Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Kepada :
Penguji : dr. K. Maria Poluan, Sp.KJ (K)
Disusun Oleh :
Twinda Rarasati
1410221021
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Tempat & Tanggal Lahir
Agama
Alamat
: Tn. G
: 27 tahun
: Pria
: 02 November 1987
: Islam
: Kebon Baru, Jl. Bebet No. 12A RT 012/010
Suku Bangsa
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Pernikahan
No. Rekam Medik
Tanggal Masuk RS
Semper Barat
: Jawa
: STM Setara SMA
: Staf Produksi PT. Kerismas
: Menikah
: 448270
: 12 Desember 2014
RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesa
Alloanamnesa
2014),
Perwakilan
Kantor
(12
Sebelumnya
pasien
sempat
bekerja
di
kantor
polisi
hanya
untuk
mendapatkan
surat
pernah
melakukan
hubungan
seksual
dengan
pacarnya.
7) Aktivitas Sosial
Berdasarkan autoanamnesis, pasien mengaku memiliki
banyak teman dan seorang sahabat. Namun, sekarang ia
sudah tidak bertemu dengan sahabatnya karena sudah
berumahtangga dan jarak tempat tinggalnya menjadi jauh.
Pasien mengaku tidak punya teman di tempat kerjanya.
Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien, sejak kecil
pasien jarang bergaul sehingga pasien hanya memiliki sedikit
teman. Setiap pulang sekolah, pasien langsung masuk ke
dalam kamar atau nonton tv.
Saat dilakukan autoanamnesis tanggal 19 Desember 2014,
pasien mencurigai pasien-pasien lain yang dirawat di bangsal
perawatan Paviliun Amino bekerja sama dengan kantornya
8) Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
Pasien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ayah pasien
tidak bekerja dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien merasa ibu dan adiknya adalah pengedar
narkoba. Pasien mengaku paling dekat dengan ibunya.
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa seperti yang dialami oleh pasien.
Dulu ayah pasien adalah pengusaha namun pada saat pasien
duduk di bangku STM kelas 2, ayah pasien bangkrut.
Semenjak itu ayah pasien menjadi tukang ojek dan sekarang
sudah tidak bekerja lagi. Sebelum pasien menikah, sumber
keuangan dari keluarga pasien adalah dari gaji pasien. Pasien
iii.
III.
G. Pengendalian Impuls
Pasien memiliki riwayat impuls agresif pada saat sebelum masuk rumah
sakit, namun saat pemeriksaan, impuls pasien dinilai cukup. Pasien dapat
mengendalikan diri saat wawancara.
H. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial
Baik. Pasien bersikap cukup sopan terhadap pemeriksa.
2. Uji Daya Nilai
Baik. Pasien mengaku tidak akan mau mencuri untuk membantu
keadaan ekonomi keluarga pasien. Menurut pasien lebih baik ia
berhutang daripada harus mencuri.
3. Tilikan
Derajat 1. Pasien menyangkal bahwa ia sakit.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa
keterangan pasien sejauh ini tidak dapat dipercaya karena sebagian
jawaban-jawabannya bertentangan dengan alloanamnesis yang dilakukan
dengan keluarga, atasan dan teman kerja pasien. Pasien juga sering kali
meralat informasi yang ia berikan pada kesempatan wawancara
berikutnya.
IV.
V.
PEMERIKSAAN FISIK
Tidak dilakukan.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pemeriksaan dilakukan pada Tn. G, jenis kelamin laki-laki berusia 27
tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir STM, pekerjaan staf
produksi di PT. Kerismas, tinggal di Semper Barat, datang ke Paviliun Amino
pada 12 Desember 2014 diantar oleh keluarga dan perwakilan kantor karena
pasien berperilaku seenaknya di kantor dan memberontak ketika ditahan oleh
pihak keamanan. Pasien juga mencurigai beberapa teman kerjanya dan
atasannya. Pasien juga mengaku ibunya memberikan narkoba padanya. Pasien
merasa dikejar ada orang yang ingin menembak dan membunuh pasien.
Menurut ibu pasien, pasien mulai berperilaku janggal sejak tinggal
dirumah ibunya karena diusir oleh istri pasien setelah mereka bertengkar.
Pasien adalah pasien rujukan dari RS Grogol. Pasien datang dengan
obat Risperidon 2 mg x 2, Serenase dan Valium yang belum diinjeksikan.
Pasien juga diberikan resep obat Clozaril 1 x 12,5 mg. Dalam perjalanan
menuju rumah sakit, pasien merasa curiga sehingga pasien turun dijalan.
Pasien sempat terjatuh dan berhasil dibawa masuk kembali ke dalam mobil.
Ketika masuk ke Unit Gawat Darurat RSPAD GS, pasien dalam
keadaan tenang, namun ketika dibawa ke Paviliun Amino, ibu pasien sempat
pingsan dan membuat pasien langsung membawa ibu pasien diatas kursi roda,
menjauh dari Paviliun karena ada orang-orang yang ingin mendorong ibu
pasien ke sungai Ciliwung, sehingga pasien harus menyelamatkan ibunya.
Pasien berhasil ditangkap dan kemudian dibawa menuju Paviliun Amino,
namun pasien menolak dan memberontak sehingga pasien harus difiksasi dan
di berikan injeksi serenace valium im.
Menurut pasien, pasien datang ke RS untuk menandatangani sebuah
dokumen dengan seorang intel yang bekerja untuk Jokowi. Namun, ibu dan
perwakilan kantornya bersekongkol untuk menangkapnya dan memasukkan
pasien ke RS.
Empat hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dimarahi oleh
atasannya karena pasien terlalu sering minta izin cuti. Saat itu pasien mulai
berbicara kacau dan mengatakan bahwa teman-temannya di kantor
memusuhinya. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien pernah
mengaku kepada seorang atasannya bahwa ia takut dikejar oleh orang karena
berhubungan dengan narkoba. Ia kabur karena dikejar oleh intel Jokowi.
Dua bulan yang lalu, pasien dipindah ke grup pekerja yang berbeda.
Menurut pasien, hal ini dilakukan karena banyak orang yang tidak suka
padanya.
Enam bulan yang lalu, pasien mencurigai teman kerjanya mencuri
aluminium dari perusahaan. Pasien baru melaporkan kejadian tersebut setelah
3 bulan kemudian namun tidak mendapat respon yang diinginkan. Pasien
merasa atasannya tidak adil kepadanya. Kejadian ini belum dapat dikonfirmasi
dengan pihak kantor.
Berdasarkan pemeriksaan status mental tanggal 19 Desember 2014,
penampilan sesuai dengan usianya, perawatan diri kurang, pasien memakai
kaus berkerah warna biru dan celana merah. Selama wawancara pasien duduk
menghadap pemeriksa dan kerap berpindah posisi dari duduk menjadi jongkok
kemudian duduk kembali. Pasien sangat kooperatif dan bersikap sopan kepada
pemeriksa. Terdapat mood yang disforik, afek terbatas, serasi antara mood dan
afek. Pasien banyak bicara, spontan, volume suara cukup, intonasi sedang,
artikulasi jelas, menjawab pertanyaan dengan jelas. Isi pembicaraan dapat
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pada pasien ditemukan
adanya pola perilaku yang secara klinik cukup bermakna dan khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability). Gejala
klinik yang menimbulkan penderitaan (distress) berupa rasa tidak nyaman dan
terganggu. Gejala klinik yang menimbulkan hendaya (disability) berupa
terbatasnya kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari serta
penurunan fungsi psikososial.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien tidak
pernah menderita penyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak.
Pada pasien, tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan gangguan mental organik dan penggunaan
zat psikoaktif.
Berdasarkan anamnesa didapatkan waham menetap yang telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dan adanya perubahan
konsistensidan bermakna dalam keseluruhan dari beberapa aspek perilaku
pribadinya (F20 Skizofrenia). Waham berupa waham kejar dan waham curiga
(F20.0 Skizofrenia Paranoid) dan tidak disertai oleh gangguan afeksif yang
menonjol. Oleh karena itu, menurut PPDGJ III, gejala diatas telah memenuhi
kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis II
Belum dapat didiagnosis
Aksis III
Belum ada diagnosis untuk aksis III karena tidak ditemukan kelainan.
Aksis IV
Pada pasien ditemukan adanya masalah berkaitan dengan keluarga,
pekerjaan, ekonomi dan lingkungan sosial pasien.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan
skala Global Assessment of Function (GAF) menurut PPDGJ-III, didapatkan
GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) adalah 80 71. GAF saat
masuk perawatan Amino adalah 50 41.
VII.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VIII.
IX.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan permasalahan.
B. Psikologis
Mood / Afek
: Disforik / Terbatas
Isi Pikir
: Waham curiga, waham kejar, preokupasi
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosial
Adanya permasalahan keluarga, pekerjaan, ekonomi dan lingkungan
sosial pasien.
X.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Faktor yang dapat memperberat prognosis :
Stressor dari lingkungan sekitar pasien yang meliputi masalah
keluarga, pekerjaan, ekonomi dan lingkungan sosial pasien.
Faktor yang dapat memperingan prognosis :
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Pasien kooperatif dan mau minum obat secara teratur
XI.
RENCANA TERAPI
A. Farmakologi
Risperidone 2 mg x 2 / hari
Clozapine 12,5 mg x 1/ hari
B. Psikoterapi
Kepada Pasien
Psikosuportif
Membantu pasien belajar bagaimana untuk maju dan membuat
keputusan/perubahan,
memberikan
kesempatan
untuk
DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya
ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang
atau
thought insertion or withdrawal = isipikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
b.
(withdrawal); dan
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya biasanya
tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
neruoleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviuor), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini terdapat waham kejar dan waham curiga. Gangguan
pada pasien terjadi sejak 6 bulan yang lalu, sehingga gangguan telah
berlangsung lebih dari 1 bulan. Pada pasien ini telah terjadi perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan terutama pada aspek
kehidupan sosial dan pekerjaan. Sehingga pada pasien ini telah terpenuhi
pedoman diagnostik dari skizofrenia (F20).
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizofrenia Paranoid
adalah:
A. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
B. Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang menganca pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
memiliki waham yang menonjol yaitu waham kejar dan waham curgia,
sehingga pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0)
Berdasarkan diagnosis diatas, psikofarmaka yang dipilih adalah :
a. Risperidone
Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis atipikal. Obat ini
merupakan derivat dari benzisoksazol yang mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah
terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamine. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine. Risperidon diberikan untuk mengatasi
gejala negatif ataupun positif pada skizofrenia.
b. Clozaril
Clozapine adalah obat antipsikotik dari jenis yang baru. Bekerja terutama
dengan aktivitas antagonisnya pada reseptor dopamin tipe 2 (D2).
Clozapine efektif terhadap gejala negatif skizofrenia dibandingkan
antipsikotik konvensional. Clozapine diberikan sebagai pengobatan pada
gangguan yang resisten. Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran
FOLLOW UP
Follow Up I (dilakukan tanggal 20 Desember 2014)
S
: Pasien merasa curiga terhadap teman-temannya di bangsal perawatan
Paviliun Amino. Pasien merasa mereka bekerjasama dengan kantornya untuk
mencelakai pasien. Pasien merasa yakin dan keyakinan pasien tidak bisa
dipatahkan. Pasien minta dipindahkan ke RS Grogol karena disana pasien
merasa tenang. Pasien menanyakan istrinya kapan datang menjenguk. Pasien
terus menerus menanyakan kapan ia boleh pulang
O
: Laki-laki sesuai usia
Kooperatif /Tenang
Mood / Afek : disforik / terbatas
Proses pikir : Kesan koheren
Isi pikir : waham curiga (+), waham kejar (+), preokupasi ingin
pulang
A
P
XIV.
62 bulan
SMRS
Melihat temanPasien
Pasien
temannya ke
melaporkan dipindahkan
mencuri
pekerja
barang
kejadian grup
curi barang yang berbeda
Mulai
kosong
dan
berperilaku
seenaknya
23minggu
bulan
SMRS
Merasa takut
karena dikejar
oleh intel
Jowoki
4 hari
SMRS
Pasien
dimarahi oleh
atasannya
karena terlalu
sering minta
cuti
3 4 hari
SMRS
Pasien
pindah ke
rumah ibu
pasien
Waham
curiga (+)
Waham
kejar (+)
Masuk RS
Dibawa ke
RS Grogol
Dibawa ke
RSPAD
Waham
curiga (+)
Waham
kejar (+)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
2. Sadock BJ dan Sadock VA, 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
3. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
4. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropi. Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
23