Professional Documents
Culture Documents
o Diagnosti
o Manajemen
o Masalah
o Istimewa
k
o Dewasa
o Neonatus o Bayi o Anak
o Remaja
o Lansia o Bumil
Data
Nama : Sdr. A, laki laki, 27
No. Registrasi : 130778
Pasien:
tahun
Nama Klinik: RSI PKU
Terdaftar Sejak : 11 Agustus
Muhammadiyah Kab.
Telepon :(0283) 443531
2013
Tegal
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Pasien kiriman dari Puskesmas Bumijawa datang dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 6 jam SMRS setelah kecelakaan lalu lintas motor menabrak tembok
rumah, terjatuh
dan
bagian
kepala
mengalami kejang 1 x, selama 15 menit, sebelum, saat dan setelah kejang: tidak sadar,
kelojotan dan kaku di anggota gerak. Pasien juga muntah menyemprot berisi darah 1 x,
terdapat luka terbuka di atas mata kiri, nyeri kepala hebat, luka lecet di pipi kanan dan
atas bibir. Keluar darah dari kedua telinga dan hidung (+), berwarna merah segar. BAB
(+) normal. BAK (+) normal.
toilet, IVFD RL + NS 1 amp. 20 tpm, Inj. dexamethasone, Inj. kalnex dan Inj.
diazepam.
Riwayat penyakit dahulu:
Ibu pasien menyangkal ada keluhan serupa sebelumnya, penyakit darah tinggi,
penyakit ayan, penyakit jantung, penyakit gula, riwayat mondok di rumah sakit, riwayat
pengobatan jangka panjang dan alergi obat tertentu.
Riwayat penyakit keluarga:
Ibu pasien menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
dengan pasien.
Riwayat sosial dan ekonomi:
Pasien tinggal serumah dengan bapak, ibu dan kedua adik pasien. Pasien bekerja
penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS setelah kecelakaan lalu lintas motor
menabrak tembok rumah, terjatuh dan bagian kepala penderita membentur benda
keras. Pasien mengalami kejang 1 x, selama 15 menit, sebelum, saat dan setelah
kejang: tidak sadar, kelojotan dan kaku di anggota gerak. Pasien juga muntah
menyemprot berisi darah 1 x, nyeri kepala hebat, terdapat luka terbuka di atas mata
kiri, luka lecet di pipi kanan dan atas bibir. Keluar darah dari kedua telinga dan
hidung (+), berwarna merah segar. BAB (+) normal. BAK (+) normal. Terapi dari
Puskesmas Bumijawa: hecting dan wound toilet, IVFD RL + NS 1 amp. 20 tpm,
Inj. dexamethasone, Inj. kalnex dan Inj. diazepam.
2 Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik :
A Status Generalis
Kesadaran
: GCS: 7 (E2M3V2)
Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 36,7 C
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 67 kg
petekie.
Kepala
Hidung
Mulut
Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi (-), JVP 5+2 cmH2O.
Paru - paru:
Inspeksi : - Bentuk dada simetris.
Palpasi
Perkusi
:-
Auskultasi
Jantung :
(n.okulomotorius).
Pada survey sekunder, didapatkan
o Regio supraorbita sinistra: vulnus laseratum ukuran 5 x 1 cm, krepitasi (-).
o Regio zygomaticus dekstra et labia superior: vulnus excoriatum ukuran 3 x 1 cm,
krepitasi (-).
3. Assessment :
Dari alloanamnesis dapat diketahui bahwa penderita menabrak tembok
rumah, terjatuh dan bagian kepala penderita membentur benda keras. Benturan
ini menimbulkan tekanan yang kuat dan secara tiba-tiba pada kepala penderita,
kekuatan mekanik yang mengenai kepala akan menyebabkan kerusakan langsung
pada tempat benturan.
Pada pemeriksaan fisik survei primer didapatkan airway dalam keadaan
baik, breathing dan circulation dalam batas normal. Penilaian airway didasarkan
pada ada atau tidaknya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Tanda - tanda objektif
untuk menilai jalan nafas, yaitu pada look, dimana pada penderita tidak terdapat
tanda-tanda hipoksia yaitu retraksi dinding dada, juga penggunaan otot-otot bantu
pernafasan. Sedangkan pada feel dapat dirasakan aliran udara dari hidung. Pada
listen tidak ditemukan suara berkumur (gargling), tidak ditemukan snoring (suara
mendengkur yang menunjukkan adanya sumbatan jalan nafas atas dimana lidah
jatuh ke posterior pharynx), tidak ditemukan crowing atau stridor (suara bersiul yang
menunjukkan adanya sumbatan di jalan nafas bawah terutama pada bronkus akibat
adanya benda asing), tidak ditemukan hoarness (suara parau yang menunjukkan
sumbatan pada laring yang biasa terjadi akibat edema laring).
tulang
iga,
emfisema
kulit,
dan
dengan
perkusi
tidak ditemukan
menghentikan perdarahan.
Inj. Vitamin K 2 x 1 amp. i.v.
dan motorik.
Inj. Ketorolac 2 x 1 amp. i.v untuk mengatasi nyeri.
Inj. Manitol 3 x 100 mg i.v berfungi untuk diuresis osmotik.
Ekstra Inj. Valisanbe 1 amp. i.v. pelan-pelan, berfungsi sebagai anti-konvulsan.
Ekstra Tetagam P 1 amp i.m.
Pemasangan Orofaringeal Airway (guedel), dilakukan pada pasien pasien
dengan penurunan kesadaran, untuk mencegah agar lidah pasien tidak jatuh
ke belakang dan menyumbat saluran pernafasan.
Kateterisasi uretra, untuk mengetahui jumlah output cairan, dan mengawasi tandatanda syok.
b. Morfologi
1. Cedera jaringan lunak (scalp) : Vulnus
2. Fraktur tulang :
a. Calvarium: fraktur linier/stelata, fraktur depressed, fraktur terbuka/tertutup, fraktur
diastasis.
bila
Hemotympanum,
periorbital
ecchymosis,
retroaurikuler
kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L
(Parenrengi, 2004).
Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala berat adalah seperti berikut:
a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan TIK.
b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).
d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi
abnormal ekstrimitas.
Penyebab Trauma Kepala
Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:
a) Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
b) Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah.
c) Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
Perdarahan Intrakranial
1 Perdarahan Epidural
Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala
perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin
menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese
kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak
memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang
membaik setelah beberapa hari.
2 Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan antara duramater dan araknoid,
yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian yaitu:
a) Perdarahan subdural akut
Perdarahan
intraventrikular
selalu
timbul
apabila
terjadi
perdarahan
intraserebral.
f) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak.
Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan
hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon. (Hallevi, Albright,
Aronowski, Barreto, 2008).
Patofisiologi cedera kepala:
Terapi umum
a.Untuk kesadaran menurun
Lakukan resusitasi
Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing), circulation
(tidak boleh terjadi hipotensi), nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia).
Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori 50% lebih
dari normal.
Jaga keseimbangan gas darah.
Jaga kebersihan kandung kemih, jika perlu pasang kateter.
Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena.
Rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus.
Posisi kepala ditinggikan 30 derajat.
Pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur basis
kranii.
Infus cairan isotonis.
Berikan oksigen sesuai indikasi
b Terapi khusus
Mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial: manitol 20 %.
Simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik. Antiepilepsi diberikan jika terjadi
C. Rehabilitasi
Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai kebutuhan.
Komplikasi Cedera Kepala
Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut (Markam, 1999)
pada cedera kepala meliputi
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada
situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah
masa ini penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainnya
memasuki vegetatife state. Walaupun demikian penderita masih tidak sadar
dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Penderita pada vegetatife state
lebih dari satu tahun jarang sembuh.
b. Kejang/Seizure
Penderita
yang
mengalami
cedera
kepala
akan
mengalami
sekurangkurangnya sekali kejang pada masa minggu pertama setelah cedera.
Meskipun demikian, keadaan ini berkembang menjadi epilepsi.
c. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran
(meningen) sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya
berbahaya karena keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke sistem saraf
yang lain.
d. Hilangnya kemampuan kognitif.
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori
merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala
mengalami masalah kesadaran.
e. Penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit
Alzheimer tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin tinggi
tergantung frekuensi dan keparahan cedera .