You are on page 1of 7

TUGAS MATERNITAS

BIOPSISIK ASPEK PERIODE POSTPARTUM :


PERUBAHAN SYSTEM REPRODUKSI, MANAJEMEN LAKTASI DAN PSIKOSOSIAL
ASPEK PERIODE POSTPARTUM

DISUSUN OLEH :
1. TUTIK PARIDAH J2101400
2. DWI SAFITRI J210140030
3. ARDHITYA KURNIAWAN J210140031
4. HARUN JOKO PURNOMO J210140032

S1 KEPERAWATAN A
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

BIOPSISIK ASPEK PERIODE POSTPARTUM : PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI,


MANAJEMEN LAKTASI
A. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS PADA SISTEM REPRODUKSI
1. System reproduksi pada masa kehamilan
a. UTERUS
Di uterus terjadi proses involusi yaitu proses kembalinya uterus ke dalam keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan yang dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot polos uterus. Tahap ketiga persalinan uterus berada digaris
tengah, 2cm dibawah umbilicus dengan fundus bersandar pada promontorium
sakralis yang besarnya sama dengan usia kehamilan 16 minggu dengan berat
100gr.
Dalam 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1cm diatas umbilicus, kemudian
beberapa hari terjadi involusi berlangsung cepat. Fundus turun 1-2cm setiap 24
jam. Pasca partum keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilicus
dan simpisis pubis yang tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9
pascapartum. Waktu hamil uterus beratnya 11x berat sebelum hamil,berinvolusi
500gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350gr 2minggu setelah lahir. Seminggu
melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan massif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal
bergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel otot dan hipertrofi sel telah
ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon menyebabkan antolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel tambahn
terbentuk selama hamil yang menyebabkan ukuran uterus lebih besar setelah
hamil. (Vivian dan Tri Sunarsih,2011)
Uterus tumbuh membesar primer atau sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi
intrauterine. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan , progesterone untuk
elastisitas uterus. Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron.
b. VAGINA atau VULVA
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron warna merah
kebiruan.

c. OVARIUM

Kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta untuk fungsi produksi
progesterone dan estrogen. Selama kehamilan ovarium berisitirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
siklus hormonal menstruasi. (Marmi, S.ST, 2014)
2. System reproduksi pada masa nifas
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Alat genitalia
interna maupun eksterna berubah semuanya. Perubahan dalam tubuh wanita sangat
menakjubkan, uterus atau rahim berbobot 60gr sebelum kehamilan secara perlahan
bertambah besarnya hingga 1kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan uterus
kembali sebelum hamil.
a. Involusi uterus
Merupakan proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot
60gr atau proses kembalinya uterus pada keadaan semula. Yang melibatkan
penanggalan endometrium dan pengelupasan lapisan implantasi plasenta sebagai
tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan
jumlah lochia.
Proses involusi uterus sebagai berikut:
Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
Atrofi jaringan sebagai reaksi penghentian hormone esterogen saat
pelepasan plasenta.
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri terjadi dalam otot
uterine. Enzim protelitik akan memendekkan jaringan otot yang sempat
mengendur hingga 10x panjang semula atau sebagai pengrusakan secara
langsung jaringan hipertropi yang berlebihan karena penurunan hormone
estrogen dan progesterone.
Efek oksitosin menyebabka terjadinya kotraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus yang akan membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
Penurunan ukuran uterus dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika
turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Setelah
proses persalinan puncak fundus 2/3 dari jalan atas diantara simfisis pubis
dan umbilicus.
Perubahan uterus berhubungan erat dengan perubahan pada miometrium
terjadi perubahan bersifat proteolisis yang akan dialirkan melalui
pembuluh getah bening.

Deciduas tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekspulsin plasenta


dan membran dari lapisan zona basalis dan bagian zona spongiosa pada
deciduas basalis (tempat implantasi plasenta) dan deciduas parietalis
(lapisan sisa uterus). Deciduas yang tersisa menyusun kembali menjadi
dua lapisan sebagai hasil invasi leukosit yaitu :
a) Degenerasi nekrosis lapisan superficial akan terpakai sebagai
bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dekat miometrium.
b) Lapisan terdiri dari sisasisa endometrium lapisan basalis. (Vivian Nanny
dan Tri Sunarsih, 2011)
b. Involusi tempat plasenta
Tempat plasenta adalah tempat permukaan kasar, tidak rata dan kirakira sebesar
telapak tangan. Permukaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah yang tersumbat oleh thrombus. Luka ini sembuh dengan cara dilepaskan
dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium dibawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi ditempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium berlangsung di dalam desidia
basalis. Pertumbuhan yang mengikis pembuluh darah yang membeku tempat
implantasi plasenta menjadi terkelupas dan tidak dipakai pada pembuangan lokia.
c. Perubahan ligament
Ligament dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir ligament kembali seperti semula. Tidak jarang
ligamentum rotundum jadi kendur akibatnya letak uterus menjadi retrofleksi.
d. Perubahan pada serviks
Pada postpartum bentuk serviks akan menganga disebabkan oleh korpus uteri
mengadakan kontraksi , warna serviks sendiri merah kehitaman akibat banyaknya
pembuluh darah. Pada serviks terbentuk sel otot yang mengakibatkan serviks
memanjang, setelah involusi ostium eksternum lebih besar dan terdapat retak
retak dan robekan pada pinggirnya.
e. Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan punya reaksi
basa/alkalis yang membuat organism berkembang cepat daripada kondisi asam
pada vagina normal.
Pembagian lokia berdasarkan waktu dan warna yaitu :
a) Lokia rubra/merah (kruenta), muncul hari1-3 masa postpartum berwarna
merah mengandung darah dari robekan pda plasenta dan serabut dari
desidua dan choiron.
b) Lokia sanguinolenta, warna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah muncul hari 3-5 postpartum.
c) Lokia serosa, muncul hari 5-9 postpartum, warna kekuningan/ kecoklatan
mengandung sedikit darah dan banyak mengandung serum.
d) Lokia alba, muncul hari 10 postpartum warna lebih pucat, putih
kekuningan banyak mengandung leukosit.

Jika pengeluaran lokia tidaklancar disebut lochiastasis, jika lokia tetap berwarna
merah setelah 2 minggu tertinggalnya sisa plasenta karena involusi yang kurang
sempurna disebabkan retroflexio uteri.
f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar selama
proses kelahiran bayi dan kendur. Selama 3 minggu vulva dan vagina kembali
seperti tidak hamil dan rugae dalam vagina akan muncul serta labia menjadi lebih
menonjol. Hymen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan
berubah menjadi kurunkulae motiformis bagi wanita multipara.
Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5 perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusmya besar tonusnya tetap lebih kendur dari
sebelum melahirkan. (Marmi, S.TT, 2014)
B. MANAJEMEN LAKTASI
PENGERTIAN LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduki, disekresi dan
pengeluaran ASI sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Dalam proses laktasi
terdapat pengaruh hormonal antara lain, pertama hormone progesteron yang berfungsi
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesterone dan estrogen
menurun sesaat setelah melahirkan yang menstimulasi produksi secara besar besaran.
Kedua, estrogen berfungsi menstimulasi system saluran ASI untuk membesar. Tingakt
estrogen menurun saat melahirkan, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal
berbasis hormone estrogen yang dapat mengurangi produksi ASI. Ketiga, follicle
stimulating hormone (FLH) dan Luteining Hormone (LH) serta prolaktin yang berperan
membesarkan alveoli dalam kehamilan. Keempat, oksitosin berfungsi mengencangkan
otot halus dalam rahim saat melahirkan yang mengencangkan otot halus disekitas alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu, berperan dalam proses turunnya susu let down
atau milk ejection reflex. Kelima, human placental lactogen (HPL), sejak bulan kedua
kehamilan plasenta mengeluarkan banyak HPL berperan dalam pertumbuhan payudara,
putting, dan areola sebelum melahirkan.
Fisiologi laktasi
Laktasi punya 2 pengertian yaitu pembentukan atau produksi air susu dan pengeluaran air
susu. Masa kehamilan terjadi pembesaran payudara disebabkan oleh berkembangnya
kelenjar payudara proliferasi selsel duktus laktiferus dan sel sel kelenjar pembuatan air
susu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormone yang dihasilkan plasenta yaitu
laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesterone juga disebabkan
bertambah lancarnya peredaran darah.
Dalam pembagian ASI dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Kolustrum, yaitu ASI yang pertama keluar yang disekresi oleh kelenjar payudara pada
hari pertama sampai hari keempat pacsa persalinan. Kolustrum mengandung tinggi

protein,mineral,garam,vitamin A,nitrogen,sel darah putih dan antibody yang tinggi


disbanding ASI yang mature. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24jam.
2. ASI Transisi atau peralihan, yaitu ASI yang keluar setelah kolostrum sampai ASI
matang yaitu sejak hari keempat sampai hari ke10. Volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobin dan protein
menurun sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI matur, yaitu ASI yang matang setelah hari ke 10 dan tampak berwarna putih. Ais
susu yang pertama mengalir disebut foremik dengan kandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula,protein,mineral dan air.
Menurut Utami (2005),ASI eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif
saaja tanpa tambahan susu formula, madu, air putih,bubur nasi dan tim, bubur
susu,biscuit dll.
Menurut WHO, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain.
PSIKOSOSIAL ASPEK PERIODE POSTPARTUM
A. PENGERTIAN POSTPARTUM
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim sampai enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ organ
yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlakuan yang
berkaitan saat melahirkan. (Suherni, 2009)
Pada masa postpartum ibu mengalami kejadian penting yaitu perubahan fisik, masa
laktasi maupun perubahan psikologis mengahadapi keluarga baru dengan kehadiran bayi
membutuhkan perhatian dan kasih saying.
Tahapan masa postpartum adalah :
a) Puerperium dini, yaitu saat saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan jalan
b) Pueperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ organ genital
kira-kira 6-8 minggu
c) Remot puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil dan persalinan mempunyai komplikasi.
(Suherni, 2009)
B. PERUBAHAN PADA PERIODE POSTPARTUM
a) Perubahan fisiologis
Pada perubahan fisiologis terjadi beberapa perubahan system antara lain :
1) System reproduksi (terjadi perubahan selama proses involusi, afterpains,
pengeluaran lokia, kondisi serviks, vagina, perineum dan jaringan
penopang dasar panggul kembali ke keadaan sebelum hamil)
2) System endokrin (penurunan kadar hormone human placental lactogen
atau hpl, ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat)

3) System urinarius (penurunan fungsi ginjal, hipotonia,dilatasi ureter, dan


pelvis ginjal)
4) System pencernaan (penurunan tonus dan motilitas otot traktus
pencernaan, tonus otot usus menurun)
5) Payudara (produksi ASI)
6) Sistem kardiovaskuler (penurunan volume darah,curah jantung
meningkat, dan penurunan volume plasma)
7) System musculoskeletal (stabilisasi sendi)
8) System integument (kloasma menghilang, pigmentasi akan berangsur
angsur menghilng, diaforesis)
b) Perubahan psikologis
Perubahan psikologis terjadi pada periode postpartum adalah penyesuaian ibu
terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu :
1) Fase dependen (taking in)
Fase ini berlangsung selama satu sampai dua hari. Ibu berharap semua
kebutuhannya dipenuhi sebagai respon terhadap kebutuhan ibu akan
istirahat dan makanan. Ketergantungan disebabkan karena
ketidaknyamanan fisik, luka episiotomy, afterpains, hemoroid,
ketidaktahuan merawat bayi dan kelelahan setelah melahirkan.
2) Fase dependen mandiri (taking hold)
Fase ini berlangsung selama 10 hari. Berangsur angsur tenaga ibu mulai
membaik, merasa lebih nyaman dan dapaat mengurangi focus terhadap
dirinya dan mulai berfokus pada bayinya. Keinginan ibu muncul
bergantian akan kebutuhan untuk mendapatkan perawatan dan
penerimaan oleh orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan sesuatu
secara mandiri. Pada fase ini terjadi depresi. Secara psikologis ibu
mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua.
3) Fase interdependen (letting up)
Fase ini perilaku mandiri muncul, ibu dan keluarga bergerak maju
sebagai suatu system dengan saling berinteraksi dan untuk membina
karir.
DAFTAR PUSTAKA
Nanni, Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
Marmi, S.ST. .2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peurperium Care . Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Pelajar.

You might also like