Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ripah Mulat Sari
Husein Abdullah
Surwanto
Agus Lutanto
5202413050
5202413076
5202413079
5202413082
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awal abad 21 ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Manusia
sebagai pencipta dan pengguna teknologi berlomba untuk menemukan hal baru
dengan kreativitasnya. Sifat ketidakpuasan dan keingintahuan pada manusia
menjadi dasar pembaharuan teknologi diberbagai bidang, salah satunya pada
bidang otomotif. Industri otomotif menggeliat di hampir seluruh negara yang ada
di dunia ini. Otomotif menjadi pasar yang menguntungkan karena dewasa ini,
manusia modern tidak bisa lepas dari produk otomotif. Mobil merupakan salah
satu produk otomotif yang sudah banyak dimanfaatkan manusia untuk
mempermudah pekerjaannya.
Salah satu jenis mesin yang dipasangkan pada mobil adalah mesin dengan
bahan bakar bensin. Mesin bensin menggunakan bahan bakar cair berupa bensin
sebagai sumber pembakarannya. Pada mesin bensin, tenaga yang dihasilkan
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain jumlah campuran udara dan bahan bakar
yang masuk ke dalam silinder dan tekanan kompresi yang dihasilkan. Baik jumlah
campuran bahan bakar maupun tekanan kompresi, keduanya akan sangat
ditentukan oleh celah katup isap (in valve).
Ada dua jenis katup pada mobil yaitu katup isap dan katup buang. Katup
isap dan katup buang dipasangkan pada bagian kepala silinder. Katup isap sendiri
adalah katup yang digunakan untuk membuka dan menutup saluran masuk
sehingga campuran udara dan bahan bakar dapat masuk ke dalam silinder. Jadi
dengan kata lain yang menentukan banyaknya campuran udara dan bahan bakar
yang masuk ke ruang bakar adalah besarnya celah katup isap. Jika celah katup
isap disetel rapat maka katup akan membuka lebih awal dan menutupnya lebih
lama yang artinya seluruh langkah isap mendapat laluan katup penuh sehingga
pengisapan membutuhkan kerja lebih sedikit dan ruang bakar dapat diisi dengan
campuran udara dan bahan bakar yang lebih banyak. Sedangkan katup buang
adalah katup yang digunakan untuk membuka dan menutup saluran pembuangan
sehingga gas buang dapat keluar dari dalam ruang bakar.
Gerak mekanisme katup yang cepat dan continue (bergerak terus selama
mesin hidup) mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem mekanisme
penggerak katup yang disebabkan oleh keausan. Perubahan yang terjadi antara
lain pada celah katup. Celah katup akan bertambah dari celah katup standar. Oleh
sebab itu perlu adanya penyetelan katup untuk mengatur celah katup agar sesuai
dengan celah yang ditetapkan oleh pabrik. Sehingga apabila celah katup dalam
ukuran standar, maka performa mesin akan baik. Sebaliknya bila celah katup tidak
sesuai dengan standar pabrik, maka performa mesin akan kurang, baik dari segi
tenaga ataupun konsumsi bahan bakar. Terlebih bila celah terlampau jauh bedanya
dengan standar, dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin.
Pengujian celah katup isap dengan beberapa ukuran merupakan suatu
proses untuk mengetahui celah katup isap mana yang menghasilkan performa
mesin yang lebih baik. Performa mesin dalam pengujian ini dilihat dari tekanan
kompresi yang terjadi disetiap celah katup isap dan juga dari segi konsumsi bahan
bakar. Performa mesin yang baik akan menghasilkan tenaga yang besar dengan
jumlah konsumsi yang seminimal mungkin. Sehingga pengujian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui celah katup isap mana yang perlu diterapkan pada
mobil agar mobil lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatannya.
B. Identifikasi Masalah
Kondisi mesin saat masih baru dan setelah pemakaian jelas akan berbeda.
Hal tersebut juga berlaku untuk sistem pada mekanisme katup, terlebih pada celah
katup. Celah antara rocker arm sebagai penekan katup dengan katup pasti akan
semakin besar seiring dengan lamanya pemakaian. Dari hal tersebut timbul rasa
ingin tahu untuk mengidentifikasi tekanan kompresi dan konsumsi bahan bakar
dalam beberapa variasi celah katup.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan, maka peneliti perlu membatasi masalah yang diangkat dalam
penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah melakukan
pengujian tekanan kompresi dan konsumsi bahan bakar bensin pada setiap variasi
celah katup isap. Adapun celah katup isap yang akan diuji adalah ukuran 0,1; 0,2;
0,3; 0,4; dan 0,5. Penelitian ini diakukan pada mesin OHV (over head valve)
Toyota Kijang 5K dengan variasi RPM 1000, 1500, dan 2000.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan yang
terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
2.
isap?
Bagaimana hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan variasi celah
katup isap?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
2.
isap.
Mengetahui hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan variasi celah
katup isap.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis bagi perkembangan otomotif dan dunia pendidikan.
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai
hubungan antara celah katup isap dengan tekanan kompresi dan konsumsi
bahan bakar.
b. Menjadi sumber pustaka bagi penelitian sejenis dikemudian hari.
c. Ikut menyumbangkan sebuah hasil penelitian bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan gambaran tentang setelan celah katup isap yang tepat agar
performa mesin tetap baik (konsumsi bahan bakar efektif dan efisien dengan
tekanan kompresi yang standar 10 12 kg/cm2).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
: Fn
: Lo - Ln
:k
Gambar 2.1. Parameter tekanan pada pegas (Trabelsi et al., 2015: 73).
Maka konstanta pegas dapat dicari berdasarkan hukum Hooke dengan persamaan:
k
(1)
Keterangan:
k
Fn
L oL n
Fn
= Gaya (N)
Lo - Ln = Defleksi (m)
b. Shock Absorber (Peredam Kejut)
Bila mobil hanya menggunakan pegas untuk meredam oskilasi, maka
pengendara akan merasa tidak nyaman. Oskilasi pada mobil akan lama diredam.
Untuk itu shock absorber di pasang sebagai peredam oskilasi dengan cepat agar
memperoleh kenyamanan, kestabilan saat berkendaraan, dan meningkatkan
kemampuan cengkram ban terhadap jalan. Shock Absorber digunakan juga untuk
menyerap atau meredam kelebihan elastisitas pegas yang cenderung berayun-ayun
setelah roda-roda menerima tumbukan (Ferreira et al., 2009: 88). Berikut ini
merupakan persamaan dan gambar dari getaran yang teredam dan dari
perhitungan tersebut akan diperoleh kurva peredaman seperti pada Gambar 2.2.
(Mulyono, 2007: 10 11).
Persamaan getaran yang teredam:
(
2)
Keterangan:
m
= Massa (kg)
d2 x
2
dt
= Percepatan (m/s2)
= Konstanta redaman (kg.Hz)
dx
dt
= Kecepatan (m/s)
k
m
= Lo - Ln = Defleksi (m)
Fo
= frekuensi (rev/s)
= waktu (s)
Gambar 2.2. Kurva peredaman oskilasi pada pegas (Khamitov et al., 2009: 978).
Shock absorber bekerja dengan menahan gerakan dari pegas yang naik
turun dengan menggunakan tahanan yang ditimbulkan oleh medium kerjanya
(fluida) yang melewati lubang kecil (orifice). Pada shock absorber bagian
utamanya terdiri dari: silinder yang terisi fluida, piston, dan cover. Piston
dilengkapi dengan lubang-lubang kecil (orifice) untuk saluran fluida. Bila pegas
mulai bergerak turun akibat kejutan dari jalan, shock absorber akan mengerut
sehingga piston di dalamnya akan bergerak turun dan mendorong fluida pada
ujung bawah piston menuju bagian atas piston melalui lubang-lubang kecil. Karena
tahanan dari lubang-lubang maka akan mengakibatkan gerakan pegas tertahan. Proses
tersebut dinamakan dengan langkah kompresi. Sebaliknya bila pegas mengembang
(bergerak naik), fluida yang ada di atas piston tertekan dan mengalir ke bagian bawah
dari piston melalui lubang-lubang kecil. Dalam hal ini gerakan pegas juga tertahan
dengan sebab yang sama seperti saat peredam kejut mengkerut. Proses tersebut
merupakan langkah ekspansi (Dong et al., 2008: 97).
Ada beberapa jenis shock absorber yang biasa digunakan pada mobil
antara lain (Dixon, 2007: 23 29):
1) Penggolongan menurut cara kerja
a) Shock absorber kerja tunggal (single action)
Shock absorber tipe ini hanya memiliki satu katup dan juga terdapat satu
lubang orifice tanpa katup. Efek meredamnya hanya terjadi pada waktu shock
absorber berekspansi. Sebaliknya pada saat kompresi tidak terjadi efek meredam.
Gambar 2.7. Shock absorber tipe gas (Kate dan Jadhav, 2013: 468)
Sebenarnya dalam shock absorber tipe gas tidak seluruh mediumnya
adalah gas, tapi masih ada medium hidrolisnya yaitu oli shock absorber. Jadi
kerjanya memanfaatkan kombinasi dari gas nitrogen dan oli shock absorber.
Namun tetap pada shock tipe ini, sistem pneumatik (gas nitrogen) lebih dominan
dari pada sistem hidrolis (oli shock absorber). Dominannya gas dibandingkan oli
membuat shock absorber tipe gas lebih nyaman dibandingkan tipe hidrolis. Gas
memiliki sifat memenuhi ruang dan dapat terkompresi. Sifat tersebut tidak
dimiliki oleh sistem hidrolis. Keunggulan tersebut membuat shock absorber tipe
ini lebih mahal dan saat ini lebih banyak digunakan pada mobil baik mobil
penumpang maupun bus dan truk (Westhuizen dan Els, 2014: 41).
Shock absorber dengan medium gas biasanya memiliki pegas berbentul
spiral (coil spring). Nitrogen pada shock absorber gas yang dapat tertekan
(terkompresi) bekerja sama dan saling melengkapi dengan coil spring yang lebih
sensitif terhadap getaran dari pada jenis pegas lainnya. Adanya tekanan gas pada
shock absorber gas inilah yang membuat shock absorber ini dapat merespon lebih
cepat dan akurat ketika ada daya kinetik pada coil spring. Sehingga shock
absorber gas lebih tepat dipasangkan dengan pegas tipe coil spring (Sudjatmiko,
2013).
c) Shock absorber elektromagnetik
Energi magnet pada shock absorber berasal dari energi listrik atau sering
disebut
dengan
elektromagnetik.
Penggunaan
elektromagnetik
lebih
Gambar 2.8. Shock absorber tipe elektromagnetik (Lee et al., 2011: 204)
2.
a. Getaran Benda
Getaran dapat didefinisikan sebagai sebagai gerak bolak balik suatu benda
yang terjadi secara periodik. Gerak benda yang terjadi secara periodik dapat
dinyatakan sebagai gerakan dari suatu benda yang berulang dalam selang waktu
yang sama. Gerak periodik ini selalu dapat dinyatakan dalam fungsi sinus dan
cosinus, oleh sebab itu gerak periodik disebut gerak harmonik. Salah satu contoh
gerak harmonik yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah adalah
gerak getaran pada pegas dan shock absorber kendaraan. Gerak getaran pada
pegas dan shock absorber akan terjadi jika terdapat gaya yang bekerja pada pegas
tersebut. Beberapa gaya yang mempengaruhi gerak getaran pada pegas yaitu gaya
gravitasi bumi, gaya potensil pegas, gaya gesek, gaya kinetik, dan gaya luar
(Harris dan Piersol, 2002).
Benda yang mempunyai massa dan elastisitas selalu dimungkinkan dapat
bergetar. Jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (enginering) mengalami
getaran sampai derajat tertentu dan perancangan peredamnya memerlukan
pertimbangan sifat getarannya. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu
getaran bebas dan getaran paksa. Getaran bebas terjadi jika sistem beroskilasi
karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika
tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada
satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat dinamika yang
dibentuk oleh distribusi massa dan kekakuannya. Sedangkan getaran paksa terjadi
karena rangsangan gaya luar. Jika rangsangan tersebut beroskilasi, maka sistem
dipaksa
untuk
bergetar
pada
frekuensi
rangsangannya.
Jika
frekuensi
rangsangannya sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan
didapat keadaan resonasi, dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi. Jadi
perhitungan frekuensi natural merupakan hal penting yang paling utama untuk
diperhatikan dalam perancangan suatu sistem yang bergetar (Dixon, 2007: 86).
Sistem yang bergetar akan mengalami redaman sampai derajat tertentu
karena energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil,
maka pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem, dan perhitungan
frekuensi natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman. Sebaliknya,
redaman akan sangat penting sekali untuk membatasi amplitudo osilasi pada
waktu resonansi. Frekuensi sendiri yaitu jumlah getaran yang dilakukan dalam
waktu satu detik, sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali
getaran disebut periode. Frekuensi dan periode tersebut dapat dirumuskan dengan
persamaan berikut.
f
1
T
1
f
(3)
T
(4)
Keterangan:
f
: Frekuensi (Hz)
: Periode (s)
Getaran juga terjadi pada setiap kendaraan, baik itu sepeda motor maupun
frekuensi ternyaman untuk manusia adalah sekitar 1 Hz atau 60 cpm (cycles per
minute). Asal-usul angka ini diperoleh dengan mengamati frekuensi yang dialami
manusia saat berjalan santai. Di luar angka ini, pada frekuensi rendah sekitar 3050 cpm, penumpang justru akan merasa mual. Di atas frekuensi ini, antara 300500 cpm, organ-organ tubuh mulai tidak nyaman. Kemudian rentang frekuensi
antara 1000-1200 cpm, kepala dan leher mulai merasa tidak nyaman (Ahn, 2010:
915). Dengan adanya data riset tersebut, maka frekuensi yang terjadi pada
kendaraan yang biasa disebut frekuesi natural (natural frequency) diupayakan
dicapai dengan menentukan konstanta pegas. Berikut ini merupakan persamaan
yang digunakan untuk mencari frekuensi natural (Kim et al., 2011):
fn
1
2
k
m
(5)
Keterangan:
f
: Massa (kg)
Gejala ini terjadi ketika kendaraan melalui jalan yang terjal atau berlubang.
Disamping itu pitching mudah terjadi pada kendaraan yang pegasnya lemah.
4) Yawing
Yawing adalah gerakan bodi kendaraan mengarah memanjang ke kanan
dan ke kiri terhadap titik berat kendaraan. Yawing kemungkinan terjadi pada jalan
yang menyebabkan pitching.
Gambar 2.15. Pengujian shock absorber secara statis (Lee, 2011: 207)
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian pada shock absorber mobil BMW series 7 yang dilakukan oleh
Duym (2010: 283) menunjukkan bahwa pengujian kinerja shock absorber akan
lebih efektif menggunakan cara quasi-static compression test. Quasi-static
compression test merupakan cara untuk mengetahui pemanjangan dan
pemendekan pegas shock absorber dalam keadaan dinamis (bergerak) dengan
mengukur tekanan gas dan volume gas pada tabung shock absorber. Pengujian
kinerja shock absorber dengan mengukur pemanjangan dan pemendekan pegas
memiliki tingkat akurasi yang tinggi (tingkat kesalahan 5%) dan juga tidak
membutuhkan biaya yang banyak.
Pengujian shock absorber hidrolis pada micro car oleh Mulyono (2007:
66) menunjukkan bahwa kenyamanan dan kestabilan kendaraan dipengaruhi oleh
nilai frekuensi natural (natural frequency) kendaraan tersebut saat melewati
berbagai medan jalan. Frekuensi natural (natural frequency) yang nilainya
semakin besar akan membuat laju micro car tidak stabil dan membuat micro car
semakin tidak nyaman.
Percobaan yang dilakukan oleh Ikhsani dan Guntur (2013: 3) pada
prototipe hybrid shock absorber yaitu dengan mencari koefisien redaman dari
shock absorber tersebut dengan cara penarikan dan penekanan shock absorber
dengan berbagai tingkat kecepatan pembebanan. Dari hasil percobaan tersebut
disimpulkan bahwa koefisien redaman memiliki hubungan yang linier dengan
kecepatan pembebanan.
yang berbeda, yaitu pada jalan aspal, jalan rumput dan terjal (off road). Penelitian
secara dinamis ditekankan pada pencarian defleksi untuk menentukan frekuensi
natural (natural frequency) pada saat pasenger car tersebut berjalan lurus biasa,
dipercepat, diperlambat, membelok ke kiri dan membelok ke kanan.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui kinerja dari
kedua jenis shock absorber yaitu jenis shock absorber dengan medium gas dan
elektromagnetik dengan pengujian statis dan dinamis. Penelitian dikhususkan
untuk mobil penumpang (pasenger car) dengan tujuan mengetahui jenis shock
absorber mana yang paling sesuai dan cocok digunakan pada sistem suspensi
depan pasenger car. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari
masing masing jenis shock absorber sehingga nantinya akan ada penyempurnaan
dan dihasilkan jenis shock absorber yang lebih baik guna menunjang kenyamanan
dan kestabilan kendaraan.
Masalah
uhkan kenyamanan dan kestabilan saat dikendarai pada berbagai medan jalan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain
penelitian
yang
digunakan
adalah
eksperimental
dengan
pendekatan one-shot model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali
pengumpulan data. Khusus dalam penelitian ini menggunakan dua jenis shock
absorber yaitu shock absorber gas dan shock absorber elektromagnetik sebagai
objek penelitian, yang keduanya bergantian dipasangkan pada mobil penumpang
(pasenger car). Penelitian ini dilakukan dengan dua macam cara pengujian yaitu
uji kinerja shock absorber secara statis dan uji kinerja shock absorber secara
dinamis. Uji kinerja shock absorber statis lebih menekankan pada pengukuran
redaman dengan bantuan alat actuator. Pengujian dilakukan beberapa kali pada
kedua jenis shock absorber untuk mengetahui redaman gaya tekan dan redaman
gaya tarik shock absorber dengan tingkat kecepatan pembebanan yang berbeda.
Redaman gaya tekan dan gaya tarik shock absorber akan tergambar pada sebuah
grafik karena actuator akan dihubungkan dengan alat perekam sehingga hasil
pengujian dapat langsung terbaca. Sedangkan uji kinerja shock absorber secara
dinamis dilakukan dengan cara mengukur defleksi dari pegas shock absorber yang
dipasangkan pada mobil yang melaju di jalan lurus biasa, dipercepat, diperlambat,
membelok ke kiri, dan membelok ke kanan. Dalam penelitian ini, jalan yang
dilewati adalah jalan aspal, jalan rumput, dan jalan terjal (off road). Setalah
diperoleh hasil defleksi pegas shock absorber kemudian dilakukan perhitungan
frekuensi naturalnya (natural frequency) dan selanjutnya dari hasil-hasil tersebut
dilakukan analisis.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini akan menggunakan dua variabel,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1.
variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil uji kinerja statis dan
dinamis (Y).
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Uji Kinerja Statis
Penelitian ini dilakukan pada:
Hari
: Kamis
Tanggal
: 10 Desember 2015
Waktu
Tempat
: Senin
Tanggal
: 14 Desember 2015
Waktu
Tempat
dan dinamis dari shock absorber gas dan shock absorber elektromagnetik. Uji
kerja statis dilakukan dengan cara mengukur redaman shock absorber dengan
actuator. Data akhir hasil pengukuran redaman akan tercetak pada alat perekam
dalam berupa grafik. Sedangkan uji kerja dinamis dilakukan dengan
memasangkan kedua jenis shock absorber tersebut secara bergantian pada mobil
penumpang (pasenger car) dan shock absorber diuji pada saat mobil berjalan
lurus biasa, dipercepat, diperlambat, membelok ke kiri, dan membelok ke kanan.
Data akhir yang diambil adalah besarnya frekuensi natural (natural frequency)
pada masing-masing keadaan tersebut dan data diambil pada saat mobil melaju
pada berbagai medan, yaitu pada jalan aspal, jalan rumput, dan jalan terjal (off
road).
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Pasenger car Toyota Avanza yang dimiliki oleh Jurusan Teknik Mesin
UNNES.
b. Pegas coil (coil spring) bagian depan dengan ketentuan:
Diameter batang pegas (d) : 6 mm
Jumlah lilitan (n)
: 20 lilitan
: 222,50 mm
: 305 mm
2. Peralatan Penelitian
: 88,10 mm
7) Saat peroses pengujian langsung dapat terhubung dengan alat perekam yang
berfungsi membuat grafik gerakan saat pengujian sehingga hasilnya langsung
dapat terbaca.
8) Melakukan analisis hasil pengujian dan membuat kesimpulannya.
b. Uji Kinerja Dinamis
1) Persiapan sebelum pengujian (pra pengujian) yang meliputi:
a) Memeriksa dan memperbaiki mobil secara keseluruhan supaya dapat
melakukan pengambilan data secara baik.
b) Memeriksa dan menyetel sistem suspensi pada mobil.
c) Melakukan penggantian komponen yang sudah rusak atau yang sudah tidak
berfungsi dengan baik, seperti busing karet, sil peredam kejut ataupun as roda.
Hal tersebut dilakukan apabila memang diperlukan.
d) Memastikan kembali bahwa mobil sudah siap, baik secara keseluruhan maupun
bagian sistem suspensinya untuk diambil datanya melalui uji jalan.
e) Menyiapkan alat pengukur massa untuk mobil dan penumpangnya (timbangan)
serta memeriksa alat tersebut apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
f) Menyiapkan alat pengukur panjang lintasan jalan yang akan dilalui untuk
pengujian, dalam hal ini menggunakan meteran.
g) Menyiapkan dan memeriksa speedometer untuk persiapan pengukuran
kecepatan mobil pada saat pengujian.
h) Menyiapakan dan memasang alat bantu pengukur defleksi pegas shock
absorber dengan cara merangkainya pada masing-masing pegas shock
absorber.
i) Menyiapkan dan memasang alat bantu pengukur besarnya sudut belok dengan
cara merangkainya pada sistem kemudi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
membatasi sudut belok pada saat melakukan pengujian membelok, baik itu
membelok ke kiri ataupun ke kanan.
j) Menyiapkan tool set.
k) Menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil-hasil dari pengujian.
2) Langkah Pengujian
a) Mengukur
atau
menimbang
mobil
penumpang
(pasenger
car)
dan
bekerja pada shock absorber saat diberikan pembebanan tarik atau tekan per
kecepatan dan panjang yang sudah ditentukan. Hasil dari pembebanan tersebut
akan tercetak pada alat perekam yang dipasang pada actuator.
Frekuensi natural (natural frequency) sendiri dapat dicari dengan terlebih
dahulu mengetahui konstanta dari pegas suspensi (k) dan juga massa yang bekerja
atau massa yang membebani shock absorber (m). Untuk mencari besarnya
frekuensi natural (natural frequency) dapat menggunakan persamaan berikut;
f n=
1
2
k
m (Hz). Konstanta pegas (k) sendiri dapat dicari dengan terlebih
dahulu mengetahui gaya yang bekerja pada shock absorber (F) dan juga besarnya
defleksi pada pegas shock absrober (x). Besarnya konstanta pegas dapat dicari
dengan persamaan ; k =
F
x .(N/m). Sedangkan gaya yang bekerja pada
shock absorber (F) dapat dicari dengan terlebih dahulu mengetahui massa yang
bekerja pada shock absorber (m) dan besarnya percepatan, dalam hal ini
menggunakan percepatan grafitasi bumi (g). Besarnya gaya yang bekerja pada
mobil dapat dinyatakan dengan persamaan : F = m . a ....(N).
Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja dari shock
absorber gas dan shock absorber elektromagnetik berdasarkan besarnya gaya
redaman dan juga frekuensi natural (natural frequency) pada masing-masing
shock absorber. Hasil analisis data yang didapatkan nantinya akan menunjukkan
kinerja sesungguhnya dari masing-masing shock absorber dan juga untuk
mengetahui shock absorber manakah yang lebih sesuai untuk dipasang pada
mobil penumpang (pasenger car) bagian depan.
DAFTAR PUSTAKA
Allam, E. et al. 2010. Vibration control of active vehicle suspension system using
fuzzy logic algorithm. Fuzzy Inf. Eng. 4: 361 387.
Demir, O. et al. 2011. Modeling and control of a nonlinear half-vehicle suspension
system: a hybrid fuzzy logic approach. Nonlinear Dyn. 67: 2139 2151.
Dixon, J. C. 2007. The Shock Absorber Handbook (2nd Ed.). West Sussex: John
Wiley & Sons Ltd.
Dong, M. et al. 2008. Design of damping valve for vehicle hydro pneumatic
suspension. Front. Mech. Eng. 3/1: 97 100.
Duym, S. W. R. 2010. Simulation tools, modelling and identification, for an
automotive shock absorber in the context of vehicle dynamics. Vehicle
System Dynamics. 33/2000: 261 285.
Ebrahimi, B. et al. 2008. Feasibility study of an electromagnetic shock absorber
with position sensing capability. IEEE. 2988 2991.
Ferreira, C. et al. 2009. A novel monolithic silicon sensor for measuring
acceleration, pressure and temperature on a shock absorber. Procedia
Chemistry. 1: 88 91.
Harris, C. M. and Piersol, A. G. 2002. Shock And Vibration Handbook (5th Ed.).
New York: McGraw-Hill.
Ikhsani, M. dan Guntur, H. L. 2013. Pengembangan prototipe hybrid shock
absorber: kombinasi viscous dan regenerative shock absorber. Jurnal Teknik
POMITS. 1/1. 1 6.
Ji, J. et al. 2012. Reverse analysis for determining the stiffness characteristics of
suspension spring with variable pitch and wire diameter. Advanced
Materials Research. 421: 783 787.
Jinxia, L. 2010. Modeling and simulation of non-independent suspension vehicle.
Power Electronics and Design. 93 96.
Kate, N. B. and Jadhav, T. A. 2013. Mathematical modeling of an automobile
damper. International Journal of Engineering Research. 2/7: 467 471.
Khamitov, R. N. et al. 2009. Operational processes in a dual-chamber pneumatic
shock absorber with rapid switching. Russian Engineering Research. 29/10:
974 978.
Kim, B. et al. 2011. Mems resonators with extremely low vibration and shock
sensitivity. IEEE.
Zhen, L. and Wei, X. 2010. Structure and magnetic field analysis of regenerative
electromagnetic shock absorber. WASE International Conference on
Information Engineering. 152 155.
Zhou, S. and Zhang, S. 2010. Semi-active control on leaf spring suspension based
on SMC. Chinese Control and Decision Conference. 1462 1466.