You are on page 1of 23

UJIAN PSIKIATRI

Diajukan Kepada :
Penguji : dr. K. Maria Poluan, Sp.KJ (K)

Disusun Oleh :
Twinda Rarasati

1410221021

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Diujikan pada tanggal 23 Desember 2014

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Jiwa


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 24 November 27 Desember 2014

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Tempat & Tanggal Lahir
Agama
Alamat

: Tn. G
: 27 tahun
: Pria
: 02 November 1987
: Islam
: Kebon Baru, Jl. Bebet No. 12A RT 012/010

Suku Bangsa
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Pernikahan
No. Rekam Medik
Tanggal Masuk RS

Semper Barat
: Jawa
: STM Setara SMA
: Staf Produksi PT. Kerismas
: Menikah
: 448270
: 12 Desember 2014

RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesa
Alloanamnesa

: 15, 19, 20, 21 Desember 2014


: Ibu (12, 15 Desember 2014), Adik (15
Desember

2014),

Perwakilan

Kantor

(12

Desember 2014), Atasan (15 Desember 2014)


A. Keluhan Utama
Pasien berperilaku seenaknya di kantor dan memberontak ketika
ditahan oleh pihak keamanan di kantor.
B. Keluhan Tambahan
Pasien mencurigai teman-teman kerja dan atasan pasien di kantor
ingin membunuh pasien. Pasien juga mengaku ibu pasien memberikan
narkoba kepadanya.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Paviliun Amino pada tanggal 12 Desember 2014,
diantar oleh keluarga dan perwakilan kantor pasien karena memberontak
di kantor. Berdasarkan alloanamnesis dengan perwakilan kantor pasien,
pasien sedang berada di kantor kemudian pasien tiba-tiba ingin keluar dan
pulang. Pasien ditahan oleh atasannya karena menyalahi aturan namun
pasien malah kembali masuk ke dalam dan ingin bertemu dengan Direksi.
Pasien segera ditahan oleh satpam kemudian pasien memberontak
sehingga akhirnya harus dibawa ke pos keamanan. Pasien menunjuk
beberapa orang di dalam pos dan menyebutkan beberapa nama rekan kerja
yang pasien curigai. Menurut pasien, orang-orang yang ditunjuk dan
nama-nama yang disebutkan adalah orang-orang yang bermaksud
mencelakai pasien. Menurut atasan pasien, pasien juga mengatakan bahwa

ia sedang dikejar-kejar oleh seorang intel. Akhirnya pasien dipulangkan ke


rumah orang tuanya. Sampai di rumah ibu pasien, pasien menunjuk polisi
militer (PM) di dekat rumah pasien dan mengaku bahwa PM tersebut mau
menembak pasien hingga mati. Berdasarkan alloanamnesis dari ibu
pasien, pasien sering bicara kacau sejak 3 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien sering mencurigai teman kerja dan tetangganya mau
menembak dan membunuh pasien. Pasien juga menuduh ibu dan adiknya
terlibat narkoba dan memaksa pasien untuk meminum narkoba tersebut.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien merasa yakin adiknya
menggunakan narkoba. Tidak hanya menggunakan, pasien juga merasa
yakin adiknya menjual narkoba tersebut untuk membantu cicilan motor
yang ia jalani.
Menurut ibu pasien, pasien mulai berperilaku janggal sejak tinggal
dirumah ibunya karena diusir oleh istri pasien. Istri pasien mengusir
pasien dari rumah karena pasien memberikan uang kepada ibunya.
Sebelum dibawa ke Paviliun Amino, RSPAD Gatot Soebroto,
pasien dibawa ke RS Grogol. Namun, karena RS Grogol penuh, maka
pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien datang dengan obat
Risperidon 2 mg x 2, Serenase dan Valium yang belum diinjeksikan.
Pasien juga diberikan resep obat Clozaril 1 x 12,5 mg. Dalam perjalanan
menuju rumah sakit, pasien merasa curiga sehingga pasien turun dijalan.
Pasien sempat terjatuh dan berhasil dibawa masuk kembali ke dalam
mobil.
Ketika masuk ke Unit Gawat Darurat RSPAD GS, pasien dalam
keadaan tenang, namun ketika dibawa ke Paviliun Amino, ibu pasien
sempat pingsan dan membuat pasien langsung membawa ibu pasien diatas
kursi roda, menjauh dari Paviliun. Menurut pasien, ada orang-orang yang
ingin mendorong ibu pasien ke sungai Ciliwung, sehingga pasien harus
menyelamatkan ibunya. Pasien berhasil ditangkap dan kemudian dibawa
menuju Paviliun Amino, namun pasien menolak dan memberontak
sehingga pasien harus difiksasi. Ketika difiksasi, pasien berteriak
memanggil-manggil ibunya sambil memberontak sehingga pasien di
berikan injeksi serenace valium im.
Menurut pasien, pasien datang ke RS untuk menandatangani
sebuah dokumen dengan seorang intel yang bekerja untuk Jokowi.

Namun, ibu dan perwakilan kantornya bersekongkol untuk menangkapnya


dan memasukkan pasien ke RS.
Empat hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dimarahi oleh
atasannya karena pasien terlalu sering minta izin cuti. Saat itu pasien
mulai berbicara kacau dan mengatakan bahwa teman-temannya di kantor
memusuhinya.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien pernah mengaku
kepada seorang atasannya bahwa ia takut dikejar oleh orang karena
berhubungan dengan narkoba. Ia kabur karena dikejar oleh intel Jokowi.
Berdasarkan alloanamnesis dengan atasan pasien, atasan pasien
merasa pasien sudah mulai kosong sejak tiga bulan yang lalu. Atasan
pasien merasa pasien berperilaku seenaknya, sering keluar kantor dan
tidak mengerjakan pekerjaannya dengan baik sehingga dua bulan yang
lalu, pasien dipindah ke grup pekerja yang berbeda. Menurut pasien, hal
ini dilakukan karena banyak orang yang tidak suka padanya dan ia tidak
merasa nyaman di tempat kerjanya.
Enam bulan yang lalu, pasien mencurigai teman kerjanya mencuri
aluminium dari perusahaan. Pasien baru melaporkan kejadian tersebut
setelah 3 bulan kemudian namun tidak mendapat respon yang diinginkan.
Pasien merasa atasannya tidak adil kepadanya. Berdasarkan alloanamnesis
dari atasan pasien, teman-teman pasien sedang melakukan packing barang
untuk selanjutnya dikirim.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
2. Riwayat Medik Umum
Riwayat kejang atau epilepsi, kehilangan kesadaran, penyakit
saraf, tumor otak, disangkal. Riwayat hipertensi, penyakit jantung dan
diabetes melitus juga disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok sejak STM kelas
1. Pasien merokok kurang lebih 1 bungkus sehari. Jenis rokok yang
dikonsumsi adalah rokok kretek. Pasien mengaku dipaksa ibunya
meminum narkoba. Ibu pasien menyangkal hal tersebut.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Masa Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilian, ibu pasien tidak memiliki keluhan dan tidak


merokok. Pasien lahir pada usia cukup bulan dan dilakhirkan
dengan persalinan spontan. Tidak terdapat kelainan berat badan
lahir serta panjang badan.
b. Masa Kanak Awal (0 3 tahun)
Pasien langsung diberikan ASI oleh ibu pasien hingga usia 2
tahun. Pasien dirawat oleh kedua orang tua pasien, bukan oleh
pengasuh. Pasien tumbuh normal sesuai usianya, tidak terdapat
gangguan pola tidur, atau tanda-tanda tidak terpenuhinya
kebutuhan. Pada masa usia tersebut, pasien sudah bisa berjalan
dan berbicara.
c. Masa Kanak Pertengahan (3 11 tahun)
Pasien masuk SD di SD 09 Pagi, Semper, Jakarta Utara. Pasien
bukan individu yang berprestasi. Ia kurang pintar di sekolah
namun tetap bisa naik kelas karena ibu tetap membayar SPP
sekolah.
d. Masa Kanak Akhir dan Remaja (12 18 tahun)
Pasien meneruskan sekolahnya di SMP Negeri 231, Jakarta
Utara. Pasien mengaku ia tergolong anak-anak yang bodoh di
sekolahnya. Pasien aktif dalam berorganisasi seperti mengikuti
kegiatan pramuka dan paskibra. Pasien kemudian melanjutkan
pendidikannya ke Sekolah Teknik Menengah (STM) setara
dengan SMA. Dalam menjalani pendidikannya, pasien mengaku
juara 10. Pasien merasa dirinya pintar dalam hal praktik. Pasien
mengaku pernah diminta oleh Kepala Sekolahnya untuk bekerja
di PT miliknya. Pasien mengaku memiliki banyak teman dan
seorang sahabat. Berdasarkan keterangan ibu pasien, pasien tidak
memiliki banyak teman.
e. Masa Dewasa
1) Riwayat Pendidikan
Selama masa sekolah, pasien mengaku tidak terlalu pintar
dalam hal teori sehingga saat pasien masuk ke sekolah
kejuruan, pasien merasa lebih pintar dibidang praktik.
Setelah selesai di sekolah kejuruan, pasien langsung mencari
kerja untuk membantu ekonomi keluarganya.
2) Riwayat Pekerjaan

Saat ini pasien bekerja di PT. Kerismas sebagai operator di


divisi produksi. Pasien telah bekerja di PT tersebut sejak
tahun 2006. Selama 8 tahun bekerja, pasien merasa betah
dan gaji yang ia dapatkan lebih baik dari pekerjaan
sebelumnya.

Sebelumnya

pasien

sempat

bekerja

di

showroom mobil di Kelapa Gading sebagai tukang las,


dempul dsb., selama 3 bulan.
3) Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2013 dengan Ny. D. Ny. D
adalah janda, memiliki 1 orang anak laki-laki. Pasien
pertama kali bertemu dengan Ny. D dirumahnya karena saat
itu Ny. D sedang mengunjungi ibu pasien. Kemudian pasien
sering mengantar Ny. D pulang karena jarak rumah mereka
cukup dekat.
Hubungan antara ibu dan istri pasien tidak akur. Ibu pasien
tidak merestui hubungan pernikahan pasien dengan Ny. D
karena sebelumnya mereka pernah melakukan hubungan di
luar nikah di rumah ibunya. Sejak saat itu, ibu pasien dan
Ny. D tidak pernah bertemu, bahkan setelah pasien dan
istrinya menikah selama satu tahun, istri pasien tidak pernah
datang ke rumah ibu pasien.
Menurut ibunya, istri pasien mengekang pasien dengan
menyimpan dompet dan atm pasien. Ibu pasien mengatakan
istri pasien menjanjikan mau membelikan pasien mobil,
motor dan rumah.
Berdasarkan autoanamnesis dengan pasien, istri pasien lebih
dominan dalam keluarganya. Gaji yang diterima istri pasien
lebih tinggi daripada pasien. Perekonomian keluarga pasien
juga diatur oleh istrinya.
4) Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien mengaku taat beragama,
namun sekarang pasien sering meninggalkan waktu sholat.
Pasien mengaku sholatnya bolong-bolong sejak 6 bulan yang
lalu. Pasien merasa Allah tidak adil padanya karena
perlakuan yang ia terima di kantor. Pasien mengaku akan

kembali sholat lima waktu jika keadilan sudah ditegakkan


untuknya.
5) Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berperilaku cacat hukum. Pasien pernah
ke

kantor

polisi

hanya

untuk

mendapatkan

surat

berperilakuan baik untuk melamar kerja.


6) Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu
menyukai lawan jenis (heteroseksual). Pasien mengaku suka
main perempuan dan pernah melakukan hubungan seksual di
luar nikah. Menurut pasien, hubungan seksual di luar nikah
akan membuktikan perasaan lawan jenis tersebut kepadanya.
Pasien mengaku pernah melakukan hubungan seksual di luar
nikah sebelum menikah dengan istri pasien, namun pasien
merasa bertanggung jawab dan langsung menikahi istri
pasien. Setelah satu tahun menikah, pasien belum dikaruniai
seorang anak, menurut pasien, hal ini disebabkan karena
pasien tidak subur.
Pasien sebelumnya pernah berpacaran selama 3 tahun,
namun hubungannya tidak sampai ke jenjang pernikahan
karena pasien kesal pacarnya tidak mau diajak menikah.
Pasien

pernah

melakukan

hubungan

seksual

dengan

pacarnya.
7) Aktivitas Sosial
Berdasarkan autoanamnesis, pasien mengaku memiliki
banyak teman dan seorang sahabat. Namun, sekarang ia
sudah tidak bertemu dengan sahabatnya karena sudah
berumahtangga dan jarak tempat tinggalnya menjadi jauh.
Pasien mengaku tidak punya teman di tempat kerjanya.
Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien, sejak kecil
pasien jarang bergaul sehingga pasien hanya memiliki sedikit
teman. Setiap pulang sekolah, pasien langsung masuk ke
dalam kamar atau nonton tv.
Saat dilakukan autoanamnesis tanggal 19 Desember 2014,
pasien mencurigai pasien-pasien lain yang dirawat di bangsal
perawatan Paviliun Amino bekerja sama dengan kantornya

untuk menahan ia di bangsal. Pasien merasa yakin mereka


akan menyakiti pasien dan ingin membunuh pasien.

8) Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
Pasien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ayah pasien
tidak bekerja dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien merasa ibu dan adiknya adalah pengedar
narkoba. Pasien mengaku paling dekat dengan ibunya.
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa seperti yang dialami oleh pasien.
Dulu ayah pasien adalah pengusaha namun pada saat pasien
duduk di bangku STM kelas 2, ayah pasien bangkrut.
Semenjak itu ayah pasien menjadi tukang ojek dan sekarang
sudah tidak bekerja lagi. Sebelum pasien menikah, sumber
keuangan dari keluarga pasien adalah dari gaji pasien. Pasien

memberikan seluruh gajinya kepada ibu pasien. Namun,


setelah menikah, pasien kerap kali berantem dengan istrinya
karena memberikan gajinya kepada ibu pasien.
9) Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal dirumah ibu pasien. Istri pasien
mengusir pasien karena tidak suka pasien memberikan uang
kepada ibu pasien. Pasien tinggal di rumah ibu pasien sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut pasien, pasien
tidak diusir oleh istrinya. Pasien merasa ibu pasien menukar
SIM card hp miliknya dan memanipulasi pesan singkat yang
diterimanya ketika istri pasien mengusir pasien.
Pasien adalah seorang operator di perusahaan yang bergerak
di bidang seng, namun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga pasien, pasien mengojek pada saat malam.
Pasien memiliki banyak hutang untuk membantu
ekonominya, namun istri pasien tidak suka dengan kebiasaan
pasien tersebut, sehingga setelah menikah, istri pasien
mengatur seluruh keuangan pasien. Seluruh gaji diberikan
kepada istrinya. Berdasarkan autoanamnesis dengan pasien,
saat ini hutang-hutang pasien sudah dilunasi oleh ibu pasien.
10) Persepsi
i.
Persepsi Pasien Tentang Diri dan Lingkungan
Pasien tidak sadar dirinya memiliki gangguan jiwa dan
tidak butuh diobati. Namun pasien tetap mau minum
obat yang diberikan di Paviliun Amino. Pasien merasa
dirinya dijebak oleh teman-teman dan atasannya di
kantor. Pasien berharap bisa segera pulang, bertemu
ii.

istrinya dan kembali bekerja seperti sedia kala.


Persepsi Keluarga Tentang Diri Pasien
Keluarga pasien mengharapkan agar pasien dapat

iii.

sembuh dan kembali beraktivitas seperti sebelumnya.


Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai
Saat ini pasien hanya berharap bisa pulang dan
bertemu istrinya. Pasien hanya ingin berhubungan
kembali dengan istrinya karena pasien merasa bersalah
telah menuduh istrinya memiliki banyak hutang.

III.

STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 19 Desember 2014)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usianya, kulit sawo matang, rambut hitam, panjang 2
cm, perawatan diri kurang. Pasien memakai pakaian kaos berkerah
berwarna biru dan celana pendek berwarna merah bata.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien duduk menghadap ke pemeriksa. Pasien
kerap berpindah-pindah posisi dari duduk, jongkok kemudian duduk
kembali. Pasien juga sering meminta ijin untuk ke kamar mandi,
merokok dan lain sebagainya kepada pemeriksa, namun setelah itu
pasien selalu kembali dan melanjutkan pembicaraannya. Aktivitas
psikomotor baik.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien sangat kooperatif. Pasien menghampiri pemeriksa terlebih
dahulu dan langsung menceritakan keluhannya. Pasien selalu
menjawab pertanyaan dari pemeriksa. Pasien bersikap sopan terhadap
pemeriksa.
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood
: Disforik
2. Afek
: Terbatas
3. Keserasian : Serasi antara mood dan afek
C. Pembicaraan
Pasien banyak bicara, spontan, volume suara cukup, intonasi
sedang, artikulasi jelas, menjawab pertanyaan dengan jelas. Isi
pembicaraan dapat dimengerti. Kontak mata terjaga dengan baik.
D. Gangguan Persepsi
Pasien menyangkal adanya halusinasi.
E. Pikiran
1. Bentuk/Proses Pikir : Kesan koheren
2. Isi Pikir
:
Waham kejar : pasien merasa dikejar-kejar oleh intel dan ingin
ditembak. Pasien juga merasa teman-teman kerjanya ingin
membunuhnya. Pasien mengaku dipaksa ibu untuk meminum
narkoba.

Waham curiga : Pasien juga curiga terhadap teman-teman kerja

dan atasannya, menurutnya ada persekongkolan yang terjadi.


Preokupasi : ingin pulang dan bertemu istri

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan
Kuantitas
: Compos mentis
Kualitas
: Baik
Respon membuka mata
: Spontan membuka mata
Respon motorik
: Mengikuti perintah
Respon verbal
: Berorientasi dengan baik
2. Orientasi
a. Waktu
Baik. Pasien mengetahui jam, hari dan tanggal pada saat
pemeriksaan.
b. Tempat
Baik. Pasien mengetahui jika sekarang berada di Rumah Sakit
Gatot Soebroto.
c. Orang
Baik. Pasien dapat mengenali pemeriksa adalah seorang dokter
muda.
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Baik. Pasien dapat mengingat tanggal lahir dan
dimana pasien bersekolah sebelumnya.
b. Jangka Sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kegiatannya
dengan keluarga maupun teman kerja.
c. Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengulang kata yang
diberikan pemeriksa dalam hitungan menit dan detik. Pasien juga
dapat mengingat nama-nama teman pasien baik di tempat kerja
maupun di bangsal perawatan.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Selama wawancara, pasien berkonsentrasi penuh terhadap
pemeriksa, dan menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik. Pasien dapat dengan mudah membaca kata yang ditulis oleh
pemeriksa dan pasien dapat menulis nama seperti yang diminta oleh
pemeriksa.
6. Kemampuan Visuospasial
Baik. Pasien dapat menunjukkan jarum jam dengan benar dan dapat
menggambarkannya dengan baik.
7. Pikiran Abstrak
Baik. Pasien lancar dalam melanjutkan dan mengartikan peribahasa
tong kosong nyaring bunyinya

G. Pengendalian Impuls
Pasien memiliki riwayat impuls agresif pada saat sebelum masuk rumah
sakit, namun saat pemeriksaan, impuls pasien dinilai cukup. Pasien dapat
mengendalikan diri saat wawancara.
H. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial
Baik. Pasien bersikap cukup sopan terhadap pemeriksa.
2. Uji Daya Nilai
Baik. Pasien mengaku tidak akan mau mencuri untuk membantu
keadaan ekonomi keluarga pasien. Menurut pasien lebih baik ia
berhutang daripada harus mencuri.
3. Tilikan
Derajat 1. Pasien menyangkal bahwa ia sakit.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa
keterangan pasien sejauh ini tidak dapat dipercaya karena sebagian
jawaban-jawabannya bertentangan dengan alloanamnesis yang dilakukan
dengan keluarga, atasan dan teman kerja pasien. Pasien juga sering kali
meralat informasi yang ia berikan pada kesempatan wawancara
berikutnya.
IV.
V.

PEMERIKSAAN FISIK
Tidak dilakukan.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pemeriksaan dilakukan pada Tn. G, jenis kelamin laki-laki berusia 27
tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir STM, pekerjaan staf
produksi di PT. Kerismas, tinggal di Semper Barat, datang ke Paviliun Amino
pada 12 Desember 2014 diantar oleh keluarga dan perwakilan kantor karena
pasien berperilaku seenaknya di kantor dan memberontak ketika ditahan oleh
pihak keamanan. Pasien juga mencurigai beberapa teman kerjanya dan
atasannya. Pasien juga mengaku ibunya memberikan narkoba padanya. Pasien
merasa dikejar ada orang yang ingin menembak dan membunuh pasien.
Menurut ibu pasien, pasien mulai berperilaku janggal sejak tinggal
dirumah ibunya karena diusir oleh istri pasien setelah mereka bertengkar.
Pasien adalah pasien rujukan dari RS Grogol. Pasien datang dengan
obat Risperidon 2 mg x 2, Serenase dan Valium yang belum diinjeksikan.
Pasien juga diberikan resep obat Clozaril 1 x 12,5 mg. Dalam perjalanan

menuju rumah sakit, pasien merasa curiga sehingga pasien turun dijalan.
Pasien sempat terjatuh dan berhasil dibawa masuk kembali ke dalam mobil.
Ketika masuk ke Unit Gawat Darurat RSPAD GS, pasien dalam
keadaan tenang, namun ketika dibawa ke Paviliun Amino, ibu pasien sempat
pingsan dan membuat pasien langsung membawa ibu pasien diatas kursi roda,
menjauh dari Paviliun karena ada orang-orang yang ingin mendorong ibu
pasien ke sungai Ciliwung, sehingga pasien harus menyelamatkan ibunya.
Pasien berhasil ditangkap dan kemudian dibawa menuju Paviliun Amino,
namun pasien menolak dan memberontak sehingga pasien harus difiksasi dan
di berikan injeksi serenace valium im.
Menurut pasien, pasien datang ke RS untuk menandatangani sebuah
dokumen dengan seorang intel yang bekerja untuk Jokowi. Namun, ibu dan
perwakilan kantornya bersekongkol untuk menangkapnya dan memasukkan
pasien ke RS.
Empat hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dimarahi oleh
atasannya karena pasien terlalu sering minta izin cuti. Saat itu pasien mulai
berbicara kacau dan mengatakan bahwa teman-temannya di kantor
memusuhinya. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien pernah
mengaku kepada seorang atasannya bahwa ia takut dikejar oleh orang karena
berhubungan dengan narkoba. Ia kabur karena dikejar oleh intel Jokowi.
Dua bulan yang lalu, pasien dipindah ke grup pekerja yang berbeda.
Menurut pasien, hal ini dilakukan karena banyak orang yang tidak suka
padanya.
Enam bulan yang lalu, pasien mencurigai teman kerjanya mencuri
aluminium dari perusahaan. Pasien baru melaporkan kejadian tersebut setelah
3 bulan kemudian namun tidak mendapat respon yang diinginkan. Pasien
merasa atasannya tidak adil kepadanya. Kejadian ini belum dapat dikonfirmasi
dengan pihak kantor.
Berdasarkan pemeriksaan status mental tanggal 19 Desember 2014,
penampilan sesuai dengan usianya, perawatan diri kurang, pasien memakai
kaus berkerah warna biru dan celana merah. Selama wawancara pasien duduk
menghadap pemeriksa dan kerap berpindah posisi dari duduk menjadi jongkok
kemudian duduk kembali. Pasien sangat kooperatif dan bersikap sopan kepada
pemeriksa. Terdapat mood yang disforik, afek terbatas, serasi antara mood dan
afek. Pasien banyak bicara, spontan, volume suara cukup, intonasi sedang,
artikulasi jelas, menjawab pertanyaan dengan jelas. Isi pembicaraan dapat

dimengerti. Kontak mata terjaga dengan baik. Pasien menyangkal adanya


halusinasi. Terdapat ide curiga, ide referensi, waham kejar dan preokupasi
ingin pulang bertemu istri
Nilai tilikan pasien adalah derajat 1, pasien menyangkal pasien sakit.
Pasien tidak dapat dipercaya sepenuhnya karena jawaban pasien terkadang
tidak konsisten.
VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pada pasien ditemukan
adanya pola perilaku yang secara klinik cukup bermakna dan khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability). Gejala
klinik yang menimbulkan penderitaan (distress) berupa rasa tidak nyaman dan
terganggu. Gejala klinik yang menimbulkan hendaya (disability) berupa
terbatasnya kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari serta
penurunan fungsi psikososial.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien tidak
pernah menderita penyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak.
Pada pasien, tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan gangguan mental organik dan penggunaan
zat psikoaktif.
Berdasarkan anamnesa didapatkan waham menetap yang telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dan adanya perubahan
konsistensidan bermakna dalam keseluruhan dari beberapa aspek perilaku
pribadinya (F20 Skizofrenia). Waham berupa waham kejar dan waham curiga
(F20.0 Skizofrenia Paranoid) dan tidak disertai oleh gangguan afeksif yang
menonjol. Oleh karena itu, menurut PPDGJ III, gejala diatas telah memenuhi
kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis II
Belum dapat didiagnosis
Aksis III
Belum ada diagnosis untuk aksis III karena tidak ditemukan kelainan.
Aksis IV
Pada pasien ditemukan adanya masalah berkaitan dengan keluarga,
pekerjaan, ekonomi dan lingkungan sosial pasien.

Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan
skala Global Assessment of Function (GAF) menurut PPDGJ-III, didapatkan
GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) adalah 80 71. GAF saat
masuk perawatan Amino adalah 50 41.
VII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: (F20.0) Skizofrenia Paranoid

Aksis II

: Belum dapat didiagnosis

Aksis III

: Tidak ditemukan kelainan

Aksis IV

: Adanya masalah berkaitan dengan keluarga, lingkungan sosial


dan ekonomi pasien

Aksis V

: GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71


GAF saat masuk RS (12 Desember 2014) adalah 50 41

VIII.
IX.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja

: (F20.0) Skizofrenia Paranoid

DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan permasalahan.
B. Psikologis
Mood / Afek
: Disforik / Terbatas
Isi Pikir
: Waham curiga, waham kejar, preokupasi
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosial
Adanya permasalahan keluarga, pekerjaan, ekonomi dan lingkungan
sosial pasien.

X.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Faktor yang dapat memperberat prognosis :
Stressor dari lingkungan sekitar pasien yang meliputi masalah
keluarga, pekerjaan, ekonomi dan lingkungan sosial pasien.
Faktor yang dapat memperingan prognosis :
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Pasien kooperatif dan mau minum obat secara teratur

Keadaan keluarga yang rukun sehingga memberikan suasana yang


mendukung dan keluarga yang stabil agar pasien sembuh

XI.

RENCANA TERAPI
A. Farmakologi
Risperidone 2 mg x 2 / hari
Clozapine 12,5 mg x 1/ hari
B. Psikoterapi
Kepada Pasien
Psikosuportif
Membantu pasien belajar bagaimana untuk maju dan membuat
keputusan/perubahan,

memberikan

kesempatan

untuk

mengekspresikan perasaan dan pikiran, membina hubungan saling


percaya, memberikan perhatian, memahami perasaan dan berempati
pada pasien, membantu proses pemulihan, peningkatan adaptasi,
fungsi interpersonal, dan kestabilan emosi.
Psikoedukasi
Kepada Keluarga
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan
edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor
yang memperberat dan bagaimana cara pencegahannya. Keluarga
diharapkan dapat menerima dan mengerti keadaan pasien serta
mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Edukasi mengenai terapi yang diberikan dengan cara menjelaskan
mengenai terapi yang diberikan serta efek samping yang mungkin
timbul. Selain itu juga ditekankan pentingnya meminum obat secara
teratur sehingga diharapkan keluarga dapat membantu pemantauan
pasien.
XII.

DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya
ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun


kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Adapun pedoman diagnostik dari skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III
adalah:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. - thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda;
-

atau
thought insertion or withdrawal = isipikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

b.

(withdrawal); dan
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar

sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;


- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
-

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi

oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya biasanya

bersifat mistik atau mukjizat;


c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
-

terhadap perilaku pasien, atau


Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang berbicara), atau


Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil

misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau


kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan

makhluk asing dari dunia lain).


Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relavan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neruoleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviuor), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini terdapat waham kejar dan waham curiga. Gangguan

pada pasien terjadi sejak 6 bulan yang lalu, sehingga gangguan telah
berlangsung lebih dari 1 bulan. Pada pasien ini telah terjadi perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan terutama pada aspek

kehidupan sosial dan pekerjaan. Sehingga pada pasien ini telah terpenuhi
pedoman diagnostik dari skizofrenia (F20).
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizofrenia Paranoid
adalah:
A. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
B. Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang menganca pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.
Pada pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan

memiliki waham yang menonjol yaitu waham kejar dan waham curgia,
sehingga pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0)
Berdasarkan diagnosis diatas, psikofarmaka yang dipilih adalah :
a. Risperidone
Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis atipikal. Obat ini
merupakan derivat dari benzisoksazol yang mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah
terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamine. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine. Risperidon diberikan untuk mengatasi
gejala negatif ataupun positif pada skizofrenia.
b. Clozaril
Clozapine adalah obat antipsikotik dari jenis yang baru. Bekerja terutama
dengan aktivitas antagonisnya pada reseptor dopamin tipe 2 (D2).
Clozapine efektif terhadap gejala negatif skizofrenia dibandingkan
antipsikotik konvensional. Clozapine diberikan sebagai pengobatan pada
gangguan yang resisten. Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran

gastrointestinal (GI). Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1 - 4 jam


(rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme secara lengkap, dengan waktu
paruh antara 10 dan 16 jam (rata-rata 12 jam). Kadar stabil dicapai dalam
tiga sampai empat hari dengan dosis dua kali sehari. Metabolit diekskresi
dalam urin dan feses. Clozapine memiliki potensi yang jauh lebih tinggi
sebagai antagonis pada resptor D1, serotonin tipe 2 (5-HT), dan
noradrenergik alfa (khususnya 1). Selain itu clozapine memiliki aktivitas
antagonis pada reseptor muskarinik dan histamin tipe 1 (H 1) dan memiliki
afinitas yang tinggi untuk reseptor dopamin tipe 4 (D 4). Clozapine tidak
boleh digunakan dengan salah satu obat lain yang disertai dengan
perkembangan agranulositosis atau supresi sumsum tulang. Obat-obatan
tersebut adalah carbamazepine, propylthiouracil, sulfonamide dan
captopril (Capoten). Clozapine tersedia dalam bentuk tablet 25 dan 100
mg. Satu mg clozapin ekuivalen dengan kira-kira 1,5 sampai 2 mg
chlorpromazine. Dosis awal biasanya 25 mg, satu atau dua kali sehari.
Dosis awal konservatif adalah 12,5 mg dua kali sehari. Dosis selanjutnya
dapat dinaikkan bertahap (25 mg sehari tiap dua atau tiga hari) sampai 300
mg sehari dalam dosis terbagi, biasanya dua atau tiga kali sehari.
Peningkatan dosis secara bertahap diharuskan, terutama karena potensi
perkembangan hipotensi, sinkop, dan sedasi. Efek merugikan tersebut
biasanya dapat ditoleransi oleh pasien jika titrasi dosis dilakukan.
XIII.

FOLLOW UP
Follow Up I (dilakukan tanggal 20 Desember 2014)
S
: Pasien merasa curiga terhadap teman-temannya di bangsal perawatan
Paviliun Amino. Pasien merasa mereka bekerjasama dengan kantornya untuk
mencelakai pasien. Pasien merasa yakin dan keyakinan pasien tidak bisa
dipatahkan. Pasien minta dipindahkan ke RS Grogol karena disana pasien
merasa tenang. Pasien menanyakan istrinya kapan datang menjenguk. Pasien
terus menerus menanyakan kapan ia boleh pulang
O
: Laki-laki sesuai usia
Kooperatif /Tenang
Mood / Afek : disforik / terbatas
Proses pikir : Kesan koheren
Isi pikir : waham curiga (+), waham kejar (+), preokupasi ingin
pulang

A
P

RTA : Terganggu. Derajat 1.


: Skizofrenia Paranoid
: Mengatasi gejala psikotik
Risperidone 2 mg x 2 (PO)
Clozaril 1 x 12,5 mg (PO)

Follow Up II (dilakukan tanggal 21 Desember 2014)


S
: Pasien tidak lagi merasa curiga terhadap teman-temannya di bangsal
perawatan Paviliun Amino. Menurut pasien, teman-temannya di bangsal baik
dan pasien yang salah mencurigai mereka. Pasien masih yakin bahwa ibunya
memberikan narkoba padanya dan ada orang-orang yang mengejar dia ingin
membunuhnya. Pasien juga merasa lebih tenang walaupun masih ingin
dipindahkan ke RS Grogol.
O
: Laki-laki sesuai usia
Kooperatif /Tenang
Mood / Afek : hipotim / terbatas
Proses pikir : Kesan koheren
Isi pikir : waham curiga(+), waham kejar (+), preokupasi ingin pulang
RTA : Terganggu. Derajat 1.
A
: Skizofrenia Paranoid
P
: Mengatasi gejala psikotik.
Risperidone 2 mg x 2 (PO)
Clozaril 1 x 12,5 mg (PO)

XIV.

TIMELINE PERJALANAN PENYAKIT


ssTn. G, 27 tahun

62 bulan
SMRS

Melihat temanPasien
Pasien
temannya ke
melaporkan dipindahkan
mencuri
pekerja
barang
kejadian grup
curi barang yang berbeda
Mulai
kosong
dan
berperilaku
seenaknya

23minggu
bulan
SMRS
Merasa takut
karena dikejar
oleh intel
Jowoki

4 hari
SMRS
Pasien
dimarahi oleh
atasannya
karena terlalu
sering minta
cuti

3 4 hari
SMRS

Pasien
pindah ke
rumah ibu
pasien
Waham
curiga (+)
Waham
kejar (+)

Masuk RS

Dibawa ke
RS Grogol
Dibawa ke
RSPAD
Waham
curiga (+)
Waham
kejar (+)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
2. Sadock BJ dan Sadock VA, 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
3. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
4. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropi. Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

23

You might also like