Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelas TPS-50 / III
PROGRAM DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2015
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik)
dan perairan tergenang (lentik). Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar
yang di dalamnya ada arus yang secara terus menerus mengalir dari tempat yangtinggi
ke tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran irigasi, dan got. Perairan
menggenang merupakan perairan terbuka yang di dalamnya terkandung banyak
komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi, dalam hal ini
sungai maupun kolam atau waduk dapat berperan sebagai sumber daya hayati yang
bermanfaat. Salah satu contoh perairan menggenang (lentik) adalah waduk.
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai
kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan
dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk
tersebut penuh. Faktor biotik dan abiotik ini dapat digunakan sebagai indikator
kualitas perairan tersebut.
Waduk atau reservoir (etimologi: rservoir dari bahasa Perancis berarti
"gudang"adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau
pembendungan sungai yang bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun
di lembah sungai pada saat pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah
atau teknik konstruksi konvensional seperti pembuatan tembok atau menuang beton.
Istilah 'reservoir' dapat juga digunakan untuk menjelaskan penyimpanan air di dalam
tanah seperti sumber air di bawah sumur minyak atau sumur air
(http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk.2014).
Kondisi limnologis di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
bersifat fisika, kimia maupun biologi. Faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang
khas bagi suatu keperluan dinyatakan dalam suatu angka atau kisaran angka dalam
suatu satuan. Suatu perairan dinyatakan baik atau buruk dalam bidang perikanan dapat
diketahui dengan banyak sedikitnya faktor biotik atau organisme perairan seperti
plankton, benthos dan tumbuhan air. Faktor abiotik meliputi sifat fisika dan kimia.
Sifat-sifat fisika antara lain: suhu, kecerahan, kekeruhan, kedalaman dan sifat-sifat
kimia antaralain: pH, O2 terlarut, CO bebas, BOD.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana
bagaimana kita dapat mengenal secara mendetail menganalisis kualitas air secara
fisika, kimia dan biologi berdasarkan parameter yang ada sehingga kita dapat
mengetahui bagaimana kualitas air tersebut apakah dalam keadaan baik atau telah
mengalami pencemaran.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini diantaranya dapat mengetahui secara langsung
mengenai analisis kualitas air secara fisika, kimia dan biologi khususnya di perairan
waduk.
A. Limnologi
Limnologi (dari bahasa Inggris- Limnology, dari bahasa Yunani: lymne
danau dan logos pengetahuan merupakan pendelaman bagi biologi perairan darat
terutama perairan tawar, lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan
payau cestuari). Limnology merupakan bagian menyeluruh mengenai kehidupan di
periaran darat sehingga digolongkan sehingga bagian dari ekologi. Dalam bidang
perikanan, limnology dipelajari sebagai dasar bagi budidaya perairan (akuakulture)
darat (Luarhardgson, 2010).
B. Waduk
Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang
digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan
sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama
berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan langsung.
C. Parameter Kualitas Air
Kualitas air adalah sifat air secara fisika, kimiawi, biologis, radioaktivitas, dan
organoleptik (Hehannusa et al , 2001). Parameter fisika diantaranya adalah kecerahan
air, suhu air dan udara, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan warna perairan.
Sedangkan parameter kimia adalah alkalinitas, O2 terlarut, konduktivitas dan CO2
bebas. Air merupakan fasa cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua
bagian berat hidrogen dan 16 bagian berat oksigen, di dalam air itu terkandung pula
sejumlah kecil air berat, gas dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan
(Hehanusa, 2001). Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan
mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung
pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen didalam air
(Wisnu, 2004). Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang
kesungai atau danau akan mempengaruhi pH air yang pada akhirnya dapat
mengganggu kehidupan organisme didalam air ( Wisnu, 2004). Air dapat dinentralkan
dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP dan MO, PP berubah warna
pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5 (Syafriadiman et al, 2005).
D. Parameter Fisika
1. Suhu
Menurut Agrifishery (2010) strtifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
Lapisan epilimion yaitu lpisan sebelum atas perairan yang hangat
dengan penurunan suhu relatif kecil dari 320 menjadi 280.
Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah
yang mempunyai penurunan suhu sangat tajamdari 28 0C menjadi
210C.
Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimion yaitu lapisan yang paling
bawah dimana pada lapisan ini perbedan sangan kecil relatifkonstan.
2. Kecerahan
thousand , ppt) atau permil (), kira-kira sama dengan jumlah gram garam
untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas
dinyatakan sebagai dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik
sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai
standar air laut dunia. Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam
Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas
sampel air laut terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit,
sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per
liter larutan.
2. DO
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga
disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran
parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti kob dan kod.
3. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Sren
Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p
berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata
bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk
pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada
tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti
"logaritma negatif".
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan
sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam,
dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran,
pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja
bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam
frekuensi yang lebih rendah.
F. Parameter Biologi
1. Plankton
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup
dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara
luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia,
karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama
mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya
kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai
kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam
mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk
memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan,
tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah
sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika
dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada
plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu
karang, kerang, dan ikan paus. Plankton dibagi menjadi : 1. fitoplankton 2.
Zooplankton.
2. Benthos
Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di
dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau
endapan lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian
ke bawah abisal pada kedalaman.
Karena cahaya tidak menembus ke dalam laut, sumber energi yang
mendalam untuk ekosistem bentik memiliki organik yang lebih tinggi dari
pada air bawah kolom yang masuk ke kedalaman.
SUHU
30oC
31oC
32oC
KECERAHAN
4,2
1,9
RASA
TAWAR
TAWAR
TAWAR
BAU
TIDAK BERBAU
TIDAK BERBAU
Hasil Pengamatan
BAU KOTORAN
SAPI
SUHU
32.5
32
31.5
SUHU
31
30.5
30
29.5
29
STASIUN I
STASIUN II
STASIUN III
KECERAHAN
4.5
4
3.5
3
KECERAHAN
2.5
2
1.5
1
0.5
0
STASIUN I
STASIUN II
STASIUN III
1
330C
24 ppm
18,5 cm
2
320C
15 ppm
22,5 cm
3
32.50C
9 ppm
18,5 cm
1
300C
2
310C
3
320C
4
340C
0 ppm
23,5 cm
Kecerahan
Rasa
Bau
4,2 cm
Tawar
Tidak berbau
4 cm
Tawar
Tidak berbau
1,9 cm
Tawar
Berbau kotoran sapi
B. Parameter Kimia
STASIUN
SALINITAS
DO
pH
SALINITAS
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
SALINITAS
DO
8
6
DO
4
2
0
STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3
pH
6
4
pH
2
0
STASIUN I
C. Parameter Biologi
Plankton
Skeletonema
Rotifera
Clorophyta
Dinoflagellata
Benthos
Dalam praktikum ini tidak diketemukan sama sekali benthos, melainkan hanya
lumpur dasar perairan waduk saja tanpa adanya satupun organisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/9325544/Laporan_limnologi_analisis_parameter_fisika_dan_kimia
http://kurakurabelajarberenang.blogspot.co.id/2015/06/pendefinisian-limnologipembentukan.html
http://indi2101.blogspot.co.id/2012/12/waduk-widas_8055.html
http://elpanuryawan-wayan.blogspot.co.id/2012/05/parameter-fisik-kualitas-air.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Plankton
https://id.wikipedia.org/wiki/Bentos
https://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas#cite_note-1
https://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_terlarut
https://id.wikipedia.org/wiki/PH