You are on page 1of 21

MINGGU I PENDAHULUAN

PENGERTIAN JAMUR
Menurut Gandjar,et al.,(2006), jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak
memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat
heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, dan mengekskresikan enzim-enzim
ekstraselular ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan
aseksual.
Karakteristik Morfologi dan Fisiologi (Struktur Sel) Jamur
a. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung
yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan
fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang
disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang
menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada
umumnya memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan
nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan
cepat, bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak
bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan
menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru (Campbell et al.,
2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia
yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan
bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut
tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan
bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
.

Gambar 5. Struktur Dasar Hifa.

Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi
ada yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota
merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar
di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota
berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada
masing-masing segmen (Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke
daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga
dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

fungsinya.

Hifa

vegetatif

(miselia),

bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan substrat


dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama perkembangan
koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau hifa fertil yang
merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang bertanggungjawab
terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al., 2010).
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol
dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma.
Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap volume
sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien. (Willey et al., 2009).
b. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer
glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam
bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel.
Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat
menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel fungi

juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik
yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel
dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk,
kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi
juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan
tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa
metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen
lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan aglutinan,
senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut
bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan mekanik dan melindungi
sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh, 2011).

c. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di
dalamnya terdapat 3 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama
pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti,
berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan
meiosis. Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan
sentriol.

d. Organel-organel Sel Lainnya


Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada struktur
sel fungi juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid,
glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
Sifat hidup jamur terbagi atas :
a. Saprofit, sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahanbahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa

bahan tumbuhan dan

hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini
kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
b. Parasit, fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup
yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit
sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat

parasit, kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati
tersebut sebagai saprofit.
c. Simbion, jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan
laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar
tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
Peran jamur (fungi)
Peranan fungi dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun menguntungkan. Disamping jamur berperan sebagai pathogen tanaman yang dapat
merugikan budidaya, jamur juga memiliki peran yang menguntungkan, diantaranya adalah
jamur sebagai antagonis, pupuk hayati (mikoriza), dan jamur yang dapat dikonsumsi oleh
manusia.
Jamur antagonis sangat membantu dalam pengendalian penyebab penyakit tanaman.
Jamur yang berperan sebagai antagonis misalnya Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.,
sebagai contoh jamur Trichoderma sp. yang dapat digunakan dalam mengendalikan
Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman vanili. Disamping itu,
jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan tertentu jamur
bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikoriza merupakan struktur yang berperan penting
dalam suplay unsur hara.
Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan.
Sebagai contoh, jamur yang termasuk kelompok Zygomycota, misalnya Rhizopus dapat
digunakan secara komersial pada pembuatan tempe. Beberapa jenis lain juga dapat
dikonsumsi oleh manusia seperti jamur merang (Volvariella volvacea), jamur tiram
(Pleutus sp.) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Berikut merupakan jamur dan
peranannya yang menguntungkan bagi manusia:

Rhizopus stolonifer, untuk membuat tempe.

Saccharomyces cerevisiae, untuk membuat tape dan alcohol.

Aspergillus oryzae, untuk mengempukkan adonan roti.

Aspergillus wentii, untuk membuat kecap.

dll.

PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini
adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam
suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan
untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Abadi, 2000).
METODE STERILISASI
Sterilisasi alat-alat gelas
a. Sterilisasi dalam autoclave
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan dari segala kotoran yang menempel
dan dicuci dengan sabun atau deterjen. Alat-alat yang tahan terhadap suhu tinggi
ditutup mulutnya menggunakan aluminium foil. Alat-alat seperti botol tabung biakan
dan pipet perlu lubangnya disumbat dengan kapas, dan cawan petri dibungkus dengan
kertas. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi umumnya satu jam pada suhu 1210 C
(Chaelani, 2011).
b. Sterilisasi dalam oven udara panas
Alat-alat dipanaskan antara suhu 1600 C 1800 C selama dua atau tiga jam. Alat-alat
yang dibungkus kertas atau disumbat dengan kapas, hendaknya jangan dipanaskan
lebih dari 1800 C, karena kertas maupun kapas akan terbakar (Chaelani, 2011).
c. Sterilisasi bahan atau alat-alat yang lain
Jarum inokulasi, jarum ose, spatula dan alat-alat lain yang dibuat dari logam yang
digunakan dalam laboratorium dapat disterilkan dengan memanaskan alat-alat tersebut
dengan api Bunsen (Chaelani, 2011).
PEMBUATAN MEDIA
Media biakan ialah suatu zat yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di laboratorium. Agar mikroorganisme yang ditumbuhkan di atas media
biakan dapat berkembang dengan baik, maka media ini harus memenuhi persyaratan :
1.

Harus mengandung bahan makanan yang sesuai bagi kebutuhan mikroorganisme

2.

Oksigen yang dibutuhkan harus tersedia

3.

Mempunyai kelembaban tertentu

4.

pH dari medium harus sesuai

5.

suhu harus cocok

6.

steril

7.

terlindung dari kontaminasi

Macam-macam susunan media untuk membiakkan mikroorganisme adalah sebagai berikut:


1. Macam media menurut bentuknya
Menurut bentuknya media biakan dapat dibagi dalam media padat dan emdia cair.
Perbedaan antara kedua macam emdia tersebut hanya pada penambahan zat pemadat
seperti agar-agar, gelatin ataupun silikagel untuk media padat. Mengenai komponen
lainnta tidak terdapat perbedaan.
a. Media padat
Media padat lebih menguntungkan karena:
Kontaminan atau kotoran lebih mudah dibuang atau dihindarkan dengan tidak
mengganggu pertumbuhan mikroorganisme utama
Mikroorganisme yang tumbuh dapat dipindahkan dengan mudah ke dalam
tempat yang lain
Mikroorganisme dapat diamati dengan mudah pertumbuhannya
Lebih praktis dalam pengangkutan
b. Media cair
Kelebihan media cair adalah:
Kecepatan pertumbuhan bakteri lebih mudah dipelajari (dengan menggunakan
electrophotometer)
Oertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan penimbahan
Bahan-bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti vitamin, enzim,
antibiotika, dan lain-lain lebih mudah untuk dipelajari
2. Macam media menurut susunannya
Menurut susunannya media biakan dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
a. Media alami (Natural medium)
Adalah media yang tidak diketahui dengan pasti unsur-unsur yang terdapat
didalamnya sehingga pengaruh unsur-unsur yang terdapat dalam media terhadap
biakan sulit untuk dipelajari. Sebagai contoh dari media alami adalah kacangkacangan, wortelm tomat, kentang dan lain-lain.
b. Media setngan buatan (semi synthetic medium)
Di dalam media ini, sebagian dari unsur-unsur yang terdapat didalamnya benarbenar diketahui. Sebagai contoh media PDA (Potato Destrose Agar). Untuk 1L
media, diperlukan 200gr kentang, 20gr agar, 20gr dextrose dan 1L aquadest.
c. Media buatan murni (Pure synthetic medium)

Media ini diketahui dengan pasti komposisinya serta jumlah gram dari tiap-tiap
bahan yang digunkaan. Sebagai contoh adalah media Czapek yang banyak
digunakan untuk penelitian dan berbagai jenis jamur:

Komposisi Media

Jumlah

NaNO3

3,00 gr

K2PO4

1,00 gr

KCl

0,50 gr

MgSO4.7H2O

0,50 gr

FeSO4.7H2O

0,01 gr

Sucrosa

30,00 gr

Aquades

1000,00 mL

METODE PELAKSANAAN
A.

STERILISASI

Alat dan Bahan


Alat Sterilisasi
Cawan petri, Kertas bekas, Autoclave, Kapas, Alumunium Foil, Botol UC, Tissue.
Bahan Sterilisasi
Aquadest, Sabun.
Pelaksanaan Sterilisasi Alat
Cawan Petri dicuci bersih dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan tissue
Cawan petri dibungkus kertas
Autoclave diisi dengan aquadest, alat-alat yang akan disterilkan dimasukkan
Nyalakan autoclave hingga 121oC selama 30 menit
Setelah 30 menit, alarm berbunyi, matikan autoclave dan tunggu hingga tekanan
stabil = 0
Buka autoclave
Keluarkan alat

B.

PEMBUATAN MEDIA

Media PDA
Alat :
Pisau, Bekker glass, Saringan, Panci, Kompor, Spatula
Bahan:
Kentang 200gr, Dextrose 20gr, Agar 20 gr, Akuades 1000 Ml, dan Anti bakteri.
Cara:
Kupas kentang dan cuci bersih, kemudian potong-potong menjadi kotak-kotak kecil sebesar
2x2cm. Rebus potongan kentang tersebut dalam 500mL akuades selama 1,5 2 jam. Saring
campuran dengan kain tipis berlapis kapas, sehingga diperoleh cairan ekstrak kentang yang
bening. Tambahkan destrosa 20gr dan agar 25gr ke dalam ekstrak tersebut, panaskan dan
aduk hingga homogen. Tambahkan sejumlah akuades hingga diperoleh volume akhir 100mL
dan atur pH medium menjadi 6-7. Sterilisasi medium pada suhu 121oC, 1 atm, selama 30
menit (Gandjar dkk, 1999).

Pelaksanaan pembuatan media PDA


Cuci bersih kentang dan potong dadu
Rebus kentang dalam 1000mL aquadest
setelah mendidih saring skentang dan ambil sarinya
Campur Sari Kentang Dengan Dextrose dan Agar
Panaskan hingga mendidih dan diaduk
tambah anti bakteri
tuang ke botol media
tutup dengan kapas dan alumunium foil
sterilisasikan di autoclave

Pelaksanaan platting media


siapkan cawan petri

sterilkan cawan yang masih terbungkus kertas dengan alkohol 70%


masukkan dalam LAFC
Buka pembungkus petri, lalu letakkan diluar laminar
buka sedikit mulut petri (dekatkan dengan nyala bunsen)
buka tutup botol media (panaskan sebentar pada bunsen)
tuang perlahan media10mL
Tutup petri (dekatkan dengan bunsen)
rekatkan dengan plastik wrap secara berulang 3x
setelah media mengeras, letakkan petri secara terbalik.

MINGGU II PATOGEN TANAMAN


Organisme yang menyebabkan penyakit disebut patogen. Suatu jasad saprofit mungkin
mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin, dengan toksin ini jasad tadi mampu
menyebabkan penyakit, maka jasad tersebut dikatakan sebagai patogen. Walaupun prosesnya
tidak langsung, patogen dapat menyebabkan penyakit dengan cara:
1. Mengkonsumsi isi sel tumbuhan
2. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin, enzim atau
zat tumbuh
3. Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk digunakan sendiri
4. Memblokir jaringan pembuluh.
Patogenisitas adalah kemampuan patogen untuk menimbulkan penyakit, melalui suatu
proses yang disebut patogenesis. Ada beberapa proses penting dalam patogenesis, yaitu:
1. Produksi dan penyebaran inokulum;
2. Inokulasi tumbuhan peka oleh inokulum;
3. Penetrasi tumbuhan peka oleh patogen; dan
4. Infeksi dan terjadinya penyakit pada tumbuhan peka
Jamur merupakan salah satu patogen tanaman yang sering dijumpai pada tanaman
budidaya. Jamur masuk dalam kerajaan Mycetae, dinding selnya kebanyakan mengandung zat
kitin, yang terdiri dari rangkaian molekul N-acetylglocosamina. Bentuk vegetatifnya khas
berupa thallus, yaitu sistem berupa benang yang disebut hifa. Beberapa hifa tersusun
membentuk miselium yang mungkin tanpa septa (disebut coenocytis) berupa sel panjang
dengan banyak inti misalnya Oomycetes dan Zygomycetes. Sedangkan pada kelas lain
umumnya bersepta misalnya Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Klasifikasi Jamur
a. Oomycetes
Reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu
oosfer (gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium,
menghasilkan oospora.
Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang
dihailkan dalam sporangium.
Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak bersepta).
Contoh: Phytophthora infestans (hawar daun kentang), dan Phytium

b. Ascomycetes
Pembiakan seksual dengan menghasilkan spora yang disebut askospora., yaitu
spora seksual yang dihasilkan dalam suatu struktur khusus yang disebut askus.
Reproduksi aseksual dilakukan denganmenghasilkan konidia
Hifanya bersepta
Kelompok ini

meliputi

ragi,

bermacam-macam

kapang bahkan

beberapa

cendawan
Contoh: Coletotrichum capsici pada cabai merah, Gloesporium sp.( busuk buah
apel), Exserohilum turcicum (hawar daun jagung),

c. Basidiomycetes
Divisi ini dicirikan dengan pembentukan spora seksual disebut basidiospora dan
terbentuk pada struktur khusus seperti gada yang disebut basidium.
Pembiakan aseksual biasanya terjadi dengan pembentukan konidium.
Hifa kelompok Basidiomycotina mempunyai septa.
Tubuh buah yang sering dihasilkan kelompok ini, menyebabkan penampilan
mereka sangat menyolok dan secara umum sering disebut cendawan yang secara
awam disebut jamur.
Kebanyakan hidup sebagai saprofit tetapi ada juga yang hidup sebagai parasit
terutama pada tumbuh-tumbuhan
Contoh: Puccinia sorghi (karat pada jagung), Exobasidium vexans (karat daun teh).

d. Deuteromycetes
Perkembangbiakan seksual belum diketahui sehingga dikenal sebagai cendawan
tidak sempurna (Fungi imperfecti)
Perkembangbiakan aseksual dari kelompok ini adalah dengan konidium seperti
pada Ascomycotina.
Anggotanya adalah beberapa fungi yang hidup parasitpada manusia dan hewan.
Hifa bersekat
Contoh : Fusarium oxysporum pada tomat dan cabai, Pyricularia oryzae (blas pada
padi), marsonina rosae (bercak hitam mawar).

MINGGU III PRAKTIKUM MIKOLOGI


ISOLASI PATOGEN TANAMAN
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau lingkungan asalnya
dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Patogen
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik
berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain.
ISOLASI PATOGEN TANAMAN KE DALAM MEDIA PDA
Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan adalah Gunting/ Cutter, Pinset, Cawan Petri, Bunsen, Plastik
wrap. Bahan yang digunakan adalah Klorox 2%, alcohol 70%, aquades dan media PDA.
Cara Kerja:
Bagian daun yang sakit dipotong dengan skapel, setengah sehat setengah sakit. Siapkan
4 cawan petri berisi alcohol, klorox, dan 2 cawan petri berisi aquades. Pertama, cuci bagian
sampel daun yang telah dipotong dengan alkohol 70% selama 1 menit, kemudian klorox 1
menit. Bilas dengan aquades 2 kali. Keringanginkan dengan tissue. Masukkan ke 3 potong
daun dalam media PDA aseptis, sterilkan semua alat tanam dengan Bunsen. Setelah
ditanaman, bungkus dengan plastic wrap, kemudian diinkubasi 5-7 hari dalam suhu kamar.
Isolat diamati setiap hari dan dokumentasikan.

MINGGU IV PRAKTIKUM MIKOLOGI


PEMURNIAN PATOGEN TANAMAN
Purifikasi atau disebut juga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme
patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam
mikroorganismedalam satu media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pengidentifikasian patogen tersebut (Semangun, H. 1996).

CARA PEMURNIAN JAMUR PATOGEN TANAMAN


Alat dan bahan:
Alat yang digunakan adalah jarum ose, crock borer, Bunsen dan plastik wrap.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah media PDA jadi, alcohol, dan tissue.
Cara Kerja:
Cara pertama yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi alat dan lingkungan yang
akan digunakan untuk purifikasi. Media purifikasi dan cendawan yang akan di purifikasi
disiapkan. Buka media yang telah terdapat pathogen, kemudian buat pola dengan
menggunakan cork borer. Ambil potongan media yang terdapat patogennya menggunakan
jarum ose dan pindahkan pada media PDA yang baru untuk mendapatkan biakan murni,
kemudian tutup media biakan. Biakan murni dibiarkan tumbuh sampai koloninya memenuhi
seluruh permukaan cawan petri kurang lebih 5-7 hari.

MINGGU 5
IDENTIFIKASI PATOGEN TANAMAN
Jamur atau kapang atau cendawan adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti
sejati (eukariotik), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berkhlorofil, dinding
selnya mengandung kitin, selulosa atau kedua-duanya, merupakan organisme heterotrof yang
mendapatkan nutrisi dengan cara absorsi dan bereproduksi secara seksual atau aseksual
dengan spora.
Jamur mempunyai jenis yang sangat beragam. Di dunia diduga terdapat sekitar 1.5
juta jenis jamur, namun hanya 74.000- 120.000 yang telah teridentifikasi. Sementara itu,
Scmidt dan Muller (dalam Hawksworth & Muller, 2005) menduga bahwa terdapat sedikitnya
600.000 spesies jamur.
Jamur dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting, baik
peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Sebagian besar jamur hidup sebagai
saprofit yaitu hidup di sisa-sisa tanaman yang membantu juga dalam proses dekomposisi.
Jamur juga dapat dimanfaatkan manusia antara lain untuk proses fermentasi, penghasil
antibiotik, sumber makanan (konsumsi), agen biokontrol organism pengganggu tanaman,
agen penginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen, perangsang pertumbuhan tanaman
(Plant Growth Promoting Fungi), sebagai pupuk hayati, dan agen bioremediasi senyawasenyawa toksik.
Walaupun banyak yang menguntungkan, jamur juga dapat merugikan manusia.
Lebih kurang 50 species menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan dan lebih dari
10.000 species jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Jamur juga dapat
menyebabkan kerusakan pada makanan dan bahan makanan yang disimpan, penghasil racun
(mikotoksin) yang berbahaya bagi manusia misalnya aflatoksin dsb.
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit
tanaman adalah identifikasi terhadap patogen tanaman. Patogen yang diidentifikasi berasal
dari pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Sampel tanaman yang terserang
penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik buatan. Identifikasi
menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti
untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui
jenis patogen yang menyerang tanaman. Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai jenis patogen yang menyerang tanaman kemudian lebih lanjut upaya
tersebut juga dapat diarahkan untuk mempelajari upaya upaya pengendalian yang tepat
untuk mencegah serangan patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonismu dari jamur
antagonis. Hal ini menyebabkan proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting

untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu
dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman.
Morfologi Jamur
Jamur memiliki bagian vegetatif yang disebut hifa yaitu berupa benang-benang
halus, bersekat atau tidak bersekat, selnya berinti satu (monokariotik) atau berinti dua
(dikariotik). Pada umumnya hifa memiliki tebal sekitar 0,5 100 m. Kumpulan dari
benang-benang hifa disebut miselium. Jamur tertentu tidak membentuk hifa melainkan sel-sel
tunggal yang terkadang membentuk untaian sehingga seperti hifa (pseudohifa), misalnya pada
khamir/yeast. Ada beberapa spesies jamur yang mempunyai sifat dimorphisme yaitu dapat
berbentuk sel tunggal maupun hifa.
Pada umumnya sel-sel jamur tidak berwarna (hialin). Jika berwarna, sel tersebut
mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang kebanyakan
terikat pada dinding sel. Dinding sel jamur mengandung chitin dan glucans sebagai komponen
dari kerangka dinding sel serta polisacharida dan glycoprotein sebagai matriks pengisinya.
Berdasarkan ada tidaknya sekat dan jumlah sel yang menyusun hifa, miselium dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Hifa senositik (coenocytic) yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak
mempunyai sekat melintang, jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang
mengandung protoplast dengan banyak inti. Jamur yang mempunyai hifa senositik
dianggap jamur tingat rendah, yaitu kelompok Chytridiomycota dan Zygomycota.
2. Hifa seluler (celuller), yaitu hifa yang memiliki sekat (septa) terdiri dari banyak
sel yang masing-masing sel mempunyai satu atau dua inti. Jamur yang
mempunyai hifa seluler dianggap jamur tingkat tinggi, yaitu kelompok
Ascomycota (termasuk fase aseksulnya Deuteromycetes) dan Basidiomycota.
Pada umumnya pertumbuhan hifa memanjang melalui pembentukan sel-sel baru yang
terjadi pada bagian terminal/ujung dari hifa. Namun demikian, seluruh bagian dari jamur pada
dasarnya berpotensi untuk ditumbuhkan. Pada substrat yang padat, pertumbuhan jamur yang
bersekat biasanya akan memanjang karena pembentukan sel-sel baru pada ujunganya
sehingga bagian pada ujung koloni adalah yang paling muda. Pada koloni hifa yang tidak
bersekat, bagian yang paling muda justru ada pada bagian yang paling dekat potongan biakan
awal atau perkecambahan spora ketika jamur tersebut mulai tumbuh.
Dalam perkembangan hidupnya hifa-hifa jamur dapat membentuk berbagai struktur
khusus yang mempunyai fungsi tertentu, antara lain :
1. Organ yang berkaitan dengan infeksi jamur pada inang yaitu berupa:
o apresorium : alat untuk menempel pada permukaan jaringan inang

o haustorium : hifa yang bercabang-cabang dan berfungsi sebagai alat


mengabsorpsi nutrisi dari jaringan inangnya
2. Organ yang berfungsi sebagai alat tahan dari lingkungan yang ekstrim atau tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan jamur.
Khlamidospora: spora tahan yang berasal dari sel hifa yang membesar dan
dindingnya menebal
Rhizomorf

: alat tahan yang bentuknya memanjang seperti tali sepatu

atau akar, yang berasal dari sekumpulan hifa yang bersatu, dan memadat
sehingga terbentuk satu unit organ yang ujungnya masih dapat tumbuh
memanjang (sampai beberapa meter)
Sklerotium

: alat tahan yang bentuknya membulat, berasal dari

bersatunya sekumpulan hifa yang kemudian akan saling berkait dan memadat.
3. Organ yang berhubungan dengan reproduksi baik seksual maupun aseksual
konidiofor, sporangiofor : ujung hifa yang akan membentuk sporangium
atau konidia
stromata
nantinya

: organ

yang

bentuknya

seperti

bantalan

yang

sebagai tempat terbetuknya badan buah

Pada jamur tingkat tinggi, sporangium hanya berisi satu spora dimana dinding antara
keduanya melekat sehingga sporangium itu sendiri berfungsi sebagai satu spora. Sporangium
yang demikian dinamakan konidia, Cabang hifa yang langsung mendukung konidia
disebut konidifor. Konidiofor dapat dibentuk tersebar bebas satu sama lain, tetapi dapat pula
dibentuk sangat rapat dan teratur pada atau di dalam badan tertentu yang disebut badan buah.
Macam-macam badan buah atau tempat terbentuknya konidiofor dan konidia antara lain :
a. sinemata (sinema, kalau banyak): yaitu kumpulan konidiofor yang terjalin kuat
pada bagian dasarnya sehingga berbentuk seperti menara. Konidia dapat
terbentuk sepanjang sinema atau pada ujungnya saja
b. sporodokium (sporodokia jika banyak) : yaitu stroma (kumpulan hifa tempat
terbentuknya organ reproduksi) yang menonjol sehingga seperti bantalan, di
mana diatasnya terbentuk konidiofor-konidiofor yang rapat serta konidia
c. aservulus (aservuli) yaitu badan buah tempat terbentuknya konidiofor yang
berbentuk seperti cawan
d. piknidium (piknidia) : yaitu badan buah tempat terbentuknya konidiofor yang
berbentuk seperti botol atau bulat dengan lubang tempat pengeluaran konidia
(ostiol) pada ujungnya.

Prinsip-prinsip dalam Klasifikasi Jamur


Klasifikasi jamur merupakan penggolongan jamur berdasarkan kesamaan karakteristik
yang ada. Tujuan dari klasifikasi adalah pertama untuk memberi nama suatu organisme
berdasarkan suatu sistem yang diterima secara internasional sehingga dapat dikomunikasikan
dengan pihak lain; yang kedua, untuk memberi gambaran konsep tentang hubungan jamur
dengan jamur dan jamur dengan organisme yang lain (Alexopoulos & Mims, 1979).
Secara umum jamur dikelompokkan ke dalam kategori-kategori sebagai berikut:
Kingdom

:........................

Divisi/Filum :........................mycota
Sub divisi

:........................mycotina

Kelas

:........................mycetes

Sub Kelas

:........................mycetidae

Ordo

:........................ales

Famili

:........................aceae

Genus

:........................

Spesies

:........................

Nama Spesies adalah nama latin dengan sistem binomial, dimana kata pertama adalah
kata benda yang menunjukkan genus, sedangkan kata kedua biasanya adalah kata sifat yang
mengambarkan

kata

benda

sebelumnya.

Pada

jamur

patogen,

spesies

terkadang

dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran inang (variety: var. atau forma spesies : f. sp.)
misalnya Puccinia graminis f. sp. tritici atau P. graminis tritici. Pengelompokkan juga dapat
didasarkan pada perbedaan varietas tanaman inang yaitu pengelompokkan ke dalam
ras atau perbedaan tempat asal populasi sehingga disebut isolat dan perbedaan klon
populasi biotipe.

Jenis-jenis spora dan badan buah pembentuknya :


- Piknium/spermogonium : berbentuk botol atau cakra, subkutikular atau sub epidermal,
mempunyai lubang pengeluaran spora (ostiol). Di dalamnya terbentuk spermatium (alat
kelamin jantan ) dan hifa reseptif (alat kelamin betina).
- Aecium (aesidium), berbentuk mangkok atau cawan yang menembus epidermis tumbuhan
inang, berisi hifa berinti dua yang dapat membentuk spora yang disebut aesiospora. Sel-sel
tepi di bagian bawah aesium seringkali dapat membelah membentuk dinding di luar
rantaian spora, disebut peridium.

- Uredium (berasal dari bahasa Yunani, urere: membakar, karena warnanya kemerahan),
badan buah berbentuk cawan yang terbentuk dari hifa berinti dua (hifa sekunder), yang di
dalamnya akan terbentuk uredospora. Badan buah berada di bawah epidermis, kemudian
uredospora akan mendesak epidermis sehingga sobek. Uredospora bersel satu, isinya
berwarna kuning, jingga, dengan dinding hialin atau kecoklatan, mempunyai duri-duri atau
berbintil-bintil halus.
- Telium : sekelompok sel berinti dua yang membentuk teliospora.
PENGERTIAN IDENTIFIKASI
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian
terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau

suatu proses untuk

mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012).
Identifikasi jamur patogen adalah proses yang dilakukan dengan pengamatan
langsung hasil pengorekan jamur yang tumbuh pada permukaan kulit buah atau sumber
isolat yang bergejala mengunakan medium PDA. Dilanjutkan inokulasi pada buah sehat
yang dilukai. (Astuti Arif, Musrizal Muin, 2008)
A. Metode Identifikasi patogen Tanaman
1. Teknik Molekuler
Identifikasi patogen penyebab penyakit dilakukan dalam rangka menentukan spesies
penyebab penyakit yang terbawa oleh media pembawa.
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Identifikasi jamur dari fragmen DNA jamur. Berikut adalah tiga tahap bekerjanya PCR
dalam satu siklus:
a. Denaturasi. Pada tahap ini (berlangsung pada suhu tinggi, 9496C) ikatan
hidrogen DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi berberkas tunggal.
b. Tahap penempelan atau annealing. Primer menempel pada bagian DNA templat
yang komplementer urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu antara 4560C.
c. Tahap pemanjangan atau elongasi. Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis
DNApolimerase

yang

dipakai.

Dengan

Taq-polimerase,

proses

ini

biasanyadilakukan pada suhu 76C. Durasi tahap ini biasanya 1 menit


3. Teknik Serologi
Prinsip kerja serologi didasarkan pada reaksi spesifik antara antigen dan antibodi
(antiserum) sehingga terbentuk reaksi conjugate antibody-enzyme (Hunter D.
2001).Salah satu metode pengujian serologi adalah Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA)

4. Mikroskop
Metode ini terbilang paling sederhana diantara metode yang lain, prosedur kerjanya
dapat dilakukan secara langsung dengan cara pengamatan terhadap sampel patogen
yang telah diisolasi dan ditumbuhkan pada media buatan.
METODE PRAKTIKUM
a. Alat dan Bahan
Alat
Mikroskop

: Untuk melihat penampakan mikroskopis spesimen

Preparat

: Sebagai tempat spesimen melekat pada pengamatan

Cover glass : Menutup spesimen pada preparat


Pipet

: Meneteskan air

Botol

: Wadah air

Jarum ose

: Untuk mengambil koloni jamur

Bunsen

: Sterilisasi alat

Bahan
Aquadest

: Untuk merekatkan koloni jamur anatar preparat dan cover glass

Tissue

: Membersihkan preparat dan cover glass

Alkohol 70% : Sterilisasi alat


Spiritus

: sebagai isi bunsen

Koloni jamur : Spesimen pengamatan

b. Langkah Kerja Pengamatan Secara Mikroskopis


Tahapan untuk metode identifikasi patogen dibagi dalam dua langkah besar yaitu
pembuatan preparat basah dan identifikasi preparat.
1. Pembuatan Preparat Basah
Sumber hifa dari preparat basaha adalah koloni yang telah diisolasi dari tanaman
bergejala. Langkah-langkah dalam pembuatan preparat basah adalah :
a. Ambil hifa pada koloni jamur yang akan diidentifikasikan
b. Letakkan hifa pada preparat
c. Tutup dengan cover glass
d. Petri dilapisi dengan 2-3 lapis tissue didalamnya, tissue diteteskan dengan air
suling sampai kondisi lembab (tidak boleh terlalu basah ).
e. Letakkan preparat tersebut dalam petri yang berisi tissue basah
f. Mikrokultur ini diinkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam.

g. Hasilnya dilihat dibawah mikroskop


2. Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis jamur.
Menurut Martiredjo (1996) Ciri makroskopis yang diamati adalah :
a. Warna jamur
b. Koloni jamur dan
c. Bentuk tubuh buah jamur.
Pengamatan ciri mikroskopis mencakup :
a. Hifa
b. Spora
c. Sporangium
d. Konidia dan
e. Konidiofor dan
f.

Ciri khusus yang akan menentukan jenis jamur tersebut.

g. Mendokumentasikan sampel dengan menggunakan mikroskop berkamera.


Identifikasi dilakukan dengan mengacu pada buku identifikasi jamur, yaitu:
a. Barnett and Hunter (1998),
b. Streets(1980),
c. Fassatiova (1986),
d. Dharmaputra, dkk.(1989)
e. Sastrahidayat (1990)
f. Savonius (1973),
g. KEHAI (2000).

You might also like