You are on page 1of 7

OSTEOARTHRITIS GENU

(http://www.diskdr-online.com/news/5/OSTEOARTHRITIS-GENU)

Definisi
Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor
resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut.
Anatomi
Sendi lutut merupakan gabungan dari tiga sendi yaitu patelofemoral, tibiofemoral medial dan
tibiofemoral lateral. Pada sendi tibiofemoral, terdapat meniskus lateralis dan medial.
Meniskus merupakan diskus fibrokartilago pipih atau segitiga atau irreguler yang melekat
pada kapsul fibrosa dan selalu pada salah satu tulang yang berdekatan. Meniskus
mengandung kolagen tipe I sampai 60-90% sedangkan proteoglikan hanya 10%. Konstituen
glikosaminoglikan yang terbanyak adalah kondroitin sulfat dan dermatan sulfat sedangkan
keratan sulfat sangat sedikit. Selain itu fibrokartilago meniskus juga lebih mudah membaik
bila rusak. Sendi lutut diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen kolateral dan medial
yang menjaga kestabilan lutut agar tidak bergerak ke lateral dan medial dan ligamentum
krusiatum anterior dan posterior yang menjaga agar tidak terjadi hiperfleksi dan hiperekstensi
sendi lutut. Fleksi lutut akan diikuti rotasi internatibia, sedangkan ekstensi lutut akan diikuti
rotasi untuk memperbesar momen gaya pada waktu lutut ekstensi sehingga kerja otot
quadriceps femoris tidak terlalu kuat.
Patofisiologi
Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai osteoartritis yaitu kerusakan tulang
rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi
dan tepi sendi (osteofit). Perubahan yang lebih dulu timbul, sampai sekarang belum
dimengerti. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa perubahan-perubahan metabolisme
tulang rawan sendi telah timbul sejak proses patologis osteoartritis. Perubahan tersebut

berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan
sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan,
perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Saat ini
osteoartritis tidak dipandang hanya sebagai proses degeneratif saja, tetapi juga merupakan
suatu penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya perubahan-perubahan pada
makromolekul tulang rawan tersebut, sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi akan berubah.
Hal ini akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban biasa. Permukaan
tulang rawan sendi menjadi tidak homogen, terpecah belah dengan robekan-robekan dan
timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit, tulang rawan sendi dapat hilang
seluruhnya sehingga tulang dibawahnya menjadi terbuka. Pembentukan tulang baru (osteofit)
dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali
persendian atau tepi sendi. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima
beban, osteofot mungkin dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi
pada osteoartritis, akan tetapi kaitan yang sebenarnya antara osteofit dengan kerusakan tulang
rawan sendi belum jelas, oleh karena osteofit dapat timbul pada saat tulang rawan sendi
masih kelihatan normal.
Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan erat dengan terjadinya osteoartritis
genu :
1. Umur
Dari semua faktor risiko timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terpenting.
Prevalensi dan beratnya penyakit osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoartritis hampir tidak pernah ditemukan pada anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Penderita osteoartritis genu meningkat pada usia
lebih dari 65 tahun, baik secara klinik, maupun radiologik. Gambaran radiologik yang berat
(grade III dan IV menurut kriteria Kell-green-Lawrence) makin meningkat dengan
bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 70-79
tahun dan 19,4% pada usia lebih dari 80 tahun, wanita yang mempunyai gambaran radiologik
oestoartritis berat 10,6% pada umur kurang dari 70 tahun, 17,6% pada umur 70-79 tahun dan
21,1% pada umur lebih dari 80 tahun; sedangkan pada laki-laki 12,8% pada umur kurang dari
70 tahun, 18,2 % pda umur 70-79 tahun dan 17,9% pada umur lebih dari 80 tahun. Prevalensi
radiologik osetoartritis akan meningkat sesuai dengan umur. Pada umur dibawah 45 tahun
jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat. Pada usia tua gambaran radiologik
osteoartritis genu yang berat mencapai 20%. Pada penelitian lain didapatkan bahwa dengan
makin meningkatnya umur, maka beratnya osteoartritis secara radiologik akan meningkatkan
secara esksponensial.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis genu dan laki-laki labih sering terkena osteoartritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah usia 45 tahun frekuensi
osteoartritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun setelah
menopause frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dibanding pria. Hal ini

menunjukkan adanya peran hormonal. Dari 500 pasien dengan osteoartritis pada anggota
badan, ternyata 41,9% adalah penderita osteoartritis genu dan jumlah wanita lebih banyak
dari laki-laki (1,3 : 1)
3. Pekerjaan
Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus-menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis. Pekerjaan dan olahraga juga merupakan faktor
predisposisiosteoantrosis sendi lutut. Penelitian HANES I mendapatkan bahwa pekerja yang
banyak membebani sendi lutut akan mempunyai resiko terserang osteoartritis genu lebih
besar dibandingkan pekerja yang tidak banyak membebani lutut.
4. kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk
timbul osteoartritis pada wanita maupun pria. Maquet berusaha menjelaskan
secara biomekanika beban yang diterima lutut pada obesitas. Pada keadaan
normal, gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi
oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian
sentral sendi lutut. Pada keadaan obesitas, resultan gaya tersebut akan bergeser
ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut tidak seimbang. Pada
keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang
akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial.

5. suku bangsa
prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis tampak berbeda
diantara masing-masing suku bangsa. osteoartritis genu lebih sering ditemukan
pada orang Asia, sedangkan osteoartritis panggul lebih sering pada orang
Kaukasia. osteoartritis paha lebih jarang pada kulit hitam dan asia dibanding
kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. Frekuensi
osteoartritis genu pada wanita kulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan pada
wanita kulit putih, sedangkan pada laki-laki, frekuensi pada kulit hitam sama
dengan pada kulit putih.
6. genetik
adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsurunsur tulang rawan seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis.
7. faktor lain
tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban pada sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi

lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada tingginya osteoartritis pada
orang gemuk dan pelari
(yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat).
OA
http://etd.eprints.ums.ac.id/941/1/J100050011.pdf

Osteoarthritis atau disebut juga penyakit degeneratif sendi adalah


gangguan yang terjadi pada sendi yang awalnya ditandai oleh adanya gangguan
yang bersifat lokal pada cartilago yang bersifat progresif, degeneratif dari
cartilago, hipertrofi, remodelling pada tulang subchondral dan inflamasi sekunder
membran synovial. Gangguan ini bersifat lokal dengan efek non sistemik.
( http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/osteoarthritis.html ).
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian
yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai
karakteristik berupa terjadinya kerusakan pada tulang rawan sendi (cartilage).
Cartilage merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar
bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai
penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat
persendian melakukan aktifitas atau gerakan. ( http://sehati.net/kesehatan.htm )
Pada kondisi osteoarthritis, permukaan tulang rawan (cartilage)
mengalami kerusakan akibat adanya iritasi dan proses peradangan sehingga
menyebabkan terganggunya mekanisme gerakan sendi. Diperkirakan berdasarkan
bukti radiografi atau foto rontgen, 1/3 dari populasi orang dewasa yang berusia
lebih dari 35 tahun menunjukkan adanya penyakit osteoarthritis. Kondisi tersebut
mengalami peningkatan keparahan sampai dengan usia 80 tahun, dan biasanya
mulai mengalami keterbatasan atau disabilitas dalam melakukan aktifitas
keseharian setelah seseorang berusia 65 tahun. ( http://sehati.net/kesehatan.htm )
Jumlah penderita osteoartritis di Indonesia paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50%
hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya
Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih
banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan terjadinya. Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban
tubuh.(http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/osteoarthritis.html).
Penyebab dari osteoarthritis adalah adanya penekanan beban tubuh
yang secara terus menerus terhadap persendian, sehingga mengakibatkan
kerusakan terhadap tulang rawan sendi. Akibat lanjutnya akan dapat menimbulkan
beberapa problematika diantaranya nyeri karena terjepitnya ujung-ujung saraf
sensoris oleh osteofit-osteofit yang terbentuk serta adanya pembengkakan dan
penebalan jaringan lunak di sekitar sendi yang akan mengakibatkan deformitas,
terlepasnya osteofit pada suatu gerakan menimbulkan krepitasi pada sendi
tersebut. ( Ismiyati, 2000 )
Dengan diketahui bahwa lutut mempunyai fungsi yang sangat penting,
maka penanganan osteoarthritis pada lutut harus diusahakan secara optimal,
dengan lebih dahulu memahami keluhan-keluhan yang ditimbulkan pada penyakit
osteoarthritis tersebut. Osteoarthritis pada lutut dapat menimbulkan gangguan
kapasitas fisik berupa 1) Adanya nyeri pada lutut, 2) Adanya spasme pada otot

quadriceps, 3) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri, 4) Adanya


penurunan otot fleksor dan ekstensor pada sendi lutut dan aktivitas lain yang
memerlukan penumpuan berat badan. ( Ismiyati, 2000 )
Modalitas yang digunakan penulis pada kasus ini adalah Micro Wave
Diathermy (MWD) dan terapi latihan. MWD adalah salah satu modalitas
fisioterapi yang dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri. MWD cocok untuk
jaringan superficial dan struktur artikuler yang dekat dengan permukaan kulit,
misalnya pada permukaan anterior pergelangan tangan dan lutut. Salah satu
tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan jaringan otot sehingga
akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran darah
intramuskuler, hal ini terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang
signifikan (Low, 2000).
MWD merupakan gelombang elektromagnetik yang panjang
gelombangnya 12,25 cm. Efek teraupetik dari pemberian MWD adalah thermal
yang dapat memberikan efek sedatif pada ujung-ujung saraf sensorik dimana
dengan kenaikan suhu tersebut akan dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah dan efek sedatif, sehingga nilai ambang nyeri dapat menurun, timbul
rilaksasi otot dan meningkatkan sirkulasi darah yang akan dapat memperbaiki
jaringan setempat. ( Parjoto, 2000 )
Salah satu penatalaksanan konservatif terhadap osteoarthritis lutut
adalah terapi latihan dengan tujuan memperbaiki kinerja, meningkatkan fungsi,
meningkatkan kekuatan otot lokal dan ketahanan, meningkatkan kemampuan
relaksasi otot secara tepat, meningkatkan kebugaran umum, yang semuanya
berperan dalam kapasitas fungsional. Dengan latihan diharapkan sendi dapat
berfungsi sesuai dengan biomekanismenya sehingga dapat mengatasi nyeri,
kecacatan fisik seperti keterbatasan gerak sendi, atrofi otot, kelemahan otot, pola
jalan yang tidak efisien dengan energi yang besar, perubahan respon pembebanan
sendi, semuanya dapat menghambat atau menurunkan aktivitas pasien. Meskipun
terapi latihan tidak dapat menghentikan proses degenerasi akan tetapi diharapkan
dapat menghambat progresifitasnya, meringankan gejala yang timbul, mencegah
komplikasi yang terjadi akibat proses degeneratif, yang perlu diperhatikan dalam
pemberian terapi latihan yang penting tidak menyebabkan pembebanan sendi lutut
yang berlebihan akibat Weigh bearing penuh. ( Jones, 1996).

Rehabilitasi Medik Osteoarthritis


DR. dr. Noer Rahma, Sp.RM.
(http://aviramadhani.blogspot.com/2010/11/rehabilitasi-medikosteoarthritis.html)
OA merupakan salah satu penyakit sendi.
Yang perlu diingat, OA ini tidak meradang. Jadi, tolong dibedakan dengan
inflamasi dan infeksi.

Menurut etiologinya, OA dapat dibedakan menjadi OA primer dan OA


sekunder.
Beberapa penyebab OA primer seperti

Usia : banyak pada orang tua

Jenis kelamin : lebih banyak pada wanita

Obesitas : krn gara-gara obesitas tumpuan berat badan di ankle


joint, knee joint, dan juga hip jadi bertambah

Hormonal : ini juga yg menyebabkan OA lebih banyak di wanita

Inget, hal ini yang membedakan OA dengan HNP. Kalo HNP lebih banyak
terjadi di laki-laki gara-gara ngangkut-ngangkut barang berat. Kalo wanita
kan jarang yang ngangkut barang berat. Jadinya wanita sakit gara-gara
hormon, salah satunya OA.
Aspek rehabilitasi yang harus diperhatikan dalam menangani OA yaitu

Keterbatasan LCS

Nyeri

Kaku sendi

Kelemahan otot dan atrof

Deformitas : biasanya terjadi genu valgum. Kenapa? Lagi-lagi karena


obesitas. So, ayo turunkan berat badan!

Krepitasi

Prinsip treatment di OA yaitu dengan melakukan latihan ROM (range of


movement) dan strange. Kaya di skills lab itu lah..
Jadi latihannya semacam adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, kaya gitu.
Bukannya malah disuruh locat-loncat atau aerobik.
Trus, misalkan pasiennya takut sakit, bisa juga dengan lututnya dikasih
decker. Fungsinya sekedar untuk memfksasi patella aja. Ga ada efek
terapinya.
Selain dengan latihan fsik, bisa juga dengan menggunakan teknologi.
Teknologi apa yang bisa dipakai? Salah satunya yaitu dengan heating.
Kenapa kok gitu? Soalnya rangsangan panas itu bisa mengalahkan rasa
nyeri. Jadi bisa mengurangi nyeri.

Selain dengan heating, bisa juga dengan TENS.


Kalo TENS prinsipnya dengan menggunakan aliran listrik.
Jadi, kulitnya ditempeli electrode. Dari electrode itu nanti akan dialiri listrik
yang bisa menghantarkan rangsangan ke saraf. Harapannya biar dari
saraf itu bisa mengurangi rasa nyeri.
Indikasi dilakukannya TENS bisa macem-macem. Salah satunya untuk
nyeri tulang akibat metastase ca. Ca yang paling sering bermetastase ke
tulang adalah Ca mammae.

By: ichaaaa..:) ^_^


^_Anisah_04108705017_^

You might also like