You are on page 1of 13

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASEIN DENGAN DHF


(DENGUE HAEMORHAGIC FEVER)
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I.

DEFINISI
- DHF atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegepti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
-

menyebabkan kematian, terutama pada anak.(Nursalam,2005).


DHF adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi
perdarahan . Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviridae,

dengan genusnya adalah Flavivirus.(Suharti,2001).


Demam dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan
remaja atau orang dewasa dengan tanda- tanda klimis demam,(Kapita
Selekta,2001).

II.

KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat penyakitnya,DHF dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain dan uji tourniket

positif,

trombositopenia dan hemokonsentrasi.


2. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I,dengan manifestasi perdarahan spontan di
bawah kulit seperti pteki,hematoma,dan perdarahan dilain tempat.
3. Derajat III
Manifestasi kilik pada derajat II,ditambah dengan ditemukannya kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,hipotensi dengan kulit
yang lembab,dingin, dan penderita gelisah.
4. Derajat IV
Manifestasi klinik pada derajat III, ditambah dengan ditemukannya
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak teratur dan andi
tak teraba.

III.

ETIOLOGI
Etiologi penyakit DHF dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Virus dengue yang tergolong dalam family Flaviridae dan dikenal dengan 4
serotif:

a. Dengue 1:ditemukan di irian ketika berlangsungnya Perang Dunia II


b. Dengue 2: ditamukan di irian ketika berlangsungnya Perang Dunia II
dan lebih dominan di Thailand dan Indonesia.
c. Dengue 3: ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954,
merupak serotif yang menjadi penyebab terbanyak.
d. Dengue 4: ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953- 1954
dan berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap
inaktivitas oleh diatiter dan natrium diaksioksalat, stabil pada suhu 70
0

IV.

V.

C.

PEMERIKSAAN FISIK
Terdiri dari 4 tes yaitu:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
- Trombosit menurun
- HB meningkat lebih dari 20 %
- HT meningkat lebih dari 20%
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
- Protein darah rendah
- Ureum pH dapat meningkat.
- Na dan Cl rendah.
2. Pemeriksaan serologi: uji HI (Hemoglutination Inhibition Test)
3. Rongent Thorax. : efusi pleura
4. Uji test tourniket : positif.
INSIDEN
Wabah pertam terjadi pada tahun 1780-an secara bersama di Asia,afrika dan
amerika Utara.penyakit ini dikenali dan dinamai pada tahun 1779. Kasus DBD di
Indonesia termasuk terbesar di dunia setelah Thailand. Setiap tahunnya penyakit ini
ditemukan pada tahun 1968 hingga 1998. Rata rata 18 ribu penderita dirawat dan
dari jumlah tesebut sekitar 700 sampai 750 penderita meninggal.
KLB demam berdarah terjadi di Indonesia,tepatnya di Jakarta, pada tahun 1998
yang mencapai 15.452 dan angka kematian 134 orang. Penyakit ini adalah siklus 5
tahun dan penderita utamanya dadalah anak-anak.

VI.

PROGNOSIS
Infeksi dengue umumnya mempunyai prognosis baik,DF dan DHF tidak ada yang
mati. Kematian dijumpai pada waktu ada perdarahan yang berat,syok yang tidak
teratasi,efusi pleura, dan asites berat serta kejang. Kematian juga bias disebabkan oleh
sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih.
Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada muncul komplikasi pada system saraf,
kardiovascular, pernafasan,darah,dan orang lain.

Kematian juga dapat disebabkab oleh banyak faktor:


1. Keterlambatan diagnosis.
2. Keterlambatan diagnosis dan penanganan shock yang tak teratasi
3. Kelebihan cairan
4. Kebocoran yang hebat.
5. Pendarahan massif
6. Kegagalan banyak organ
7. Encefalopati
8. Sepsis
9. Kegawatan karena tindakan.
VII.

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis berfariasi diantaranya:
- Demam ringan atau demam tinggi(> 370C) yang tiba- tiba dan
-

berlangsung antara 2-7 hari.


Terjadinya bintik- bintik perdarahan pada kulit, pharynx,dan konjungtiva
Nepatomegali
Trombositopenia (100.000/mm3 atau lebih rendah)
Terjadi tanda- tanda renjatan (sianosis,kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun,gelisah,capillary refill lebih dari 2 detik,nadi cepat dan
lemah).

VIII. TANDA DAN GEJALA


- Demam tinggi dan tiba- tiba.
- Pendarahan pada bawah kulit: pteki, ekhimosis,hematoma.
- Epistaksis, Hematemisis, melena, hematuri.
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri otot, tilang, sendi,abdomen,dan ulu hati.
- Sakit kepala.
- Pembesaran sekitar mata
- Pembesaran hati, limpa,dan getah bening.
IX.

X.

KOMPLIKASI
Adapun komplikasinya:
- Pendarahan luas
- Shock atau rejatan
- Efusi pleura
- Penurunan kesadaran
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit DHF terdiri dari :
a. Pencegahan.
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk virus Flavivirus demam
berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada penghapusan
faktor nyamuk DBD.
Cara pencegahan DBD :
- Bersihkan tempat penyimpanan air.

Tutup rapat tempat penampungan air


Kubur dan buang barang bekas pada tempatnya terutama barang yang

dapat menampung air.


Tutuplah lubang, pagar bamboo dengan tanah.
Lipat pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk
tidak hinggap di sana.

b. Terapi
- Bagian terpenting adalah terapi suportif. Pasien disarankan agar
-

menjaga penyerapan makanan terutama dalam bentuk cairan .


Jika hal di atas tidak dapat dilakukan penambahan cairan dapat
dilakukan dengan IV untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi

yang berlebihan.
Tirah baring.
Transfuse platelet dilakukan jika junlah platelet menurun drastis.
Pengobatan alternative dengan jus jambu biji.
Minum yang banyak; 1,5 -2 liter/24 jam (susu, iar gula,the,sirup atau

air tawar yang ditambah garam).


Penderita sebaiknya dirawat di RS, dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya shock yang dapat terjadi tiba- tiba.

XI.

PENGOBATAN
Pengobatan DBD dibedakan berdasarkan tingkat keparahan:
a. Pada pasien DBD tanpa penyulit.(derajat I dan II)
- Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi
kompres, antipiretik golongan asetaminofen,eukinin,atau dipiron dan
-

jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.


Antibiotic doberikan apabila terdapat kemungkinan terjadi infeksi

sekunder.
- Pemasangan infuse NaCl atau RL sesuai kebutuhan.
b. Pada pasien DBD dengan tanda shock
- Pemasanan infuse dipertahankan selana 12- 48 jam dan setelah shock
-

teratasi
Dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat

hemasel sejumlah 15 29 ml/kg BB.


Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberikan transfusi darah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien/biodata (anak)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan keluarga

5. Riwayat nutrisi (anak)


6. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi IPPA dari ujung rambut sampai kaki.
Berdasarkan tingkatan DHF keadaan fisik anak adalah:
a. Keadaan umum
- Grade I kesadaran CM, keadaan umum lemah, TTV dan
-

nadi lemah.
Grade II Kesadaran CM,keadaan umum lemah,nadi

lemah,kecil dan tidak teratur.


Grade III kesadaran apatis, somnolen,keadaan umum

lemah,nadi lemah,kecil serta tidak teratur, tensi menurun.


Grade IV kesadaran koma , TTV nadi dan tensi tidak

teratur.
b. Kepala dan leher
Kepala tersa nyeri,muka
(flusy),mata

tampak

anemis,hidung

kemerahan

karena

terkadang

demam

mengalami

perdarahan(epistaksis) terjadi pada grade 2,3,4.


Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, Pendarahan
gisi,nyeri telan( pada semua grade).
c. Kuku
Diperiksa apakah sianosis/ tidak.
d. Dada
Bentuk dilihat apa simetris / tidak. Pernafasan tidak teratur dan dada
terasa sesakgrade 3&4.
Pada foto thorax terdapat cairan yang tertimbun pada paru(efusi
pleura), rales (+),, Ronchi (+),biasanya pada grade 3&4.
e. Abdomen
Mengalami nyeri tekan,pembesaran hati dan asites.
f. Intergumen
Adanya pteki pada kulit, turgor kulit menurundan muncul keringat
dingin dan lembab.
g. Ekstremitas
Akral dingin,nyeri otot, sendi,serta tulang.
h. Pemeriksaan lain
- Aktivitas
Kelelahan, kelemahan, malaise,ADL terganggu
Kelelahan otot,peningkatan kebutuhan tidur,somnolen.
- Sirkulasi
Terjadi gangguan sirkulasi, membrane mukosa pucat
- Eliminasi
Diare.
- Integritas ego

Adanya
-

perasaan

menangis,merengek,kacau.
Makanan dan cairan
Anoreksia,mual, muntah,

tidak

perubahan

berdaya,ansietas,

rasa,

penurunan

BB,

pharingitis, disfagia.
Neurosensorik
Perubahan dalam rasa, pusing,penurunan koordinasi.
Nyeri
Nyeri abdomen,sakit kepala, nyeri tulang dan sendi.
Pernafasan.
Ada cuping hidung/tidak.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Masalah atau diagnosa Keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara
lain :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabelitas
kapiler, pendarahan , mutah dan demam.
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna dengan mual ,
muntah , dan tidak ada nafsu makan.
4. Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses penyakit berhubung dengan
kurangnya informasi.
5. Resiko shock hipovoulemikberhubung dengan pendarahan.
III. PERENCANAAN
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
permeabilitas kapiler , pendarahan , muntah , dan demam.

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
gangguan cairan volume tubuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

Volume cairan tubuh kembali normal.

Intervensi :

1. Kaji keadaan pasien


R/ Mengetahui keadaan umum
2. Observasi tanda tanda vital ( S , N , RR )
R / Mengetahui perkembangan pasien
3. Observasi tanda tanda dehidrasi
R / Evaluasi status
4. Observasi tetesan infuse dan lokasi penusukan jarum infuse
R / Evaluasi keefektifan infuse
5. Balance cairan ( Input dan Output cairan )
R / Balance cairan
6. Beri pasien dan ajukan kepada kelaurga pasien untuk member minum
banyak
R / Koreksi kekurangan cairan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
hipertermi dapat teratasi.

Kriteria Hasil :
Suhu tubuh kembali normal

Intervensi

1. Observasi tanda tanda vital terutama suhu tubuh

R/ Mengetahui kondisi umum


2. Berikan kompres dingin ( air biasa ) pada daerah dahi dan ketiak
R / Bantu menurunkan panas
3. Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
R / Sirkulasi +
4. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak, kurang lebih 1500
2000 cc
R / Cegah dehidrasi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas
R / Menurunkan panas
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual , muntah
, dan tidak ada nafsu makan

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
gangguan pemenuhan nutrisi dapat diatasi

Kriteria Hasil :
Intak nutrisi klien ( anak ) mengkat

Intervensi :

1. Kaji intake nutrisi anak dan perubahaan yang terjadi


R / Mengetaui tingkat gizi
2. Timbag berat badan anak setiap hari jika nenngjinkan
R / Monitor BB
3. Berikan kilen makanan hangat dan dengan porsi sedikit tetapi sering

R / Mencegah mual
4. Beri minunm air hangat jika anak mengeluh mual
R / Mencegah mual
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam member obat anti emetic
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubung dengan
kurangnya informasi

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pengetahuan keluarga terhadap penyakit meningkat

Kriteria Hasil :
Keluarga klien mengerti tentang proses penyakit

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF


R / Menentukan interfensi
2. Jelaskan kepada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui
penkes
R/KIE
3. Beri kesempatan pada keluarga klienuntuk bertanya yang belum dimengerti
atau sebalikya
R / Perdayakan keluarga
4. Libatkan keluarga setiap tinfdakan yang dilakuakn kepada klien
R / Perdayakan keluarga
5. Resiko shock hipovolemik berhubungan dengan pendarahan

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan shoch
hipovolemik dapat teratasi

Kriteria Hasil :
Volume cairan tubuh kemballli normal , kesadaran compos mentis

Intervensi :

1. Observasi tingkat kesadaran anak


R / Mengetahui keadaan awal
2. Observasi tanda tanda vital ( S , N , RR )
R / Mengetahui keadaan awal
3. Observasi output dan input cairan ( balance cairan )
R / Balance cairan
4. Kaji adanya tanda - tanda dehidrasi
R / Pemantauna dehidrasi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan
R / Cegah syok
IV. EVALUASI
Evaluasi sumatif / evaluasi yang mengaju pada kriteria hasil yang diharapkan
adalah :
1. Intake dan output kembali normal dan seimbang
2. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Penetahuan keluarga bertambah
4. Shock hipovolemik teratasi

POHON MASALAH

Infeksi virus
dengue
Viremia

Reaksi
antigen
antibodi
Kurang
informasi

Kurang
pengetahuan

suprepresi sumsum
tulang

Infeksi

Mengaktifkan
sistem
komplemen
Histamin
dilepas

Tidak
nafsu
maka
n

Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh

Hepatomega
li
Acites

Mual
dan
muntah

dema
m
Hiperter
mia

Permeabilitas
membran
meningkat

Fungsi
trombosis

trobositopen
ia

Pendarahan
Kekurangan
volume cairan

Resiko syok
hipovolemi

Fungsi
koagulasi

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto
Sumarno, S. 2002. Buku Ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI edisi 1. Edisi I . Jakarta: FKUI
Nursalam. 2005. Asuhan keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2005. Asuhan keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: Salemba Medika
Christanty , Effendy. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC

You might also like