You are on page 1of 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GENETIKA
MEIOSIS

OLEH :
KELOMPOK : 1 B
ANGGOTA

ASIS TEN

: NINA ANNISA RAHMALIA

(1410421008)

NURAINI SAGALA

(1410421016)

NABILA TSOERAYYA GP

(1410422028)

FIRHAM YASRA

(1410422036)

ELSA ROHMAH

(1410422044)

: YONI ESTI NURISMA

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tubuh makhluk hidup mengalami pertumbuhan dari kecil hingga seperti saat
ini. Tubuh makhluk hidup mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
psikis. Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan sel-sel yang menyusun tubuh yang
berkembang dan memperbanyak diri, sehingga secara kuantitas jumlah sel bertambah
banyak menyebabkan tubuh makhluk hidup akan bertambah besar (Ritonga dan
Wulansari, 2010).
Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup yang dapat
mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangbiakan sel (reproduksi sel)
ada dua macam, yaitu secara mitosis dan meiosis. Reproduksi sel merupakan salah
satu ciri utama makhluk hidup. Pada makhluk hidup bersel satu atau uniseluler,
proses ini bertujuan sama seperti tujuan perkembangbiakan, yaitu menghindari
kepunahan. Adapun pada makhluk hidup bersel banyak atau multiseluler, reproduksi
sel bertujuan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan, dan
perkembangan sel. Semua aktifitas makhluk hidup termasuk reproduksi sel, selalu
membutuhkan energi. Energi ini diperolehdari proses oksidasi zat-zat makanan yang
akan menghasilkan adenosin tri-phosphat (ATP). ATP tersebut dihasilkan selama
proses glikolisis dan daur krebs (Suryo, 2005).
Sel makhluk hidup pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu sel tubuh
(Autosom) dan sel kelamin (Genosom). Perbedaan ini disebabkan karena adanya
perbedaan fungsi dan jumlah kromosom dari kedua jenis sel tersebut. Selain itu, cara
reproduksi antara kedua sel tersebut juga berbeda karena akan menghasilkan jumlah
anakan dengan jumlah kromosom yang berlainan. Ada tiga jenis reproduski sel, yaitu
Amitosis, Mitosis dan Meiosis (pembelahan reduksi). Amitosis adalah reproduksi sel
di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui tahap-tahap pembelahan
sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada sel-sel yang bersifat prokariotik,
misalnya pada bakteri, ganggang biru. Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel
membelah melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-AnafaseTelofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel

yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada
tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti (Ritonga dan Wulansari,
2010).
Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah.
Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan
jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua
kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II
(meiosis II). Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada
sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II,
terjadi fase-fase pembelahan seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya
profase I, metafase I, anafase I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan
telofase II. Akibat adanya dua kali proses pembelahan sel, maka pada meiosis, satu
sel induk akan menghasilkan empat sel baru, dengan masing-masing sel mengandung
jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (Suryo, 2005).
Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis,
karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan
kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Pembelahan pertama dari
meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari suatu
meiosit yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid yang mengandung
kromosom n. Jumlah kromosom direduksi saat pasangan kromosom homolog
terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis kedua. Miosis
kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti haploid
(Ritonga dan Wulansari, 2010).
1.2 Tujuan
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan preparat kromosom hewan, pengamatan
strukturnya serta menentukan fase-fase pembelahan meiosis sel yang teramati pada
testis belalang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sel digolongkan menjadi 2 kelas utama, yaitu sel prokariot dan sel eukariot.
Perbedaan utama diantara keduanya terletak pada keberadaan membran inti yang
membatasi inti sel dan sitoplasma. Organisme prokariot tidak memiliki membran inti
dan eukariot memiliki

membran inti. Semua sel hewan dan tumbuhan adalah

eukariot dan bakteri, cyanobacteria dan mycoplasma adalah prokariot. Organisme


prokariot tidak mengalami pembelahan sel berupa mitosis atupun meiosis, ia hanya
mengalami pembelahan sel berupa amitosis, salah satu contohnya adalah pembelahan
biner. Organisme eukariot mengalami pembelahan sel secara mitosis pada sel
somatisnya dan meiosis pada sel gametnya. Organisme eukariot membutuhkan
kemampuan untuk dapat tumbuh, dan proses ini dapat terjadi melalui pembelahan
sel dan pertumbuhan sel. Pertumbuhan terkadang merupakan hasil dari satu atau
komponen lain saja, tetapi sering terjadi juga bahwa pertumbuhan sel dan
perkembangan sel tergabung dalam satu proses yang dinamakan siklus sel (Koning,
1994).
Fungsi utama dari siklus sel adalah menduplikat sejumlah DNA di dalam
kromosom dengan tepat, kemudian membelah menjadi dua sel anak yang identik.
Proses ini merupakan dua fase utama dari siklus sel. Proses duplikasi DNA terjadi
pada fase S (S= sintesis), yang menghabiskan 10-12 jam dan merupakan separuh
waktu siklus sel pada tipe sel mamalia. Setelah fase S, terjadi pemisahan kromosom
dan pembelahan sel pada fase M (M=Mitotik), yang membutuhkan waktu lebih
sedikit (kurang dari satu jam pada sel mamalia). Mitosis terjadi pada fase M yang
dimulai dengan kromosom yang terkondensasi. Fase mitotik merupakan tempat
terjadinya mitosis. Kondensasi kromosom dan pembatasan kromosom replikan
terjadi dalam mitosis (Alberts, 2002).
Meiosis adalah tipe khusus dari pembelahan nukleus yang melakukan
pemisahan

tiap kromosom homolog menjadi gamet yang baru. Jika mitosis

menghasilkan sel anak yang identik dengan induk, maka meiosis menghasilkan sel
anak dengan reduksi jumlah kromosom. Selain itu, meiosis menghasilkan sel anak
yang berbeda dengan induknya (Farabee, 2000). Perbedaan mitosis dan meiosis yaitu

pada mitosis tidak terjadi crossing over dan pembentukan kromosom homolog,
terjadi pada sel tubuh untuk regenerasi atau pertumbuhan sel, satu sel induk
menhasilkan dua sel anak yang bersifat identik, jumlah kromosom induk sama
dengan jumlah kromosom anakan dan pembelahan sel hanya terjadi sekali. Meiosis
mengalami dua kali pembelahan, terjadi reduksi jumlah kromosom untuk menjaga
jumlah kromosom terakhir tetap sama, dan satu sel induk menjadi empat sel anak
yang tidak samua identik karena terjadi crossing over (Campbell and Reece, 2010).
Pada pembelahan meiosis terdapat dua macam pembelahan yaitu pembelahan
reduksi (meiosis I) dan pembelahan sel (meiosis II). meiosis II melakukan
pembelahan

sel seperti yang terjadi pada pembelahan mitosis, sedangkan pada

meiosis I terjadi peristiwa reduksi kromosom yang nantinya berpengaruh terhadap


sifat sel anakan (Cooper, 2000).
Tahap interfase pada meiosis sama seperti tahapan interfase pada
mitosis, setelah tahap interfase sel menuju tahap profase I yang ditandai dengan
kromosom berkondensasi, benang spindel dari sentriol mulai tumbuh, dan
menghilangnya membran inti. Tahap selanjutnya adalah metafase I dimana
kromosom homolog berjajar ditengah sel dan terikat dengan benang spindel yang
mulai tertarik ke arah berlawanan yang dinamakan anafase I. Tahap selanjutnya,
kromosom terbagi dua, membran inti terbentuk, dan sel terbagi dua sama besar yang
dinamakan telofase I (Starr, 2010). Meiosis I sering disebut pembelahan reduksi
karena setiap produk baru sekarang memiliki jumlah kromosom haploid. Pewarisan
Mendelian terjadi pada meiosis I. Cross over yang terjadi sebelum metafase
menghasilkan kombinasi materi genetik yang baru, hasilnya bisa menguntungkan
atau merugikan (Campbell and Reece, 2010).
Sebelum mengalami tahap meiosis II, sel memasuki tahap interkinesis yang
merupakan periode antara meiosis I dan meiosis II. Tahap meiosi II sama seperti
tahap mitosis. Kromatin pada setiap sel anakan hasil meiosis I menebal dan
memendek, membran inti lebur kembali, muncul benang spindle pada sentriol, dan
kromosom berikatan dnegan benang spindel. Metafase II terjadi kembali kromosom
yang berjajar pada bidang equator, kemudian sentromer membelah dan memisahkan
sister chromatids, lalu terbentuk lekukan yang akan memisahkan masing masing
sel menjadi dua bagian (Starr, 2010). Dalam meiosis dapat terjadi crossing over,

yaitu petukaran gen antar kromosom homolog. Siklus hampir sama dengan mitosis,
tetapi dalam meiosis menghasilkan 4 sel anakan dengan kromosom haploid (n).
(Campbell and Reece, 2002).
Meiosis memegang peran penting dalam pembentukan sel gamet dalam
kelenjar kelamin (gonad), yang terjadi di testis pada hewan jantan, serta ovarium
pada hewan betina. Pada tumbuhan berbiji, meiosisi terjadi pada kepala benang sari
dan kandungan lembaga. Pada tumbuhan lumut, meiosis terjadi di sporogonium
dan di sporangium pada tumbuhan paku (Pratiwi, 2004)
Proses meiosis pada manusia terjadi pada sel gamet, yaitu spermatogenesis
pada pria dan oogenesis pada wanita. Spermatogenesis yang merupakan proses
pembentukan spermatozoa terjadi didalam testis. Spermatozoa berasal dari sel
primordial yang mengandung 44 autosom dan 2 genosom. Spermatozoa yang siap
membelah dinamakan spermatosit primer (2n), spermatosit tersebut melakukan
meiosis I dan menghasilkan 2 buah spermatosit sekunder (n). spermatosit sekunder
kemudian melakukan pembelahan meiosis II menghasilkan 4 spermatid yang akan
berkembanag menjadi spermatozoa haploid yang memiliki 22 sel autosom dan 1 sel
gonosom. Sama seperti proses spermatogenesis, oogenesis mengalami dua kali
pembelahan yang dimulai dengan terbentuknya oosit primer (2n) mengalami meiosis
I menjadi oosit sekunder (n) dan badan kutub kemudian membelah lagi
menghasilkan 1 ovum dan 3 badan kutub (suryo, 2011).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2016 Pukul 10.00-13.30 di
Laboratorium Teaching 4, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam, Universitas Andalas Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu Valanga jantan 10 ekor, Kloroform, Nacl,
Acetoarcein, Gunting bedah, kaca objek, cover glass, mikroskop, tissue dan pipet
tetes.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Dicelupkan kapas ke dalam larutan

kloroform dan ditaruh dibagian kepala belalang, ditunggu beberapa saat sampai
belalang tidak aktif lagi. Dipotong bagian ventral belalang dengan menggunakan
gunting bedah. Diambil testis belalang dengan menggunakan jarum bertangkai dan
direndam dalam larutan NaCl 0,9%. Ditaruh testis belalang diatas kaca preparat dan
diwarnai dengan aceto-orcein 2%, sebanyak 1 tetes (dibiarkan 10 menit). Ditutup
onjek testis dengan cover glass dan dilakukan squash agar tidak terjadi gelembung
pada objek dan sekitarnya.Diamati fase-fase meiosis dibawah mikroskop dengan
perbesaran 40x10. Digambar fase-fase yang ditemukan dan diberi keterangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa fase meiosis, diantaranya:
profase I ( leptoten, pakiten dan diakinesis), anafase I, telofase I, interfase II, profase
II, metafase II, dan telofase II. Fase meioses lainnya tidak dapat diamati karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam proses pembuatan preparat.
4.1 Fase Profase 1
4.1.1 Fase Leptoten

Gambar 1. A. Fase Leptoten kelompok 1B; B. Fase Leptoten literatur


Dari gambar hasil pratikum terlihat bahwa benang-benang kromatin mulai
terbentuk dan terlihat di dalam sel. Hal ini sesuai dengan gambar literatur yang
memperlihatkan adanya benang kromatin yang mulai terbentuk dan terlihat jelas
pada preparat. Menurut Suryo (1995), pada tahap profase I, DNA dikemas dalam
kromosom. Pada akhir profase I terbentuk kromosom homolog yang berpasangan
membentuk tetrad. Pada fase Leptonema , yaitu benang-benang kromatin memendek
dan menebal serta mudah menyerap zat warna dan membentuk kromosom
mengalami kondensasi.
4.1.2 Fase Pakiten

Gambar 2. A. Fase Pakiten kelompok 8b ; B. Fase Pakiten literatur


Dari hasil praktikum, terlihat bahwa kromoson kromosom homolog
berpasangan, hal ini sesuai dengan gambar literatur yang menunjukan fase pakiten
pada saan kromosom homolog berpasangan. Menurut Yatim (1983), pada tiap
kromosom melakukan penggandaan atau replikasi menjadi dua kromatid dengan
sentromer yang masih belum membelah. Tiap kromosom yang berpasangan
mengandung empat kromatid disebut tetrad atau bivalen.
4.1.3 Fase Diakinesis

Gambar 3. A. Fase Diakinesis kelompok 8b ; B. Fase Diakinesis literatur


Dari hasil praktikum terlihat bahwa terbentuknya benang-benang spindel dan sentriol
sampai pada kutub yang berlawanan, membran inti dan nukleus menghilang.

Gambar dari praktikum menunjukkan terlihatnya kromosom yang akan bergerak


menuju ekuator yang terlihat sama dengan gambar literatur. Menurut Yatim (1983),
terbentuk benang-benang spindel dari pergerakan dua sentriol (hasil pembelahan) ke
arah kutub yang berlawanan. Diakinesis diakhiri dengan menghilangnya nukleolus
dan membran nukleus serta tetrad mulai bergerak ke bidang ekuator.
4.2 Anafase I

Gambar 4. A. Fase Anafase kelompok 1B; B. Fase Anafase literatur


Dari hasil praktikum terlihat bahwa kromosom bergerak menuju arah kutub
meninggalkan bidang ekuator. Hal ini juga terlihat pada gambar literatur yang
memperlihatkan bahwa kromosom berkumpul kearah kutub dari sel. Menurut
Ritonga (2010), tiap kromosom homolog (yang berisi dua kromatid kembarannya)
masing-masing mulai ditarik oleh benang spindel nenuju ke kutub pembelahan yang
berlawanan arah. Tujuan anafase I adalah membagi isi kromosom diploid menjadi
haploid. Dan pada anafase 1 sentromer belum membelah.

4.3 Telofase 1

Gambar 5. A. Fase Telofase kelompok 1B


Dari gambar hasil praktikum terlihat bahwa sel mulai membelah. Menurut Suryo
(1995), pada telofase I berlangsung sitokinesis, sehingga sel induk yang mula-mula
diploid itu telah menjadi dua sel anakan masing-masing haploid. Meiosis I berakhir,
waktu yang pendek antara meiosis I dan Meiosis II dinamakan interkinase.
4.4 Interfase II

Gambar 6. A. Fase Interfase II kelompok 4B ; B. Fase Interfase II Literatur


Menurut literatur, Pada interfase II, tidak terjadi replikasi DNA sehingga kromosom
dalam kedua sel tersebut berada dalam keadaan dupleks. Oleh karena, kemiripannya
dengan mitosis, tahap meiosis II ini secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai
mitosis haploid (Yatim,1983)
4.5 Profase II

Gambar 7. A. Fase Profase II kelompok 8b ; B. Fase Profase II Literatur


Pada hasil praktikum dan literatur, terlihat yaitu serabut-serabut gelendong terbentuk
lagi. Menurut literatur, pada fase Profase II, Benang Kromatin menebal dan
memendek membentuk kromosom .pada fase ini tidak terjadi penggandaan
kromosom sehingga jumlah sel kromosom tetap (Yatim,1983)
4.6 Metafase II

Gambar 8. A. Fase Metafase II kelompok 8b; B. Fase Metafase II Literatur


Pada gambar hasil tidak terlalu jelas terlihat bahwa kromatin merapat ke arah
bagian tengah sel, namun pada gambar literatur terlihat bahwa kromatin kromatin
bergerak menuju bagian tengah sel. Menurut Suryo (1995), pada fase metafase II
Kromosom mengumpul di ekuator dan setengah kromosom mengarah kutub masingmasing. Setelah itu, sentromer terbagi dua, masing-masing mengarah ke kutub,

sebagai tempat melekatnya kromosom pada benang-benang spindel seperti pada


mitosis.
4.7 Fase Telofase II

Gambar 9. A. Fase Telofase II kelompok 8B ; B. Fase Telofase II Literatur


Pada gambar hasil praktikum terlihat bahwa sel mulai membelah dan kromatin telah
sampai pada kutub yang berbeda. Terlihat bahwa proses sitokinesis mulai terjadi
pada sel. Dar gambar literatur terlihat jelas bawah kromatin telah sampai di ujung
kutub sel. Menurut yatim (1983), telofase II berlanjut dengan terbentuknya membran
inti yang menyelimuti kromosom pada masing-masing kutub. Kromosom terurai
kembali menjadi benang-benang kromatin dan diikuti oleh sitokinesis.Sitokinesis
pada dua sel tersebut menghasilkan empat sel haploid. Pada hewan jantan, empat sel
baru yang terbentuk dapat menjadi sperma. Pada bagian bunga jantan, dapat menjadi
serbuk sari (polen). Pada hewan atau bagian bunga betina, pembentukan gametnya
lebih kompleks.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada fase Profase I, Leptoten merupakan fase saat benang kromatin mulai
terbentuk dan terlihat didalam sel.
2. Fase Pakiten merupakan fase saat kromosom homolog berpasangan.
3. Fase diakinesis adalah saat kromosom mulai bergerak kearah ekuator.
4. Fase Anafase I merupakan fase saat kromosom mulai bergerak kearah kutub yang
berlawanan.
5. Pada fase Telofase I, terjadi pembelahan sel dan kromosom telah berada di ujung
kutub sel yang baru.
6. Pada Fase Interfase II, tidak terjadi proses replikasi DNA seperti pada interfase
yang pertama.
7. Fase Profase II, benang kromatin mulai terbentuk dan memendek.
8. Pada Fase metafaseII, kromatin mulai merapat kearah ekuator sel.
9. Fase Telofase II, sel mengalami sitokinesis dan nukleus akan kembali terbentuk.
5.2 Saran
Pada praktikum Meiosis ini, diharapkan kepada praktikan agar mengetahui cara kerja
dan mengetahui proses-proses meiosis. Selain itu praktikan harus berhati melakukan
proses squash agar preparat tidak rusak dan bisa diamati dobawah mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts,

B.
dkk.
2002.
Gambaran
Umum
dari
Siklus
Sel.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=mboc4.section.3169.
(diakses pada 25 Maret 2016)

Campbell, N.A., J.B. Reece. 2010. Biologi. Terjemahan dari biology oleh wulandari,
D.T erlangga, Jakarta.
Campbell, Reece Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Cooper,

G.M. 2000. Sel Molekuler. www.as.utexas.edu /biology/education/


spring07/scalo/secure/CooperCh2Cell.pdf (diakses pada 25 Maret 2016)

Farabee M.J. 2000. Pembentukan Sel: Meiosis dan Reproduksi Seksual.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?highlight=mitotic
%2Cmeiosis&rid=genomes%2Efiggrp%2E6244 (diakses pada 25 Maret
2016)
Koning,

R.E. 1994. Siklus Sel. http://plantphys.i nfo/plant_physiology


/cellcycle.shtml. (diakses pada 25 Maret 2016)

Pratiwi, D.A. 2004. Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga


Ritonga, A.W dan Wulansari, A. 2010. Analisis Meiosis. Departemen AGH : IPB.
Starr, C., C.A. Evers, L. Starr. 2013. Biology today and tomorrow with physiology 4th
edition. Cengange learning internasional offices, USA: xx+579 hlm.
Suryo H. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Suryo. 2005. http://www.academia.edu/8809215/ HAND OUT PEMBELAHAN
SEL.pdf. (diakses tanggal 20 maret 2016)
Suryo. 2011. Genetika manusia.gajah mada university press, Yogyakarta.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Yogyakarta
Sumber Gambar :
Anonim. 2013. Protocols on cell biology experiments. India Society of cell biology.

You might also like