You are on page 1of 4

1

Berdasarkan hasil uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi () = 0.05,


terdapat tiga variabel yang tidak berhubungan dan satu variabel yang
berhubungan secara signifikan terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, independensi dewan
komisaris memiliki hubungan signifikan dan positif terhadap manajemen
laba. Dengan demikian menunjukkan bahwa semakin besar proporsi
komisaris independen, maka tingkat manajemen laba semakin kecil, kondisi
ini

mengindikasikan

bahwa

perusahaan

yang

memiliki

komisaris

independen yang lebih banyak jumlahnya akan memiliki tingkat


pengawasan yang semakin bagus sehingga akan dapat meminimalisir
kemungkinan manajer melakukan manajemen laba karena komisaris yang
independen berkecenderungan bekerja lebih efektif. Hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Farida, Prasetyo dan
Herwiyanti (2010).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua, keahlian komite audit
memiliki hubungan yang tidak signifikan dan negatif terhadap manajemen
laba. Hal ini berarti bahwa pembentukan komite audit yang memiliki
keahlian di bidang akuntansi hanya bersifat kewajiban atau mandatory
terhadap peraturan yang berlaku. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Pamudji dan Aprillya Trihartati
(2008) yang menunjukkan bahwa pembentukkan komite audit yang
berkompetensi di bidang akuntansi dan keuangan hanya dilakukan bersifat

mandatory terhadap peraturan yang berlaku, akan tetapi hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Xie et al (2003), dalam
Sanjaya (2008).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga, frekuensi pertemuan
komite audit memiliki hubungan tidak signifikan dan positif terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti frekuensi pertemuan komite audit tidak
efektif mengurangi tingkat manajemen laba. Hal ini mungkin dikarenakan
pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat kewajiban atau
mandatory terhadap peraturan yang ada, sehingga ada kemungkinan bahwa
pertemuan komite audit jarang dihadiri baik oleh pihak manajemen maupun
auditor eksternal, sehingga masalah-masalah yang terdapat dalam proses
pelaporan keuangan tidak terungkap sehingga tidak diketahui oleh komite
audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sugeng Pamudji dan Aprillya Trihartati (2008) bahwa frekuensi pertemuan
komite audit ternyata tidak efektif mengurangi tingkat manajemen laba,
akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Vafeas (2005) dalam sanjaya (2008).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat, komitmen waktu komite
audit memiliki hubungan tidak signifikan dan negatif terhadap manajemen
laba. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen waktu komite audit tidak
efektif untuk mengurangi tingkat manajemen laba. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Pamudji dan Aprillya

Trihartati (2008) bahwa komitmen waktu komite audit bukanlah elemen


penting untuk dimiliki oleh komite audit.
Nilai R menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independensi
dewan komisaris, keahlian komite audit, frekuensi pertemuan komite audit,
dan komitmen waktu komite audit bersifat positif namun tidak begitu kuat.
Nilai Adjusted R Square menunjukkan bahwa hanya 8,9% variasi variabel
dependen yaitu manajemen laba, dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen yang meliputi independensi dewan komisaris, keahlian komite
audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan komitmen waktu komite audit.
Sedangkan sisanya sebesar 91,1% dijelaskan oleh variabel independen lain
yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

5.2. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaiti sampel perusahaan
yang diuji hanya 16 perusahaan dikarenakan banyaknya perusahaan
manufaktur yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, periode
penelitian yang digunakan hanya tiga tahun yaitu tahun 2008-2010,
penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen dalam
menguji manajemen laba, dan data yang didapatkan hanya bersumber dari
data sekunder.

5.3. Saran
Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya memperbanyak jumlah sampel
penelitian yang digunakan, tidak hanya perusahaan manufaktur tetapi juga
bidang industri lainnya. Periode penelitian juga perlu diperpanjang sehingga
memberikan hasil penelitian yang lebih baik dan memadai. Penelitian
selanjutnya sebaiknya menambah jumlah variabel independen yang diteliti,
seperti proses pemilihan komisaris independen, hasil rapat komite audit,
ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit, audit fee, dan
masih banyak lagi. Data keuangan akan lebih valid jika diperoleh secara
langsung dari perusahaan yang dijadikan sampel (data primer).
Bagi perusahaan, diharapkan agar terus memperhatikan proporsi
komisaris

independen,

jabatan

rangkap

yang

dipegang

komisaris

independen, karakteristik dari komite audit, serta menerapkan peraturan


yang telah ditetapkan pemerintah agar dapat mencegah terjadinya praktik
manajemen laba sehingga dapat terwujud good corporate governance.

You might also like