Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Gizi pada Ibu Menyusui untuk menyelesaikan mata kuliah Gizi dalam Komunitas.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studi di tingkat
perkuliahan semester enam. Dalam penyusunan Penulisan makalah tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga Makalah
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas
membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup,
asupan gizi yang cukup untuk menghasilkan kualitas ASI yang baik, juga untuk
menghasilkan kuantitas ASI yang optimal.
Gizi yang baik dikonsumsi ibu, berpengaruh juga terhadap keadaan bayinya,
karna makanan yang dikonsumsi merupakan asupan gizi yang didapat bayi dari ibu.
Perbaikan gizi mesti dilakukan, dan itulah tugas seorang bidan yang merupakan
cakupan ruang lingkup dari asuhan kebidanan.
Melihat pemaparan diatas, muncullah sebuah keinginan tentang pembuatan
makalah mengenai Gizi Ibu Menyusui yang berisikan tentang prinsip gizi bagi ibu
menyusui, status kebutuhan asupan gizi ibu menyusui, Komposisi ASI, dan Kontra
indikasi Menyusui.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting untuk memperhatikan
syarat-syarat dalam menyusun menu ibu menyusui yaitu : seimbang, tidak ada pantangan
makanan (kecuali ibu memang alergi bahan makanan tertentu), mudah cerna dan tidak terlalu
merangsang pencernaan.
Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. Prinsipnya yaitu sama dengan makanan ibu hamil,
hanya jumlahnya lebih banyak dan mutu lebih baik. Syarat-syarat bagi ibu menyusui:
1.
2.
3.
3.
menjadi
gemuk.
Selain makanan, produksi ASI sangat tergantung pada 3 hal penting, yaitu:
1. Permintaan bayi : hendaknya ibu sesering mungkin menyusui bayinya karena dengan
demikian produksi ASI akan bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.
2. Psikologis ibu : ibu menyusui perlu istirahat cukup, ketenangan jiwa dan pikiran
3. Perlu perawatan payudara untuk memberi rangsangan pada kelenjar susu agar produksi
ASI meningkat.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Menyusui
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu menyusui adalah :
1. Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
2. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram
protein sehari.
3. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika
kekurangan satu atau lebih zat gizi.
4. Aktivitas.
Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui
Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah
nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800
Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.
Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan
jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan
800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.
a)
Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui
Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang menyusui sangatlah harus dipertimbangkan
karena menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki
gizi yang cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain
itu, produksi ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik semasa
hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu,
kesehatan ibu dan anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah.
Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:
Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energi untuk
mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 700 kkal/jari (6
bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari
dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari.
Protein
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan kedua
dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11g/hari.
Zat besi
Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu
ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan
pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5
mg/ hari.
Kalsium
Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena dalam proses
produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI relative konstan baik
dalam kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake kalsium tidak mencukupi maka
kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu,
termasuk dalam tulang.
Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.
Vitamin B-6
Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung syaraf dan
sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel darah merah dan putih.
Vitamin B-12
Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.
Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam penyembuhan luka.
Tabel Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Zat gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Vitamin (RE)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B-12 (g)
Asam folat (g)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Iodium (g)
Selenium (g)
0-6 bulan
+ 700
+ 16
+ 350
+ 0,3
+ 0,4
+3
+ 0,3
+ 50
+ 25
+ 400
+ 300
+ 40
+2
+ 10
+ 50
+ 25
7-12 bulan
+ 500
+ 12
+ 300
+ 0,3
+ 0,3
+3
+ 0,3
+ 40
+ 10
+ 400
+ 200
+ 30
+2
+10
+ 50
+ 20
Kandungan vitamin dan mineral dapat memastikan bahwa ibu dan bayi memperoleh
nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Semua gizi
tersebut dapat didapatkan pada:
a)
Sayur-sayuran
Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, asam folat,
beta-carotene, vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-makanan
kaya zat besi membantu memelihara tingkat energi Anda sekaligus mampu
mencegah anemia. Folate atau asam folat sangat penting dalam pembentukan sel
darah merah. Jika Anda suka sayuran mentah, coba makan bayam, selada, tomat,
ketimun, dan jamur. Jika Anda memilih sayuran yang telah dimasak, pertimbangkan
gambas, kacang polong, jagung, kentang, dan labu. sebaiknya makan 3-5 hidangan
sayuran setiap hari.
b)
Buah-buahan
Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan. Kandungan
vitamin A, B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem kekebalan tubuh
ibu dan bayi. Asupan buah juga membantu tubuh penyerapan zat besi. Konsumsi
buah-buahan seperti blueberry dan strawberry sangat disarankan karena
mengandung anti oksidan dan serat tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan
alami, beku atau dijus. Usahakan makan 3-5 porsi buah setiap hari.
c)
Kacang-kacangan
Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat. Protein
penting memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan yang juga
mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Tingkat
cukup kalsium diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi. Kacang
juga baik untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang
Brasil dan pistachio.
Ikan
Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut US
Environmental Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan ikan hiu,
ikan todak, makarel raja, atau ikan ubin karena tingkat kandungan merkurinya
sangat tinggi. Ikan salmon pollock tuna dan ikan patin masih aman dikonsumsi 12
ons seminggu karena termasuk jenis ikan rendah merkuri.
d)
Hal yang paling penting dalam memenuhi gizi adalah menjaga pola makanan bergizi
untuk ibu menyusui, terutama makanan yang banyak mengandung protein, vitamin, mineral,
dan cairan.
Berikut beberapa contoh makanan serta nilai gizi yang dikandungnya
Makanan
3/4 gelas nasi seberat 100 g
Jumlah energi
175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
karbohidrat
50 g udang basah
Bayam Kedelai
Daun singkong Pepaya
Daun katuk Mangga
Daun pepaya Jeruk
Kacang tanah Pisang
Kacang merah Jambu air
Kacang hijau
D. KOMPOSISI ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi
manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi.
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1. Kolustrum,
2. Air susu transisi/ peralihan,
3. Air susu matur.
Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan
cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi
makanan yang akan datang.
ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu
sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih.
Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.Air susu yang
mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.
Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan
air.Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi.
Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.Dibawah ini bisa kita lihat
perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.
Kolustrum
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3
Transisi
63,0
6,7
3,6
0,965
0,3
ASI matur
65,0
7,0
3,8
1,324
0,2
335,9
5,9
119,6
2,9
Ig M (mg/100 ml)
Lisosin (mg/100 ml)
Laktoferin
17,1
14,2-16,4
420-520
2,9
24,3-27,5
250-270
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu kepada bayinya.
Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan (kolostrum, susu peralihan, susu matur)
yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada stadium itu, dan tidak dapat ditiru dengan
pemberian susu formula.
Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI
mengandung 200 zat gizi dan memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat. Zat-zat
itu antara lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon
pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.
Berikut ini komposisi zat-zat Gizi yang terdapat dalam ASI (Kolostrum, Peralihan dan
Matur)
Hidrat Arang
Zat hidrat arang dalam ASI dalam bentuk laktosa yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap
hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya, hidrat arang dalam kolostrum
untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3 g, dalam ASI peralihan 6,42 g, ASI hari ke-9 adalah 6,72 g,
ASI hari ke-30 adalah 7 g, ASI minggu ke-34 adalah 7,11 g. Rasio jumlah laktosa dalam ASI
dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis bila dibandingkan dengan PASI
(pengganti ASI). Kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital
untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis,
yaitu untuk pembentukan mielin (selaput pembungkus sel saraf). Dari hasil penelitian,
semakin tinggi kadar laktosa dari jenis susu mamalia, semakin besar pertumbuhan otaknya.
Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan juga merupakan sumber kalori bagi serabut
saraf otak.
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium yang sangat penting untuk
pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan
perkembangan tulang. Hasil pengamatan terhadap bayi yang mendapat ASI eksklusif
menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berusia 5 atau 6 bulan, dan
gerakan motorik kasarnya lebih cepat (Purwanti, 2004).
Protein
Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI
sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok protein whey
(protein yang bentuknya lebih halus). Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus,
lembut, dan mudah dicerna. Sedangkan komposisi protein yang ada dalam Air Susu Sapi
(ASS) adalah kelompok kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus
bayi.
Perbandingan protein unsur whey dan kasein dalam ASI 20:80. Artinya protein pada ASS
hanya 1/3-nya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus
membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar direabsorpsi dan harus dikeluarkan dari
sistem pencernaan yang tentunya akan menimbulkan gangguan metabolisme, membebani
sistem pencernaan usus bayi. Kemungkinan bayi akan sering menderita diare dan defekasi
dengan feses berbentuk biji cabai menandakan adanya makanan yang sukar direabsorpsi.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif 14,7 kali lebih sehat. (Roesli, U. 2000).
Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI
berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak
pada lima menit pertama isapan akan berbeda pada 10 menit kemudian. Kadar lemak pada
hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi.
Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA dan
Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk mielinasi. Lemak selain diperlukan
dalam jumlah sedikit sebagai energi, juga digunakan oleh otak untuk membuat mielin,
sedangkan myelin merupakan zat yang mengelilingi sel saraf otak dan akson agar tidak
mudah rusak bila terkena rangsangan. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi
karena ASI juga mengandung lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida,
sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. Jumlah asam
linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan susu buatan yaitu 6:1. Jumlah
asam linoleat yang tinggi akan memacu perkembangan sel saraf otak bayi seoptimal mungkin
dan dapat mencegah terjadinya rangsangan kejang.
Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tetapi
dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan Air Susu Sapi yang
jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar harus dibuang melalui sistem urinaria maupun
pencernaan karena tidak dapat dicerna. Hal ini sangat membebankan ginjal bayi. Kadar
mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan,
Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu
ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk
vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K pada hari pertama, ketiga dan ketujuh.
Vitamin K1 dapat diberikan oral.
E. KONTRA INDIKASI MENYUSUI
Dalam beberapa kasus tertentu, Ibu disarankan untuk tidak menyusui bayinya. Berikut adalah
kondisi yang sangat jarang terjadi tersebut
Kondisi Bayi
Infeksi HIV 1 infection (Jika makanan pengganti dapat diterima (acceptable), layak(
feasible), mampu membeli (affordable), kontinu (sustainable), dan aman,)
Tuberculosis/TBC (yang sedang aktif dan belum dirawat). Menyusui bisa dilanjutkan
setelah Ibu mendapat perawatan selama 2 minggu atau bayi telah diberikan isoniazid
Virus Herpes simplex pada payudara (dihentikan hingga luka pada payudaran telah
bersih)
Pengobatan
o Sebagian besar obat-obatan tergolong aman karena hanya sedikit yang
akhirnya terkandung dalam ASI
o Sebagian kecil senyawa dalam drugs of abuse dan beberapa senyawa
radioaktif yang memiliki umur paruh yang panjang mengharuskan Ibu
berhenti menyusui
Dari paparan diatas, jelas bahwa HANYA SEDIKIT sekali kondisi yang tidak memungkinkan
Ibu menyusui bayinya. Di luar kondisi-kondisi tersebut, Ibu tetap dapat menyusui bayinya,
apalagi jika Ibu hanya mengalami sakit-sakit biasa seperti flu, demam, batuk, dsbnya
Ibu dengan HIV AIDS Ibu dengan riawayat HIV/AIDS yang dapat memberikan
PASI yang memenuhi syarat AFASS. Pemberian air susu ibu memang sangat
dianjurkan demi kesehatan bayi. Namun, saat ibu menderita penyakit menular seperti
HIV/AIDS, pemberian air susu ibu (ASI) justru bisa menjadi media penularan. Pada
tahun 2012, seorang bayi berusia satu tahun di Belgia tertular HIV dari ibunya melalui
ASI. Para dokter mengatakan, kasus ini terbilang langka di negara industri. Sudah
dikenal selama 30 tahun bahwa menyusui merupakan salah satu cara penularan HIV
dari ibu ke bayi. Penularan virus seperti ini sering terjadi di negara berkembang pada
ibu yang telah terinfeksi HIV. Namun kasus ini sangat jarang terjadi di negara
industri, tempat ibu yang positif HIV tidak disarankan menyusui bayinya. Saat ini
bagi ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS tidak perlu was-was dalam memberikan
ASI secara eksklusif kepada sang buah hati. Pasalnya, risiko penularan dapat ditekan
melalui program Prevention Mother to Child Transmition (PMTCT). Melalui program
PMTCT penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat dicegah sejak awal masa
kehamilan. Program PMTCT sebenarnya dapat dimulai sejak pasangan berencana
mempunyai anak. Mereka yang terinfeksi harus berkonsultasi dengan dokter ahli.
Kemudian ibu dengan HIV /AIDS akan mendapatkan terapi ARV profilaksis atau obat
anti retroviral. Saat ini Mulai 14 minggu usia kehamilan sudah mulai. diberikan obat
antivirus. Obat anti retroviral, virus secara otomatis akan berkurang dalam tubuh
pengidap. Semakin lama, diharapkan jumlahnya semakin menurun bahkan sampai
tidak terdeteksi. Untuk meminimalisir penularan saat proses persalinan, ibu pengidap
HIV biasanya dianjurkan untuk melakukan dengan cara caesar. Pasalnya, HIV banyak
tersimpan di limfosit pada dinding rahim sehingga jika melahirkan dengan cara
normal, bayi dikhawatirkan terpapar lebih lama dengan darah yang mengandung
HIV.Setelah melahirkan, ibu pengidap HIV positif yang minum obat anti retroviral
boleh memberikan ASI kepada bayinya. Tetapi ada satu syarat yang harus dipenuhi
yaitu memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan dan tidak boleh
mencampur ASI dengan makanan lain.
Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Status gizi ibu menyusui sangat bergantung pada asupan nutrisi makanan yang
dikonsumsi oleh ibu dalam pencapaian kebutuhannya. Status gizi ibu menyusui dipengaruhi
oleh prinsip, dan juga faktor yang merupakan acuan dari penilaian status gizi ibu. Pengaruh
status gizi bagi ibu menyusui memiliki kontribusi penting dalam kesuksesan produksi ASI
yang dilihat dari segi kuantitas, maupun kualitasnya.
Suksesnya proses laktasi dilihat dari kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
karena ibu menyusui memerlukan energi lebih, jadi tidak jarang ibu menyusui sering merasa
lapar. Energi yang dimiliki oleh ibu menyusui harus dipergunakan untuk melakukan
Biosintesis ASI untuk pemenuhan kebutuhan energi bayi yang diperoleh dari ASI tersebut.
Kekurangan gizi pada ibu dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu, maupun
bayinya yang berdampak buruk. Kebutuhan kalori, protein, cairan, vitamin dan mineral mesti
diperhatikan dalam status gizi ibu selama laktasi yang didasarkan pada kandungan nutrisi air
susu dan kuantitas nutrisi penghasil susu.
Dalam menyajikan makanan, ibu harus menyusun makanan yang sesuai dengan
kebutuhan nutrisi kebutuhan ibu. Peran ahli dari yang mengetahui tentang gizi untuk ibu
menyusui sangat penting untuk memberikan promosi dan advokasi pada ibu mengenai gizi
yang harus didapat oleh ibu. Pendidikan tentang gizi adalah solusi terbaik dalam perbaikan
dan pengajaran tentang pengetahuan ibu tentang auspan nutrisi yang harus dikonsumsi
dengan memperhatikan nilai gizi pada setiap makanan yang disajikan.
B. SARAN
Mutu pelayanan yang efisien mengenai pemerhatian terhadap asupan gizi ibu menyusi
merupakan aspek managemen dari asuhan yang mesti dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,
khususnya bidan dalam cakupan lingkup pelayanannya agar terciptanya kesejahteraan ibu
nifas yang kadang jarang diperhatikan. Oleh karena itu, sebagai orang yang berkecimpung
dalam dunia kesehatan tentu kita harus memberikan kontribusi terhadap perbaikan gizi pada
ibu, dengan melakukan asuhan komperhensif dari mulai kehamilannya sampai nifasnya agar
dapat terus terkontrol.