Professional Documents
Culture Documents
Kendra Hartaya, Jr
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pembuatan propelan double base dari bahan dasar teknis.
Pembuatan propelan dilakukan dengan mencampur komponen utama dan bahan aditif.
Bahan aditif ini berperan sebagai stabiliser dan plastisiser. Bahan aditif diperoleh di
pasaran dan merupakan bahan murni (p.a). komponen utama adalah nitrogliserin dan
nitroselulose yang disintesis dari bahan dasar teknis secara reaksi kimia nitrasi dengan
media asam sulfat. Pengujain produk dari keberhasilan pembuatan nitroselulose dan
nitrogliserin tidak dilakukan secara kimia karena kesulitan mendapatkan cara dan peralatan
di dalam negeri. Selain itu juga tidak setiap laboratorium mengijinkan pemakaian
peralatannya untuk pengujian kedua bahan tersebut karena kedua bahan tersebut termasuk
bahan peledak. Pengujian keberhasilan dilakukan dengan uji nyala di laboratorium material
dirgantara. Uji-uji yang dilakukan di laboratorium luar Lapan hanya sebatas uji kadar asam
sulfat (S), asam nitrat (N), gliserol (G).
Kondisi optimal reaksi nitrasi untuk rasio S/N=1,24-1,77, N/G=5.0, waktu reaksi 1
jam. Reaksi nitrasi dilakukan pada suhu <15oC. Untuk pembuatan nitroselulos dilakukan
pada S/N dan waktu reaksi diatas dalam volume larutan 95 cc bisa dimasukkan selulose
antara 3-4 gram.
PENDAHULUAN
Roket double base adalah salah satu roket yang bisa dikembangkan di Indonesia
mengingat bahan-bahan untuk mensintesis propelan tersedia melimpah dan murah di
Indonesia. Selain biaya proses murah, juga prosesnya mudah dilakukan. Disamping itu,
propelan double base juga bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja propelan komposit
yang selama ini dikembangkan Lapan (CMDB).
Ketahanan suatu bangsa Indonesia di tengah peradaban dunia adalah penting untuk
ditegakkan, karena ini menyangkut dengan harga diri dan kemerdekaan suatu bangsa. Di saat
sebuah negara mendapati embargo dalam persenjataan, perlunya dimiliki sebuah kemampuan
untuk mensintesis suatu bahan kebutuhan persenjataan.
Propelan double base adalah salah satu jenis bahan dalam industri persenjataan.
Bahan ini sangat diperlukan bangsa kita Indonesia dan belum ada di dalam negeri. Oleh
karena itu mensintesis bahan ini adalah kebutuhan mutlak. Paling tidak, memiliki
kemampuan untuk menguasai pembuatan bahan ini adalah mutlak diperlukan.
Tulisan ini menyajikan pembuatan propelan double base dari bahan asam sulfat, asam
nitrat, gliserin, selulos, melalui proses nitrasi kimia biasa. Pembuatan dilakukan dengan
membuat komponen utama terlebih dahulu yaitu nitrogliserin dan nitroselulos. Dari
pencampuran nitrogliserin, nitroselulos, dan sedikit bahan aditif akan dihasilkan propelan
double base. Bahan aditif dapat berperan sebagai bahan stabilizer, plastisizer. Bahan-bahan
ini dalam bentuk murni (p.a) diperoleh dari pasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Nitrogliserin
Nitrogliserin dibuat melalui reaksi nitrasi gliserin dengan asam nitrat pekat dalam
suasana asam sulfat pekat pada suhu rendah. Nitrogliserin adalah senyawa yang sangat
eksplosiv. Fungsi asam sulfat ini adalah untuk memprotonasi asam nitrat menghasilkan ion
nitronium yang akan menyerang gugus dalam struktur kimia gliserin. Ada dua bentuk
struktur kristal nitrogliserin, triklinik (labil) dan rhombik (Stabil). Untuk triklinik pada
tekanan 2 mmHg (0.27 kPa), titik lebur= -2.8”C dan titik didih 125°C, pada tekanan 50 mm
Hg (6.7 kPa), titik didih= 180°C. Untuk rhombik titik lebur 13,5°C.
Nitroselulos
Sebagaimana nitrogliserin, nitroselulos juga dibuat dengan reaksi nitrasi selulos ([C6H10O5]n).
Reaksi nitrasinya adalah sebagai berikut
Dalam nitroselulos, derajad substitusi ditunjukkan secara tidak langsung melalui kandungan
nitrogen. Secara teoritis, nitroselulos bisa mengandung nitrogen 14,14%. Kenyataannya
kandungan nitrogen tidak melebihi antara 13,6-13,8%. Kandungan nitrogen dalam
nitroselulos Walsroder dan NC-chips Walsroder untuk tinta pencetakan dan pelapisan adalah
antara 10.7-12.3%. Nitroselulos dengan kandungan nitrogen lebih dari 12,6%
diklasifikasikan sebagai eksplosif. Derajad substitusi menentukan kelarutan nitroselulos
dalam pelarut organik. Tabel 3 di bawah menyajikan kelarutan dalam pelarut organic sesuai
kadar nitrogennya.
METODOLOGI
Pembuatan Nitrogliserin
• Kondisikan agar suhu dalam reaktor T<15oC dengan mengatur suhu air dalam freezer.
• Campur Asam nitrat dan asam sulfat kedalam reaktor
• Masukkan gliserin kedalam reaktor dan pertahankan suhu < <15oC
• Terbentuk dua lapisan, lalu pisahkan (yang atas adalah nitrogliserin)
• Netralkan, cek dengan kertas pH atau kertas lakmus
• Simpan ke tempat yang aman
• Siap dilakukan pengujian terhadap hasil nitrogliserin (misalnya uji bakar)
Pembuatan Nitroselulos
• Kondisikan agar suhu dalam reaktor T<15oC dengan mengatur suhu air dalam freezer
• Campur Asam nitrat dan asam sulfat kedalam reaktor
• Masukkan selulos kedalam reaktor dan pertahankan suhu < 15oC
• Pisahkan dan netralkan, cek dengan kertas pH atau kertas lakmus
• Simpan ke tempat yang aman
• Siap dilakukan pengujian terhadap hasil nitroselulos (misalnya uji bakar)
Di bawah ini menyajikan Gambar 1. adalah rangkaian alat proses kimia nitrasi,
gambar 2 adalah uji bakar nitrogliserin dan nitroselulos, gambar 3 adalah densitometer.
Bagian pokok dari rangkaian alat ini adalah freezer sebagai tempat air dingin sebagai media
reaksi suhu <15oC, termokopel pengukur suhu dalam labu reaksi, pengaduk mekanik, corong
pisah untuk pemasukan reaktan tetes demi tetes. Air dingin dialirkan dari dalam frezzer
lkeluar masuk reaktor dengan pompa ikan. Freezer juga bisa digunakan sebagai tempat
penyimpanan nitrogliserin. Penyimpanan nitrogliserin dengan cara seperti ini sudah dianggap
memadai karena fungsi penyimpanan yang pertama adalah keamanan terhadap lingkungan.
Fungsi penyimpanan kedua adalah stabilitas kandungan gugus nitro dalam bahan.
r Nitroselulos Nyala
nitrogliserin
Gambar 2. Nitroselulos dan uji nyala nitrogliserin
Uji nyala nitrogliserin dan nitroselulos didasarkan pada kriteria panjang semprotan api pada
arah horisontal. Di sini juga dilakukan pengujian terhadap sampel pembanding berupa
propelan dari FFAR.
Densitometer
Gambar 4 menyajikan kurva optimalisasi rasio S/N pada N/G tetap. Rasio S/N optimal adalah
S/N=1,24-1,77. Gambar 5 menyajikan kurva optimalisasi N/G pada S/N optimal, yaitu
N/G=3,0-5,0. Gambar 6 menyajikan kurva optimalisasi waktu reaksi=1 jam. Gambar 7
menyajikan nyala bakar propelan FFAR. Gambar 8 adalah nyala propelan double base buatan
Lapan.
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
25
20
15
1
0
5
Gambar 7
0
1 2 3 4
Gb 7. Nyala propelan
Gambar 6. kurva waktu reaksi FFAR
Dari hasil uji bakar menunjukkan bahwa semua komposisi tidak jauh berbeda. Uji bakar
yang diamati adalah dalam hal kegalakan nyala dan semburan api. Dari hasil ini bisa
dilakukan uji-uji berikut untuk meyakinkan kualitas propelan, misalnya uji statik, uji terbang
atau bisa juga uji proyektil.
Pembahasan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Damse, R.S., Amarjit Singh, Evaluation of Energetic Plasticizers for Solid Ppropellant,
Defense Science Journal, Vol 58 No 1 Jan 2008, hal 86-93.
Bureau of Naval Personnel NavPers 10797-A , 1957, Naval Ordnance and Gunnery, Vol 1,
Department of Ordnance and Gunnery
United States Naval Academy, Washington
Hendel, Frank J., 1965, Technical Memorandum No. 33-254; Review of Solid Propellants
for Space Exploration, NASA, Pasadena, hal 3.
Kevin Grote., The Home of Ordnance and Energetics excellence, www.ih.navy.mil
Nitrogen in Solution, http://www.wplff-
cellulosics.com/ce/cecms.nsf/id/4D331DCAA59450D4D1256ED0005BA406
Terima kasih disampaikan kepada Prof (r). Loekman Satibi, yang telah memberikan banyak
pemahaman tentang karakteristik reaktan dalam reaksi nitrasi dan dasar-dasar reaksi kimia,
wawasan-wawasan tentang bahan bakar peroketan. Terimakasih juga disampaikan kepada
HM Chawari yang telah memberi wawasan kebijakan tentang peroketan yang perlu
dikembangkan di Indonesia termasuk bahan-bahan baku terutama bahan bakar roket padat
kaitannya dengan propelan Double Base. Semoga sumbangan mereka banyak bermanfaat
bagi pemahaman kami khususnya, dan berguna bagi perkembangan peroketan nasional pada
umumnya. Amien.
TANYA-JAWAB :
Jawab : Dalam makalah ini kami lupa memasukkan angka ketinggian nyala dan memang
kami memasang mistar untuk mengukur tinggi nyala. Lain kali dalam koreksi makalah nanti
akan kami usahakan untuk menyertakan angka tinggi nyala double base dan FFAR sehingga
bisa diukur berapa persen tinggi nyala propelan double base relatif terhadap propelan FFAR.
Terima kasih.
Jawab : memang ada tingkatan jenis bahan bakar / peledak menurut literatur yang kami
temui di internet. NG, NC, double base termasuk bahan peledak kelas rendah. Namun begitu
kami tidak mengarah pembuatan bahan ini hanya untuk bahan bakar roket FFAR atau
memperbaiki kinerja roket composit (CMDB) bukan untuk bahan peledak. Mestinya
ketentuan besar kecilnya bahan peledak adalah menurut sejauhmana radius peledakan tsb.
Double base termasuk bahan dengan radius peledakan maksimum 800 m/detik, sedang klas
tinggi adalah dengan kecepatan 10.000 m /detik