Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN JAMUR
Menurut Gandjar,et al.,(2006), jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak
memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat
heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, dan mengekskresikan enzim-enzim
ekstraselular ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan
aseksual.
Karakteristik Morfologi dan Fisiologi (Struktur Sel) Jamur
a. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung
yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan
fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang
disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang
menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada
umumnya memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan
nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan
cepat, bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak
bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan
menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru (Campbell et al.,
2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia
yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan
bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut
tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan
bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
.
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi
ada yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota
merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar
di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota
berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada
masing-masing segmen (Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke
daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
fungsinya.
Hifa
vegetatif
(miselia),
juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik
yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel
dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk,
kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi
juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan
tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa
metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen
lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan aglutinan,
senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut
bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan mekanik dan melindungi
sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh, 2011).
c. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di
dalamnya terdapat 3 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama
pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti,
berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan
meiosis. Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan
sentriol.
hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini
kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
b. Parasit, fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup
yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit
sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat
parasit, kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati
tersebut sebagai saprofit.
c. Simbion, jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan
laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar
tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
Peran jamur (fungi)
Peranan fungi dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun menguntungkan. Disamping jamur berperan sebagai pathogen tanaman yang dapat
merugikan budidaya, jamur juga memiliki peran yang menguntungkan, diantaranya adalah
jamur sebagai antagonis, pupuk hayati (mikoriza), dan jamur yang dapat dikonsumsi oleh
manusia.
Jamur antagonis sangat membantu dalam pengendalian penyebab penyakit tanaman.
Jamur yang berperan sebagai antagonis misalnya Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.,
sebagai contoh jamur Trichoderma sp. yang dapat digunakan dalam mengendalikan
Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman vanili. Disamping itu,
jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan tertentu jamur
bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikoriza merupakan struktur yang berperan penting
dalam suplay unsur hara.
Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan.
Sebagai contoh, jamur yang termasuk kelompok Zygomycota, misalnya Rhizopus dapat
digunakan secara komersial pada pembuatan tempe. Beberapa jenis lain juga dapat
dikonsumsi oleh manusia seperti jamur merang (Volvariella volvacea), jamur tiram
(Pleutus sp.) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Berikut merupakan jamur dan
peranannya yang menguntungkan bagi manusia:
dll.
PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini
adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam
suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan
untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Abadi, 2000).
METODE STERILISASI
Sterilisasi alat-alat gelas
a. Sterilisasi dalam autoclave
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan dari segala kotoran yang menempel
dan dicuci dengan sabun atau deterjen. Alat-alat yang tahan terhadap suhu tinggi
ditutup mulutnya menggunakan aluminium foil. Alat-alat seperti botol tabung biakan
dan pipet perlu lubangnya disumbat dengan kapas, dan cawan petri dibungkus dengan
kertas. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi umumnya satu jam pada suhu 1210 C
(Chaelani, 2011).
b. Sterilisasi dalam oven udara panas
Alat-alat dipanaskan antara suhu 1600 C 1800 C selama dua atau tiga jam. Alat-alat
yang dibungkus kertas atau disumbat dengan kapas, hendaknya jangan dipanaskan
lebih dari 1800 C, karena kertas maupun kapas akan terbakar (Chaelani, 2011).
c. Sterilisasi bahan atau alat-alat yang lain
Jarum inokulasi, jarum ose, spatula dan alat-alat lain yang dibuat dari logam yang
digunakan dalam laboratorium dapat disterilkan dengan memanaskan alat-alat tersebut
dengan api Bunsen (Chaelani, 2011).
PEMBUATAN MEDIA
Media biakan ialah suatu zat yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di laboratorium. Agar mikroorganisme yang ditumbuhkan di atas media
biakan dapat berkembang dengan baik, maka media ini harus memenuhi persyaratan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
steril
7.
Media ini diketahui dengan pasti komposisinya serta jumlah gram dari tiap-tiap
bahan yang digunkaan. Sebagai contoh adalah media Czapek yang banyak
digunakan untuk penelitian dan berbagai jenis jamur:
Komposisi Media
Jumlah
NaNO3
3,00 gr
K2PO4
1,00 gr
KCl
0,50 gr
MgSO4.7H2O
0,50 gr
FeSO4.7H2O
0,01 gr
Sucrosa
30,00 gr
Aquades
1000,00 mL
METODE PELAKSANAAN
A.
STERILISASI
B.
PEMBUATAN MEDIA
Media PDA
Alat :
Pisau, Bekker glass, Saringan, Panci, Kompor, Spatula
Bahan:
Kentang 200gr, Dextrose 20gr, Agar 20 gr, Akuades 1000 Ml, dan Anti bakteri.
Cara:
Kupas kentang dan cuci bersih, kemudian potong-potong menjadi kotak-kotak kecil sebesar
2x2cm. Rebus potongan kentang tersebut dalam 500mL akuades selama 1,5 2 jam. Saring
campuran dengan kain tipis berlapis kapas, sehingga diperoleh cairan ekstrak kentang yang
bening. Tambahkan destrosa 20gr dan agar 25gr ke dalam ekstrak tersebut, panaskan dan
aduk hingga homogen. Tambahkan sejumlah akuades hingga diperoleh volume akhir 100mL
dan atur pH medium menjadi 6-7. Sterilisasi medium pada suhu 121oC, 1 atm, selama 30
menit (Gandjar dkk, 1999).
b. Ascomycetes
Pembiakan seksual dengan menghasilkan spora yang disebut askospora., yaitu
spora seksual yang dihasilkan dalam suatu struktur khusus yang disebut askus.
Reproduksi aseksual dilakukan denganmenghasilkan konidia
Hifanya bersepta
Kelompok ini
meliputi
ragi,
bermacam-macam
kapang bahkan
beberapa
cendawan
Contoh: Coletotrichum capsici pada cabai merah, Gloesporium sp.( busuk buah
apel), Exserohilum turcicum (hawar daun jagung),
c. Basidiomycetes
Divisi ini dicirikan dengan pembentukan spora seksual disebut basidiospora dan
terbentuk pada struktur khusus seperti gada yang disebut basidium.
Pembiakan aseksual biasanya terjadi dengan pembentukan konidium.
Hifa kelompok Basidiomycotina mempunyai septa.
Tubuh buah yang sering dihasilkan kelompok ini, menyebabkan penampilan
mereka sangat menyolok dan secara umum sering disebut cendawan yang secara
awam disebut jamur.
Kebanyakan hidup sebagai saprofit tetapi ada juga yang hidup sebagai parasit
terutama pada tumbuh-tumbuhan
Contoh: Puccinia sorghi (karat pada jagung), Exobasidium vexans (karat daun teh).
d. Deuteromycetes
Perkembangbiakan seksual belum diketahui sehingga dikenal sebagai cendawan
tidak sempurna (Fungi imperfecti)
Perkembangbiakan aseksual dari kelompok ini adalah dengan konidium seperti
pada Ascomycotina.
Anggotanya adalah beberapa fungi yang hidup parasitpada manusia dan hewan.
Hifa bersekat
Contoh : Fusarium oxysporum pada tomat dan cabai, Pyricularia oryzae (blas pada
padi), marsonina rosae (bercak hitam mawar).
MINGGU 5
IDENTIFIKASI PATOGEN TANAMAN
Jamur atau kapang atau cendawan adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti
sejati (eukariotik), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berkhlorofil, dinding
selnya mengandung kitin, selulosa atau kedua-duanya, merupakan organisme heterotrof yang
mendapatkan nutrisi dengan cara absorsi dan bereproduksi secara seksual atau aseksual
dengan spora.
Jamur mempunyai jenis yang sangat beragam. Di dunia diduga terdapat sekitar 1.5
juta jenis jamur, namun hanya 74.000- 120.000 yang telah teridentifikasi. Sementara itu,
Scmidt dan Muller (dalam Hawksworth & Muller, 2005) menduga bahwa terdapat sedikitnya
600.000 spesies jamur.
Jamur dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting, baik
peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Sebagian besar jamur hidup sebagai
saprofit yaitu hidup di sisa-sisa tanaman yang membantu juga dalam proses dekomposisi.
Jamur juga dapat dimanfaatkan manusia antara lain untuk proses fermentasi, penghasil
antibiotik, sumber makanan (konsumsi), agen biokontrol organism pengganggu tanaman,
agen penginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen, perangsang pertumbuhan tanaman
(Plant Growth Promoting Fungi), sebagai pupuk hayati, dan agen bioremediasi senyawasenyawa toksik.
Walaupun banyak yang menguntungkan, jamur juga dapat merugikan manusia.
Lebih kurang 50 species menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan dan lebih dari
10.000 species jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Jamur juga dapat
menyebabkan kerusakan pada makanan dan bahan makanan yang disimpan, penghasil racun
(mikotoksin) yang berbahaya bagi manusia misalnya aflatoksin dsb.
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit
tanaman adalah identifikasi terhadap patogen tanaman. Patogen yang diidentifikasi berasal
dari pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Sampel tanaman yang terserang
penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik buatan. Identifikasi
menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti
untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui
jenis patogen yang menyerang tanaman. Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai jenis patogen yang menyerang tanaman kemudian lebih lanjut upaya
tersebut juga dapat diarahkan untuk mempelajari upaya upaya pengendalian yang tepat
untuk mencegah serangan patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonismu dari jamur
antagonis. Hal ini menyebabkan proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting
untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu
dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman.
Morfologi Jamur
Jamur memiliki bagian vegetatif yang disebut hifa yaitu berupa benang-benang
halus, bersekat atau tidak bersekat, selnya berinti satu (monokariotik) atau berinti dua
(dikariotik). Pada umumnya hifa memiliki tebal sekitar 0,5 100 m. Kumpulan dari
benang-benang hifa disebut miselium. Jamur tertentu tidak membentuk hifa melainkan sel-sel
tunggal yang terkadang membentuk untaian sehingga seperti hifa (pseudohifa), misalnya pada
khamir/yeast. Ada beberapa spesies jamur yang mempunyai sifat dimorphisme yaitu dapat
berbentuk sel tunggal maupun hifa.
Pada umumnya sel-sel jamur tidak berwarna (hialin). Jika berwarna, sel tersebut
mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang kebanyakan
terikat pada dinding sel. Dinding sel jamur mengandung chitin dan glucans sebagai komponen
dari kerangka dinding sel serta polisacharida dan glycoprotein sebagai matriks pengisinya.
Berdasarkan ada tidaknya sekat dan jumlah sel yang menyusun hifa, miselium dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Hifa senositik (coenocytic) yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak
mempunyai sekat melintang, jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang
mengandung protoplast dengan banyak inti. Jamur yang mempunyai hifa senositik
dianggap jamur tingat rendah, yaitu kelompok Chytridiomycota dan Zygomycota.
2. Hifa seluler (celuller), yaitu hifa yang memiliki sekat (septa) terdiri dari banyak
sel yang masing-masing sel mempunyai satu atau dua inti. Jamur yang
mempunyai hifa seluler dianggap jamur tingkat tinggi, yaitu kelompok
Ascomycota (termasuk fase aseksulnya Deuteromycetes) dan Basidiomycota.
Pada umumnya pertumbuhan hifa memanjang melalui pembentukan sel-sel baru yang
terjadi pada bagian terminal/ujung dari hifa. Namun demikian, seluruh bagian dari jamur pada
dasarnya berpotensi untuk ditumbuhkan. Pada substrat yang padat, pertumbuhan jamur yang
bersekat biasanya akan memanjang karena pembentukan sel-sel baru pada ujunganya
sehingga bagian pada ujung koloni adalah yang paling muda. Pada koloni hifa yang tidak
bersekat, bagian yang paling muda justru ada pada bagian yang paling dekat potongan biakan
awal atau perkecambahan spora ketika jamur tersebut mulai tumbuh.
Dalam perkembangan hidupnya hifa-hifa jamur dapat membentuk berbagai struktur
khusus yang mempunyai fungsi tertentu, antara lain :
1. Organ yang berkaitan dengan infeksi jamur pada inang yaitu berupa:
o apresorium : alat untuk menempel pada permukaan jaringan inang
atau akar, yang berasal dari sekumpulan hifa yang bersatu, dan memadat
sehingga terbentuk satu unit organ yang ujungnya masih dapat tumbuh
memanjang (sampai beberapa meter)
Sklerotium
bersatunya sekumpulan hifa yang kemudian akan saling berkait dan memadat.
3. Organ yang berhubungan dengan reproduksi baik seksual maupun aseksual
konidiofor, sporangiofor : ujung hifa yang akan membentuk sporangium
atau konidia
stromata
nantinya
: organ
yang
bentuknya
seperti
bantalan
yang
Pada jamur tingkat tinggi, sporangium hanya berisi satu spora dimana dinding antara
keduanya melekat sehingga sporangium itu sendiri berfungsi sebagai satu spora. Sporangium
yang demikian dinamakan konidia, Cabang hifa yang langsung mendukung konidia
disebut konidifor. Konidiofor dapat dibentuk tersebar bebas satu sama lain, tetapi dapat pula
dibentuk sangat rapat dan teratur pada atau di dalam badan tertentu yang disebut badan buah.
Macam-macam badan buah atau tempat terbentuknya konidiofor dan konidia antara lain :
a. sinemata (sinema, kalau banyak): yaitu kumpulan konidiofor yang terjalin kuat
pada bagian dasarnya sehingga berbentuk seperti menara. Konidia dapat
terbentuk sepanjang sinema atau pada ujungnya saja
b. sporodokium (sporodokia jika banyak) : yaitu stroma (kumpulan hifa tempat
terbentuknya organ reproduksi) yang menonjol sehingga seperti bantalan, di
mana diatasnya terbentuk konidiofor-konidiofor yang rapat serta konidia
c. aservulus (aservuli) yaitu badan buah tempat terbentuknya konidiofor yang
berbentuk seperti cawan
d. piknidium (piknidia) : yaitu badan buah tempat terbentuknya konidiofor yang
berbentuk seperti botol atau bulat dengan lubang tempat pengeluaran konidia
(ostiol) pada ujungnya.
:........................
Divisi/Filum :........................mycota
Sub divisi
:........................mycotina
Kelas
:........................mycetes
Sub Kelas
:........................mycetidae
Ordo
:........................ales
Famili
:........................aceae
Genus
:........................
Spesies
:........................
Nama Spesies adalah nama latin dengan sistem binomial, dimana kata pertama adalah
kata benda yang menunjukkan genus, sedangkan kata kedua biasanya adalah kata sifat yang
mengambarkan
kata
benda
sebelumnya.
Pada
jamur
patogen,
spesies
terkadang
dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran inang (variety: var. atau forma spesies : f. sp.)
misalnya Puccinia graminis f. sp. tritici atau P. graminis tritici. Pengelompokkan juga dapat
didasarkan pada perbedaan varietas tanaman inang yaitu pengelompokkan ke dalam
ras atau perbedaan tempat asal populasi sehingga disebut isolat dan perbedaan klon
populasi biotipe.
- Uredium (berasal dari bahasa Yunani, urere: membakar, karena warnanya kemerahan),
badan buah berbentuk cawan yang terbentuk dari hifa berinti dua (hifa sekunder), yang di
dalamnya akan terbentuk uredospora. Badan buah berada di bawah epidermis, kemudian
uredospora akan mendesak epidermis sehingga sobek. Uredospora bersel satu, isinya
berwarna kuning, jingga, dengan dinding hialin atau kecoklatan, mempunyai duri-duri atau
berbintil-bintil halus.
- Telium : sekelompok sel berinti dua yang membentuk teliospora.
PENGERTIAN IDENTIFIKASI
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian
terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau
mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012).
Identifikasi jamur patogen adalah proses yang dilakukan dengan pengamatan
langsung hasil pengorekan jamur yang tumbuh pada permukaan kulit buah atau sumber
isolat yang bergejala mengunakan medium PDA. Dilanjutkan inokulasi pada buah sehat
yang dilukai. (Astuti Arif, Musrizal Muin, 2008)
A. Metode Identifikasi patogen Tanaman
1. Teknik Molekuler
Identifikasi patogen penyebab penyakit dilakukan dalam rangka menentukan spesies
penyebab penyakit yang terbawa oleh media pembawa.
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Identifikasi jamur dari fragmen DNA jamur. Berikut adalah tiga tahap bekerjanya PCR
dalam satu siklus:
a. Denaturasi. Pada tahap ini (berlangsung pada suhu tinggi, 9496C) ikatan
hidrogen DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi berberkas tunggal.
b. Tahap penempelan atau annealing. Primer menempel pada bagian DNA templat
yang komplementer urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu antara 4560C.
c. Tahap pemanjangan atau elongasi. Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis
DNApolimerase
yang
dipakai.
Dengan
Taq-polimerase,
proses
ini
4. Mikroskop
Metode ini terbilang paling sederhana diantara metode yang lain, prosedur kerjanya
dapat dilakukan secara langsung dengan cara pengamatan terhadap sampel patogen
yang telah diisolasi dan ditumbuhkan pada media buatan.
METODE PRAKTIKUM
a. Alat dan Bahan
Alat
Mikroskop
Preparat
: Meneteskan air
Botol
: Wadah air
Jarum ose
Bunsen
: Sterilisasi alat
Bahan
Aquadest
Tissue