan ketersediaannya semakin terbatas. Oleh karena itu saat ini sedang
dikembangkan berbagai macam energi terbarukan dan energi alternatif untuk
menanggulangi keterbatasan tersebut. Berbagai jenis energi terbarukan yang mulai
dikembangkan saat ini antara lain sumber energi yang berasal dari tenaga angin,
tenaga surya, biomassa, tenaga air, panas bumi, dan biofuel.
Selanjutnya dalam tulisan ini saya akan membahas sedikit mengenai jenis energi
terbarukan dalam bentuk biomassa sesuai dengan apa yang saya dapatkan setelah
mengikuti kegiatan Kamase pada 16 Maret 2013. Pada acara ini dibahas tentang
biomassa dengan spesifik mengenai pembuatan briket.
Nah, apa itu briket?
Briket adalah bahan bakar alternatif yang menyerupai arang tetapi tersusun dari
bahan nonkayu. Saat ini sudah ada beberapa macam limbah yang dijadikan
sebagai bahan mentah pembuatan briket diantaranya limbah jerami, sekam padi,
ampas tahu, limbah onggok dan lain-lain.
Proses pembuatan briket melalui beberapa tahapan, yaitu :
1.
2.
Pirolisis
Pirolisis adalah proses pembakaran tidak sempurna dimana oksigen yang masuk
dibatasi sehingga hasil pembakarannya akan berupa arang, bukan abu. Untuk
proses ini bahan yang sudah dijemur tadi dimasukan ke dalam sebuah tungku atau
wadah yang sudah dilapisi dengan elemen pemanas. Wadah tersebut kemudian
ditutup untuk membatasi oksigen yang masuk. Suhu elemen pemanas yang
digunakan biasanya 670 K.
3.
Proses ini dilakukan setelah pirolisis karena lebih mudah menghancurkan bahan
yang sudah menjadi arang daripada menghancurkan bahan yang masih mentah
seperti tempurung kelapa.
4.
Pencampuran Perekat
Pada tahap ini arang yang sudah dihancurkan tadi dicampur dengan perekat yang
sudah dicampur dengan air terlebih dahulu. Perekat yang digunakan biasanya
berupa lem kanji atau tanah liat. Namun yang menghasilkan nilai kalor yang
tinggi adalah lem kanji. Pemberian perekat ini memberikan dampak terhadap
kinerja briket. Semakin banyak konsentrasi perekat yang digunakan maka nilai
kalornya akan menurun. Namun jika tidak ditambahkan perekat maka briket akan
lebih mudah retak dan hancur.
Misalnya arang 1kg, maka perekatnya sebanyak 0,1% dari massa arang.
Sedangkan
perbandingan
air
dengan
arang
adalah
1:1.
Pada tahap ini sebaiknya perekat dicampur dulu dengan air baru dipanaskan agar
campurannya homogen.
5.
Pencetakan
Setelah dicampur dengan perekat, briket yang sudah tercampur dengan perekat
kemudian dicetak. Proses pencetakan bisa dilakukan denagn cara manual atau
otomatis. Cara manual biasanya dengan menggunakan pipa atau bambu
sedangkan cara otomatis dengan menggunakan alat. Tekanan yang paling baik
untuk menghasilkan briket dengan kalor tinggi adalah 200kg/cm2. Nilai kalor
dapat ditingkatkan dengan menaikkan tekanannya, namun jika tekanannya terlalu
tinggi maka probabilitas briket akan keluar dari alat pencetakan pada saat
dilakukan press akan semakin tinggi.
6.
Pengeringan
Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air karena pada saat pencampuran
dengan perekat tadi bahan briket juga dicampur dengan air sehingga perlu
dilakukan pengeringan ulang.
7.
Pengujian
Pada tahap ini briket yang sudah jadi diuji terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah briket yang dibuat sudah bagus atau belum. Adapun yang biasa diuji
adalah kadar air, kadar abu, kadar volatile, dan juga kalornya.
Untuk pengujian kadar air biasanya dilakukan dengan cara mengambil bahan
mentah yang akan dijadikan briket misalnya sebanyak 2 gram kemudian
menimbangnya. Setelah itu bahan tersebut dioven dan kemudian ditimbang lagi.
Besarnya kadar air didapatkan dengan cara membandingkan massa bahan sebelum
dioven dan sesudah di oven.
Kadar volatile yaitu kadar kandungan bahan yang menguap selain air, misalnya
hidrogen dan nitrogen.
Briket ini baik jika dikembangkan karena selain mengurangi limbah, menghemat
energi, penggunaan briket ini juga dapat mengurangi emisi karena emisi yang
dihasilkan dari pembakaran briket lebih rendah dibandingkan dengan emisi batu
bara.
Indonesia mempunyai potensi energi biomassa yang cukup besar termasuk limbah
pertanian. Biomassa berupa limbah pertanian dapat digunakan secara langsung
sebagai sumber energi panas atau bahan bakar. Salah satu biomassa dari limbah
pertanian adalah cangkang kakao dan sampah organik yang diduga dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket. Tujuan dari penelitian ini
adalah melihat pengaruh komposisi biobriket yang terdiri dari dari (1) komposisi
campuran biomassa dengan variasi 50:50, 75:25, dan 90:10% dan (2) komposisi
campuran biomassa dan perekat dengan variasi 90:10, 80:20 dan 70:30%. Bahan
baku biomassa cangkang kakao dan sampah organik diperoleh dari Desa Saree,
Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan untuk membuat biobriket dari
biomassa tersebut adalah menggunakan metode tanpa proses karbonisasi.
Parameter uji untuk mengetahui kualitas briket yang dihasilkan adalah uji nilai
kalor, uji kuat tekan dan uji Index Shatter.
BAB I
PENDAHULUAN
proses fotosintesis saat tumbuhan tersebut masih hidup. Bahan bakar yang akan
dihasilkan dari biomassa ini adalah bahan bakar yang berwujud padat dan berasal
dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu dan dikenal dengan nama biobriket.
Biomassa dari limbah pertanian, antara lain:
perkebunan sawit (cangkang sawit, tandan sawit, pelepah sawit, dan serabut),
cangkang kakao, cangkang kelapa, jerami, kayu, dan lain-lain. Dalam penelitian
ini, sumber energi biomassa yang diteliti adalah biomassa dari cangkang kakao
dan sampah organik. Cangkang kakao merupakan limbah hasil perkebunan rakyat
yang belum termanfaatkan sepenuhnya, padahal cangkang kakao merupakan
biomasa yang memiliki potensi cukup besar untuk menghasilkan energi pengganti
minyak bumi yang diolah menjadi briket dengan nilai kalor yang relatif besar
(4060 kal/gram) dan cocok digunakan sebagai penganti bahan bakar skala rumah
tangga. Sedangkan sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang dapat terurai
secara alamiah/biologis. Sampah organik yang terdapat di alam dan masih belum
terolah dengan maksimal dapat menjadi pencemar lingkungan. Contoh sampah
organik yang dapat diolah antara lain daun-daunan yang kering, kulit pisang,
bongkol jagung, dan lain-lain.
Untuk menghasilkan bioenergi dari biomassa, teknologi biobriket
memberikan peranan yang cukup besar terhadap tingkat kemudahan dalam
penggunaan
sumber
energi
ini.
Pembriketan
biomassa
adalah
proses
terdapat di Sumatra Barat dalam penelitian ini variable yang ditinjau merupakan
tekstur dan bentuk briket terhadap laju pembakaran. Sebelumnya Subroto (2006)
juga telah melakukan penelitian karakteristik pembakaran biobriket campuran
batubara, ampas tebu, dan jerami dengan membandingkan komposisi batubara
untuk melihat pengaruh laju pembakaran dan emisi polutan yang dihasilkan dari
pembakaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan komposisi biomassa
mempunyai peranan penting dalam pembuatan biobriket sama halnya dengan
perbandingan komposisi perekat yang akan dicampurkan dengan biomassa.
Melihat peranan perekat penting dalam pembuatan biobriket maka perlu dilakukan
penelitian untuk pengaruh komposisi cangkang kakao dan komposisi perekat
terhadap laju pembakaran yang akan dihasilkan oleh biobriket
secara khusus penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komposisi biobriket
berdasarkan campuran cangkang kakao dan sampah organik juga melihat
pengaruh komposisi perekat terhadap karakteristik briket yang dihasilkan.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan penyelesaian dari pencemaran lingkungan dan pengganti bahan bakar
sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi untuk
keperluan rumah tangga maupun industri. Hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan kontribusi bukan saja kepada pengembangan ilmu dan teknologi,
tetapi juga dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat pedesaan untuk
memenuhi penyediaan kebutuhan energi sebagai pengganti minyak tanah atau
kayu bakar dan dapat mengurangi limbah padat hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biomassa
Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun
yang
bekerja
sebagai
sel-sel
surya,
menyerap
energi
matahari
dan
biomassa
yang
banyak
didapati
berasal
dari
limbah
(a)
(b)
Gambar 2.1. (a) buah kakao, (b) cangkang kakao
Smith dan
Adegbola (1982)
84,00 90,00
Amirroenas(1990) Roesmanto(1991)
91,33
90,40
6,00 10,00
6,00
6,00
Lemak (%)
0,50 1,50
0,90
0,90
19,00 28,00
40,33
31,50
Abu (%)
10,00 13,80
14,80
16,40
BETN (%)
50,00 55,60
34,26
Kalsium (%)
0,67
Pospor (%)
0,10
- Kulit buah
0,17 0,20
- Kulit biji
1,80 2,10
- Biji
1,90 2,0
Sampah organik yang mudah membusuk (garbage) yaitu limbah padat semi
basah berupa bahan-bahan organik yang berasal dari sektor pertanian dan pangan
termasuk dari sampah pasar. Sampah ini mempunyai ciri mudah terurai oleh
mikroorganisme dan mudah membusuk, karena mempunyai rantai kimia yang
relatif pendek. Sampah ini akan menjijikkan jika sudah membusuk apalagi bila
2.
karena rantai kimia panjang dan kompleks yang dimilikinya, contoh dari sampah
ini adalah kertas dan selulosa.
Banyak sekali bahan yang biasa digunakan untuk perekat. Asalkan bahan
tersebut memiliki sifat lengket atau mampu merekatkan bahan lainnya. Tetapi
perlu diingat bahwa bahan yang digunakan sebagai perekat tersebut tidak
berbahaya untuk produksi. Beberapa bahan yang dapat dan biasa digunakan
sebagai perekat antara lain adalah :
a.
b.
c.
3.
Banyaknya serat dan kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu yang
digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya
masih sedikit dan zat patinya masih banyak (Margono dkk, 1993).
2.5. Biobriket
Biobriket merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat
digunakan untuk menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah. Biobriket
merupakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan
organik. Bahan baku pembuatan arang biobriket pada umumnya berasal dari,
tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan bungkil sisa pengepresan biji-bijian.
2.5.1.
a.
bentuk bantal, jengkol dan telur; untuk mendapatkan briket dalam bentuk ini
diperlukan semacam mesin pengepresan double roll.
b.
bentuk sarang tawon; bentuknya bervariasi mulai dari silinder, segi lima atau
segi empat dan berlubang-lubang untuk memudahkan sirkulasi udara pada saat
pembakarannya (Basyuni dkk, 1993, Indra, 1999, Najib, 1998).
2.5.2.
1.
Mudah dinyalakan
2.
3.
Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun secara fisik harus kuat
atau tidak mudah pecah untuk memudahkan dalam penanganan dan pengangkutan
sampai radius maksimum 200 km
4.
Kedap air dan tidak berjamur atau tidak mengalami degradasi jika disimpan
dalam kurun waktu yang lama
5.
6.
7.
8.
9.
10. kadar zat terbang tidak kurang dari 3 % dan tidak lebih besar dari 20 % (Indra,
1999; Najib, 1998; Stefano, 1993).
Proses penggerusan
Ukuran yang dikehendaki dalam pembuatan briket adalah lolos saringan
dengan ukuran < 3 mm (Indra, 1999). Untuk menghasilkan biomassa dengan ukuran
yang dimaksud, digunakan mesin penggerus dengan kapasitas dan distribusi ukuran
yang tepat seperti terlihat pada Gambar 2.2
b.
d. Pengeringan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian akan ini dilakukan di Laboratorium Sumber Daya dan Energi
Jurusan Teknik Kimia dan Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik. Penelitian ini akan dilakukan selama enam bulan termasuk penyusunan
laporan.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat
a. Crusher
b. Ayakan (test sieve, ukuran 15, 25, 35, dan 50 mesh)
c. Mixer
d. Alat pembriketan spesifikasi: elektrik punching press (capacity 0,5- 400 kN)
e. Tox Pressotechnik
f. Termometer
g. Stopwatch
h. Timbangan digital Explorer Pro maksimum: 110 gram, Panci
i. Stop watch
j. Gelas ukur.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kakao
(diambil dari limbah perkebunan Saree-Aceh Besar), tepung tapioka (komersial).
Komposisi Campuran
Biomassa (%)
Cangkang
Kakao (%)
Sampah
Organik
(%)
10
20
30
(B1)
(B2)
(B3)
50
50
A1 B1
A 1 B2
A1 B3
(A1)
(A1)
A1 B1
A 1 B2
A1 B3
75
25
A2 B1
A 2 B2
A2 B3
(A2)
(A2)
A2 B1
A 2 B2
A2 B3
90
10
A3 B1
A 3 B2
A3 B3
(A3)
(A3)
A3 B1
A 3 B2
A3 B3
Kegiatan
Bulan ke1
Eksperimen
Pengumpulan data
Pembuatan/penyusunan laporan
bahan udah kering agar mempercepat proses karbonisasi dan hasil karbonisasi
lebih homogen.
2.
Karbonisasi (pengarangan)
Bahan-bahan baku dimasukkan ke dalam drum bekas atau wadah dan tutup rapat
untuk mengurangi oksidasi. Wadah ditaruh di atas sumber api, bisa kompor, atau
perapian dan dipanaskan kira-kira kurang lebih 5-8 jam tergantung jumlah bahan
yang di arangkan dan derajat pengarangan yang diharapkan.
3.
Penggilingan arang
Arang yang terbentuk digiling manual atau dengan alat penggiling tepung atau
blender sampai berukuran kecil dan honogen.
4.
Penyaringan
Arang yang sudah digiling disaring dengan saringan 0,1 atau 0,5 mm atau
saringan mesh atau saringan biasa kalau tidak ada. Arang yang tidak lolos
saringan bisa digiling kembali.
5.
Pencampuran dengan bahan pelekat
Ada beberapa perekat yang bisa digunakan, seperti aci (tepung tapioka), tanah
liat, getah karet, getah pinus, dan lem kayu. Yamg paling murah dan mudah adalah
lem aci namun dapat menimbulkan jamur pada penyimpanan yang lama. (pilihan:
bisa diatasi dengan dicampur bahan kimia anti jamur). untuk pembuatan lem aci
sendiri adalah dengan mencampurkan tepung tapioka dengan air mendidih dan
diaduk-aduk. Setelah dingin, lem aci dicampurkan dengan bahan arang dengan
perbandingan 600 cc lem aci untuk 1 kg arang. Campuran tersebut diaduk-aduk
hingga merata. Catatan : lem aci tidak boleh terlalu encer atau terlalu pekat karena
akan mempengaruhi sifat mekanik briket.
6.
Pencetakan adonan
Adonan antara arang dengan bahan perekat dimasukkan di dalam cetakan dengan
ditekan-tekan agar padat dan tidak mudah pecah atau hancur. Cetakan bisa terbuat
dari kayu, logam, atau PVC yang mempunyai lubang di atas dan di bawah agar
mempermudah pengeluaran briket.
7.
Pengeringan briket
Briket yang sudah dicetak dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2-3 hari
atau di dalam oven selama 4-6 jam sampai benar-benar kering, selama
pengeringan, briket dibolak-balik agar pengeringan merata.
8.
Pelapisan dengan bahan nyala
Ada beberapa jenis bahan penyala, antara lain adalah lilin cair, getah pinus,
spirtus, oli bekas, minyak sawit, dan minyak jarak.
Bahan penyala bisa disemprotkan di sekeliling permukaan briket atau briket bisa
dicelupkan di dlam bahan penyala. Khusus untuk lilin cair dan getah pinus bisa
dicampurkan bersama-sama dengan arang dan lem lalu dicetak.
9.
Uji nyala
Uji nyala digunakan untuk mengetahui kemampuan briket arang sebagai bahan
bakar. Idealnya 200 gram briket bisa mendidihkan 2 liter air dalam waktu 45
menit. (briket arang)
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai
bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling
umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket
biomassa.
Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset energi Institut
Pertanian Bogor.[1] Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat
pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket.
Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat
menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.
Daftar isi
3 Pemanfaatan briket
4 Galeri
5 Lihat pula
6 Referensi
7 Pranala luar
o Gambut
Bahan pendukung:
o Batu kapur (pewarna)
o Pati (pengikat)
o Boraks (bahan pelepas, release agent)
o Natrium nitrat (akselerator)
o Malam (wax, sebagai pengikat, akselerator, dan penyala (igniter))
Briket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok
yang keras. Metode ini umum digunakan untuk batu bara yang memiliki nilai
kalori rendah atau serpihan batu bara agar memiliki tambahan nilai jual dan
manfaat. Briket digunakan di industri dan rumah tangga.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki kadar air
rendah untuk mencapair nilai kalor yang tinggi. Keberadaan bahan volatil juga
mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran briket; bahan yang memiliki
bahan volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar.[4]
Mesin pembuat briket
Mesin pembuat briket adalah mesin yang digunakan untuk memproses limbah dan
residu usaha kehutanan dan pertanian menjadi briket. Sebelum dijadikan briket,
bahan mentah harus diberikan perlakuan tertentu seperti pemurnian dan
pengecilan ukuran partikel.
Mesin press briket bekerja dengan tiga mekanisme dasar:
Briket jerami
Ogatan (), briket arang Jepang yang terbuat dari serbuk gergaji
A.
Latar
belakang
Energi merupakan suatu kompenen kebutuhan hidup yang sangat penting.
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan
hanya dapat diubah kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya pemanfaatan Minyak bumi
dan gas alam sebagai penghasil energi. Terutama negara-negara yang
menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar perindustriannya.
Hal tersebut merupakan masalah besar yang dihadapi manusia dewasa ini.
Karena benda tersebut tidak dapat diperbaharui lagi penggunaannya, dan
persediaannya makin menipis.
Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus menerus, tanpa
memperhitungkan sumber cadangan minyak bumi yang tersisa, maka
manusia akan kekurangan sumber energi tersebut. Akibatnya manusia akan
kesulitan mendapatkan barang tambang minyak bumi.
Oleh karena itu perlu dipikirkan bahan alternatif baru penghasil energi
kalor yang lain. Pemanfaatan bahan organik sebagi pengganti penghasil
kalor merupakan hal yang tepat. Karena bahan organik dipastikan selalu
dapat diproduksi ulang oleh manusia.
Di Indonesia banyak terdapat lahan-lahan subur yang potensial untuk
lahan pertanian bahan organik tersebut. Kebanyakan lahan pertanian di
Indonesia ditanami dengan tanaman pangan dan didominasi oleh padi.
Karena makanan pokok Indonesia adalah beras. Makanan pokok tersebut
diperoleh dari padi yang diolah dipabrik, dan hasil buangan dari proses
tersebut
adalah
sekam
padi
yang
melimpah.
Apabila limbah pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil
kalor, maka kalangan masyarakat luas dapat lebih menghemat penggunaan
minyak
bumi
dan
gas
alam
sebagai
bahan
bakar.
Menanggapi hal itu penulis mencoba mencetuskan untuk mengolah limbah
pertanian tersebut menjadi sumber energi kalor pengganti kerosin / minyak
tanah yang berdaya guna. Dari hasil telaah pustaka dan pengamatan yang
dilakukan penulis bertujuan untuk memanfaatkan sekam padi sebagai
energi kalor dalam bentuk briket bioarang dari bahan tersebut.
B.
1.
2.
Rumusan
Apa
Apa
fungi
itu
minyak tanah
Kerosin/Minyak
dalam kehidupan
Masalah
Tanah?
sehari-hari?
3. Jika saja Minyak Bumi sudah habis, adakah alternatif lain pengganti
kerosin/
minyak
tanah?
4. Apakah sekam padi dapat dibuat energi alternatif pengganti kerosin?
5. Jika bioarang dari sekam padi dapat digunakan untuk menanggulangi
kerosin, bagaimana cara membuatnya dan berapa lama waktu yang
diperlukan
untuk
membuatnya?
6. Bermanfaatkah briket bioarang bagi masyarakat luas ?
C.
Tujuan
Tujuan
dari
makalah
ini
adalah
:
1.
Memaparkan
kebutuhan
akan
energi
alternatif.
2. Memberitahukan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan
gas
alam
kepada
masyarakat
luas.
3.
Memberitahukan pemanfaatan sekam padi yang berlimpah.
4.
Memberitahukan
cara
pembuatan
briket
bioarang.
5. Apa fungsi minyak tanah dalam kehidupan sehari-hari?
D.
Manfaat
Manfaat
yang
diperoleh
adalah
:
1. Pengetahuan tentang alternatif pengganti penggunaan bioarang.
2. Pengetahuan tentang pentingnya bahan organik sebagai alternatif
penghasil
energi
kalor.
3. Pengetahuan tentang pemanfaatan sekam padi sebagai bahan bakar
alternatif.
BAB
PEMBAHASAN
II
A.
Pengertian
Kerosin
Kerosin (minyak tanah), biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk
keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan
baku pembuatan bensin melalui proses cracking. Minyak tanah (bahasa
Inggris: keroseneatauparaffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak
berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi
fraksional dari petroleum pada 150C and 275C (rantai karbon dari C12
sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu
minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar
mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah
bentuk dari kerosene dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair
sebagai bahan bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani
keros (, wax ). Dari website Pertamina diketahui bahwa minyak
Kemudian dikeringkan setelah itu bahan baku tersebut dibakar di dalam wadah
dan disiapkan perekat dari lem kanji. Perekat tersebut dicampur dengan bahan
baku yang telah di bakar diatas tungku untuk kemudian dicetak sesuai kehendak
dan siap dikemas.
Selain itu, briket arang ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
arang konvensional. Terutama pada bentuk ukurannya seragam karena dicetak
khusus dan besar kecilnya sesuai kehendak.
Selanjutnya, briket ini mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan arang biasa. Apinya juga sama seperti kompor gas berwarna
biru.
Plh Kepala SMKN 1 Pangkalankerinci, Muhammad Syafi SPd MSi didampingi
Ketua Jurusan Kimia, Yulidia Fitri SSi MPd, memaparkan, cangkang sawit baik
digunakan sebagai bahan bakar atau arang karena termasuk bahan
berlignoselulosa, berkadar karbon tinggi .
Kemudian, mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada kayu yang mencapai
1,4 g/ml. Karakteristik ini memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan
arang yang mempunyai energi panas tinggi sebesar 20.093 kJ/Kg.
Bahan-bahan tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, namun jika
diabaikan dan dibiarkan berserakan akan membuat lingkungan menjadi rusak. Jika
dibakar didalam incinerator akan menyebabkan pencemaran udara.
Memanfaatkannya untuk kepentingan lingkungan yang kami lakukan sekarang ini
dari cangkang sawit, ungkapnya kepada Riau Pos , akhir pekan lalu, di
Pangkalankerinci.
Menurut dia, cangkang kelapa sawit ini adalah bagian terkeras pada kelapa sawit.
Cangkang sawit memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi industri, usaha dan
rumah tangga.
Beberapa diantaranya adalah produk bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif,
asap cair, fenol, briket arang.
Muhammad Syafii mengungkapkan, briket cangkang sawit sangat berfungsi
sebagai bahan bakar hemat energi memasak bagi ibu rumah tangga. Siswa dari
Jurusan Kimia, sambungnya, melakukan inovasi untuk membuat briket secara
Menurut dia, briket cangkang kelapa sawit ini telah melewati beberapa pengujian
standar yang biasa dilakukan terhadap bahan bakar umumnya. Misalnya pengujian
kadar gas nitrogen, kadar karbon monoksida, kadar gas sulfur dan hasil yang
diperoleh masih dalam batas ambang kewajaran yang aman bagi lingkungan.(ndi)