You are on page 1of 46

VENTILASI INDUSTRI

Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

MODUL -5
TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL
Kode : IKK.365
Materi Belajar 7, dan 8
Pendidikan S1
Pemintan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri
Program Studi Imu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul

Disusun oleh,
Ir . LATAR MUHAMMAD ARIF, MSc

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Tahun 2013

Halaman

5-1

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
:

Judul Materi

I.

TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL

PENDAHULUAN

1. Pengantar
Dalam study ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan mengenai , Pemilihan Perancangan
Sistem Ventilasi industri Khususnya Sistim Ventilasi Lokal disertai dengan pertimbangan
Desain, Persyaratan Pemilihan dan Prosedur Perancangan, pada setiap komponen Sistim
Ventilasi Lokal
2. Ruang Lingkup materi; meliputi ;

5.1.

PENGENALN

5.2.

PEMELIHAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI INDUSTRI


5.2.1. Pertimbangan Desain
5.2.2.

Persyaratan Pemelihan

5.2.3 Prosedur Perancangan


5.3. KOMPONEN SISTIM VENTILASI LOKAL
5.4.
HOOD
5.4.1.

5.5.

5.7.

Perancangan `Hood

5.4.2. Perancangan `Slot


DUCT SISTEM
5.5.1. Prinsip Umum
5.5.2. Perencanaan Jaringan Duct
5.5.3. Dimensi Duct
5.5.4. Kehilangan Tekanan pada Duct
5.5.5. Saluran Pipa/Duct
5.6. FAN DAN BLOWER
5.6.1. Jenis- Jenis Fan
5.6.1.1. Fan aksial
5.6.1.2. Fans Sentrifugal
5.6.2. Jenis- Jenis Blower
5.6.3. Mengevaluasi Kinerja Fan dan Blower
5.6.4. Pemelihan Fan
AIR CLEANING
5.7.1.
5.7.2.

Penggunaan di Industri
Dust collector Sistim

Halaman

5-2

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

II.

KOPETENSI DASAR
Untuk meyakinkan serta memberikan dasar pengetahuan mahasiswa untuk : pertimbangan
Desain, Persyaratan Pemilihan, dan Prosedur Perancangan, pada setiap komponen Sistim
Ventilasi Lokal, terdiridari tiga tahap, yaitu pemilihan (seleksi), perancangan sistim, dan
perancangan proses

III.

KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN


Diharapan mahasiswa dapat memahami prinsip perancangan sistim ventilasi industri adalah
menggunakan metode desain perhitungan kecepatan tekanan atau Velocity Pressure Method
Calculation Shee, dan dari hasil perhitungan untuk mengetahui distribusi debit aliran udara atau
volume flow rate, kecepatan aliran dalam duct, kecepatan aliran dalam slot, tekanan ststis solt SPs,
tekanan statis hood SPh, tekanan statis duct SPd, dan qumulatif tekanan ststis

Halaman

5-3

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

IV.

KEGIATAN BELAJAR

5.1.

PENGENALN

5.2.

PEMELIHAN
PERANCANGAN
INDUSTRI
5.2.1. Pertimbangan Desain
5.2.2.

Halaman
.......................................5-5
.......................................5-5
SISTIM

VENTILASI
.......................................5-5
.......................................5-6

Persyaratan Pemelihan
.......................................5-6

5.2.3 Prosedur Perancangan


5.4. KOMPONEN SISTIM VENTILASI LOKAL
5.4.
HOOD
5.4.1.

.......................................5-10
.......................................5-10
.......................................5-11

Perancangan `Hood
.......................................5-12

5.5.

5.4.2. Perancangan `Slot


DUCT SISTEM
5.5.1. Prinsip Umum
5.5.2. Perencanaan Jaringan Duct
5.5.3. Dimensi Duct
5.5.4. Kehilangan Tekanan pada Duct
5.5.4.1. Faktor Friksi (gesekan)
5.5.4.2. Kecepatan Aliran Udara
5.5.4.3. Turbulensi Aliran
5.5.4.4. Kehilangan tekan akibat orifice
5.5.4.5. Titik Percabangan Duct
5.5.4.6. Kehilangan tekan pada pipa lurus1
5.5.4.7. Pembesaran dan penyempitan duct
5.5.4.8. Belokan Duct
5.5.5. Saluran Pipa/Duct
5.7. FAN DAN BLOWER
5.7.1. Jenis- Jenis Fan
5.7.1.1. Fan aksial
5.7.1.2. Fans Sentrifugal
5.7.2. Jenis- Jenis Blower
5.7.3. Mengevaluasi Kinerja Fan dan Blower
5.7.4.

.......................................5-15
.......................................5-15
.......................................5-16
.......................................5-16
.......................................5-17
.......................................5-17
.......................................5-17
.......................................5-18
.......................................5-18
.......................................5-18
.......................................5-19
.......................................5-20
.......................................5-21
.......................................5-24
.......................................5-25
.......................................5-26
.......................................5-26
.......................................5-27
.......................................5-30
.......................................5-31
.......................................5-31

Pemelihan Fan

Halaman

5-4

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
5.7.

AIR CLEANING
5.7.1.
5.7.2.

Penggunaan di Industri
Dust collector Sistim

Daftar pustaka

.......................................5-32
.......................................5-32
.......................................5-33
.......................................5-38

Modul

TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL

5.1.

PENGENALAN

Pemilihan sistem ventilasi industri khususnya sistim ventlasi loakal dan proses perancangan terdiri dari
tiga tahap, yaitu pemilihan (seleksi), perancangan sistim, dan perancangan proses.
Metode yang sering digunakan dalam perancangan sistim ventilasi industri, yaitu :
Langkah pendahuluan ; Melakukan pengamatan langsung pada ruang kerja dan lingkungan pabrik, dan
juga melakukan pemetaan pabrik dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Data yang
diambil adalah penentuan posisi 2D, yaitu pengambilan koordinat X dan Y pada titik yang telah ditentukan
sebelumnya, koordinat tersebut di plot menjadi sebuah peta garis yang mengambarkan area pabrik.
Langkah kedua, yaitu data tentang kosentrasi, partikulat, gas, asap, atau uap untuk melihat batas
pemaparan. Untuk perlu diadakan usaha- usaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi faktorfaktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja. Di Indonesia perihal batas pemaparan dituangkan
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai
Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Istilah nilai ambang batas sama dengan
Threshold Limit Values (TLV)
Langkah ketiga, Perancangan, hood, duct, air cleaning devis, dan fan. Sebelum merancang perlu
diketahui informasi mengenai karakteristik partikulat, gas, asap, atau uap, posisi ergonomi pekerja dan
leteratur yang mendukung untuk mendesian lokal exhaust ventilasi, sehingga mereka bekerja secara
sistimatik untuk mengisap kontaminan dari sumbernya.

Halaman

5-5

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Langkah keempat, adalah pemilihan sistim distribusi kecepatan pada setiap hood, dan mempertahankan
kecepatan yang diinginkan di setiap cabang, sambungan dan jalur utama menggunukan sistim
keseimbangan tekanan statis (SP).

5.2.

PEMELIHAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI INDUSTRI

5.2.1.

Pertimbangan Desain

Untuk mempertimbangkan apakah suatu tipe sistim ventilasi lokal akan diproduksi maka ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan, yaitu :
Apakah perancangan sistim ventilasi industri tersebut diperlukan, untuk memenimalkan
kontaminan di lingkungan tempat kerja
Dapatkah perancangan sistim ventilasi industri tersebut menguntungkan secara ekonomis,
diperusahaan
Efek yang akan ditimbulkan oleh fasilitas pada fasilitas lain
Apakah perancangan sistim ventilasi industri tersebut akan mampu meningkatkan image
perusahaan dalam melaksanan program-program keselamatan dan kesehatan kerja
Faktor yang berperan dalam perancangan sistim ventilasi industri, yang komponennya terdiri dari ;
hood, duct, air cleaning devis, fan, dan stack dengan mempertimbangan seberapa besar debet aliran
udara yang diperlukan untuk menangkap kontaminan dari sumbernya sehingga dapat menentukan hasil
perancangan sistim ventilasi industri.

5.2.2.

Persyaratan Pemelihan

Acuan

Halaman

5-6

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
1.
2.

American Conference of Govermental Industrial Hygienis (ACGIH ) Industrial Ventilation: A


Manual of Recommended Practice for Operation and Maintenance
ASHRAE-2012, Ashrae Handbook: Heating, Ventilating, and Air-Conditioning Systems and
Equipment: Inch-Pound Edition

Ada dua pedoman dalam mengatur persyaratan perancangan sistim ventilasi industri, yaitu :
(1).

Standar American Conference of Govermental Industrial Hygienis (ACGIH),dengan mengunakan


VELOCITY PRESSURE METHOD CALCULATION SHEET

(2)

American Society of Heating, Refrigerating, dan Air Conditioning Engineers (ASHRAE), memiliki
lebih dari 175 standar .

5.2.3

Prosedur Perancangan

Dalam perancangan sistim ventilasi industri adalah menggunakan metode desain perhitungan
kecepatan tekanan atau Velocity Pressure Method Calculation Shee, dan dari hasil perhitungan untuk
mengetahui distribusi debit aliran uadara atau volume flow rate, kecepatan aliran dalam duct, kecepatan
aliran dalam slot, tekanan ststis solt SPs, tekanan statis hood SPh, tekanan statis duct SPd, dan qumulatif
tekanan ststis, Fan SP dan Fan TP. Untuk mendapatkan data rancangan dilakukan pengamatan langsung
pada ruang kerja dan lingkungan pabrik, atau contoh data-data yang tersedia ;
Tahapan-tahapan perhitingan perancangan adalah sebagai berikut :

Langkah pertama ; Aliran udara/ Volumetric Flowrate ;Pada persamaan (3.3), dalam cfm (kaki kubik per
menit),
Q = V*A
V = adalah kecepatan udara, dalam fpm (kaki per menit)
A = adalah duct area luas bebas dari bukaan inlet ( Cross-Sectional Area) ft2 .
Dari data diatas untuk menghitung besarnya aliran udara/flow rate di gunakan rumus :
Q = volume ruang x generation rate x K
TLV
Q = (5.880*200)/60 * 2 = 19.600 cfm
2
Contoh bila di ketahui,
Volume ruang (8 x 7 x 3 = 168 m3)
Volume ruang = 5.880 ft3
TLV
= 2 fiber/cc
Generation rate = 200 fiber/cc/60 menit

Halaman

5-7

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Faktor K
= 2
Maka, Volumetric flow rate, ------ Q = 19.600 cfm

Langkah kedua ; adalah menentukan diameter duct = dc


Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas perencanaan dan
kecepatan minimum transport. Dalam perancangan duct, duct sirkular lebih sering
digunakan daripada duct rectangular, dan diameter duct dihitung dengan membagi debit
desain dengan kecepatan minimum duct, luas penampang resultan kemudian
dikonversikan menjadi diameter duct terbaik. Ukuran duct harus disesuaikan dengan
keberadaanya di pasaran .
Contoh , misalnya ditentukan diameter duct ------ dc = 26 in (diketahui)
Langkah ketiga ; adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain= A , ft2
A = 1/4 (dc/12)2
= 3,14/4 (26/12)2
= 3,6870 sq.ft
Dimana,
dc = 26 in dikonversikan ke feet----dc =26/12 ft
Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 3,6870 ft2 .
Langakah keempat;
adalah mnghitung kecepatan duct actual/Actual Duct Velocity=.V,
dari persamaan (3.3)
Q = V*A,
V=Q/A,
V=(19600/3,6870)
= 5.316 fpm
Dimana,
Q = 19.600 cfm
A = 3,6870 sq.ft
Maka, kecepatan duct actual,---- V= 5.316 fpm (dihitung)
Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih besar dari
6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja.
Perhitungan diatas memenuhi persyaratan standar.
Langkah kelimah; yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VP d, dalam in WG
Kecepatan tekanan pada pipa (VPd), dalam persamaan (3.5) sebagai berikut :

VPd =

V
4005

= 1,7618 in WG

Dimana,
V = 5.316 fpm
Maka, Kecepatan tekanan ductVPd = 1.7618 in WG (dihitung)
Langkah keenam; adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity Vs
kecepatan Slot----- misalnya diketahui Vs = 400 fpm
Langkah ketujuh; Mengitung Tekanan kecepatan Slot VP s ,dalam inWG, dengan menggunkan rumus
persamaan (3.5)
VPs = (Vs/4005)2

Halaman

5-8

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
VPs = (400/4005)2
= 0,0100 in WG
Dimana Vs = 400 fpm
Maka tekanan kecepatan -------- VPs = 0,0100 in WG
Langkah kedelapan;

yaitu menentukan Slot loss coeficien


Slot loss coeficien-----fig.5-15 atau Chap.10 atau
dalam tulisan ini pada gambar 6.22,bagian-6. halaman
pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam tabel)

, Koefisien kehilangan

Langkah kesembilan; adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot
loss per VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam
perancangan sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1
Slot loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus ,
Slot loss per VP = Slot Loss koefisien +Acceleration Factor
= 1,78 + 0
= 1,78
Dimana
Slot Loss koefisien = 1,78 --- ditentukan dalam perancangan
Acceleration Factor = 0
Maka, kehilangan yang terjadi Slot adalah sebesar 1,78
Langkah kesepuluh ;

Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SP s dalam in WG,
digunakan rumus sebagai berikut :
Slot Statik Presure SPs = Slot Velocity Pressure * Slot loss
SPs = VPs * Slot loss
= 0,0100 * 1,78
=0,0178

Dimana,
Slot loss = 1,78
VPs = 0,0100 in WG
Maka tekanan statis slot-----SPs adalah sebesar 0,0178 in WG
Langkah kesebelas;

Duct Entry Loss Factor fig.5-15 or Chap.10


Duct Entry Loss Factor-----fig.5-15 atau Chap.10 atau dalam tulisan ini pada
gambar 6.22,bagian-6. halaman
, Faktor kehilangan pada Duct sebesar 0,250
(diambil dalam tabel)

Langkah kedua belas;

Duct Entry Loss per VP


Duct entry loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus ,

Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor
Duct entry loss per VP= 0,250 + 1
= 1,250
Dimana ,
Acceleration factor = 1 (Acceleration factor diambil bilangan 0 atau 1)
Langkah ketiga belas;

adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss,


Duct Entry Loss, dihitung dengan menggunakan rumus
Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP

Halaman

5-9

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Duct Entry Loss = VP * Duct entry loss per VP
=1,7618 * 1,250
= 2,202 in WG
Maka kehilanagn pada duct sebesar 2,202 in WG
Langkah keempat belas;
adalah menghitung tekan statis hood atau Hood Static Pressure, SP h
Maka untuk menghitung tekanan statis hood (SP h) adalah diambil dari
persamaan (6.12)
SPh = hes + hed + VPd
Dimana :
VPd = Tekanan kecepatan dari duct = 1,7618 in Wg
H ed = Entri loss, diambal pada gambar.6.22 (ACGIH fig, 5-15, p.5-30) ,
= Fh * VPd =0,250 * 1,7618 = 0,44045
hes = kehilanagn pada slot, Slot Loss koefisien = 1,78 gbar.6.22 (ACGIH fig 5-15, p.5-30)
hes = 1,78 VPs dihitung VPs = 0,0100 in WG
hes = 1,78 VPs = 1,78 * 0.0100 = 0,0178
SPh = hes + hed + VPd
= 0,0178 + 0.44045 + 1,7618
= 2.220
Maka, Tekanan Statis Hood, SPh = 2,220 in WG
Langkah ke limah belas;

Menentukan panjang lurus duct atau Straight Duct Length, dalam ft


Diketahui panjang lurus duct = 7 ft

Langkah ke enam belas;

Friction Factor (Hf)


Untuk mendapatkan besarnya bilangan Friction Factor (H f),didapatkan
persamaan(3.20) dibawah ini ;

Hf =

V 0.533
0,0307 0.612
Q

Hf =0,0307{(5.3160,533/19.6000,612)
=0,0070
Dimana,
kecepatan duct actual,---- V= 5.316 fpm
Aliran udara -------------------Q=19.600 cfm
Langkah ke tujuh belas;

Friction Los per VP,


Friction Los per VP, dihitung dengan rumus
Friction Los per VP = Straight Duct Length * Friction Factor (H f)
= 7 * 0.0070
= 0,0491

Dimana,
panjang lurus duct = 7 ft
Friction Factor (Hf) = 0,0070
Maka Friction Los per VP adalah sebesar = 0,0491
Langkah ke delapan belas;

Menghitung Elbow Loss per VP, dengan rumus


Elbow Loss per VP = No.of 900 Elbow * loss Factor
= 1* 0,24
= 0,2400

Halaman

5-10

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Contoh dalam perancangan,
Elbow Elbow 1-90 = 1,00 (ACGIH, figure 5-17)
Elbow Koefisien = 0,24 (ACGIH, figure 5-16)
Langkah ke sembilan belas;

Entry loss per VP


Entry loss per VP= No. of Branch Entries * loss factor
Entry loss per VP = 1* 0,28
= 0,28

Contoh dalam perancangan,


Branch Entri = 1 (bilangan 0 atau 1)
Entry Loss coefisien = 0,28 (ACGIH, figure 5-17)
Langkah ke dua puluh;

Duct Loss per VP,


Dihitung dengan rumus ,
Duct Loss per VP = Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Special Fitting Loss Factor
Duct Loss per VP = 0,0491 + 0,280
= 0,5691
Dimana ,
Friction Los per VP = 0,0491
Elbow Loss per VP = 0,280
Maka Duct Loss per VP = 0,5961
Langkah ke dua puluh satu;

Duct Loss
Duct Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Loss per VP
= 1,7618 * 0,5961
= 1,0027

Dimana,
Tekanan kecepatan duct VPd = 1,7618
Duct Loss per VP--- 0,5961
Maka kehilangan pada pipa sebesar 1,0027
Langkah ke dua puluh dua;

Duct SP Loss,
Duct SP Loss = Hood Static Pressure + Duct Loss
Duct SP Loss = 2.220 + 1,0027
= 3,223 in WG

Dimana ,
Tekanan statis Hood/ Hood Static Pressure-----2.220 in WG
Duct Loss/ kehilangan pada pipa -------------------1,0027
Kumulatif Tekanan Statis = 3, 223 in WG
5.3 KOMPONEN SISTIM VENTILASI LOKAL
Sistim ventilasi lokal/Lokal exhaust ventilasi/ventilasi pengeluaran setempat, berfungsi untuk menangkap
semua kontaminan pada sumber termasuk debu , gas ,uap dan asap logam

Halaman

5-11

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gamabar.5.1. Komponen sistim ventilasi local ;


hood,duct,air cleaner,fan dan stack

5.4.

Secara ideal, Kompoen Sistem ventilasi local terdiri


dari 5 komponen, yaitu ; (i) hood, (ii) duct work, (iii)
air cleaning, (iv) fan, dan (v) stack.
Hood fungsinya untuk menangkap kontamian.
Bentuk hood, kecepatan, serta arah di mana
kontaminan dilepaskan perlu diperimbangkan dalam
perancangan.
Duct, adalah jalan untuk membawa kontaminan ke
bagian pembersih udara
Air cleaner, adalah memisahkan kontaminan dari
aliran udara sebelum masuk ke fan dan dilepaskan
ke atmosfer
Fan, merupakan alat penggerak udara yang
menyediakan energi untuk menarik udara dan
kontaminan kedalam system exhaust

HOOD

Hood merupakan komponen paling penting, karena efesiensi penangkapan merupakan kunci utama yang
menentukan kinerja dari sistim ventilasi lokal.
Komponen kedua adalah fan yang merupakan alat penggerak udara yang menyediakan energi untuk
menarik udara dari kontaminan kedalam sistim exhaust dengan mendistribusikan tekanan negative atau
hisapan didalam saluran menuju hood.
Hood memiliki tiga jenis yaitu ; enclosure, canopy hoods, dan capturing hoods, penjelasan
tentang ketiga jenis hood pada bagian 6.
Perancangan hood yang baik dapat melindungi zona pernafasan pekerja, sehingga pajanan yang
diterima ketika mereka sedang bekerja berada dibawah standar yang dijinkan (Nilai Ambang batas).

5.4.1.

Perancangan `Hood.

Sebelum merancang hood hal yang perlu diketahui tetang informasi mengenai sifat dan karakteristik
partikulat, posisi ergonomic pekerja dan leteratur yang mendukung desain hood. Dalam penentuan
demensi hood perlu diperhatukan bahwa besarnya hood harus lebih besar 12 ft dari ukuran sumber,
fungsinya agar hood dapat menjangkau seluruh kontaminan yang dihasikan sumber.
Kecepatan aliran udara bergerak pada jarak X dari mulut hood adalah berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari luas bukaan hood. Debit atau aliran udara yang dibutuhkan pada hood tergantung dari
luas permukaan dan jarak antar sumbuh tengah sumber dengan mulut hood, dengan rumus persamaan
adalah sebagai berikut:

V = Q/(10X2 + Af)

-----------------------

(5.1)

Halaman

5-12

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dimana :
V = kecepatan tangkap (fpm)
Q = debit hisapan hood (cfm)
X = jarak axis (ft),---Catatan : persamaan hanya dapat digunakan untuk jarak X yang terbatas,
yaitu dengan jarak X max = 1,5 D
Af = area bukaan hood, ft2
D = diameter bukaan hood/sisi terpanjang hood persegi, ft

(a)

(b)
Gambar.5.2. Kanopi hood

Keterangan gambar ;
Pada gambar 5.2.a, bentuk kanopi hood yang direkomendasikan, dan untuk gambar 5.2.b bentuk kanopi
hood yang tidak direkomendasikan.
Untuk gambar.5.2.a
Tinggi, D = 1.20 m (4 ft) (jarak dari sumber ke konopi)
Sisi,
x = 0,4 D
Kecepatan tangkap, v1 - = 0.15 - 0.20 m/s atau (30 - 40 ft/min)
Aliran udara,
Q = 1,4 PDV (P= lingkaran tanki)
Untuk mengitung kecepatan tangkap (jarak X dari mulut hood) pada permukaan mulut hood, dan
besarnya debit hisapan pada mulut hood digunakan rumus, seperti dijelaskan pada tabel. 5.1, berikut ini.
Tabel 5.1

Halaman

5-13

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Pada baris 1, kolom 1, peletakan hood secara bebas sehingga sumber kontaminan tersuspensi dan
ditangkap ke mulut hood,
Pada baris 2 kolom 1, hood dengan flance yang luas (luas falance A ),
Pada baris 3, kolom 1, hood di letakan diatas bangku atau lantai

Tabel.5.1. Menghitung debit hisapan hood


Tipe hood
Q = debit hisapan hood (cfm)

Q = V(10X2 + Af)

Q = 0,75 V (10X2 + Af)

Q = V(5X2 + Af)

Sumber : American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) 1988, Figure 3-9
Flow Capture/Velocity Industrial Ventilation : A Manual of Recommended Practice, 23rd Edition.
Copyright 1988
5.4.2.

Perancangan Slot

Slot dalah bagian dari komponen hood, seperti terlihat dalam gambar 5.3

Halaman

5-14

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar. 5.3 Slot hood

Untuk menghitung kecepatan tangkap (V) dan besarnya debit hisap (Q) berdasarkan jenis dan tipe hood,
tabel. 5.2.

Tabel.5.2. Hood exhaust VS Kecepatan tangkap


Jenis Hood
1. Persegi Slot, akhir polos

Aspek Rasio, W / L

Debit hisapan

< 0,2

Q = 3,7 L V X

<0,2

Q = 2,8 L V X

> 0,2

Q = V (10 X2 + Af]

> 0,2

Q = 0,75 V(10 X2 + Af)

2. Persegi Slot, bergelang akhir

3. Persegi Slot, akhir polos

4. Persegi Slot, bergelang akhir

Halaman

5-15

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

5. Buka Booth
Sebagaimana
disyaratkan

Q = V Af = V L W

Sebagaimana
disyaratkan

Q = 1,4 P D V

6. Canopy Hood

Dimana : W = lebar dari slot, L = panjang dari slot , X = jarak axis, P = perimeter tank,
D = jarak kanopi di atas pekerjaan.

L = panjang dari slot, ft


W = lebar dari slot,ft
C = koefisien konsentrasi 50 s/d 500
Falance slot --- Q = CLW

Halaman

5-16

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.3 Kriterian Perancngan Slot

Kriteria perancangan slot :


Q = 350 cfm/ debit hisapan hood (cfm)
Panjang hood = required working space
Bench width = 24 in WG maximum
Kecepatan duct 4.200 4.500 fpm
he = 1,78 VPslot + 0,25 VPduct

5.5.

DUCT SISTEM

5.5.1.

Prinsip Umum

Duct merupakan salah satu instrumen yang penting dalam proses pengendalian pencemaran udara. Duct
berfungsi untuk mengalirkan udara yang telah terkontaminasi dari hood menuju alat pengendali, dan
kemudian udara tersebut akan dialirkan dari alat kontrol menuju fan.
Ada empat tipe dasar duct yaitu duct yang didinginkan oleh air, duct yang dibiaskan, duct stainless-steel,
dan duct carbon steel. Duct yang didinginkan oleh air dan duct yang dibiaskan biasanya dimanfaatkan
untuk membawa gas yang memiliki temperatur 1500 0F, duct stainless steel cukup ekonomis untuk gas
yang memiliki temperatur antara 1150 1500 0F , dan duct yang terbuat dari karbon steel baik untuk
digunakan pada gas yang bersifat non-korosif dengan suhu dibawah 1150F . Apabila gas yang dialirkan
bersifat korosif, stainless steel cocok untuk diaplikasikan dalam sistem tersebut dengan pertimbangan
gas yang dialirkan memiliki temperatur yang rendah. Apabila pipa digunakan untuk membawa gas yang
memiliki aliran, ducting dapat berperan sebagai penukar panas untuk mendinginkan gas yang panas.
Pada saat fluida mengalir melalui saluran tertutup, timbul gesekan antara fluida dan dinding saluran yang
menyebabkan terjadinya kehilangan tekan. Untuk udara perbedaan ketinggian tidak diperhitungkan.
Sehingga, persamaan Bernoulli, kesetimbangan energi mekanik untuk aliran yang inkompresibel (yang
diterapkan pada udara yang memiliki kehilangan tekan yang rendah) dapat dituliskan sebagai berikut;

Halaman

5-17

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
{(P1/ ) + (v12/2gc) + w} = {(P2/ ) + (v22/2gc) + hf} ----------- (5.2)
Dimana
P = tekanan statis ,lbf/ft2
= densitas fluida,lbm/ft3
v = rerata kecepatan linear fluida, ft/sec
gc = konstanta gravitasi 32.2lbm-ft/lbf sec2
= efisiensi fan
w = fan power, ft-lbf/lbm
hf = kehilangan tekan akibat gesekan, ft-lbf/lbm
Pada penggunaan kecepatan tekanan terkadang dibutuhkan konversi dari kecepatan tekanan menjadi
kecepatan potensial. Untuk udara dalam keadaan standar (dalam pembuatan ventilasi, udara standar
ditentukan pada suhu 70 0F, tekanan 1 atm, dan kelembaban 50%, dengan densitas 0.075lb m/ft), berikut
rumus perubahan kecepatan tekanan menjadi kecepatan potensial

V =4005 Vp

-----------------------

(5.3)

Dimana
VP = kecepatan tekanan, in.WG
V = kecepatan udara,ft/min
4005 = konstanta perubahan kehilangan tekan menjadi kecepatan udara
(ft/min)/(in.H20)1/2
Untuk densitas udara yang bukan standar

VPact = (VPstd/std) x act

5.5.2.

---------------------------------

(5.4)

Perencanaan Jaringan Duct

Prinsip umum perencanaan duct adalah sebagai berikut :


Susunan duct harus terintegrasi dengan alat proses dan rencana sistem yang direncanakan
Panjang duct dan jumlah belokan diusahakan untuk diminimalkan
Jaringan duct disusun secara efektif sehingga mudah dalam pemeliharaan
5.5.3.

Dimensi Duct

Perencanaan duct dilakukan berdasarkan pertimbangan kecepatan minimum transpor partikulat untuk
aliran udara kecepatan udara pada duct harus cukup tinggi hal ini berdasarkan pertimbangan agar dalam
membawa kontaminan tidak jatuh dalam ruang duct. Pemilihan kecepatan yang lebih tinggi daripada
kecepatan minimum transpor dapat menyebabkan kehilangan tekanan yang tinggi sehingga pengaruh
abrasi terhadap duct akan meningkat dan hal ini mengakibatkan kapasitas fan juga harus ditingkatkan
sehingga biaya pemeliharaan dan investasi akan menjadi lebih tinggi persamaan 5.5.

dc =

4Q
Va

--------------------

(5.5)

Dimana:
dc = diameter duct (ft)
Q = debit udara (ft3/menit)
Va = kecepatan transpor (ft/menit)

Halaman

5-18

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas perencanaan dan kecepatan minimum
transpor. Besar kecepatan transpor untuk berbagai industri dapat dilihat di Tabel 5.3
Tabel.5.3 Kecepatan udara minimum Ducts untuk mencegah penumpukan
Tipe Debu
Low Density (Gases, Vapors, Smoke, Flour,Lint)
Medium-Low Density (Grain, Sawdust, Plastic, Rubber)
Medium-High Density ( Cement, Sandblast, Grinding)
High density (Metal Turnings, Lead dust)

Kecepatan(ft/min)
2000
3000
4000
5000

(Sumber: Danielson, 1973)

Dalam perancangan duct, duct sirkular lebih sering digunakan daripada duct rektangular, untuk itu perlu
diketahui diameter duct yang tersedia di pasaran agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap diameter
yang diperlukan.
Apabila dipergunakan duct rektangular, perlu dilakukan konversi menjadi duct sirkular terlebih dahulu
untuk kemudahan dalam perancangan karena data-data yang tersedia sebagian besar dibuat
berdasarkan diameter duct. Untuk melakukan konversi, dapat dilakukan menggunakan, Gambar.5.4

Gambar.5.4 Grafik Ekivalensi aliran udara pada duct sirkular dan rektangular

5.5.4.

Kehilangan Tekanan pada Duct

Kehilangan tekanan pada duct dapat terjadi akibat beberapa faktor sebagai berikut:

5.5.4.1.

Faktor Friksi (gesekan)

Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan kehilangan tekan adalah dengan menggunakan rumus
dibawah ini.

Halaman

5-19

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

.Hf

= a

Vb
Qc

---------------

(5.6)

Dimana
Hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan (in WG)
V = Kecepatan aliran dalam duct (fpm)
Q = debit udara (cfm)
a,b,c = konstanta
Tabel 5.4 Nilai Koefisien a,b dan c untuk berbagai material duct
Material duct
Galvanized
Black iron,Alumunium, PVC, stainless steel
(Sumber : Cooper,Alley 1992)

a
0,0307
0,0425

b
0,533
0,465

c
0,612
0,602

5.5.4.2. Kecepatan Aliran Udara


Kecepatan aliran udara pada duct seperti telah dibahas sebelumnya merupakan penyebab kehilangan
tekan terbesar. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus ini:

vg 2
VP=

4005

----------------------

(5.7)

Dimana:
VP = Tekanan kecepatan (in WG)
vg = Kecepatan gas (fpm)
5.5.4.3.

Turbulensi Aliran

Turbulensi aliran udara dalam pipa disebabkan oleh asesoris duct seperti pada belokan duct, titik cabang
duct, pembesaran, dan penyempitan pada duct. Kehilangan tekanan yang terjadi merupakan perkalian
dari harga fraksi k dengan VP sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:

H f =kVP=k
dimana :
Hf
VP
K
vg
4005

vg

4005

----------------------

(5.8)

= kehilangan tekanan (in WG)


= velocity pressure (in WG)
= fraksi VP
= Kecepatan gas (fpm)
= konstanta konversi kehilangan tekan menjadi kecepatan udara (ft/min)/(in.H2O)0.5

Nilai fraksi setiap asesoris duct memiliki nilai yang berbeda-beda yang disesuaikan pada beberapa hal,
seperti sudut belokan duct, ataupun bentuk dari duct itu sendiri. Nilai fraksi kehilangan tekan pada
asesoris duct dapat dilihat pada tabel.5.5, berikut ini.

Tabel.5.5 Faktor kehilangan tekan pada asesoris duct dan Equivalen duct lengt

Halaman

5-20

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Asesoris
Tee
90 Elbow
60 Elbow
45 Elbow
Cabang menuju duct
30 Angle
45 Angle
Sudden Enlargement

Kf
2,0
0,9
0,6
0,45
0,2
0,3
0,9

Equivalen duct length


45
20
14
10
10
18
20

(Sumber : Cooper ,Alley. 1992)

5.5.4.4.

Kehilangan Tekan Akibat Orifice

Kehilangan tekan pada bukaan hood atau duct beragam dan bergatung pada ukuran dari bukaan
tersebut. Penyebab utama kehilangan tekan adalah adanya vena contracta pada hood. Biasanya hal ini
dinyatakan sebagai bagian dari tekanan kecepatan yang berhubungan dengan kecepatan yang terdapat
pada bukaan di hood.
5.5.4.5.

Titik Percabangan Duct

Faktor kehilangan tekanan percabangan sangat tergantung dari sudut yang terbentuk antara cabang duct
dengan duct.. Benuk dari percabangan duct dapat dilihat pada Gambar 5.5

Gambar.5.5 Bentuk percabangan pada duct sumber, ACGIH fig.5.17 date 1-88

5.5.4.6. Kehilangan tekan pada pipa lurus


Beberapa grafik telah dikembangkan untuk mendapatkan nilai kehilangan tekan pada duct yang lurus.
Kebanyakan grafik ini berdasarkan penggunaan duct yang baru dan bersih. Kehilangan tekan pada duct
lurus dapat dinyatakan berdasarkan Gambar Grafik 5.6

Halaman

5-21

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.6
5.5.4.7.

Grafik Kehilangan tekan untuk udara pada duct sirkular

Pembesaran dan penyempitan duct

Pada pembesaran dan penyempitan duct akan terjadi perubahan kecepatan yang mengakibatkan
kehilangan tekanan udara dalam duct, karena besarnya kehilangan tekanan sangat bergantung pada
kecepatan dalam duct. Maka faktor kehilangan tekanan pada penyempitan atau pembesaran duct yang
bergantung pada perbandingan diameter inlet dan outlet.

Halaman

5-22

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.7 Bentuk penyempitan duct

Gambar.5.8

Bentuk perbesaran duct

Tekanan ststis pembesaran duct SPd (expansions), dan kehilangan gesekan kecepatan tekanan duct VP d,
perbandinagan diameter duct inlet dan outlet, lihat tabel.5.6
Tabel.5.6 Perolehan kembali Tekanan statis SP pembesaran - SP regain for expansions

Sumber,ACGIH, fig. 5-19,date 1-88


5.5.4.8.

Belokan Duct

Loss factor pada elbow sangat bergantung pada bentuk struktur belokan apakah memiliki sudut 90, 30 60 Gambar.5.9, gambar 5.10, dan gambar 5.11 berikut ini.

Halaman

5-23

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar 5.9

Bentuk belokan duct

Gambar.5. 10 Desain bentuk belokan duct yang dihindari diterimah dan direkomendasikan untuk proses
aliran udara

Perencanaan bentuk belokan duct dilakukan berdasarkan pertimbangan pada gambar 5.10, dimana
hindari bentuk belokan, gambar 5.10 a, gunakan gambar 5.10.b dan gambar 5.10.c
Pada table 5.7 digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan untuk melihat bentuk kontruksi belokan
duct yang direkomendasika oleh ACGIH, dalam mendesain sistim ventilasi lokal

Halaman

5-24

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Tabel.5.7
Direkomendasikan

data perancangan duct


Tidak direkomendasikan

Halaman

5-25

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.11 data duct, perancangan


5.5.5.

Saluran Pipa/Duct

Apa sajakah prinsip dasar desain saluran?


Jumlah udara yang mengalir melalui pipa tergantung pada luas penampang dan kecepatan udara.
Tabel 5.8 di bawah menggambarkan beberapa prinsip desain dasar saluran

Halaman

5-26

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Tabel.5.8 Jenis pipa yang digunakan dalam desain


Prinsip Desain Pipa
tahanan kurang untuk
aliran udara

Prinsip

Hindari desain dibawah

Merampingkan sistem sebanyak


mungkin untuk meminimalkan
turbulensi udara dan ketahanan.
saluran Round memberikan
ketahanan kurang dari saluran
persegi (luas permukaan kurang).
Smooth, saluran kaku memberikan
ketahanan kurang dari fleksibel,
saluran kasar.
berjalan pendek dari saluran
memberikan perlawanan kurang
dari berjalan lama.
Lurus berjalan menawarkan
resistansi kurang dari berjalan
dengan siku dan tikungan.
Titik cabang Duct harus
memasukkan di sudut bertahap
dari pada sudut siku-siku. Duct
cabang tidak boleh memasuki
saluran utama pada titik yang
sama.
Elbows dengan membungkuk
bertahap memberikan ketahanan
kurang dari tikungan tajam.
Diameter duct yang besar
memberikan ketahanan lebih kecil
disbanding dengan diameter duct
kecil.
Sumber, Canadian Centre for Occupational Health and Safety

5.6. FAN DAN BLOWER


Fan , blower dan kompresor dibedahkan oleh metode yang digunakan untuk menggerkan udara, dan oleh
tekanan sistim operasinya. ASME (The American Society of Mechanical Engineers) menggunkan rasio
spefik, yaitu tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap, untuk mendefenisikan fan, blower dan
kompresor (lihat tabel.5.9)
Tabel.5.9

Perbedaan fan , blower dan kompresor (ganasean)

Halaman

5-27

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Nama Alat
Fan
Blower
Kompresor
5.6.1.

Perbndingan spesifik
Sampai 1,11
Sampai 1,11 sampai 1,20
Lebih dari 1,2-

Kenaikan tekanan (mm WG)


1136
1136 2066
-

Jenis- Jenis Fan

Terdapat dua jenis fans, yaitu ; (i) Fans aksial, menggerakkan aliran udara sepanjang sumbuh fans
(terpasang pada poros berputar) (ii) Fans sentrifugal, menggunakan impeler berputer untuk menggerakan
aliran udara,
5.6.1.1. Fan aksial

Cara kerjanya fan seperti impeller pesawat terbang; blades fan


menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang menekan
udara.
Fan aksial terkenal di industry karena murah, bentuknya yang
kompak dan ringan.
Jenis utana fan dengan aliran aksil meliputi ;
Impeller
Pipa aksial
Impeler aksial
Fan pada gambar K5.1, menggerakan aliran uadara sepanjang
sumbu fan Istilah, aksial, mengacu pada penggunaan satu set
impeller terpasang pada poros berputar.

Gambar.5.12 Fan aksial

Untuk melihat karakteristik kelebihan dan kelemahan fan aksil, diringkas pada table 5.10

Tabel,5.10 Karakteristik fan aksial

Jenis fan

Kelebihan

(1)
1.

Fan propeller

kelemahan

(2)

(3)

Menghasilkan laju aliran udara yang tinggi


pada tekanan rendah

Halaman

Efisiensi energy
relative rendah

5-28

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Tidak membtuhkan saluran kerja yang


luas (karena tekanan yang dihasilkan lbih
kecil)

Murah, karea kontruksinya sederhana

Mencapai efesiensi maksimum, hamper


seperti aliran yang mengalir sendiri, dan
sering digunakan pada ventilasi atap

Dapat mnghasilkan aliran dengan arah


berlawanan, yang membantu dalam
penggunaan ventilasi

Gambar. 5.13 Fan propeller

(1)
2. Fan pipa aksial,
prinsinya dimana fan
propoler ditemapatkan
dibagian dalam
selinder.

(2)

Bising

(3)

Tekanan lebih tinggi dan efisiensi


operasinya lebih baik dari pada fan
propoler

Relatif mahal

Tingkai kebisingan
dan aliran udara
sedang

Efesiensi energy
relative lebih rendah
(65 %)

Relative mahal
dibandingkan fan
impeller

Cocok
untuk
tekanan
menengah,
penggunaan laju aliran udara yang tinggi

Dapat dpercepat sampai sampai ke nilai


kecepatan
tertentu(karena
putaran
massanya rendah) dan menghasikan
aliran pada arah berlawanan, yang
berguna dalam berbagai penggunaan
ventilasi

Menciptakan tekanan yang cukup untuk


mengatasi kehilangan di saluran dengan
ruang yang relative efisien, yang berguna
untuk pembuangan

Cocok untuk tekanan sedang sampai


dengan tekanan tinggi(sampai 500 mm
WC) pada buangan boiler-induced draft

Dapat dpercepat sampai sampai ke nilai

Gambar 5.14 Fan tabung aksila

3. Fan dengan balingbaling

Halaman

5-29

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

kecepatan
tertentu(karena
putaran
massanya rendah) dan menghasikan
aliran pada arah berlawanan, yang
berguna dalam berbagai penggunaan
ventilasi

Gabar.5.15. Fan poropeller

Cocok untuk hubungan langsung ke as


motor

Kebanayakan
energinya,
efisiensi
(mencapai 85 % jika dilengkapi dengan
fan air foil dan jarak ruang yang kecil)

5.6.1.2. Fans Sentrifugal

Gambar. 5.16 Kompenen-kompenen Fans strifula (i. udara


masuk/gas inlet, ii. Motor(roda fans/fans wheel), iii. Rumah
fans/housing, dan iv udara keluar/gasout)

Fans sentrifugal (gambar.5.6) meningkatkan


kecepatan aliran udara dengan impeller
berputar,
Kecepatan
meningkat
sampai
mencapai ujung blade dan kemudian diubah ke
tekanan.
Fan ini mampu menghasikan tekanan tinggi,
dan cocok untuk kondisi operasi yang kasar,
seperti sistim dengan suhu yang tinggi, aliran
udara kotor atau lembab dan handling padatan
yang terbang (debu ,serpih kayu, dan skrap
logam). Kompenen-komponen Fans sentrifugal
terdiri dari : Motor (meliputi, roda fan, impelleer
yang terdiri dari sejumlah blade dipasang di
sekitarnya), (ii) rumah/housing, dan (iii) inlet
dan oulet fan,

seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.6, berputar pada poros yang melewati rumah fans (housing). Gas
masuk dari sisi roda kipas, ternyata 90 derajat dan mempercepat saat melewati bilah kipas. Istilah,
sentrifugal, mengacu pada lintasan aliran gas saat lewat keluar dari rumah fans (housing)

Pada Fan centrifugal udara masuk pada mata rotor, berputar pada sudut tertentu, dan berakselarasi dan
ditekan oleh tekanan sentrifugal. Centrifugal fan terdiri atas lima klasifikasi umum yaitu:

1.. Tipe Forward Curved

Halaman

5-30

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.17 Fan Forward Curve

Pada fan tipe ini roda-roda yang terdapat didalamnya


berukuran kecil dan membelok kedalam searah
dengan arah rotasi roda-roda. Fan ini beroperasi pada
kecepatan yang relatif rendah. Jenis fan ini biasa juga
disebut sebagai squirrel cage wheel.Tipe ini biasa
digunakan pada kegiatan proses pemanasan dengan
tekanan rendah, ventilasi dan pendingin ruangan
seperti pada tungku pembakaran domestik dan pada
alat pendingin lainnya.

1.2. Tipe Radial Blade


Pada fan tipe ini roda-roda yang terdapat didalamnya
berbentuk seperti paddle. Blade yang ada memiliki
arah tegak lurus dengan arah rotasi fan. Fan ini
cenderung beroperasi pada kecepatan yang
sedang.Tipe ini biasa digunakan pada kegiatan
material handling, memiliki bentuk yang kokoh serta
mudah untuk diperbaiki dilapangan. Jenis fan ini juga
digunakan pada industri yang membutuhkan tekanan
yang tinggi.
Gambar 5.18 Radial Blade

1.3. Tipe Backward Inclined

Gambar 5.19

Fan Backward Inclined

Pada fan tipe ini roda-roda yang terdapat didalamnya


berbentuk rata dan memiliki arah yang condong dan
menjauhi arah dari rotasi roda. Fan ini cenderung
beroperasi pada kecepatan yang tinggi. Tipe fan ini
lebih efisien daripada kedua jenis fan diatas. Tipe ini
biasa digunakan pada pemanas biasa, ventilasi dan
sistem pendingin udara. Digunakan pada berbagai
kegiatan di industri, dimana jenis airfoil blade tidak
dapat digunakan karena memiliki kemungkinan
terkena korosi akibat debu halus.

1.4. Tipe Airfoil Blade

Halaman

5-31

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Walaupun tipe fan ini bukan tipe yang umum, namun


tipe ini merupakan tipe penyempurnaan pada desain
tipe Backward Inclined. Fan ini memiliki efisiensi yang
paling tinggi dan cenderung memiliki kecepatan yang
lebih cepat. Tipe ini biasa digunakan pada industri
yang memiliki keadaan udara yang cukup bersih.
Selain itu jenis fan ini dapat dirancang dengan
konstruksi khusus pada udara yang berdebu.
Gambar.5.20

Fan Airfoil Blade

1.5. Tipe Radial Tip

Gambar.5.21 Fan Radial Tip

Pada tipe fan ini roda-roda yang terdapat didalamnya


memiliki bentuk yang cenderung melengkung ke arah
rotasi roda-roda tetapi blade yang terdapat didalamnya
bersandar kebawah, sehingga bagian luarnya akan
mencapai posisi radial. Fan ini berkerja dengan
kecepatan yang hampir sama dengan fan backward
inclined. Tipe ini juga dirancang untuk menangani
pada kegiatan material handling atau pada kegiatan
yang menyebabkan erosive, dan juga lebih efisien
daripada blade radial.

Untuk melihat Karakteristik kelebihan dan kelemahan fan sentrifugall, diringkas pada tabel.5.11

Tabel. 5.11 Karakteristik fan sentrifugal

Jenis fan dan blade

Kelebihan

Kelemahan

Halaman

5-32

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

(1)
Fan radial dengan
blades datar

Fan yang melengkung


kedepan, dengan blade
yang
melengkung
kedepan

(2)

(3)

Cocok untuk tekanan statis tinggi


(sampai 1400 mm WC) dan suhu
tinggi.

Rancangan sederhana sehingga


dapat dipakai untuk unit penggunaan
khusus

Dapat beroperasi pada aliran udara


yang
rendah
tanpa
masalah
getaran/vibrasi

Sangat tahan lama

Efisiensi mencapai 75 %

Memiliki jarah ruang kerja yang lebih


besar yang berfungsi untuk handling
padatan yang terbang (debu, serpih
kayu, dan skrap logam)

Dapat mengerakan volume udara


yang besar terhadap tekanan yang
relative rendah

Ukurannya relative kecil

Tingkat kebisingan rendah


(diakibatkan rendahnya kecepatan)
dan sangat cocok untuk pemanasan
perumahan, ventilasi dan penyejuk
udara

Hanya cocok untuk laju


aliran udara rendah
sampai sedang

Hanya cocok untuk


layanan yang bersih, untuk
layanan kasar, dan
bertekanan tingggi

Keluaran fan sulit untuk


diatur secara tepat

Penggerak harus dipilih


secara hati-hati untuk
menghindarkan beban
motor lebih, sebab kuva
daya meningkat sejalan
dengan aliran udara

Efisiensi energy relative


rendah (55 65 %)

Halaman

5-33

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

(1)

(2)

Backward inclined fan,


dengan blades yang
miring jauh darai arah
perputaran ; datar,
lengkung, dan airfoil

Gambar.5.22

(3)

Dapat beroperasi dengan perubahan


tekanan statis (asalkan bebannya
tidak berlebih ke motor)

Cocok untuk sisitim yang tidak


menentu pada aliran udara yang
tinggi

Cocock untuk layanan forced draft

Fan dengan balade datar lebih kuat

Fan dengan blades lengkung lebih


efisien (melebihi 85 %)

Fan dengan blades air foil yang tipis


adalah yang paling efisien

Tidak cocok untuk aliran


udara yang kotor (karena
fan mendukung terjadinya
penumpukan debu)

Fan dengan blades air foil


kurang stabil karena
mengandalkan
padapenangkatan yang
dihasilkan oleh setiap
blade

Fan blades air foil yang


tipis akan menjadi sasaran
erosi.

Fan sentrifugal Impeller


Gambar.5.23

5.6.2.

Tipe Fan sentrifugal dan aksials

Jenis- Jenis Blower

Blower dapat mencapai tekanan yang lebih tinggi dari fan, sampai 1,20 kg/cm 2., dan dapat digunakan
untuk menghasilkan tekanan negative untuk sistim vakum industri. Ada dua jenis Blower, yaitu (i) blower
sentrifugal, dan (ii) blower positive displament
Blower sentrifugal
Blower sentrifugal terlihat seperti pompa sentrifugal dari pada fan. Impellernya digerakan oleh gir yang
berputar 1.500 rpm. Pada blower multi tahap, udara dipercepat setiap melewati impeller. Pada blower
tahap tunggal, udara tidak mengalami banyak belokan, sehingga lebih efisien

Halaman

5-34

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.24

Tekanan Blowers tahap tunggal

Blower sentrifugal beroperasi melawan tekanan 0,35 sampai 0,70 kg/cm 2, namun dapat mencapai
tekanan yang lebih tinggi, dan salah satu karakteristiknya adalah bahwa aliran udara yang cenderung
turun secara derastis begitu tekanan sistim meningkat, yang dapat merupakan kerugian pada sistim
pengangkutan bahan yang tergantung pada volume udara yang mantap. Oleh karena itu alat ini sering
digunkan untuk penerapan sistim yang cenderubg tidak terjadi penyumbatan.
Blower jenis positive diplasement
Blower jenis ini memiliki motor, yang menjebak udara dan mendorongnya melalui rumah blower. Blower
ini menyediakan volum udara yang konstan bahkan jika tekanan sistimnya bervariasi. Cocok digunakan
untuk sistim yang cenderung terjadi penyumbatan, karena dapat menghasikan tekanan yang cukup
(biasanya sampai mencapai 1,25 kg/cm 2) untuk menghebus bahan-bahan yang menyumbat sampai
terbebas. Putaran lebih pelan dari pada blower sentrifugal (3.600 rpm) dan seringkali digerakan dengan
belt untuk mengfalitasi perubahan kecepatan .
5.6.3.

Mengevaluasi Kinerja Fan dan Blower

Apakah yang dimaksudkan dengan kinerja atau efisiensi fan


Efisiensi fan adalah perbandingan antara daya yang dipindahkan ke aliran udara dengan daya yang
dikirim oleh motor ke fan.
Daya aliran udara adalah hasil dari tekanan dan aliran, dikoreksi untuk konsistensi unit .
Istilah lain yang untuk efisiensi yang sering digunakan pada fan adalah efisiensi statis, yang
menggunakan tekanan statis dari tekanan total dalam memperkiahkan efisiensi.
Ketika mengevaluasi kinerja fan, penting untuk mengetahui istilah dan defenisi apa yang digunakan.
Sedangkan efisiensi fan tergantung pada jenis fan dan impellernya. Dengan meningkatkan laju alairan
udara,efisiensi meningkat ke ketinggian tertentu (efisiensi puncak) dan kemudian turun dengan
kenaikan laju alir. Kisaran efisiensi puncak untuk berbagai jenis fan sentrifugal dan aksial, lihat table 5.12.
Tabel.5.12 . Efisiensi berbagai fan
Tipe fan
Fan sentrifugal :
Airfoil, backward curved/inclined
Modified radial
Radial
Pressure blower

Batas Peak Efisiensi


79 83
72 79
69 -75
58 68

Halaman

5-35

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Forward curved
Fan Aksial
Vanaxil
Tubeaxial
Propoller

60 65
78 85
67 72
45 50

Sumber, BEE India, 2004 pedoman efisiensi energy untuk industry di Asia,UNEP

5.6.4.

Pemelihan Fan

Dalam memilih fan yang sesuai pada setiap aplikasinya, terdapat tiga informasi mendasar, yaitu
dibutuhkan data aliran udara volumetrik, peningkatan tekanan statis fan yang harus disediakan, dan
densitas gas pada fan. Faktor lain yang umumnya dibutuhkan untuk memilih fan yang tepat adalah tipe
dan konsentrasi kontaminan (debu, liquid atau gas hasil dari pembakaran) yang akan dialirkan, area yang
dibutuhkan untuk instalasi alat, dan kebisingan yang ditimbulkan merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan.
Dalam penentuan tipe fan terdapat hal mendasar yang menetukan yaitu tipe gas yang akan dialirkan.
Selanjutnya adalah pemillihan ukuran fan dilakukan dengan menggunakan tabel. Biasanya fan yang
berada diantara rating tabel adalah mendekati efisiensi puncaknya.
Apabila titik operasi desain mendekati bagian atas atau bawah tabel , maka sebaiknya dipilih fan yang
lebih kecil atau lebih besar, secara berurutan. Apabila titik desain mendekati batas kiri atau kanan tabel,
maka perlu dipertimbangkan versi tipe fan yang telah dimodifikasi.
Fan biasanya didesain pada tingkat udara standar yaitu pada 70 F, 1 atm, 50% kelembaban relatif. Pada
kondisi ini densitas udaranya adalah 0.075lbm/ft 3. Apabila fan biasa untuk digunakan pada kondisi yang
berbeda dari nilai standar ini (dimana kebanyakan terjadi), maka koreksi harus dilakukan pada densitas
udaranya.
5.7.

AIR CLEANING

Aircleaning /dust collector gambar 5.25, merupkan asoseris/perangkat pada sistim ventilasi lokal , yang
berfungsinya memebersikan kontaminan di tangkap di hood, umum pembersih udara ditemukan dalam
industri.

Halaman

5-36

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.25 . Sistim ventilasi local di pabrik batubara


Salah satu jenis yang paling banyak digunakan pada sistim ventilasi lokal adalah kolektor debu atau Dust
Collector (digunakan untuk menghisap debu yang ditimbulkan pada saat pengisian ). Pada gambar 5.25
di dalam tabung Dust Collector,terdapat komponen ; air cleaning dan bags

5.7.1.

Penggunaan di Industri

Untuk menanggulangi kontaminan sangat berbahaya bagi pernapasan operator karena mengandung zat
beracun sangat dan berbahaya bagi tubuh operator dan tenaga kerja di lingkungan tempat kerja dari
berbagai macam kegiatan di industri , maka berbagai jenis penyaring debu, gas, uap, antara lain sebagai
berikut :

Welding Fume ( Fume & Gas Extractors ) :

Biasanya tipe unit seperti ini dipergunakan untuk menanggulangi berbagai macam tipe asap pengelasan
dan debu kawat las sisa dari proses pengelasan, asap las sangat berbahaya bagi pernapasan operator
karena mengandung zat beracun sangat dan berbahaya bagi tubuh operator dan orang orang di ruangan
tepat pengelasan.

Halaman

5-37

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dust Filtering :

Dust Collector yang dipergunakan untuk aplikasi ini mempunyai range produk yang sangat luas karena
terkait dengan volume dan jenis debu yang sangat bervariasi, selain itu pemakaian filter yang digunakan
harus benar benar disesuaikan dengan jenis debu yang dihisap dengan tujuan untuk menghindari
kesalahan dan kerusakan media filternya.

Oil Mist

Dust Collector untuk aplikasi uap oli biasanya dipergunakan untuk menghisap uap oli yang keluar dari
mesin mesin mekanik seperti mesin CNC, turbin, kompresor dan mesin lainnya. Pada proses pengikisan
logam dengan mesin bubut CNC, biasanya terjadi pencampuran uap oli dengan uap coolant yang
biasanya mengeluarkan bau tidak sedap dan pada akhirnya mengganggu udara di sekitarnya.

Painting :

Dust Collector untuk aplikasi painting dibuat dalam bentuk Spray booth yang fungsinya adalah untuk
menghisap dan menyaring sisa partikel debu cat,

Woodworking :

Woodworking untuk industri furniture sebagai salah satu industri yang menyerap unit unit Dust Collector.
Industri furniture atau pengolahan kayu lainnya sudah dapat dipastikan terdapat aktifitas pemotongan,
penghalusan, pengukiran atau penyerutan kayu. Selain itu unit unit seperti ini banyak juga dipakai di
industri Tekstil, Tekstile, Garment, Pakan Ternak atau bahkan pabrik kertas sekalipun.

Electronic :

Halaman

5-38

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Unit Dust Collector untuk kategori ini tentu saja banyak di pakai di pabrik Elektronik, fungsinya adalah
untuk menghisap asap solder yang sangat berbahaya bagi paru paru operator, namun demikian unit
seperti ini bisa juga dipergunakan untuk menghisap asap spot welding yang volumenya relatif tidak
banyak.

Automotive :

Dust Collector untuk kategori automotive digunakan untuk menghisap asap sisa pembakaran kendaraan
bermotor, seperti kita ketahui bersama bahwa gas sisa pembakaran kendaraan bermotor mengandung
karbon monoksida (CO) yang mengandung racun, sehingga untuk bengkel bengkel kendaraan resmi
biasanya sudah memakai peralatan Dust Collector untuk menghindari masuknya gas berbahaya ke
dalam saluran pernapasan teknisi bengkel itu sendiri.

5.7.2.

Dust collector Sistim

Dust Colector adalah sistim yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dari udara atau gas buang dari
proses di industry dengan cara menyaring debu yang ada serta material kotor yang ada di udara /gas
buang tersebut. Sistem Dust collector terdiri dari blower, dust filter, filter cleaning system serta system
pembuangan debu (dust). Terdapat 4 (empat) sistem dust collector, yaitu : (i) inertial separators, (ii) Fabric
filters, (iii) Wet scrubbers, dan (iv) Electrostatic precipitators
5.7.2.1. Inertial Separators
Inertial separators memisahkan debu dari aliran gas dengan menggunakan gaya, seperti
sentrifugal, gravitasi serta inersia. Gaya ini memindahkan debu ke area dimana tekanan dari aliran gas
rendah.Debu yang telah dipisahkan akan masuk ke dalam hopper untuk penyimpanan sementara.
Terdapat tiga tipe utama inertial separator, yaitu : (i) Settling chambers, (ii) Baffle chambers, dan (iii)
Centrifugal collectors
Baik settling chamber atau baffle chamber biasanya jarang digunakan dalam proses industry karena
desainnnya tidak sinkron dengan desain dari dust collector yang lebih efisien.
1.
Settling Chamber
Settling chamber terdiri dari kotak besar yang terdapat pada saluran pipa udara atau gas. Dengan ukuran
kotak yang lebih besar dari pipa akan membuat kecepatan dari aliran gas yang berdebu menurun dan
membuat partikel debu yang berat keluar.

Gamabar.5.26

Settling chamber

Halaman

5-39

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
2.
Baffle Chamber
Dengan menggunakan plate baffle yang akan menyebabkan aliran gas akan berubah arah. Maka partikel
yang besar tidak akan terbawa aliran gas tapi akan jatuh ke bawah. Baffle Chamber digunakan untuk
permbersihan gas awal

Gambar.5.27

Baffle Camber

3.
Centrifugal Collector
Centrifugal collector menggunakan aliran cyclone untuk memisahkan partikel debu dari aliran gas. Aliran
gas berdebu akan masuk dengan sudut tertentu kemudian berputar dengan cepat. Gaya sentrifugal yang
dihasilkan dari aliran yang berputar akan membuat partikel debu akan terbuang ke dinding. Setelah itu
debu akan jatuh ke hopper yang lokasinya di bawah.
Tipe centrifugal collector yang sering digunakan adalah,

Single-cyclone separators
Membuat dua pusaran untuk memisahkan debu kasar dan halus. Pusaran utama akan membawa
debu kasar ke bawah. Pusaran kedua dihasilkan di dekat bawah pusaran utama yang membawa
debu halus ke atas.

Gambar.5.28

Simgle cylone separors

Multiple-cyclone separators
Multiple-cyclone separators terdiri dari beberapa cyclone kecil yang bekerja secara parallel dan
mempunyai saluran gas masuk dan keluar.

Halaman

5-40

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar.5.29

Multiple-cyclone separators

Multiple-cyclone separators memiliki prinsip yang sama dengan single cyclone separators.
Multiple-cyclone separators lebih efisien karena dia lebih panjang serta memiliki diameter yang
kecil. Panjangnya cyclone mempengaruhi waktu proses lebih lama dan diameter kecil
menghasilkan gaya sentrifugal yang besar, hal ini membuat pemisahan debu lebih efisien.
Penurunan tekanan dari multiple-cyclone separators lebih besar daripada single-cyclone
separators.
Tipe ini banyak digunakan di industry seperti pabrik kertas, pabrik semen, pabrik baja, pabrik
petroleum coke dll.
5.7.2.2. Fabric Filter
Umumnya dikenal sebagai baghouses, fabric collector menggunakan saringan untuk memisahkan debu
dari gas. Merupakan system yang efektif dari beberapa tipe dust collector dan dapat menyaring lebih dari
99% debu halus. Gas kotor masuk kedalam dan melewati fabric bags yang berguna sebagai penyaring.
Types of bag Cleaning
Baghouse dibedakan dari metode pembersihannya;

Shaking
Sebuah balok digunakan untuk menghasilkan getaran pada baghouse yang akan mengubah
cake menjadi partikel.

Reverse Air
Memberikan tekanan udara dari arah berlawanan yang akan mebuat dust cake remuk dan jatuh
ke hopper.

Pulse Jet
Memberikan aliran gas bertekanan tinggi untuk memindahkan debu didalam baghouse.

Sonic
Membersihkan debu didalam baghouse menggunakan metode getaran sonic. Generator suara
memproduksi suara berfrekuensi rendah yang akan menyebabkan baghouse bergetar. Metode
Sonic biasanya dikombinasikan dengan metode lain.

Halaman

5-41

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Gambar .5.18. Baghouse dust collectors

5.7.2.3.

Wet scrubbers

Dust collector yang menggunakan cairan dikenal dengan nama wet scrubbers. Dalam system ini cairan
scrubbing (biasanya air) dikontakkan langsung dengan gas yang mengandung debu. Kontak antara gas
berdebu dengan cairan ini menghasilkan efisiensi dari dust removal.
Banyak sekali jenis dari wet scrubbers, namun semuanya memiliki satu dari 3 (tiga) konfigurasi:
1. Gas humidification, gas humdification ini menggumpalkan debu halus yang ada pada aliran gas,
2. Gas liquid contact, merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi efisiensi. Kontak
antara partikel dan tetesan air terjadi dengan 4 (empat) mekanisme:
a. Inertial impaction, ketika aliran gas yang melewati tetesan air, aliran tersebut memecah
dan mengalir melewatinya (tetesan air), dan ketikan ada partikel debu yang menabrak
tetesan tersebut maka debu tersebut akan terbawa tetesan
b. Interception, partikel debu yang lebih halus yang ada dalam aliran gas tidak menabrak
tetesan air secara langsung tapi hanya menyentuh dan akan menempel pada tetesan air
tersebut
c. Diffusion, Ketika tetesan cair yang tersebar di antara partikel debu,partikel debu akan
diendapkan pada permukaan tetesan Ini adalah mekanisme utama dalam
pengumpulan submikro partikel debu
d. Condensation nucleation, If a gas passing through a scrubber is cooled below the
dewpoint, condensation of moisture occurs on the dust particles. This increase in particle
size makes collection easier
3. Gas-liquid separation, Terlepas dari mekanisme kontak, cairan dan debu harus
dihilangkan. Setelah terjadi kontak antara debu dan tetesan air, partikulat debu dan tetesan
air bergabung membentuk aglomerat. Ketika aglomerat tersebut makin banyak maka akan
terkumpul dikolektor .
Gas yang telah bersih tadi akan melaju terus melewati mist eliminator untuk menghilangkan
partikel air yang ada dalam aliran gas. Air kotor yang berasal dari scrubber system akan didaur
ulang dan dibersihkan untuk digunakan untuk scrubber. Kotoran debu yang ada didalam air
dihilangkan menggunakan drag chain tank. Sistemnya dalah dengan cara mengendapkan
partikel dan nantinya endapan tersebut (sludge) akan dibuang ke penampungan.
Tipe scrubbers
Spray-tower scrubber dipisahkan berdasarkan tekanan:

Low-energy scrubbers (0.5 to 2.5 inches water gauge - 124.4 to 621.9 Pa)

Low- to medium-energy scrubbers (2.5 to 6 inches water gauge - 0.622 to 1.493 kPa)

Medium- to high-energy scrubbers (6 to 15 inches water gauge - 1.493 to 3.731 kPa)

High-energy scrubbers (greater than 15 inches water gauge - greater than 3.731 kPa)

Halaman

5-42

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
5.7.2.4.

Electrostatic precipitators (ESP)

ESP menggunakan gaya elektrostatik untuk memisahkan debu dari gas buangan, gas kotor akan
mengalir melewati elektroda dan debu yang ada dalam aliran gas tersebut akan menempel .Material yang
menempel pada elektroda dapat dihilangkan dengan cara digetarkan secara kontinyu. Pembersihan pada
precipitator dapat dilakukan tanpa harus mengganggu aliran udara. Ada 4 (empat) komponen utama
dalan ESP
a. PSU, untuk mensuplai tegangan DC
b. Bagian ionasi
c. System untuk membersihkan partikulat debu yang telah dikumpulkan
d. Cover atau ESP
Beberapa factor yang mempengaruhi efisiensi ESP
a.
Luas area penyerapan debu dan aliran gas yang rendah meningkatkan efisiensi karena
memberikan waktu yang banyak untuk menyaring debu
b.
meningkatkan kecepatan menempelnya debu pada elektroda akan meningkatkan efisiensi,
kecepatan ini dapat ditingkatkan dengan cara
mengurangi viskositas gas
Meningkatkan temperature gas
Meningkatkan tegangan pada elektroda
Tipe dari precipitator, terdiri dari ; (i) Plate precipitator, (ii) Tubular precipitator
Plate precipitator
Kebanyakan tipe ESP yang banyak digunakan adalah tipe plat. Pertikel yang dapat menempel pada
permukaan adalah 8 12 inch (20-30 cm.). Gas yang terkontaminasi melewati celah antara plat,
kemudian partikel debu akan menempel pada permukaan plat. Debu yang menempel pada plat akan
dihilangkan dengan cara memukul plat kemudian disimpan ke dalam hopper di bawah precipitator
Tubular precipitator
Tubular precipitator terdiri dari silinder elektroda, dengan discharge elektroda pada sumbu silinder.
Aliran gas yang terkontaminasi akan mengalir disekitar area discharge elektrode dan naik melalui bagian
dalam dari silinder. Kemudian partikel debu akan menempel pada dinding dasar silinder, kemudian
nantinya akan dibersihkan.Tubular precipitator sering digunakan untuk kabut atau asap, atau radio aktif
serta toxic material.

DAFTAR PUSTAKA,
American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH).1988
Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . 1988. Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur.
20th edition
ACGIH.1995
Halaman

5-43

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . 1995. Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur.
22th edition
ACGIH.1998
Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . 1998. Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur.
23th edition
ACGIH.2006
Industrial Ventilation: A Manual of Recommended Practice for Operation and Maintenance, Signature
publications Amer Conf of Governmental Berilustrasi p.200
ACGIH. 2007
Industrial Ventilation: A Manual of Recommended Practice for Design, 26 th Edition, AMERICAN
CONFERENCE OF GOVERNMENTAL INDUSTRIAL HYGIENISTS COMMITTEE ON INDUSTRIAL
VENTILATION//INDUSTRIAL VENTILATION Amer Conf of Governmental- p.680

AIHA. 2006
Ventilation and Control of Airborne Contaminants During Open Surface Tank
Operation

ASHRAE, 1997.
HANDBOOK : FUNDAMENTALS, ASHRAE,Inc
ASHRAE, 1999
Aplications Handbook (SI), Capter 29 Industrial local exhaust system
Burgess, WA et al. 1989.
Ventilation and Control of the Work Environment. New York: Wiley Interscience
Bureau of energy efficiency (BEE), Govermental of India 2004
Energi efficiency guide book chapter 5, p 93-112
CCOHS. 2010
Copyright 1997-2010 Canadian Centre for Occupational Health & Safety
Donald Bosham,PE,DR James W Wright,PE-2004
Unifed Facilties Criteria (UFC), Industrial ventilations,approved public realease
Howard D. Goodfellow. 2001
Industrial ventilation design guidebook, Howard Goodfellow, University of Toronto
and Stantec Global Technologies Ltd., Mississauga, Ontario, Canada

IAPA. 2006
A health and safety guideline for your workplace,Ventilation

Halaman

5-44

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

John Leslie Alden 2007,


Design of industrial exhaust systems University of Wisconsin Madison 26 Sep-2007
252 hal

UNEP, 2006
Fan dan Blower, Pedoman efisiensi energy untuk Industri Asiaww.energyefficienciasia.org

Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association (SMACNA).


SMACNA Publications. Arlington, VA: Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National
Association.

William A. Burgess 1995,


`Recognition of health hazards in industry: a review of materials and processeJ.
Wiley, 23 Jan 1995 - 538 halaman

William Halsie Haye, 2006


Practical Exhaust and Blow Piping: A Treatise on the Planning and Installation of Fanpiping in All Its Branches, 159 halaman

Vernon E. Rose,Barbara Cohrssen, 2011


Patty's Industrial Hygiene, 4-Volume Set

Vernon E. Rose,Barbara Cohrssen


Patty's Industrial Hygiene, Volume 1, Capter -24, Industrial Ventilation, Robert.D. Soule CIH,CSP
Media Website
http://www.nvmineraleducation.org/ihsampling/documents/Chapter%2012%20Industrial%20Ventilation.pdf
http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_3.html

Halaman

5-45

VENTILASI INDUSTRI
Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI

Halaman

5-46

You might also like