Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
perdarahan
intraserebral
adalah
kumpulan
darah
setempat pada parenkim otak atau sistem ventrikel yang tidak disebabkan
oleh trauma. (Sacco dkk, 2013).
Menurut WHO stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda-tanda dan gejala klinik baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
(Setyopranoto, 2011)
Beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa stroke
adalah :
1. Timbulnya kelainan saraf yang sifatnya mendadak.
12
2. Kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian dari
otak yang terganggu.
13
14
15
Pecahnya
arteri
dan
keluarnya
ke
ruang
subarachnoid
pada
retina
dan
penurunan
kesadaran.
Perdarahan
pembuluh darah
16
17
18
19
tumor necrosis factor-, interleukin-1, dan intercellular adhesion molecule1, tetapi hanya kadar tumor necrosis factor- yang tidak tergantung
dengan volume edema perihematom. (Subramania, 2006)
Kadar glutamat serum yang tinggi berhubungan dengan outcome
neurologis yang buruk setelah PIS.14,15,16,17 Pemecahan hematom
meliputi
invasi
makrofag,
progresi
edema
sekitar,
pembentukan
microvessel pada tepi klot dan kadangkala gliosis. Hasil akhir adalah
jaringan parut yang ditandai dengan hemosiderin atau kavitas yang
mengandung darah lama yang dikelilingi jaringan ikat. (Kontos, 2001)
Gejala neurologis yang timbul karena ekstravasasi darah ke
jaringan otak sehingga menyebabkan nekrosis. Pada saat awal mungkin
darah hanya akan mendesak jaringan otak tanpa merusaknya, karena
saat itu difusi darah ke jaringan belum terjadi. Perdarahan intraserebral
dan edema bisa mengganggu dan menekan jaringan otak sekitarnya,
mengakibatkan gangguan neurologis. Absorpsi dapat terjadi dalam waktu
3-4 minggu. (Kontos, 2001)
Proses kematian sel otak akibat iskemia melalui 2 proses yaitu
nekrosis dan apoptosis. Kematian akibat nekrosis ditandai dengan adanya
edema sitoplasma dan pembengkakan sel, kerusakan sitoskeleton dan
ruptur membran sel dan organela. Tanda-tanda inflamasi nyata didapatkan
pada nekrosis sel. Kematian sel pada proses apoptosis bersifat aktif dan
didapatkan ekspresi protein baru. Energi sel normal sampai tahap final
kematian sel, penurunan energi sel terjadi lambat akibat sekunder dari
apoptosis. Aktifasi endonuklease menyebabkan pemecahan ikatan ganda
20
mitokondria
menghasilkan
superoksida
(SO2),
hidrogen
21
yang
mengaktifkan
menstimulasi
nitrit
okside
NMDA
sintase
(N-methyl-D-aspartat)
yang
akan
memproduksi
akan
NO,
sedangkan glutamat yang mengaktifkan reseptor AMPA (Alpha-amino-3hydroxy-5-methyl-4-isoxazolpropionat) akan memproduksi superoksida
(SO2). (Kontos, 2001)
Interaksi antara nitrit oksida dan superoksida di dalam sel akan
menghasilkan peroksinitrit, yang dapat menimbulkan suatu injury.
Peroksinitrit akan diinaktivasi secara cepat dan tidak dilepaskan ke ruang
22
yang
menghasilkan
peroksinitrit
yang
sangat
reaktif,
23
24
mengarahkan
atau
mengeksplorasi
target
terapi,
dan
seperti
temperaturm
tekanan
darah,
dan
status
hidrasi.
(Lumenpow, 2011)
Osmolalitas plasma dapat menjadi salah satu biopetanda unggulan
untuk menilai status hidrasi pasien dibandingkan dengan pemeriksaan
biokimia konvensional seperti natrium atau urea plasma. Osmolalitas
plasma adalah jumlah keseluruhan partikel yang larut di dalam larutan.
Osmolalitas plasma merupakan salah satu indikator konsentrasi serum.
Osmolalitas
plasma
yang
meningkat
menggambarkan
keadaan
25
freezing
point
depression;
2)
secara
langsung
dengan
beberapa
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa
volume
hematom
masih
dikembangkan.
Penelitian
ini
tidak
26
II. 9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut menurut Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2007 meliputi:
1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
a. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan
diagnosis klinik harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.
4) Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD,
elektrolit darah, tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah
rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi oksigen. (Akib, 2010)
27
28
gagal
jantung
kongestif,
trauma,
ulkus
dekubitus,
perdarahan
29
30
31
II.11.KERANGKA TEORI
OSMOLALITAS
PLASMA
VOLUME
PLASMA
STROKE
HEMORAGIK
SKALA mRS
SKALA NIHSS
Menurut Adams dkk (2011), skor
NIHSS mampu memprediksi
outcome klinis pada pasien stroke,
dimana outcome yang sangat baik
pada 7 hari sebesar 24% dan pada 3
bulan sebesar 17 % .
OUTCOME
KLINIS
32
OSMOLALITAS
PLASMA
VOLUME HEMATOM
STROKE HEMORAGIK
National Institute
Health Stroke Scale
(NIHSS)
Modified
Rankin Scale
(mRS)
OUTCOME KLINIS