Professional Documents
Culture Documents
09E00520
09E00520
SKRIPSI
OLEH:
NUR ASTINA HARAHAP
SKRIPSI
OLEH:
NUR ASTINA HARAHAP
030305028/THP
SKRIPSI
OLEH:
NUR ASTINA HARAHAP
030305028 /THP
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
ABSTRACT
THE MAKING OF BOILED NOODLE WITH THE ADDITION OF CARROT
(Daucus carota L.)
The aim of research was to get the best mixture of boiled noodle between wheat powder,
carrot, and sodium tripolyphosphate with addition of carrot as alternative food. The experiment had
been performed using factorial completely randomized design (CRD) with two factors, amount of
carrot (K), (K1= 0%; K2= 15%, K3= 30%, K4= 45%), and amount of sodium tripolyphosphate (N),
(N1= 0,10%, N2= 0,15%, N3= 0,20%, N4= 0,25%). Parameter analyzed were water content, protein
content, betacarotene content, ash content, and organoleptic value (colour, taste, texture). The result
showed that the amount of carrot had highly significant effect on water content, betacarotene content,
ash content, and organoleptic value (colour, taste and texture), but only had significant effect on
protein content. The amount of sodium tripolyphosphate had highly significant effect on water content,
ash content and organoleptic value (taste and texture), but had significant effect on protein content,
betacarotene content, and organoleptic value (colour). The combination of the amount of carrot and
amount of sodium tripolyphosphate affected water content with highly significant differences but had
no significant differences on protein content, betacarotene content, ash content, and organoleptic
value (colour, taste, texture). The 30% amount of carrot and 0,25% of sodium tripolyphosphate
produced better boiled noodle.
Keywords : Carrot, Sodium Tripolyphosphate, Boiled Noodle.
ABSTRAK
PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN WORTEL
(Daucus carota L.)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh campuran mie basah terbaik antara tepung terigu,
wortel dan sodium tripoliposfat (STPP) sebagai bahan makanan alternatif. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari dua faktor, yaitu : jumlah
bubur wortel (K), (K1= 0%, K2= 15%, K3= 30%, K4= 45%), dan jumlah sodium tripoliphosfat (N),
(N1= 0,10%, N2= 0,15%, N3= 0,20%, N4= 0,25%). Parameter yang diamati yaitu kadar air, kadar
protein, kadar betakaroten, kadar abu, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan tekstur). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah bubur wortel berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar
betakaroten, kadar abu, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan tekstur) tetapi berbeda nyata terhadap
kadar protein. Jumlah sodium tripoliposfat berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu,
nilai organoleptik (rasa dan tekstur) tetapi berbeda nyata terhadap kadar protein, kadar betakaroten dan
nilai organoleptik (warna). Kombinasi perlakuan jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliposfat
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein,
kadar abu, kadar betakaroten, nilai organoleptik (warna, rasa dan tekstur). Jumlah bubur wortel 30%
dan sodium tripoliposfat 0,25% memberi hasil yang lebih baik dalam pembuatan mie basah.
Kata Kunci : Bubur Wortel, Sodium Tripoliposfat, Mie Basah.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
RINGKASAN
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
3. Betakaroten (mg/100ml)
Jumlah bubur wortel yang ditambahkan berpengaruh sangat nyata (P>0,01)
terhadap betakaroten. Betakaroten tertinggi terdapat pada perlakuan K4 sebesar 0,29
mg/100ml dan terendah terdapat pada K1 sebesar 0,10 mg/100ml.
Jumlah
sodium
tripoliphosfat
berpengaruh
nyata
(P>0,05) terhadap
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Interaksi antara jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tri poliphosfat
berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap betakaroten sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
4. Kadar Abu (%)
Jumlah bubur wortel yang ditambahkan berpengaruh sangat nyata (P>0,01)
terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan K4 sebesar 2,60%
dan terendah terdapat pada K1 sebesar 1,30%.
Jumlah sodium tripoliphosfat yang ditambahkan berpengaruh yang berbeda
sangat nyata (P>0,01) terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada N4
sebesar 2,53% dan terendah pada N1 sebesar 1,89%.
Interaksi antara jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat
berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar abu.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi ini berjudul Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel
(Daucus carota L.) yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc, selaku Ketua komisi pembimbing dan Ibu Mimi
Nurminah, STP, M.Si, selaku anggota pembimbing atas arahan dan bimbingan yang
diberikan selama penulisan skripsi ini.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
ABSTRACT
ABSTRAK ..
RINGKASAN .
ii
RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR...
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Tujuan Penelitian.. 3
Kegunaan Penelitian. 3
Hipotesa Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Wortel dan Komposisinya.... 4
Manfaat Wortel
Betakaroten .. 9
Jenis-Jenis Mie.
11
12
16
Telur..
17
19
Sodium TriPoliPhosphat.
19
21
Pembentukan Lembaran
22
Pembentukan Mie ..
23
Perebusan
23
Pendinginan
24
24
25
Bahan Kimia
25
26
Model Rancangan 27
Pelaksanaan Penelitian
Pembutan Bubur Wortel
27
27
28
Kadar Protein ..
28
Uji Betakaroten
29
30
31
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
35
Kadar Air
Pengaruh Jumlah Bubur Wortel terhadap
Kadar Air
36
Kesimpulan . 63
Saran 63
64
LAMPIRAN
67
DAFTAR TABEL
No.
Judul
1.
2.
16
3.
24
4.
31
5.
6.
36
9.
35
8.
34
7.
Hal
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
38
11.
57
21.
56
20.
54
19.
52
18
50
17.
49
16.
47
15.
45
14.
43
13.
42
12.
40
59
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
61
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal
1.
10
2.
32
3.
33
4.
37
5.
6.
7.
39
41
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
43
8.
9.
10.
55
16.
53
15.
51
14.
49
13.
47
12.
46
11.
44
56
17.
18.
60
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
61
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini banyak masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan alternatif
pengganti beras, mengingat harga beras yang terus meningkat. Mie dapat juga digunakan
sebagai bahan pangan alternatif karena kandungan gizi mie tidak kalah baiknya dengan beras,
dimana bahan baku utamanya adalah tepung terigu. Mie juga dikenal hampir diseluruh dunia
walaupun nama, bentuk, bahan penyusun dan cara pembuatannya berbeda. Dalam Bahasa
Inggris disebut noodle, dalam bahasa Jepang disebut ramen, udon dan kisimen, sedang dalam
bahasa Italia dikenal spaghetti.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mie pertama kali dibuat. Namun mie telah
lama dipakai sebagai makanan pokok selain nasi oleh masyarakat China.
Sekitar abad
Pada tahun 2000, penduduk dunia diperkirakan dapat mencapai 6,1 milyar jiwa yang
semuanya dihadapkan pada masalah permintaan pangan, termasuk sayuran. Untuk memenuhi
pangan dunia, diperlukan adanya peningkatan penyediaan bahan pangan.
Namun sayangnya pemanfaatan umbi-umbian maupun sayur-sayuran di Indonesia
sebagai bahan campuran mie basah sangatlah rendah.
masyarakat yang luas terhadap umbi-umbian tetapi hanya untuk diolah dalam bentuk yang
sederhana saja seperti direbus, digoreng, dan lain sebagainya.
Salah satu jenis umbi yang dapat divariasikan dengan pembuatan mie basah adalah
wortel. Sebagai sumber pangan hayati, wortel memiliki peran yang penting khususnya
penyediaan sumber vitamin dan mineral.
Wortel adalah salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan yang
mempunyai kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Selain itu wortel
juga merupakan sumber vitamin A yang berfungsi untuk membantu sumber penglihatan.
Hampir diseluruh wilayah di Indonesia, wortel dapat tumbuh dengan baik, sehingga
bahan baku wortel mudah dicari. Hal ini tentu saja dapat memudahkan produksi karena
ketersediaan bahan baku dan harga yang terjangkau. Karena alasan itulah penulis melakuan
penelitian dengan judul Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota
L.)
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh campuran mie basah terbaik antara tepung
terigu, wortel dan sodium tripoliphosfat sebagai bahan makanan alternatif.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Kegunaan Penelitian
Hipotesa Penelitian
-
TINJAUAN PUSTAKA
Semakin
oranye
warnanya,
maka
semakin
tinggi
pula
kandungan
betakarotennya. Pemanenan wortel harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi luka
pada umbinya. Luka akan menyebabkan masuknya bakteri, antara lain bakteri kelompok
Leuconostoc yang cepat sekali tumbuh dan menguraikan gula yang ada dalam wortel yang
akan diubah menjadi dextran yaitu senyawa berbentuk lendir sehingga wortel tidak layak
untuk dikonsumsi (Kumalaningsih, 2006).
Dalam sistematika
tumbuh-tumbuhan,
tanaman
wortel
(Daucus
carota)
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbelliferales
Famili
: Umbelliferae
Genus
: Daucus
jingga tua dan umbinya berserabut. Perkembangan warna berlangsung dengan cepat bila
wortel ditanam pada daerah yang bersuhu 15-20C (Sunaryono, 1984).
Saat ini di pasaran telah banyak beredar bermacam-macam varietas wortel unggul
yang berasal dari berbagai negara penghasil bibit unggul, misalnya Taiwan, Korea, Jepang,
Belanda, USA dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan hasil relatif tinggi. Setiap
tahunnya, secara kontiniu perusahaan-perusahaan benih menghasilkan varietas-varietas baru.
Dimana masing-masing varietas memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Perbedaan ini
dapat dilihat dari segi bentuk umbi yang dihasilkan, ukuran dan berat umbi, daya adaptasi
terhadap lingkungan, ketahanan terhadap hama dan penyakit, produktivitas tanaman, zat-zat
umbi yang dikandung dan rasa umbi, yaitu :
a. Tipe Imperator
Tipe ini memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing (menyerupai
kerucut), panjang umbi 30-20 cm, dan rasa yang kurang manis sehingga kurang
disukai oleh konsumen.
b. Tipe Chantenay
Tipe ini memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul, panjang umbi
antara 15-20 cm, dan rasa yang manis sehingga lebih disukai oleh konsumen.
c. Tipe Nantes
Tipe ini mempunyai umbi yang berbentuk peralihan antara tipe imperator dan
chantenay, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm atau bulat agak panjang
dengan ukuran panjang 10-15 cm
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari ketiga kelompok tipe tersebut, varietas yang termasuk ke dalam kelompok chantenay
yang dapat memberikan hasil (produksi) umbi paling baik, sehingga paling banyak
dikembangkan (Cahyono, 2002).
Wortel adalah tanaman yang tumbuh baik di dataran tinggi yang beriklim dingin dan
lembab. Di Indonesia tanaman wortel berumbi kuning sampai agak jingga serta mengandung
karoten. Tanaman wortel dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah penanaman, tetapi untuk
tepatnya pelaksanaan pemanenan sebaiknya pula diperhatikan apakah daun-daun tanaman
telah menguning dalam keadaan wajar bukan karena serangan hama dan penyakit
(Kartasapoetra, 1984).
Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis). Tanaman ini
berasal dari daratan Asia, selanjutnya menyebar luas ke Eropa hingga ke dataran Afrika dan
Amerika hingga ke seluruh dunia. Penyebaran wortel di berbagai wilayah yang ada di
Indonesia menyebabkan wortel memiliki sebutan yang berbeda-beda di setiap daerah.
Misalnya sebutan wortel untuk daerah sunda adalah bortol; wertel; wortol untuk daerah Jawa
; dan ortel untuk Madura. Sedangkan di kalangan internasional wortel dikenal dengan nama
carrot (Cahyono, 2002).
Adapun Komposisi Kimia Wortel Dalam 100 g Bahan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 1. Komposisi Kimia Wortel Dalam 100 g Bahan Yang Dapat Dimakan
Komposisi
Jumlah
Kalori (Kal)
42,00
Protein (g)
1,20
Lemak (g)
0,30
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Karbohidrat (g)
9,30
Kalsium (mg)
39,00
Phospor (mg)
37,00
Besi (mg)
Natrium (mg)
0,80
32,00
Serat (g)
0,90
Abu (g)
0,80
Vitamin A (SI)
12.000,00
Vitamn B1 (mg)
0,06
Vitamin B2 (mg)
0,04
Vitamin C (mg)
6,00
Niacin (mg)
0,60
Air (g)
88,20
merupakan sumber penting karoten dan mencapai 14% dari kandungan total vitamin A dalam
susunan makanan rata-rata orang Inggris (Gaman and Sherrington, 1992).
Manfaat Wortel
Wortel kaya akan zat antioksidan betakaroten
menjadikan kanker. Wortel dapat menurunkan resiko kanker prostat pada lelaki.
Mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi keganasan dari radikal bebas.
Sebaiknya tidak mengkonsumsi terlalu berlebihan karena akan menyebabkan kulit menjadi
kuning. Wortel selain dikonsumsi segar dapat pula dikukus terlebih dahulu kemudian
dikonsumsi (Kumalaningsih, 2006).
Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang mempunyai
kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Sayuran banyak mengandung
betakaroten yang merupakan prekursor vitamin A. Wortel sebagai sumber vitamin A
berfungsi untuk membantu proses penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian yang
sangat penting dari penerimaan cahaya mata (Kumalaningsih, 2006).
Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi anti
kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dekstrosa, laktosa dan maltosa), pektin, glutanion,
mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium dan kromium), vitamin
(betakaroten, B1 dan C) serta asparagine. Betakaroten merupakan anti oksidan yang menjaga
kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu betakaroten bisa mencegah dan
menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dari proses
oksidasi. Jika tubuh memerlukan vitamin A maka betakaroten di hati akan diubah menjadi
vitamin A. Fungsi vitamin A bisa mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka dan
mempersingkat lamanya sakit campak. Sebuah wortel ukuran sedang mengandung sekitar
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Betakaroten
Pigmen karotenoid menyebabkan jaringan berwarna kuning, sehingga intensitas
warna kuning menjadi indikator umum bagi kandungan provitamin A. Wortel sangat
menonjol di dalam umbi-umbian dalam kandungan karoten, mencapai 13 mg/100 g.
Sebagaimana asam askorbat, pigmen karoten dapat dioksidasi oleh enzim lipoksidase yang
terdapat dalam jaringan yang dapat merusak karoten. Lipoksidase ini aktif jika jaringan itu
rusak secara mekanis. Bisa juga terjadi oksidasi secara non enzimatis, yang dapat dipengaruhi
oleh cahaya (Apandi, 1984).
Diantara beberapa kelompok provitamin A yang dijumpai di alam, yang dikenal lebih
baik adalah , , dan , neo -karoten dan kriptosantin. Karoten mengandung dua gugus
cincin ionone dan dapat terpecah menjadi dua molekul vitamin A, sedangkan yang lain
hanya mempunyai satu gugus sehingga kurang kadar vitamin A (Apriyantono,et al., 1998).
Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahanbahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mengubah sejumlah besar
karoten menjadi vitamin A. Dalam tanaman terdapat beberapa jenis karoten, namun yang
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
lebih banyak ditemui adalah , , dan - karoten, mungkin juga terdapat kriptoxantin.
Adapun rumus bangun dari betakaroten adalah:
CH3
CH3
C
CH3
CH
CH2
CH2
C
CH2
CH
CH
C
CH
CH
CH
CH3
refrigerator dapat mempertahankan kesegaran mie ini hingga 50-60 jam. Setelah masa
simpan tersebut, warna mie akan menjadi gelap. Mie mentah umumnya dibuat dari terigu
yang keras agar mudah penanganannya. Mie mentah ini umumnya digunakan sebagai
bahan baku mie ayam
2. Mie basah
Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan
dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya dapat mencapai 52% sehingga daya tahan
simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Di Indonesia, mie basah dikenal
sebagai mie kuning atau mie bakso
3. Mie kering
Mie kering adalah mie mentah yang telah dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 810%. Pengeringan umumnya dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau
dengan oven. Karena bersifat kering maka mie ini mempunyai daya simpan yang relatif
panjang dan mudah penanganannya. Mie kering sebelum dipasarkan biasanya
ditambahkan telur segar atau tepung telur sehingga mie ini dikenal dengan nama mie
telur. Penambahan telur ini merupakan variasi sebab secara umum mie oriental tidak
mengandung telur. Di Amerika Serikat, penambahan telur merupakan suatu keharusan
karena mie kering harus mengandung air kurang dari 13% dan padatan telur lebih dari
5,5% .
4. Mie instan
Dalam standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994, mie instan didefinisikan
sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan tambahan yang diizinkan,
berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
mendidih paling lama 4 menit. Mie instan dikenal sebagai ramen. Mie ini dibuat dengan
penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu
pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie instan umumnya mencapai
5-8% sehingga memiliki daya simpan yang cukup lama.
(Astawan, 2006).
Mie Basah
Mie basah atau disebut juga mie kuning adalah jenis mie yang mengalami proses
perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar air mie basah dapat
mencapai 52% sehingga daya tahan atau keawetannya cukup singkat. Pada suhu kamar mie
basah ini hanya bertahan 10-12 jam saja, karena setelah itu mie akan berbau asam dan
berlendir atau basi
Dari segi kandungan airnya mie dapat dibedakan menjadi mie basah atau segar dan
mie kering. Mie basah digolongkan dalam produk Intermediate moisture food (makanan
semi basah), yaitu suatu makanan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga
tidak terlalu rendah antara 15-55% dengan kisaran Aw antara 0,65-0,85 (Robsons, 1976).
Mie yang dibuat tanpa penambahan STPP, CMC, atau gliserin, tingkat kekenyalan
(elastis, tidak mudah putus) kurang sehingga agak lengket. Keawetannya pada suhu kamar
hanya bertahan 12 jam sudah agak berbau asam dan mulai berlendir (Widyaningsih dan
Murtini, 2006).
Mie yang disukai masyarakat Indonesia adalah mie dengan warna kuning, bentuk
khas mie yaitu berupa pilinan panjang yang dapat mengembang sampai batas tertentu dan
lenting serta kalau direbus tidak banyak padatan yang hilang. Semua ini termasuk sifat fisik
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
mie yang sangat menentukan terhadap penerimaan konsumen (Setianingrum dan Marsono,
1999).
Menurut Arie (penjual mie) yang ditulis oleh Puniman (2007) pada salah satu surat
kabar ibukota bahwa mie dibuat sendiri dengan bahan baku bayam untuk mie hijau dan
wortel yang mie kuning-oranye. Dia memproses bayam dan wortel memakai alat pembuat jus
yang kemudian diaduk dengan tepung terigu, dan terakhir dicetak menjadi mie. Peralatan
yang digunakan manual maupun nonmanual yang digerakkan listrik. Tanpa bahan pengawet,
dan bumbu masak, mie dari tepung terigu dan bahan bayam dan wortel tahan lama dan tetap
segar. Menurutnya, mie dari bahan sayuran buatannya ini sampai lima hari masih bisa
dikonsumsi. Hanya pada hari keempat sudah ada perubahan warna walaupun rasa tidak
berubah.
Mie dibuat dengan mesin khusus, tetapi juga bisa dibuat tanpa mesin. Proses
pembuatan mie tanpa mesin memerlukan latihan yang cukup lama. Adonan tepung terigu
atau tepung yang lain ditarik, dibanting dan dipelintir hingga terbentuk mie yang panjang. Di
negara asalnya, mie diyakini sebagai lambang panjang umur. Uniknya, agar harapan umur
panjang bisa terkabul, konon mi harus dimakan tanpa memotong helaiannya yang panjang.
Jadi, cukup digulung dengan garpu atau sumpit (Pratitasari, 2007).
Akhir-akhir ini banyak ditemukan mie basah yang mengandung pengawet yang
dilarang. Sebaiknya hindari mengonsumsi mie basah yang warnanya mencolok, baunya
menyengat dan sangat kenyal. Mie mengandung karbohidrat, namun kurang mengandung
serat dan zat gizi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga danjurkan bila memasak mie
sebaiknya ditambah dengan telur ayam sebagai sumber protein dan berbagai sayuran seperti
sawi, wortel, bunga kol, tomat atau brokoli agar kebutuhan gizi tercukupi (Pratitasari, 2007).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Menurut Ratih Dewanti Haryadi, penggunaan formalin malah dapat merusak mutu
produk mie basah itu sendiri. Seringkali dalam proses pembuatan mie basah jumlah mikroba
yang tumbuh sudah melebihi ambang batas kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
yakni satu juta mikroba sedangkan jumlah mikroba dalam mie basah sering dijumpai lebih
dari sepuluh juta. Dalam proses pembuatan makanan, khususnya mie basah saat ini bukanlah
menemukan pengawet yang aman. Namun, membenahi kondisi sanitasi proses produksi,
peralatan produksi, perilaku pekerja dan distribusi pangan (www.KeluargaSehat.com, 2007).
Kualitas mie basah sangat bervariasi karena perbedaan bahan pengwet dan proses
pembuatannya. Mie basah adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami
perebusan dalam air mendidih lebih dahulu. Pembuatan mie basah secara tradisional dapat
dilakukan dengan bahan utama tepung terigu dan bahan pembantu seperti air, telur, pewarna
dan bahan tambahan pangan. Ciri-ciri mie basah yanga baik adalah sebagai berikut :
- Berwarna putih atau kuning terang
- Tekstur agak kenyal
- Tidak mudah putus
Tanda-tanda kerusakan mie basah adalah sebagai berikut :
- Berbintik putih atau hitam karena tumbuhnya kapang
- Berlendir pada permukaan mie
- Berbau asam dan berwarna lebih gelap
(www.kompas.com, 2007).
Maraknya penggunaan formalin pada bahan pangan terutama mie basah
mengakibatkan masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang aman.
Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa
formalin. Ciri-ciri mie basah yang mengandung formalin adalah :
- Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25C) dan bertahan lebih dari
15 hari pada suhu lemari es (10C) dan bau agak menyengat
- Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal
(www.distan.pemda-diy.go.id, 2007).
8-12%.
Terigu ini tergolong medium hard flour di pasaran dikenal sebagai Segitiga Biru atau Gunung
Bromo. Glutein adalah protein yang terdapat pada terigu. Glutein bersifat elastis sehingga
akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur mie yang dihasilkan (Widyaningsih dan
Murtini, 2006)
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari
biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya
adalah kemampuannya membentuk glutein pada adonan mie menyebabkan mie yang
dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan mie. Mutu terigu yang
dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8-12%, kadar abu
0,25-0,60% dan glutein basah
Jumlah
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Kalori (Kal)
86
Protein (g)
0,6
Lemak (g)
3,3
Karbohidrat (g)
14,0
Kalsium (mg)
14
Fosfor (mg)
13
Besi (mg)
0,8
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
80,0
b.d.d (%)
100
Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak
menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit partikel, tidak berbau asing seperti
busuk, berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga, jamur, tikus, kotoran dan kontaminasi
asing lainnya. Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan jumlah total glutein,
sedangkan kadar abu erat hubungannya dengan kualitas mie (Sunaryo, 1985).
Protein tepung gandum adalah unik, bila tepung gandum dicampur dengan air dalam
perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang
plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons bila dipanggang.
Untuk mencapai suatu kehalusan yang memuaskan, jenis tepung gandum yang berbeda
memerlukan jumlah pencampuran (air) yang berbeda (Desrosier, 1988).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Telur
Secara umum, penambahan telur dimaksudkan untuk meningkatkan mutu protein mie
dan menciptakan adonan yang lebih liat sehingga tidak mudah terputus-putus. Putih telur
berfungsi untuk mencegah kekeruhan saos mie waktu pemasakan. Penggunaan putih telur
harus secukupnya saja karena pemakaian yang berlebihan akan menurunkan kemampuan
mie menyerap air (daya rehidrasi) waktu direbus (Astawan, 2006).
Kuning telur dipakai sebagai pengemulsi karena dalam kuning telur terdapat
Lechitin.
Selain sebagai pengemulsi, lechitin juga dapat mempercepat hidrasi air pada
tepung dan untuk mengembangkan adonan. Penambahan kuning telur juga akan memberikan
warna yang seragam (Astawan, 2006).
Membuat mie sebenarnya sangat mudah, cepat, praktis dengan bahan yang
sederhana. Ditambahkan kuning telur juga lebih baik, namun airnya harus dikurangi. Karena
kuning telur kadar airnya sekitar 50 ml, maka air yang akan digunakan sebaiknya dikurangi
agar campurannya pas
(www.republika.co.id., 2007).
Garam
Garam dapur selain untuk memberi rasa, juga memperkuat tekstur mie,
meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie, serta untuk mengikat air. Garam dapur akan
menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga mie tidak bersifat lengket dan
tidak mengembang secara berlebihan (Astawan, 2006)
Penggunaan garam 1-2% akan meningkatkan kekuatan lembaran adonan dan
mengurangi kelengketan. Di Jepang, dalam pembuatan mie pada umumnya ditambahkan 23% garam ke dalam adonan mie. Jumlah ini merupakan kontrol terhadap -amilase jika
aktivitas rendah (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, larutan garam
dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9. Makin
tinggi pH air maka mie yang dihasilkan tidak mudah patah karena absorbsi air meningkat
dengan meningkatnya pH.
persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
(Astawan, 2006).
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 28-38% dari campuran bahan
yang akan digunakan. Jika lebih dari 38% adonan akan menjadi sangat lengket dan jika
kurang dari 28% adonan akan menjadi sangat rapuh sehingga sulit dicetak (Widyaningsih dan
Murtini, 2006).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Sodium Tripoliphosfat
Sodium Tripoliphosfat (Na4P3O10) digunakan sebagai bahan pengikat air, agar air
dalam adonan tidak menguap, sehingga adonan tidak mengalami pengerasan atau kekeringan
di permukaan sebelum proses pembentukan adonan. Sodium tripoliphosfat merupakan bentuk
polimer rantai lurus panjang. Beberapa fungsi umum dari bentuk fosfat dalam makanan
adalah bereaksi kimia secara langsung dengan bahan makanan, penstabil pH, pendispersi
bahan makanan, penstabil emulsi, meningkatkan daya ikatan air dan hidrasi, menurunkan pH,
pencegahan pengerasan dan pengawetan makanan (Ellinger, 1972).
Efek perbaikan garam terutama fosfat terhadap adonan mie, ditunjukkan oleh
penghambatan protease dan perbaikan sifat-sifat dari protein tepung. Garam (NaCl) dan
Natrium Fosfat dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat adonan. Perbaikan terhadap
sifat-sifat adonan tidak menunjukkan penghambatan terhadap -amilase (Bean, et al., 1972).
Penggunan STPP pada mie basah dimungkinkan karena sifat STPP dapat berperan
pada proses gelatinisasi pati-protein sehingga mempengaruhi tekstur mie menjadi lebih liat
dan kenyal. Selain itu STPP dapat mengikat air sehingga menurunkan aktivitas air (Aw)
akibatnya kerusakan mikrobiologis dapat dicegah. Penggunaan STPP 0,25% dari berat
adonan mie ternyata dapat meningkatkan keawetan mie basah sampai hari ke dua dari masa
penyimpanan.
atau 0,3%. Penggunaan melebihi dosis 0,5% akan menurunkan penampilan produk, yaitu
terlalu kenyal seperti karet dan terasa pahit (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Emulsifier memiliki kemampuan untuk menyatukan dua jenis bahan yang tidak
saling melarut karena molekulnya terdiri dari gugus hidrofilik dan lipofilik sekaligus. Gugus
hidrofilik mampu berikatan dengan air atau bahan lain yang bersifat polar sedagkan gugus
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
lipofilik mampu berikatan dengan minyak atau dengan bahan lain yang bersifat non polar
(Suryani, et al., 2002).
Pencampuran bahan
Pembuatan mie diawali dengan proses pencampuran tepung terigu dengan larutan
alkali ke dalam suatu alat disebut mixer atau diaduk secara otomatis. Tujuannya agar tepung
terigu terhidrasi (menyerap air) sehingga bercampur dengan merata. Penambahan air
menyebabkan serat-serat gluten mengembang karena gluten menyerap air (Ubaidillah, 1997).
Mixing berfungsi untuk mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan
hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan glutein
hingga tercapai adonan yang kalis. Adapun yang dimaksud kalis adalah pencapaian
pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda
adonan telah kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di wadah atau ditangan atau saat
adonan dilebarkan (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Pengulenan adonan
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Adonan yang sudah membentuk gumpalan selanjutnya diuleni. Pengulenan ini dapat
menggunakan alat kayu berbentuk silinder dengan diameter 7 cm dan panjang 1,75 m.
Pengulenan adonan dilakukan secara berulang-ulang selama sekitar 15 menit (Astawan,
2006).
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 28-38% dari campuran bahan
yang akan digunakan. Jika lebih dari 38%, adonan akan menjadi sangat lengket dan jika
kurang dari 28% adonan akan menjadi rapuh dan sulit dicetak (Astawan, 2006).
Berikut ini ada beberapa tips agar membuat mie kenyal dan lezat :
- Mie harus dibuat dengan menggunakan tepung terigu bergluten tinggi dengan
tingkat protein lebih dari 12% sehingga mie yang dihasilkan elastis dan tidak
mudah putus
- Selain tepung terigu bergluten tinggi juga diperlukan tambahan air, garam serta air
khi atau air abu yang membuat mie tidak gampang putus
- Uleni mie hingga kalis artinya adonan tersebut tidak putus saat ditarik dan terasa
elastis
- Telur juga dapat ditambahkan kedalam adonan mie sehingga citarasa mie menjadi
lebih gurih dan warnanya lebih kuning
- Tutup selalu adonan mie dengan plastik atau lap lembab supaya mie tidak kering
dan putus saat digiling
- Cetak mie dengan menggunakan alat penggiling mie, taburi terlebih dahulu
seluruh permukaan mie dengan tepung kanji, tepung terigu, atau tepung maizena
sehingga mie tidak lengket.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
(www.thearisan.com., 2007).
Pembentukan lembaran
Adonan yang sudah kalis sebagian dimasukkan ke dalam mesin pembuat mie untuk
mendapatkan lembaran-lembaran. Pembentukan lembaran ini diulang beberapa kali untuk
mendapatakan lembaran yang tipis
Adonan dibagi menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau. Bagian yang
pertama dimasukkan ke dalam mesin pembentuk lembaran yang diatur ketebalannya secara
berulang kali (4-5 kali) sampai ketebalan lembar mie mencapai 1,5-2 mm. Lembar yang
keluar dari mesin ditaburi dengan tepung tapioka agar tidak menyatu kembali. Bagian yang
kedua pun diperlakukan seperti potongan yang pertama. Proses pembentukan lembaran ini
berlangsung sekitar 20 menit (Astawan, 2006).
Pembentukan mie
Proses pembentukan mie ini umumnya sudah dilakukan dengan alat pencetak mie
(roll press) yang digerakkan tenaga listrik. Alat ini mempunyai dua rol.
Rol pertama
berfungsi untuk menipiskan lembaran mie dan rol kedua berfungsi untuk mencetak mie.
Pertama-tama lembaran mie masuk ke rol pertama kemudian masuk ke rol kedua. Mie yang
keluar dari rol pencetak dipotong tiap
Semua bahan yang tersedia tersebut diaduk menjadi satu menggunakan mixer setelah
tercampur ditekan-tekan lalu dimasukkan dalam mesin rolling hingga tipis. Selanjutnya
adonan yang telah tipis berbentuk lembaran segera dimasukkan dalam mesin pencetak agar
dilakukan proses selanjutnya. Pembentukan mie sangat tergantung dari adonan yang
terbentuk untuk menghasilkan mie yang baik (www.distan.pemda-diy.go.id., 2007).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Perebusan
Perebusan dilakukan hanya pada pembuatan mie kuning. Air dimasukkan ke wajan
kemudian dimasak sampai mendidih. Mie dimasak selama dua menit sambil diaduk perlahan.
Api yang digunakan untuk merebus mie harus besar agar waktu perebusan singkat. Apabila
waktu perebusannya lama, mie akan menjadi lembek karena ada air yang masuk ke dalam
mie (Astawan, 2006).
Pendinginan
Mie hasil perebusan kemudian ditiriskan, selanjutnya didinginkan secara cepat
dengan disiram air serta dilakukan penambahan minyak agar tekstur mie lebih kelihatan halus
dan antar pilinan mie tidak lengket
2006).
Satuan
Persyaratan
1. Keadaan :
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
2. Kadar air
normal
normal
normal
3. Abu
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
4. Protein
%, b/b
20-35
%, b/b
maksimum 3
%, b/b
minimum 8
yang diizinkan
tidak boleh ada
8. Pencemaran mikroba :
a. Angka lempeng total
b. E. coli
c. Kapang
mg/kg
maksimum 1,0
maksimum 10,0
mg/kg
maksimum 40,0
mg/kg
maksimum 0,05
mg/kg
maksimum 0,5
mg/kg
maksimum 1,0 x 106
koloni/g
maksimum 10
APM/g
Koloni/g
Sumber : Astawan, (2006).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel, tepung terigu, natrium
tripoliphosfat, garam, telur, air abu dan air.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan, aluminium foil,
beaker glass, Labu Kjeldhal, gelas ukur pipet tetes, desikator, spektronik 20, erlenmeyer,
mafel.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah
- H2SO4
-
- Indikator
NaOH
Mengsel
- K2SO4
- CuSO4
- Aquadest
- NaOH 0,2N
- Asam Borat 2%
- Petroleum eter
- HCl
- Aseton
- Na2SO4
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
empat taraf,
yaitu :
K1 = 0%
K2 = 15%
K3 = 30%
K4 = 45%
Faktor II : Jumlah sodium tripoliphosfat yang terdiri dari empat taraf, yaitu :
N1 = 0,10%
N2 = 0,15%
N3 = 0,20%
N4 = 0,25%
Kombinasi perlakuan (Tc) = 4 X 4 = 16, dengan jumlah ulangan minimum perlakuan
(n) adalah :
Tc (n-1) 15
16 (n-1) 15
16n 31
n
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Hasil pengamatan dari faktor T pada taraf ke-I dan faktor S pada
taraf ke-j
dengan ulangan N
()ij : Efek interaksi dari faktor T pada taraf ke-I dan faktor S pada taraf ke-j
ijk
Efek galat dari faktor T pada taraf ke-I dan faktor S pada taraf ke-j dalam ulangan
N
Pelaksanaan Penelitian
- 100 g tepung terigu, lalu dicampur dengan bubur wortel sesuai dengan
perlakuan
Keterangan:
b = titrasi blanko
c = titrasi contoh
Di pipet 2,5 ml dan encerkan dengan petroleum eter hingga 25 ml. Dari
larutan ini di pipet 3,75 ml, serta encerkan lagi dengan petroleum eter hingga volume
25 ml. Larutan ini dianalisis dengan menggunakan spektronik 20. Angka yang
terbaca disesuaikan dengan kurva standar yang diperoleh.
Skala Hedonik
Skala Numerik
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Wortel dihaluskan
Bubur Wortel
Tepung Terigu
100
Sodium-Tripoly phosphat
Pencampuran Bahan
Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
NNur
1 : 0,10 %
USU Repository 2009
K1 : 20 %
N2 : 0,15 %
K : 30 %
Pengadonan Bahan
Pembentukan Lembaran
Pencetakan Mie
Dianalisa:
Peminyakan Mie
Mie Basah
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
-Karoten
Kadar
Warna
Rasa
Tekstur
(Numerik)
(Numerik)
(Numerik)
Bubur
Wortel
Air
Protein
Abu
(%)
(%)
(%)
K1= 0
67,75
0,57
0,10
1,30
2,34
2,69
2,84
K2= 15
70,69
0,69
0,19
2,40
3,05
3,35
3,25
K3= 30
70,44
0,68
0,26
2,54
3,45
3,51
3,51
K4= 45
74,94
0,76
0,29
2,60
3,41
2,76
2,26
(mg/100ml)
(%)
mg/100ml. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2,60% dan terendah
pada K1 Sebesar 1,30%. Nilai organoleptik warna tertinggi terdapat pada K3 yaitu sebesar
3,45 dan terendah terdapat pada K1 sebesar 2,34. Nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat
pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,51 dan terendah terdapat pada K1 sebesar 2,69. Nilai
organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,51 dan terendah
terdapat pada K4 sebesar 2,26
Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap Parameter yang Diamati
-Karoten
Kadar
Kadar
tripoliphosfat
Air
Protein
(%)
(%)
(%)
(mg/100ml)
N1= 0,10
69,56
0,65
0,18
N2= 0,15
70,44
0,66
N3= 0,20
71,44
N4= 0,25
72,38
Kadar
Warna
Rasa
Tekstur
(Numerik)
(Numerik)
(Numerik)
1,89
2,93
2,93
2,84
0,21
2,00
3,00
3,05
2,95
0,66
0,23
2,43
3,15
3,06
3,01
0,74
0,23
2,53
3,18
3,28
3,06
Sodium
Abu
(%)
protein tertinggi terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 0,74% dan terendah terdapat pada
N3 sebesar 0,65%. Betakaroten terbesar terdapat pada perlakuan N3 dan N4 yaitu sebesar 0,23
mg/100ml dan terendah pada N1 sebesar 0,18 mg/100 ml. Kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan N4 yaitu sebesar 2,53% dan terendah pada N1 sebesar 1,89. Nilai organoleptik
warna tertinggi terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 3,18 dan terendah pada N1 sebesar
2,93. Nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakua N4 yaitu sebesar 3,28 dan
terendah pada N1 sebesar 2,93. Nilai organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan N4
yaitu sebesar 3,06 dan terendah pada N1 sebesar 2,84.
Hasil analisis statistik untuk masing masing parameter yang diamati dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Jumlah
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
K1 = 0
67.75
0.05
0.01
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
1.342
1.848
K2 = 15
70.69
1.409
1.942
K3 = 30
70.44
ab
AB
1.445
1.991
K4 = 45
74.94
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan K4 berbeda sangat nyata dengan K3, K2,
dan K1. Perlakuan K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat nyata dengan K1. Kadar air
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 74,94% dan terendah pada K1 sebesar
67,75%. Seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Grafik Pengaruh Jumlah Bubur Wortel terhadap Kadar Air (%)
Dari gambar dapat terlihat semakin banyak bubur wortel yang ditambahkan maka
kadar air mie akan meningkat. Hal ini terjadi karena bubur wortel memiliki kandungan air
yang tinggi sehingga mempengaruhi kadar air mie. Dimana wortel mengandung 88,20 g air
dalam 100 g bahan (Rukmana, 1995).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap
Kadar Air (%)
LSR
Jumlah Sodium
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
Tripoliphosfat (%)
0.05
0.01
N1= 0,10
69.56
1.342
1.848
N2 = 0,15
70.44
ab
AB
1.409
1.942
N3 = 0,20
71.44
1.445
1.991
N4 = 0,25
72.38
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N1,
berbeda nyata dengan N2 dan berbeda tidak nyata dengan N3. Perlakuan N3 berbeda nyata
dengan N2 dan berbeda sangat nyata dengan N1. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan
N4 yaitu sebesar 72,38% dan terendah pada N1 sebesar 69,56%.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Semakin tinggi jumlah sodium tripoliphosfat yang ditambahkan maka kadar air mie
akan semakin meningkat. Peningkatan kadar air mengikuti persamaan garis regresi linier
seperti terlihat pada Gambar 4. Ini disebabkan karena natrium tripoliphosfat merupakan
penstabil (emulsifier) dimana emulsifier memiliki kemampuan untuk menyatukan bahan
yang tidak saling melarut karena molekulnya terdiri dari gugus hidrofilik dan lipofilik
sekaligus. Gugus hidrofilik mampu berikatan dengan air atau bahan lain yang bersifat polar,
sedangkan gugus lipofilik mampu berikatan dengan minyak atau bahan lain yang bersifat non
polar (Suryani, et al., 2002).
Gambar 4. Grafik Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap Kadar Air (%)
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah natrium tripoliphosfat berpengaruh sangat nyata (P>0,01)
terhadap kadar air pada mie basah dengan penambahan wortel yang dihasilkan.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh interaksi jumlah bubur wortel
dan natrium tripoliphosfat terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jumlah Bubur Wortel
dan Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap Kadar Air (%)
LSR
Perlakuan
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
0.05
0.01
K1N1
67.25
ij
IJ
2.685
3.696
K1N2
68.00
2.819
3.884
K1N3
68.00
hi
HI
2.890
3.982
K1N4
67.75
2.953
4.063
K2N1
69.75
2.989
4.116
K2N2
72.25
3.016
4.179
K2N3
68.75
gh
GH
3.034
4.224
K2N4
72.00
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
3.051
4.260
K3N1
70.00
fg
FG
10
3.069
4.286
K3N2
70.00
11
3.069
4.313
K3N3
70.75
ef
EF
12
3.078
4.331
K3N4
71.00
de
DE
13
3.078
4.349
K4N1
71.25
cd
CD
14
3.087
4.367
K4N2
71.50
15
3.087
4.385
K4N3
78.25
16
3.096
4.394
K4N4
78.75
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan jumlah bubur wortel
dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap kadar air.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K4N4 sebesar 78,75% dan terendah diperoleh
pada K1N1 sebesar 67,25%.
Semakin tinggi jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat yang
ditambahkan maka kadar air akan semakin meningkat, peningkatan tersebut mengikuti garis
regresi linier seperti pada Gambar 5.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari Gambar 5 dapat diliht bahwa kadar air tertinggi terdapat pada sodium
tripoliphosfat sebesar 0,25%. (Suryani, et al., 2002) menyatakan bahwa emulsifier memiliki
kemampuan untuk menyatukan bahan yang tidak saling melarut, karena molekulnya
memiliki gugus hidrofilik dan lipofilik sekaligus.
Selain itu sodium tripoliphosfat ini akan mengikat air sehingga air pada bahan akan
terikat.Sodium tripoliphosfat (Na4P3O10) digunakan sebagai bahan pengikat air, agar air
dalam adonan tidak menguap, sehingga adonan tidak mengalami pengerasan atau kekeringan
di permukaan sebelum proses pembentukan adonan. Sodium tripoliphosfat juga berperan
dalam peningkatan kadar air dimana sodium tripoliphosfat memiliki fungsi untuk
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Jumlah Bubur
Jarak
Notasi
Rataan
0,05
0,01
Wortel (%)
0,05
0,01
K1 = 0
0,57
0,061
0,084
K2 = 15
0,69
0,064
0,088
K3 = 30
0,68
0,066
0,091
K4 = 45
0,76
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan K4 berbeda sangat nyata dengan K1,
dan berbeda nyata dengan K2 dan K3. Perlakuan K3 berbeda tidak nyata dengan K2 dan
berbeda sangat nyata dengan K1. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu
sebesar 0,76% dan terendah pada K1 sebesar 0,57%.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa kadar protein meningkat. Peningkatan kadar
protein ini mengikuti persamaan garis regresi liner. Semakin banyak jumlah bubur wortel
yang ditambahkan maka kadar protein akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena wortel
memiliki kandungan protein, dimana dari 100 g bahan yang dapat dimakan wortel memiliki
kandungan protein sebesar 1,2 g
(Rukmana, 1995).
Jumlah Sodium
Jarak
Notasi
Rataan
0,05
0,01
Tripoliphosfat (%)
0,05
0,01
N1 = 0.10
0,65
0,061
0,084
N2 = 0.15
0,66
0,064
0,088
N3 = 0.20
0,66
0,066
0,091
N4 = 0.25
0,74
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda nyata dengan N1, N2 dan
N3. Perlakuan N1 berbeda tidak nyata dengan N2 dan N3. Kadar protein tertinggi terdapat
pada perlakuan N4 yaitu sebesar 0,74% dan terendah pada N1 sebesar 0,65%.
Semakin tinggi jumlah sodium tripoliphosfat maka kadar protein juga semakin
meningkat. Peningkatan kadar protein mengikuti persamaan garis regresi linier seperti pada
Gambar 7.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
terhadap kadar protein mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Betakaroten (mg/100ml)
Pengaruh Jumlah Bubur Wortel terhadap Betakaroten
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jumlah bubur
wortel berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap betakaroten mie yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan pengaruh bubur wortel terhadap betakaroten
setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Bubur Wortel terhadap
Betakaroten (mg/100ml)
LSR
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
(%)
0.05
0.01
K1 = 0
0.10
0.032
0.045
K2 = 15
0.19
0.034
0.047
K3 = 30
0.26
0.035
0.048
K4 = 45
0.29
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan K4 berbeda sangat nyata dengan K1 dan
K2 dan berbeda tidak nyata dengan K3. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K1.
Betakaroten tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0,29% dan terendah pada K1
sebesar 0,10%.
Semakin banyak jumlah bubur wortel yang ditambahkan maka semakin meningkat
betakaroten. Peningkatan mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada gambar berikut.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Peningkatan ini disebabkan karena bubur wortel yang ditambahkan dimana wortel
merupakan sayuran yang memiliki betakaroten yang tinggi. Pigmen karotenoid menyebabkan
jaringan berwarna kuning, sehingga intensitas warna kuning menjadi indikator umum bagi
kandungan provitamin A. Wortel sangat menonjol di dalam umbi-umbian dalam kandungan
karoten, mencapai 13 mg/100 ml (Apandi, 1984).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat
terhadap Betakaroten (mg/100ml)
LSR
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
(%)
0.05
0.01
N1 = 0,10
0.18
0.032
0.045
N2 = 0,15
0.21
ab
AB
0.034
0.047
N3 = 0,20
0.23
0.035
0.048
N4 = 0,25
0.23
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N1,
berbeda nyata dengan N2 dan berbeda tidak nyata dengan N3. Perlakuan N1 berbeda nyata
dengan N2. Betakaroten tertinggi terdapat pada perlakuan N3N4 yaitu sebesar 0,23% dan
terendah pada N1 sebesar 0,18%.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah sodium tripoliphosfat yang
ditambahkan maka semakin meningkat betakaroten. Peningkatan betakaroten mengikuti
persamaan garis regresi linier. Hal ini terjadi karena sodium tripoliphosfat merupakan
emulsifier dimana emulsifier memiliki kemampuan untuk menyatukan dua jenis bahan yang
tidak saling melarut dan molekulnya terdiri dari gugus hidrofilik dan lipofilik sekaligus.
Dimana gugus lipofilik mampu berikatan dengan bahan lain yang bersifat non polar
(Suryani, et al., 2002).
Pengaruh Interaksi Jumlah Bubur Wortel dan Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap
Betakaroten (mg/100ml)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (p<0,05)
terhadap betakaroten mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Jumlah
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
0.05
0.01
K1 = 0
1.30
0.296
0.407
K2 = 15
2.40
0.311
0.428
K3 = 20
2.54
0.319
0.439
K4 = 25
2.60
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan K4 berbeda sangat nyata dengan K1 dan
berbeda tidak nyata dengan K2 dan K3. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K1. Kadar
abu tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2,60% dan terendah pada K1 sebesar
1,30%.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Jumlah
Notasi
LSR
Sodium
Rataan
Jarak
Tripoliphosfa
0.05
0.01
0.05
0.01
t (%)
-
N1 = 0.10
1.89
0.296
0.407
N2 = 0.15
2.00
0.311
0.428
N3 = 0.20
2.43
0.319
0.439
N4 = 0.25
2.53
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N1
dan N2 dan berbeda tidak nyata dengan N3. Perlakuan N2 berbeda tidak nyata dengan N1.
Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 2,53% dan terendah pada N1
sebesar 1,89%.
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin banyak sodium tripoliphosfat yang
ditambahkan maka semakin meningkat kadar abu. Peningkatan kadar abu mengikuti
persamaan garis regresi linier. Hal ini terjadi karena sodium tripoliphosfat dapat
menstabilkan pH. Emulsifier memiliki kemampuan untuk menyatukan dua jenis bahan yang
tidak saling melarut dan molekulnya terdiri dari gugus hidrofilik dan lipofilik sekaligus.
Dimana gugus lipofilik mampu berikatan dengan bahan lain yang bersifat non polar (Suryani,
et al., 2002).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Tripoliphosfat
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (p<0,05)
terhadap kadar abu mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap nilai organoleptik warna mie yang
dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan pengaruh bubur wortel terhadap nilai
organoleptik warna setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Bubur Wortel terhadap
Nilai Organoleptik Warna (Numerik)
LSR
Jumlah Bubur
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
Wortel (%)
0.05
0.01
K1 = 0
2.34
0.163
0.225
K2 = 15
3.05
0.172
0.236
K3 = 30
3.45
0.176
0.242
K4 = 45
3.41
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K2 dan
K1 dan berbeda tidak nyata dengan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K1. Nilai
organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,45 dan terendah
pada K1 sebesar 2,34.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
4,00
3,50
3,00
2,50
y = 0,0242x + 2,5188
r = 0,8229
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0
10
20
30
40
K onse ntra si B ubur Worte l (%)
50
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa jumlah sodium
tripoliphosfat berpengaruh berbeda sangat nyata (P>0,01) terhadap nilai organoleptik warna
mie yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan pengaruh sodium tripoliphosfat terhadap nilai
organoleptik warna setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17.
Jumlah Sodium
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
Tripoliphosfat (%)
0.05
0.01
N1 = 0.10
2.93
0.163
0.225
N2 = 0.15
3.00
bc
0.172
0.236
N3 = 0.20
3.15
ab
AB
0.176
0.242
N4 = 0.25
3.18
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N1 dan
N2 dan berbeda nyata dengan N3. Perlakuan N1 berbeda nyata dengan N2. Nilai organoleptik
warna tertinggi terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 3,18 dan terendah pada N1 sebesar
2,93.
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin banyak sodium tripoliphosfat yang
ditambahkan maka semakin meningkat organoleptik warna. Peningkatan organoleptik warna
mengikuti persamaan garis regresi linier. Hal ini terjadi karena natrium tripoliphosfat
berfungsi sebagai penstabil emulsi dan penstabil warna. Emulsifier memiliki kemampuan
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
untuk menyatukan dua jenis bahan yang tidak saling melarut dan molekulnya terdiri dari
gugus hidrofilik dan lipofilik sekaligus. Dimana gugus lipofilik mampu berikatan dengan
bahan lain yang bersifat non polar (Suryani, et al., 2002).
Pengaruh Interaksi Jumlah Bubur Wortel dan Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap
Nilai Organoleptik Warna
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
terhadap nilai organoleptik warna mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap nilai organoleptik rasa mie yang
dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan pengaruh bubur wortel terhadap nilai
organoleptik rasa setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh jumlah Bubur Wortel terhadap
Nilai Organoleptik Rasa (Numerik)
LSR
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
(%)
0.05
0.01
K1 = 0
2.69
0.101
0.139
K2 = 15
3.35
0.106
0.146
K3 = 30
3.51
0.109
0.150
K4 = 45
2.76
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K1, K2
dan K4. Perlakuan K4 berbeda tidak nyata dengan K1. Nilai organoleptik rasa tertinggi
terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,51 dan terendah pada K1 sebesar 2,69.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
ditambahkan maka nilai organoleptik rasa akan meningkat sampai batas tertentu karena pada
jumlah tertentu akan mengalami penuruan. Dimana panelis kurang menyukai pada jumlah
bubur wortel tertinggi karena rasa pahit sedikit terasa.
Tabel 19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat
terhadap Nilai Organoleptik Rasa
Jumlah Sodium
LSR
Notasi
Tripoliphosfat (%)
Jarak
0.05
0.01
N1 = 0.10
0.101
0.139
0.106
0.109
Rataan
0.05
0.01
2.93
N2 = 0.15
3.05
0.146
N3 = 0.20
3.06
0.150
N4 = 0.25
3.28
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N1 dan
N2 dan N3. Perlakuan N2 berbeda sangat nyata dengan N1. Nilai organoleptik rasa tertinggi
terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 3,28 dan terendah pada N1 sebesar 2,93.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Pengaruh Interaksi Jumlah Bubur Wortel dan Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap
Nilai Organoleptik Rasa
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
terhadap nilai organoleptik rasa mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
LSR
Jumlah Bubur
Notasi
Rataan
Jarak
0.05
0.01
Wortel (%)
0.05
0.01
K1 = 0
2.84
0.086
0.118
K2 = 15
3.25
0.090
0.124
K3 = 30
3.51
0.093
0.127
K4 = 45
2.26
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K1, K2
dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K1. Nilai organoleptik tekstur tertinggi
terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,51 dan terendah pada K4 sebesar 2,26.
Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah bubur wortel yang
ditambahkan maka semakin meningkat nilai orgnoleptik tekstur. Peningkatan nilai
organoleptik rasa mengikuti persamaan kuadratik. Dimana semakin banyak jumlah bubur
wortel yang ditambahkan maka nilai tekstur akan meningkat tetapi akan mengalami
penurunan pada jumlah tertentu. Hal ini berhubungan dengan kadar air dimana kadar air yang
tinggi maka kelenturan teksturnya akan menurun. Hal ini terjadi karena bubur wortel
memiliki kandungan air yang tinggi sehingga mempengaruhi kadar air mie. Dimana wortel
mengandung 88,20 g air dalam 100 g bahan (Rukmana, 1995).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 14) dapat dilihat bahwa jumlah sodium
tripoliphosfat berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap nilai organoleptik tekstur mie
yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan pengaruh sodium tripoliphosfat terhadap nilai
organoleptik tekstur setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jumlah Sodium Tripoliphosfat
terhadap Organoleptik Tekstur
LSR
Jumlah Sodium
Jarak
Notasi
Rataan
0.05
0.01
Tripoliphosfat (%)
0.05
0.01
N1 = 0.10
2.84
0.086
0.118
N2 = 0.15
2.95
0.090
0.124
N3 = 0.20
3.01
ab
0.093
0.127
N4 = 0.25
3.06
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa perlakuan N4 berbeda sangat nyata dengan N2 dan
N1. Perlakuan N2 berbeda sangat nyata dengan N1. Nilai organoleptik tekstur tertinggi
terdapat pada perlakuan N4 yaitu sebesar 3,06 dan terendah pada N1 sebesar 2,84.
Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah sodium tripoliphosfat
yang ditambahkan maka semakin meningkat nilai orgnoleptik rasa. Peningkatan nilai
organoleptik tekstur mengikuti persamaan garis regresi linier.Hal ini terjadi karena
penggunan Sodium tripoliphosfat pada mie basah dimungkinkan karena sifat sodium
tripoliphosfat dapat berperan pada proses gelatinisasi pati-protein sehingga mempengaruhi
tekstur mie menjadi lebih liat dan kenyal (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Pengaruh Interaksi Jumlah Bubur Wortel dan Jumlah Sodium Tripoliphosfat terhadap
Nilai Organoleptik tekstur
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 14) dapat dilihat bahwa interaksi antara
jumlah bubur wortel dan jumlah sodium tripoliphosfat berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
terhadap nilai organoleptik tekstur mie yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kesimpulan
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
1. Semakin banyak bubur wortel yang ditambahkan maka dapat meningkatkan kadar
air, kadar protei, betakaroten, kadar abu dan nilai organoleptik mie basah dengan
penambahan wortel.
2. Semakin banyak jumlah sodium tripoliphosfat maka akan meningkatkan tekstur mie
basah.
3. Semakin banyak bubur wortel dan sodium tripoliphosfat yang ditambahkan maka
akan meningkatkan kadar air mie.
4. Dari hasil penelitian diperoleh hasil yang paling baik untuk menghasilkan mie basah
dengan penambahan wortel dengan jumlah bubur wortel sebesar 30% dan jumlah
sodium tripoliphosfat sebesar 0,25%.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitin untuk mendapatkan mie basah dengan bahan pengawet lain
agar dapat bertahan lebih lama.
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap pengembangan mie basah dengan penambahan
produk hasil pertanian yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Departemen Kesehatan, R.I., 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya
Aksara, Jakarta.
Desrosier, N.W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M.Muljohardjo. UIPress, Jakarta.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Ellinger, R.H., 1972. Phospates in Food Processing di dalam T.E.Furia. Handbook of Food
Additives The Chemical Rubber Co., Cronwood Parkway, Cleveland, Ohio.
Gaman, P.M. and K.B. Sherington, 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Penerjemah M.Gardjito, S.Nauki, A.Murdiati dan Sardjono. UGMPress, Yogyakarta.
Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta, Jakarta.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Kumalaningsih, S., 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Trubus Agisarana,
Surabaya.
Medan Bisnis, 2007. Manfaat Antioksidan Alami Bagi Kesehatan. 23 Maret 2007.
Mudjajanto, E.S. dan L.N. Yulianti, 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novary, E.W., 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Puniman, F.X., 2007. Mie Sehat dari Wortel dan Bayam. Kompas, 25 Februari 2007.
Ranganna, S., 1978. Handbook of Analysis and Quality Control for Fruit and Vegetable
Products. 2nd ed. Tata Mc Graw Hill. Publishing Company Limited, New Delhi.
Robsons, J., 1976. Some Introductory Thoughts on Intermediate Moisture Foods. I dalam
Davies, K., G.G. Birch and K.J. Parker. Intermediate Moisture Food. Applied
Science Publ, Ltd, London.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Setianingrum, A.W. dan Marsono, 1999. Pengkayaan Vitamin A dan Vitamin E dalam
Pembuatan Mie Instan Menggunakan Minyak Sawit Merah. Kumpulan Penelitian
Terbaik Bogasari 1998-2001, Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1997. Analisa Bahan Makanan dan Hasil Pertanian.
Liberty, Yogyakarta.
Sunaryo, E., 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-bijian. Fateta-IPB, Bogor.
Suryani, A., I.Sailah dan E.Hambali, 2002. Teknologi Emulsi. IPB, Bogor.
Ubaidillah, M., 1997. Analisa Kadar Air Pada Bahan Tambahan Mie. Karya Ilmiah, F-MIPA,
USU, Medan.
Widyaningsih, T.B. dan E.S. Murtini, 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk
Pangan. Trubus Agrisarana, Surabaya.
Winarno, F.G., 2002. Ilmu Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Total
Rataan
67.50
134.500
67.250
67.00
69.00
136.000
68.000
K1N3
68.50
67.50
136.000
68.000
K1N4
67.50
68.00
135.500
67.750
II
K1N1
67.00
K1N2
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
K2N1
69.50
70.00
139.500
69.750
K2N2
72.00
72.50
144.500
72.250
K2N3
72.00
65.50
137.500
68.750
K2N4
72.50
71.50
144.000
72.000
K3N1
70.00
70.00
140.000
70.000
K3N2
70.50
69.50
140.000
70.000
K3N3
70.50
71.00
141.500
70.750
K3N4
71.00
71.00
142.000
71.000
K4N1
71.50
71.00
142.500
71.250
K4N2
71.50
71.50
143.000
71.500
K4N3
78.00
78.50
156.500
78.250
K4N4
79.00
78.50
157.500
78.750
Total
2270.500
Rataan
70.953
db
Perlakuan
15
333.555
22.237
211.773
181.689
K
Lin
JK
KT
F hit.
F.05
F.01
13.881 **
2.35
3.41
70.591
44.064 **
3.63
5.29
181.689
113.414 **
4.49
8.53
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Kuad
4.883
4.883
Kub
25.202
tn
4.49
8.53
25.202
15.732 **
4.49
8.53
35.648
11.883
7.418 **
3.63
5.29
Lin
35.627
35.627
22.239 **
4.49
8.53
Kuad
0.008
0.008
0.005
tn
4.49
8.53
Kub
0.014
0.014
0.009
tn
4.49
8.53
KxN
86.133
9.570
5.974 **
2.54
3.78
Galat
16
25.625
1.602
Total
31
359.180
3.048
Keterangan:
FK = 161,099.07
KK = 1.784%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Total
Rataan
II
K1N1
0.10
0.10
0.200
0.100
K1N2
0.10
0.10
0.200
0.100
K1N3
0.10
0.10
0.200
0.100
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
K1N4
0.10
0.10
0.200
0.100
K2N1
0.20
0.10
0.300
0.150
K2N2
0.20
0.20
0.400
0.200
K2N3
0.20
0.20
0.400
0.200
K2N4
0.20
0.20
0.400
0.200
K3N1
0.20
0.20
0.400
0.200
K3N2
0.30
0.20
0.500
0.250
K3N3
0.30
0.30
0.600
0.300
K3N4
0.30
0.30
0.600
0.300
K4N1
0.30
0.20
0.500
0.250
K4N2
0.30
0.30
0.600
0.300
K4N3
0.30
0.30
0.600
0.300
K4N4
0.30
0.30
0.600
0.300
Total
6.700
Rataan
0.209
db
JK
KT
F hit.
Perlakuan
15
0.192
0.013
13.000
0.171
0.057
57.000
F.05
F.01
**
2.35
3.41
**
3.63
5.29
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Lin
0.163
0.163
163.000
**
4.49
8.53
Kuad
0.008
0.008
8.000
4.49
8.53
Kub
0.001
0.001
1.000
tn
4.49
8.53
0.013
0.004
4.000
3.63
5.29
Lin
0.011
0.011
11.000
**
4.49
8.53
Kuad
0.003
0.003
3.000
tn
4.49
8.53
Kub
0.000
0.000
0.000
tn
4.49
8.53
KxN
0.008
0.001
1.000
tn
2.54
3.78
Galat
16
0.015
0.001
Total
31
0.207
Keterangan:
FK = 1.40
KK = 14.624%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Ulangan
Total
Rataan
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
II
K1N1
0,51
0,62
1,130
0,565
K1N2
0,51
0,51
1,020
0,510
K1N3
0,60
0,45
1,050
0,525
K1N4
0,68
0,68
1,360
0,680
K2N1
0,63
0,70
1,330
0,665
K2N2
0,63
0,72
1,350
0,675
K2N3
0,63
0,73
1,360
0,680
K2N4
0,65
0,82
1,470
0,735
K3N1
0,65
0,63
1,280
0,640
K3N2
0,70
0,65
1,350
0,675
K3N3
0,73
0,63
1,360
0,680
K3N4
0,73
0,69
1,420
0,710
K4N1
0,73
0,73
1,460
0,730
K4N2
0,75
0,77
1,520
0,760
K4N3
0,75
0,75
1,500
0,750
K4N4
0,85
0,78
1,630
0,815
Total
Rataan
21,590
0,675
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
db
JK
KT
F hit.
F.05
F.01
Perlakuan
15
0,207
0,014
4,667 **
2,35
3,41
0,153
0,051
17,000 **
3,63
5,29
Lin
0,129
0,129
43,000 **
4,49
8,53
Kuad
0,002
0,002
0,667
tn
4,49
8,53
Kub
0,021
0,021
7,000
4,49
8,53
0,039
0,013
4,333
3,63
5,29
Lin
0,027
0,027
9,000 **
4,49
8,53
Kuad
0,010
0,010
3,333
tn
4,49
8,53
Kub
0,002
0,002
0,667
tn
4,49
8,53
KxN
0,015
0,002
0,667
tn
2,54
3,78
Galat
16
0,053
0,003
Total
31
0,260
Keterangan:
FK = 14,57
KK = 8,543%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Total
Rataan
0.80
1.400
0.700
0.60
0.80
1.400
0.700
K1N3
1.80
2.00
3.800
1.900
K1N4
2.00
1.80
3.800
1.900
K2N1
2.40
2.60
5.000
2.500
K2N2
2.00
2.60
4.600
2.300
K2N3
2.00
2.80
4.800
2.400
K2N4
2.40
2.40
4.800
2.400
K3N1
1.80
2.50
4.300
2.150
K3N2
2.40
2.40
4.800
2.400
K3N3
2.60
2.80
5.400
2.700
K3N4
2.80
3.00
5.800
2.900
K4N1
1.80
2.60
4.400
2.200
K4N2
2.60
2.60
5.200
2.600
K4N3
2.80
2.60
5.400
2.700
K4N4
3.00
2.80
5.800
2.900
II
K1N1
0.60
K1N2
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository Total
2009
70.700
Rataan
2.209
db
JK
KT
F hit.
F.05
F.01
Perlakuan
15
13.082
0.872
11.179
**
2.35
3.41
8.988
2.996
38.333
**
3.63
5.29
Lin
6.521
6.521
83.603
**
4.49
8.53
Kuad
2.153
2.153
27.603
**
4.49
8.53
Kub
0.315
0.315
4.038
tn
4.49
8.53
2.348
0.783
10.038
**
3.63
5.29
Lin
2.186
2.186
28.026
**
4.49
8.53
Kuad
0.000
0.000
0.000
tn
4.49
8.53
Kub
0.163
0.163
2.090
tn
4.49
8.53
KxN
1.745
0.194
2.487
tn
2.54
3.78
Galat
16
1.245
0.078
Total
31
14.327
Keterangan:
FK = 156.20
KK = 12.626%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Total
Rataan
2.30
4.400
2.200
2.30
2.40
4.700
2.350
K1N3
2.40
2.40
4.800
2.400
K1N4
2.40
2.40
4.800
2.400
K2N1
2.80
2.60
5.400
2.700
K2N2
3.00
2.80
5.800
2.900
K2N3
3.40
3.40
6.800
3.400
K2N4
3.00
3.40
6.400
3.200
K3N1
3.50
3.20
6.700
3.350
K3N2
3.50
3.20
6.700
3.350
K3N3
3.40
3.30
6.700
3.350
K3N4
4.00
3.50
7.500
3.750
K4N1
3.40
3.50
6.900
3.450
K4N2
3.40
3.40
6.800
3.400
K4N3
3.50
3.40
6.900
3.450
K4N4
3.30
3.40
6.700
3.350
II
K1N1
2.10
K1N2
Total
98.000
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
3.063
Rataan
db
JK
KT
F.05
F.01
Perlakuan
15
7.275
0.485
20.421
**
2.35
3.41
6.387
2.129
89.649
**
3.63
5.29
Lin
5.256
5.256 221.316
**
4.49
8.53
Kuad
1.125
1.125
47.368
**
4.49
8.53
Kub
0.006
0.006
0.263
tn
4.49
8.53
0.345
0.115
4.842
3.63
5.29
Lin
0.324
0.324
13.642
**
4.49
8.53
Kuad
0.005
0.005
0.211
tn
4.49
8.53
Kub
0.016
0.016
0.674
tn
4.49
8.53
KxN
0.543
0.060
2.538
tn
2.54
3.78
Galat
16
0.380
0.024
Total
31
7.655
F hit.
Keterangan:
FK = 300.13
KK = 5.032%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Total
Rataan
2.60
5.200
2.600
2.70
2.70
5.400
2.700
K1N3
2.40
2.80
5.200
2.600
K1N4
2.90
2.80
5.700
2.850
K2N1
3.30
3.20
6.500
3.250
K2N2
3.30
3.30
6.600
3.300
K2N3
3.30
3.40
6.700
3.350
K2N4
3.50
3.50
7.000
3.500
K3N1
3.30
3.20
6.500
3.250
K3N2
3.40
3.40
6.800
3.400
K3N3
3.50
3.50
7.000
3.500
K3N4
4.00
3.80
7.800
3.900
K4N1
2.70
2.50
5.200
2.600
K4N2
2.80
2.80
5.600
2.800
K4N3
2.80
2.80
5.600
2.800
II
K1N1
2.60
K1N2
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
2.90
K4N4
2.80
Total
5.700
2.850
98.500
Rataan
3.078
db
JK
KT
F hit.
F.05
F.01
Perlakuan
15
4.810
0.321
35.667
**
2.35
3.41
4.118
1.373
152.556
**
3.63
5.29
Lin
0.060
0.060
6.667
4.49
8.53
Kuad
3.990
3.990
443.333
**
4.49
8.53
Kub
0.068
0.068
7.556
4.49
8.53
0.506
0.169
18.778
**
3.63
5.29
Lin
0.452
0.452
50.222
**
4.49
8.53
Kuad
0.015
0.015
1.667
tn
4.49
8.53
Kub
0.039
0.039
4.333
tn
4.49
8.53
KxN
0.185
0.021
2.333
tn
2.54
3.78
Galat
16
0.145
0.009
Total
31
4.955
Keterangan:
FK = 303.20
KK = 3.093%
** = sangat nyata
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
* = nyata
tn = Tidak nyata
Total
Rataan
2.50
5.300
2.650
2.90
2.90
5.800
2.900
K1N3
2.90
2.80
5.700
2.850
K1N4
3.00
2.90
5.900
2.950
K2N1
3.00
3.20
6.200
3.100
K2N2
3.20
3.20
6.400
3.200
K2N3
3.40
3.30
6.700
3.350
K2N4
3.30
3.40
6.700
3.350
K3N1
3.40
3.50
6.900
3.450
K3N2
3.50
3.50
7.000
3.500
K3N3
3.50
3.50
7.000
3.500
K3N4
3.60
3.60
7.200
3.600
II
K1N1
2.80
K1N2
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
K4N1
2.10
2.20
4.300
2.150
K4N2
2.20
2.20
4.400
2.200
K4N3
2.30
2.40
4.700
2.350
K4N4
2.30
2.40
4.700
2.350
Total
94.900
Rataan
2.966
db
JK
KT
F hit.
F.05
F.01
Perlakuan
15
7.407
0.494
70.571
**
2.35
3.41
7.126
2.375
339.286
**
3.63
5.29
Lin
0.856
0.856
122.286
**
4.49
8.53
Kuad
5.528
5.528
789.714
**
4.49
8.53
Kub
0.743
0.743
106.143
**
4.49
8.53
0.226
0.075
10.714
**
3.63
5.29
Lin
0.218
0.218
31.143
**
4.49
8.53
Kuad
0.008
0.008
1.143
tn
4.49
8.53
Kub
0.001
0.001
0.143
tn
4.49
8.53
KxN
0.055
0.006
0.857
tn
2.54
3.78
Galat
16
0.105
0.007
Total
31
7.512
Keterangan:
FK = 281.44
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
KK = 2.732%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009
Nur Astina Harahap : Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel (Daucus carota L.), 2007.
USU Repository 2009