Professional Documents
Culture Documents
1.
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut
R.G. Muurdick diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada masa
depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasarkan:
1.
Ruang lingkup
2.
Hasil persaingan
3.
Target
4.
Penataan sumber-sumber
Perencanaan strategis digunakan untuk mengatakan suatu lingkup perencanaan yang lebih
general disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut stainer. Pengertian
perencanaan strategis yaitu proses pendayagunaan sumber-sumber dan strategi yang mengatur
pengadaan dan pendayagunaan sumber untuk pencapain tujuan.
Hal tersebut bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan datang dengan
mempertimbangkan berbagai kompleks dalam suatu sistem. Berdasarkan hal diatas, metode
penelaah dan pemecahan masalah didasarkan atas kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai
berikut:
1.
B.
C.
D.
1.
E.
F.
Berlandaskan kebijakan
G.
H.
Perencanaan Manajerial
1.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional merupakan rencana apa yang akan dikerjakan dalam tingkat
pelaksanaan di lapangan . Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik serta berfungsi
memberikan petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta ketentuan-ketentuan lain yang
telah ditetapkan. Perencanaan operasional bersifat teknik dan tidak memerlukan lagi penafsiranpenafsiran karena didasarkan pada data kuantitatif yang dapat diukur.
Perencanaan Perbaikan
Perencanaan perbaikan merupakan perencanaan yang ditujukan untuk memperbaiki sistem yng
telah ada tanpa menambah atau mengurangi komponen sistem yang ada. Perencanaan perbaikan
bertujuan agar sistem yang telah ada lebih meningkat baik produktivitas, efisiensi maupun
efektivitasnya.
1.
Perencanaan Pengembangan
Perencanaan Wajib
Perencanaan wajib adalah perencanaan yang dilakukan oleh suatu badan yang memiliki
kekuasaan secara penuh karena mendapat tugas dan mandat dari pemerintah untuk menentukan
sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan.
1.
Perencanaan Arahan
Perencanaan arahan adalah perencanaan yang hanya menunjukan arah sasaran kebijakan dan
strategi pembangunan. Arahan yang diberikan tidak bersifat meningkat, dan fungsinya hanya
sebagai nasehat.
Perencanaan Individual
Perencanaan individual adalah perencanaan yang hanya dilakukan oleh seorang individu dalam
suatu kegiatan perencanaan tanpa melibatkan pihak-pihak lain. Perencanaan yang bersifat
individual biasanya terjadi pada organisasi kecil atau pimpinan yang bergaya otoriter. Namun
demikian masukan-masukan dari pihak-pihak lain serta data dan informasi yang ada tetap
dimanfaatkan dalam proses perencanaan pendidikan.
1.
Perencanaan Parsipatori
Perencanaan parsipatori adalah perencanaan yang melibatkan beberapa atau banyak orang
dalam suatu kegiatan perencanaan parsipatori dilibatkan orang-orang yang berkepentingan dan
kadang sering bertentangan dengan perencanaan yang sedang dibuat oleh beberapa orang atas
dasar wewenang, kedudukan, fungsi seperti perencanaan tingkat pemerintah pusat oleh
kementerian atau biro perencanaan ,kepala kantor atau kepala dinas di sekolah, dan para kepala
sekolah pada satu satuan pendidikan.
Berdasarkan Sektor
Perencanaan Nasional
Proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh
rakyat yang terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
1.
Perencanaan Regional
Perencanaan regional sering juga disebut dengan perencanaan daerah atau wilayah, diantaranya
Propeda dan perencanaan pendidikan di tingkat propinsi, kabupaten /kota.
1.
Seperangkat tindakan
2.
3.
4.
5.
Dari definisi atau pengertian tentang perencanaan tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa
perencanaan tersebut disusun agar dapat menuju kearah yang lebih baik, walaupun demikian
tidak semua perencanaan tersebut berjalan sesuai rencana, terkadang sesuatu yang telah kita
perhitungkan dengan matang, tapi pada kenyataanya kadang kala terdapat masalah yang diluar
perkiraan kita, oleh karena itulah perencanaan tersebut akan terus dievaluasi dalam kurun waktu
tertentu agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
Kebijakan yang sering berganti-ganti bukanlah satu-satunya penyebab rendahnya mutu
pendidikan saat ini, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan,
diantara faktor-faktor tersebut misalnya adalah rendahnya kualitas/profesionalisme guru selaku
tenaga pendidik, kurangnya sarana prasarana pendidikan, kurangnya perhatian orang
tua/partisipasi masyarakat juga dapat menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya
kualitas/profesionalisme guru dapat disebabkan karena banyak sekali guru yang tidak fokus
kepada profesinya dikarenakan rendahnya income yang diperoleh guru tersebut, hingga mereka
mengajar hanya untuk memenuhi kewajiban saja, mereka tidak mempunyai beban moral atau
tanggung jawab untuk mencerdaskan anak didik mereka, karena yang terpenting bagi mereka
adalah bagaimana mereka dapat mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Karena itulah perubahan kebijakan yang dilakukan ditengah jalan sebaiknya
seminimal mungkin kalau bisa dihindarkan, hingga tidak menjadikan salah satu penyebab
rendahnya mutu pendidikan.
Ditinjau dari aspek jenis perencanaan. Perencanaan pendidikan ini dibedakan menjadi:
(1) perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational planning), perencanaan
ini sering disebut juga perencanaan pendidikan makro atau perencanaan pendidikan nasional;
(2) perencanaan pendidikan dari bawah ke atas (bottom up educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat oleh tenaga perencana dari tingkat bawah kemudian
disampaikan ke pusat, misalnya perencanaan yang dibuat oleh guru, kepala sekolah, Dinas
Pendidikan kemudian disampaikan ke Kementrian Pendidikan Nasional;
(3) perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping (diagonal educational
planning), perencanaan ini sering disebut perencanaan sektoral, yaitu perencanaan yang
melibatkan kerjasama antar departemen atau lembaga, misalnya, lembaga Kementrian Pendidikan
Nasional dengan Bappeda Propinsi;
(4) perencanaan pendidikan mendatar (horizontal educational planning), yaitu perencanaan
pendidikan yang dibuat dengan menjalin kerjasama antar lembaga atau departemen yang
sederajat, misalnya perencanaan pendidikan antara kementrian pendidikan dan kementrian agama
dan kementrian sosial;
(5) perencanaan pendidikan menggelinding (rolling educational planning), yaitu perencanaan
pendidikan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka pendek,
menengah dan panjang;
(6) perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top down and bottom
up educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang mengintegrasikan atau
mengakomodasi kepentingan pusat dan daerah (lokal) (Oliver, Paul, ed. 1996; Usman, H. 2008).