You are on page 1of 20

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan
yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada
siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui
dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan
dari perhitungan rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri serial.
KLB disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,
prolonged

pregnancy,

postterm

pregnancy,

extended

preganncy,

postdate/postdatisme atau postmaturitas, di mana pengertiannya adalah


sebagai berikut.
Kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau
lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO [1977], FIGO
[1986])
Seringkali

istilah

postmaturitas

dipakai

sebagai

sinonim

dismaturitas, yang sebenarnya hal ini tidak tepat. Postmaturitas merupakan


diagnosis waktu yang dihitung menurut rumus Naegele, sebaliknya
dismaturitas hanya menyatakan kurang sempurnanya pertumbuhan janin
dalam kandungan akibat plasenta yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga janin tidak tumbuh seperti biasa. Keadaan ini dapat terjadi pada
beberapa keadaan seperti hipertensi, preeklamsia, gangguan gizi, maupun
pada KLB sendiri. Jadi, janin dengan dismaturitas dapat dilairkan kurang
bulan, genap bulan, maupun lewat bulan.
Istilah postmaturitas lebih banyak dipakai oleh dokter ahli
kesehatan anak, sedangkan istilah postterm banyak digunakan oleh dokter
ahli kebidanan. Dua istilah ini sering menimbulkan kesan bahwa bayi yang
dilairkan dari KLB disebut sebagai postmaturitas.
B.

Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan lewat bulan pada umumnya tidak


diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab,
antara lain :
a. Cacat bawaan atau encefalus
b. Defisiensi sulfatase plasenta
c. Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik anti
prostaglandin : albutamol, progestin, asam mefenamat dan sebagainya.
d. Tidak diketahui penyababnya
Hal ini juga bisa disebabkan karena :
a. Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya tinggi
b. Pada kasus insufisiensi plasenta/andrenal janin, hormone prokusor yaitu
isoandosetron sulfat diekskresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi
estradiol dan secara langsung estriol di dalam plasenta, contoh klinik
mengenai defisiensi prekusor setrogen adalah anensefalus
c. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang
d. Faktor lain adalah hereditas, karena postmatur/serotinus, seiring
dijumpai pada suatu keluarga tertentu
C.

Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya
fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2 / O2 akibat tidak timbul
his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping

adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asiksia sampai


kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat
disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah
air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan
abnormal jantung janin.
Menurut Manuaba, patofisiologi pada kehamilan serotinus adalah
sebagai berikut :
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh
kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4.000-4.500
gram yang disebut makrosomia.
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom
postmatur, dengan kriteria :
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama
ditelapak tangan dan kaki
d. Verniks kaseosanya telah hilang atau berlangsung
D.

Klasifikasi
Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi tanda
postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium.
1. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
maseradi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II : ditambah pewarnaan mekonium pada kulit.
3. Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali
pusat.

E.

Diagnosis
Tidak

jarang

seorang

dokter

mengalami

kesulitan

dalam

menentukan diagnosis KLB karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan


umur kehamilan bukan terhadap kondisi dari kehamilan. Beberapa kasus
yang dinyatakan sebagai KLB merupakan kesalahan dalam menentukan
umur kehamilan. Lipshutz menyatakan bawa kasus KLB yang tidak dapat

ditegakkan secara pasti sebesar 22%. Dalam menentukan diagnosis KLB


di samping dari riwayat menstruasi, sebaiknya dilihat pula dari hasil
pemeriksaan antenatal.
1. Riwayat Haid
Diagnosis KLB tidak sulit untuk ditegakkan bila hari pertama haid
terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang
dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain sebagai
berikut.
a. Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya
b. Siklus 28 hari dan teratur
c. Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat menstruasi, seorang penderita yang
ditetapkan sebagai KLB kemungkinan adalah sebagai berikut.
a. Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau
akibat menstruasi abnormal
b. Tanggal haid terakhir diketahui jelas namun terjadi kelambatan
ovulasi
c. Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan
memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari
seluruh penderita yang diduga KLB)
2. Riwayat Pemeriksaan Antenatal
a. Tes Kehamilan : bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologi
setelah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan
memang telah berlangsung 6 minggu
b. Gerak janin : gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan
ibu pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida
dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan

multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan


persalinan

adalah

quickening

ditambah

22

minggu

pada

primigravida atau ditambah 24 minggu pada multiparitas


c. Denyut jantung janin : dengan stetoskop Laennec, DJJ dapat
didengar mulai umur kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan
Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.
Pernoll menyatakan bahwa kehamilan dapat dinyatakan sebagai KLB
bila terdapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan berikut ini.
a. Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
b. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
Doppler
c. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
d. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec
3. Tinggi Fundus Uteri
Dalam trimester I, pemeriksaan tinggi fundus uteri dapat bermanfaat
bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20
minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara
kasar.
Selanjutnya umur kehamilan dapat ditentukan secara klasik maupun
memakai rumus McDonald : TFU dalam cm x 8/7 menunjukkan umur
kehamilan dalam minggu.
Pemeriksaan lainnya adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pada trimester I pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump
length) memberikan ketepatan sekitar +4 hari dari taksiran persalinan.

Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu ukuran diameter biaprietal


dan panjang femur memberikan ketepatan +7 hari dari taksiran
persalinan.
Beberapa parameter dalam pemeriksaan USG juga dapat dipakai
seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang
merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter
seperti tersebut diatas. Taksiran persalinan tidak dapat ditentukan
secara akurat bilamana BPD >9,5 cm dengan sekali saja pemeriksaan
USG (tunggal).
2. Pemeriksaan Radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan.
Gambaran epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada
kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur
kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.
Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat
penulangan sering kali sulit, juga memberikan tidak baik terhadap
jaringan.

3. Pemeriksaan cairan amnion


a. Kadar lesitin/spingomielin
Bila kadar lesitin/spingomielin sama, maka umur kehamilan sekitar
22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin : 28-32 minggu.
Pada kehamilan genap bulan ratio menjadi 2:1. Pemeriksaan ini
tidak dapat dipakai untuk menentukan KLB, tetapi hanya
digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang
untuk dilahirkan.
b. Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)

Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat


waktu pembekuan darah. Aktivitas ini meningkat dengan
bertambahnya umur kehamilan. Yaffe menyatakan bahwa pada
umur kehamilan 41-42 minggu ACTA berkisar antara 45-65 detik.
Pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ACTA
kurang dari 45 detik. Bila didapat ACTA antara 42-46 detik, maka
menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.
c. Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebii 10%,
maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau
lebih, amaka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
F.

Pentalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Bishop score
Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responnya terhadap suatu induksi persalinan, karena tealh diketahui
bahwa serviks bishop score rendah artinya serviks belum matang dan
memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding serviks
yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
a. Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap
pertama kerja.
b. Pendataran (Effacement) yaitu ukuran renggangan sudah ada di
leher rahim.
c. Penurunan kepala janin (Station) yaitu menggambarkan posisi
janin kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika
punggung, yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior
(sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.

d. Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim


perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadapa peregangan,
seperti sebuah balon sebelumnya meningkat. Lebih jauh lagi, pada
wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang lebih
tua.
e. Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antar individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
mengadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relati
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior
lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan
peningkatan kelahiran spontan.
Tabel Bioshop Score
Skor

Pembukaan

3-4

5-6

Pendataran

0-30%

40-50%

60-70%

80%

-3

-2

-1

+1+2

Keras

Sedang

Lunak

Sangat Lunak

Posterior

Tengah

Anterior

Anterior

Station
Konsistensi
Posisi

Untuk menilai Bishop Score yaitu :


a. Bishop Score >5 yaitu induksi persalinan
Cara induksi persalinan adalah :
1) Menggunakan tablet Misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mg
yang diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga
munculnya his / kontraksi.
2) Menggunakan oksitosin intravena yaitu infus oksitosin
biasanya mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan
10.000-20.000 mU dicampur dengan 1.000 ml larutan

Ringer Laktat, masing-masing menghasilkan konsistensi


oksitosin 10-20 mU/ml.
Tabel Regimen Oksitosin Pada Induksi Persalinan
Kennethh J. Laveno
Regimen

Dosis awal
(mU/menit)

Peningkatan
Incremental
(mU/menit)

Interval
Dosis
(menit)

Dosis
Maksimal
(mU/ml)

0,5-1

30-40

20

1-2

15

40

6,3,1

15-40

42

Dosis
rendah

Dosis
tinggi

b. Bishop score <5


1) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test
(NST), Contraction Stress Test (CST).
2) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x /
minggu.
3) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif
yaitu dilakukan SC.
4) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif
yaitu dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari.
5) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan
SC.
6) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi
persalinan.
7) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley,
oksitoksin,

prostaglandin

(Misoprostol),

relaksin

(melunakkan serviks), pemecahan selaput ketuban


8) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan
oksigen, monitor DJJ, induksi persalinan dengan tetes
Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi dan belum ada tanda
hipoksia intrauterine), tetes Pitoksin di naikkan jangan
melebihi 2 m U/ menit atau di naikkan dengan interval <
30 menit, amniotomi pada fase aktif, infus intraamniotik

dengan 300 500 mL NaCl hangat selama 30 menit yaitu


untuk

mengatasi

oligohidramnion

dan

mekoneum,

konfirmasi kesejahteraan janin.


9) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi
lambat, pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (<
5 kali / 20 menit), contraction stress test (CST), berat
Badan > 4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus > 18
jam, bayi belum lahir, menurut Kurniawati (2009 : IX 4142).
10) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut
Manuaba (2003 : 159) yaitu
a) Pembukaan minimal 5
b) Ketuban negatif atau dipecahkan
c) Anak hidup, letak kepala atau bokong
d) Penurunan minimal H II
e) His dan reflek mengejan baik
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
5. Bila (a) riwayat keamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
(b) Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan (c) Kehamilan ini adala anak
pertama karean infertilitas, atau (d) pada kehamilan lebih dari 40-42
minggu, maka ibu dirawat di Rumah Sakit
6. Tindakan operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan pada
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap
c. Persalinan lama
d. Terjadi tanda gawat janin
e. Primigravida tua
f. Kematian janin dalam kandungan
g. Pre Eklamsia
h. Hipertensi menahun
i. Infertilitas
j. Kesalahan letak janin
G.

Komplikasi
Komplikasi keamilan lewat waktu terjadi baik pada ibu maupun
janin. Komplikasi pada ibu meliputi timbulnya rasa takut akibat terlambat
melahirkan atau rasa takut menjalani operasi yang mengakibatkan trias
komplikasi ibu. Komplikasi padi janin meliputi halhal beeikut ini.

1. Oligohidramnion. Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu


adala 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Akibat
oligoidrmanion adalah amnion menjadi kental karena mekonium
(diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada in partu
(aspirasi air ketuban, nilai Apgar rendah, sindrom gawat paru, bronkus
paru tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis).
2. Warna mekonium. Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap
usus. Peristaltik usus dan terbukanya singter ani membuat mekonium
keluar. Aspirasi

air

ketuban

yang

disertai

mekonium

dapat

menimbulkan gangguan pernapasan bayi/ janin, gangguan sirkulasi


bayi setelah lahir, dan hipoksia intrauterin sampai kematian janin.
3. Makrosomia. Dengan plasenta yang masih baik, terjadi tumbuhkembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia.
Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukannya tindakan
operatif seksio sesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena operasi
vaginal, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma
jalan lahir ibu.
4. Dismaturitas bayi. Pada usia kehamilan 37 minggu, luas plasenta 11m 2.
Selanjutnya, terjadi penurunan fungsi sehingga plasenta tidak
berkembang atau terjadi klasifikasi dan ateroskelerosis pembuluh
darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbukan perubahan
metabolisme menuju anaerob sehingga terjadi badan keton dan
asidosis. Terjadi dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai
dengan :
a. Kulit : subkutan berkurang dan diwarnai mekonium
b. Otot makin lemah
c. Kuku tampak panjang
d. Tampak keriput
e. Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion.
Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, kondisi
oligoidramnion, klasifikasi plasenta, kelainan kongenital, pergerakan janin
(aktivitasnya 7-10/30 menit), dan pernapasan janin.
Masalah yang dihadapi pada keamilan lewat waktu adalah resiko
terhadap janin, waktu yang tepat untuk melakukan persalinan, menentukan
persalinan per vagina versus per abdominal. Risiko keamilan sulit
dipastikan sehingga dapat menjurus risiko kematian janin intrauterin dan

risiko maksrosomia. Pada kehamilan lewat waktu, persalinan perlu


dipercepat bila terjadi preaklampsia/eklampsia, ibu dengan hipertensi, ibu
dengan diabetes melitus, dan gangguan tumbuh-kembang janin intrauterin.
Pada kehamilan lewat waktu juga dihadapi masalah kematangan serviks.
H.

Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali
lebih besar dari pada kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan.
Kematian janin pada kehamilan serotinus meningkat bila pada
kehamilan normal (37-41 minggu) angka kematiannya 1,1%. Oleh karena
itu, pada 43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3% dan pada
kehamilan 44 minggu menjadi 6,6%.
Pada beberapa kasus meskipun usia kehamilan melebihi 42
minggu, fungsi plasenta tetap baik sehingga terjadi anak besar
(>4.000gram) yang dapat menyulitkan persalinan.
Morbiditas ibu meningkat karena kejadian partus buatan dan seksio
sesarea meningkat.

BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA

KEHAMILAN SEROTINUS
A.

Subjektif
1. Biodata
Isi biodata menurut Diah Wulandari (2010), adalah :
a. Nama
: dinyatakan dengan tujuan agar dapat mengenal
pasien dan tidak keliru dengan pasien lain
b. Umur
: untuk mengetahui faktor risiko dilihat dari umur
pasien
c. Agama

: untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan

agama yang dianut, agar petugas lebih mudah dalam pendekatan


dan pemberian dorongan moril pada pasien.
d. Suku bangsa : mempermudah dalam pelaksanaan

asuan

kebidanan untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.


e. Pendidikan
: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang
nantinya penting dalam memberikan pen kan pendidikan kesehatan
pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya agar motivasi yang
diberikan petugas dapat diterima sesuai pengetahuannya.
f. Pekerjaan
: untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
g. Alamat
: untuk mengetahui dimana lingkungan tempat
tinggalnya
diperlukan.
2. Alasan datang

dan

untuk

mempermudah

bila

sewaktu-waktu

: pemeriksaan kehamilan atau kunjungan ulang

ataupun ada keluhan yang dirasakan ibu hamil (Sulistyawati, 2012)


3. Keluhan utama
: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan (Varney, 2007).
Pada pasien dengan kasus persalinan serotinus dapat ditemukan
ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7
kali/20 menit (Sujiyatini, 2010).
Ibu menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung
melewati tafsiran persalinan akan menambah frustasi ibu dan juga akan
mempengaruhi janin (Prawirohardjo, 2009).
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah menarche, siklus haid,
lamanya, banyaknya dan adanya dismenorrhoe saat haid yang bertujuan
untuk membantu menegakkan diagnosis persalinan postterm dari siklus
haidnya.

Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus kadang bermasalah pada lupa
akan tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat
saat ovulasi.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir,
tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong
persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran berat badan lahir,
panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu, keadaan anak sekarang,
untuk mengetahui riwayat yang lalu sehingga bisa menjadi acuan dalam
pemberian asuhan, menurut Prawiroharjo (2008).
6. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil anak yang ke berapa (GPA)
HPHT untuk melihat usia kehamilannya lewat bulan yaitu usia
kehamilannya 42 minggu atau tidak.
HPL untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya lewat bulan yaitu usia
kehamilannya lewat 42 minggu atau tidak.
Untuk mengetahui berat badan sebelum dan sekarang, periksa
ANC sebelumnya dimana, berapa kali dan keluhannya apa, suntik TT
berapa kali, obat-obatan yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin
yang pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan gerakan sekarang
kuat atau lemah, air ketuban sudah pecah ataukah belum.

7. Riwayat penyakit yang diderita


Mengkaji penyakit kronis, penyakit menular, dan penyakit
menahun yang mungkin diderita pasien yang dapat mempengaruhi
kehamilan post date.
B. Objektif
1. Keadaan umum baik
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Pada ibu bersalin dengan serotinus keadaan
umumnya baik.
2. Kesadaran
Menurut Sulistyawati (2012), untuk mendapatkan gambaran
tentang kesadaran pasien seperti :
a. Composmentis
: sadar penuh
b. Apatis
: acuh tak acuh dan lama untuk menjawab

c. Somnolen

: keadaan mengantuk, atau disebut juga

dengan letargi
d. Derilium

: penurunan abnormal, disertai peningkatan

yang abnormal
e. Koma

: keadaan yang tidak sadarkan diri yang

penderitanya tidak dapat dibangunkan


Pada Ibu bersalin dengan serotinus, keadaan umumnya baik.
3. Tanda vital normal
a. Tekanan darah : untuk mengetahui faktor risiko hipertensi,
normalnya 100/80 - 120/80 mmHg
b. Nadi : untuk mengetahui denyut nadi ibu, normalnya 80- 90 x/
menit.
c. Pernafasan: untuk mengetahui kelainan saluran nafas, normalnya
18-24 x/ menit.
d. Suhu : untuk mengetahui suhu ibu, normalnya 36,5 C - 37,6 C.

4. Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram.
Berat badan dikaji untuk memudahkan penghitungan dosis obat tertentu
yang harus diberikan berdasarkan berat badan ibu.
5.

Tinggi badan
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter.
Untuk mengetahui apakah tinggi ibu kurang atau lebih dari 145 cm.
apabila kurang dari 145 cm maka termasuk resiko tinggi.

6. Pemeriksaan fisik :
a. Mata
: Konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai
gambaran tentang anemianya (kadar hemoglobin) secara kasar.
b. Abdomen :
1) Inspeksi : jika TFU lebih rendah dari usia kehamilan bisa terjadi
post matur. Gerakan janin dapat ditentukan secara subyektif
( normal rata-rata 7x/ 120 menit).
2) Palpasi : gerak janin menurun kemungkinan bisa terjadi postmatur,
gerakan janin dapat ditentukan secara subyektif (normal rata-rata
7x/12menit).

Kontraksi uterus berkurang merupakan tanda-tanda terjadinya


postmatur.
a) Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dari tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang terdpat di fundus.
b) Leopold II : Menetukan letak punggung anak
c) Leopold III : Menentukan bagian janin yang di bawah dan
bagian bawah tersebut sudah masuk PAP atau belum
d) Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin dan seberapa
jauh masuknya bagian bawah kedalam pintu atas panggul.
3) Auskultasi : Djj cepat atau lambat bisa mempengaruhi postmatur
karena janin mengalami asfiksia.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan adalah
:
a. USG untuk memastikan usia kehamilannya, air ketubannya sedikit
atau banyak dan adanya pengapuran plasenta atau tidak
b. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi
(tes tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan
oksitosin ). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban
yang

berwarna

kehijauan

yang

berasal

dari

mekonium,

menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.


d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
C. Analisa Data (Diagnosis dan Masalah aktual, diagnosis dan Masalah
Potensial)
Masalah aktual
1. Diagnosa Kebidanan :
Ny. G P A, Umur Tahun Usia Kehamilanminggu, janin
tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, presentasi kepala, PUKA atau
PUKI, konvergen atau divergan dengan serotinus.
2. Masalah aktual :
Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan serotinus adalah
cemas.
Masalah Potensial :
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan serotinus yang dapat terjadi adalah
terjadinya gawat janin atau fetal distress

D. Penatalaksanaan (Mandiri, Kolaborasi, Rujukan)


1. Penatalaksanaan Mandiri :
a. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan
c. Melakukan informed concent
d. Memberi dukungan mental dan spiritual
Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM,
preeklamsia, PJT kehamilan harus diakhiri tanpa memandang keadaan
serviks
a. Menyiapkan partus set steril dan alat resusitasi bayi alatnya sudah
siap atau belum
b. Memakaikan alat pemanatauan elektronik jantung janin
c. Mengobservasikeadaan umum, tanda vital, his, BJF dan kemajuan
persalinan
d. Memasang infus untuk induksi persalinan atau persiapan seksio sesaria
(bila janin >4000 gram)
e. Menganjuurkan ibu untuk miring sebelah kiri
f. Memimpin ibu mengedan apabila pembukaan sudah lengkap
2. Penatalaksanaan Kolaborasi :
a. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk
pemeriksaan darah
b. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG sesuai protap
Bila serviks matang (skor bishop >5)
1) Induksi persalinan asal tidak janin besar, jika janin > 4000 gram
seksio sesaria
2) Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG
Bila serviks belum matang (Skor bishop <5) nilai keadaan janin lebih
lanjut bila kehamilan tidak diakhiri
1) NST dan penilaian volume kantong amnion, bila kandungan
normal kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin
dilanjutkan seminggu 2x.
2) Bila ditemukan oligohidramnion atau dijumpai deselerasi
variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan
3) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes
dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin
harus dilahirkan, bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan 3 hari kemudian
4) Skor bishop harus selalu dinilai setiap kunjungan pasien dan

kehamilan diakhiri bila serviks matang

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi.


Jakarta : EGC
Ambarwati ER, Wulandari Diah. 2010.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Fadlun, dan Achmad, Feryanto.2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat. A. M., Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi). Yogyakarta:


TOSCA
Lisnawati, Lilis. 2011. Buku Pintar Bidan (Aplikasi Penatalaksanaan Gawat
Darurat Kebidanan di Rumah Sakit). Jakarta : TIM
Manuaba, dr.Ida Ayu Chandranita, dkk.2009.Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan.Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G.2009.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Nugroho, dr.Taufan.2011.Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar-Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Crowley, P., O'herlihy, C. and Boylan, P. Agustus 2005. The value of ultrasound
measurement of amniotic fluid ume in the management of prolonged pregnancies.
BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 91: 444448. Http :
//onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1471-0528.1984.tb04781.x/abstract.
Maret 2016

06

You might also like