You are on page 1of 11

MAKALAH

FARMAKOLOGI II

DISUSUN OLEH :
HASWIKA
F.14.055

D-III AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


KENDARI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai mikroorganisme
walaupun tidak kasat mata. Mikroorganisme terdapat di air, tanah, dan
udara bahkan di dalam tubuh kitapun terdapat mikroorganisme. Di dalam
makanan-makanan

yang

tidak

higienis

juga

banyak

terdapat

mikroorganisme, bahkan kalau kita lupa cuci tangan sehabis berjabat


tangan atau dalam interaksi lainnya dengan sesama manusia maka
mikroorganisme cepat masuk ke tubuh kita. Mikroorganisme tidak
selamanya berdampak negatif bagi kita. Justru mikroorganisme baik, dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi mikrooganisme patogen di dalam tubuh.
Mikroorganisme baik ini dinamakan Antibiotik.
Sampai tahun 1970-an, WHO memperoleh banyak sukses sengan
kampanye medialnya untuk membasmi berbagaipenyakit infeksi penting.
Hasil baik tersebut tercapai karena karena penemuan banyak antibiotic
baru dengan khasiat antimikroba kuat. Cacar telah dibasmi seluruhnya,
polio praktis dieliminasi pula, sedangkan sampar (pest),difeteri, penyakit
kuning dan kolera sangat dibatasi penjangkitannya. Begitu pula malaria
dan tuberkulosa telah didesak penyebarannya.

Tetapi sejak dasawarsa terakhir, penyakit-penyakit tersebut kecuali


cacar dan polio sudah mulai kembali muncul di banyak bagian dunia.
Tuberkulosa semakin meraja lela karena sulit diberantas akibat masalah
resistensi , berlebih-lebih pula dewasa ini juga berjangkit AIDS. Di dunia
malaria merupakan penyebab utama kematian.Untuk itu makalah ini buat
agar dapat memahami lebih dalam lagi mengenai zat kemoterapeutik,
pengolongan kemoterapeutik serta cara penggunaanya
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kemoterapeutik?
2. Bagaimana mekanisme kerja kemoterapeutik?
3. Bagaimana penggolongan obat kemoterapeutik?
4. Bagaimana cara pemilihan kemoterapeutik?
5. Bagaimana cara kombinasi obat kemoterpeutik?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat penilaian mata kuliah Farmakololgi-II juga untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang materi kemoterapeutik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KHEMOTERAPEUTIK
Kemoterapi modern mulai berkembang pada akhir abad ke-19.
Saat itu peneliti Dr Robert Koch dan Dr Louis Pasteur membuktikan
bahwa banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan protozoa. Dr
3

Paul Erlich adalah sarjana pertama yang melontarkan konsepsi dan istilah
kemoterapi dan indeks terapi (Tjay, 2007)
Istilah kemoterapi mengacu pada senyawa kimia yang digunakan
untuk pengobatan suatu penyakit. Pada beberapa buku, kemoterapi lebih
dikenal dengan pengobatan pada penyakit kanker. Namun, mengacu pada
defenisi awal tadi, kemoterapi tidak hanya pada pengobatan kanker,
namun merupakan senyawa kimia yang toksik terhadap mikroba maupun
parasit tubuh yaitu virus, bakteri, srotozoa, fungi, cacing, dan juga sel
kanker (kemoterapi kanker) (Nugroho, 2011)
Kemoterapeutik didefenisikan sebagai Obat-obat kimiawi yang
digunakan untuk memberntas penyakit infeksi akibat mikroorganisme :
bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium, trichomonas, dll), juga
terhadap infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut berkhasiat memusnahkan
parasit tanpa merusak jaringan tuan rumah ( toksisitas selektif) (Tjay,
2007)
Obat-obat antimikroba yang ideal memperlihatkan toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa obat ini berarti merugikan parasit tapi
tidak merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat
relative daripada absolute, berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit
dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang (Katzung,1997).
Prinsip terapi dengan antimikroba harus memenuhi prinsip umum ,
yaitu suatu antimikroba seharusnya membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri tanpa berbahaya terhadap tubuh manusia sebagai
inangnya, dan obat berpenetrasi ke jaringan tubuh yang dituju, dan menuju
ke bakteri target secara spesifik (Nugroho, 2011)
B. MEKANISME KERJA KHEMOTERAPEUTIK

Kemoterapeutik dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa


mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting bakteri
misalnya (Tjay,2007)
1. Penghambatan sintesa dinding sel, apabila sintesanya terganggu
sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap
tekanan osmosis dara plasma akibat pecah. Contohnya: kelompok
penisilin, sefalosporin dan vankomisin. Perusakan dinding sel
(misalnya lisozim) atau penghambatan pembentukannya dapat
menimbulkan lisis sel ini. Pada lingkungan hipertonik (misalnya
sukrosa 20%), gangguan sintesis dinding sel memungkinkan
pembentukan protoplas bakteri yang bulat dari organism gram positif
atau sferoplas bakteri yang bulat dari gram negative yang dibatasi oleh
membrane sitoplasma yang rapuh (katzung, 1997)
2. Penghambatan membrane sel, semua sel hidup diliputi oleh membrane
sitoplasma, yang bertindak sebagai sawar permeabilitas yang selektif,
melakukan transport aktif dan mengontrol komposisi dalam sel. Jika
integritas fungsional membrane sitoplasma rusak, makromolekul dan
ion lolos dari sel, dan sel rusak atau terjadi kematian, sehingga
menimbulkan aktivitas kemoterapeutik selektif dapat terjadi. Contoh
untuk mekanisme ini adalah kerja polimiksin pada bakteri gram
negative (polimiksin secara selektif bekerja terhadap yang kaya akan
fosfatidil

etanolamin

dan

bekerja

seperti

detergen

kationik

(katzung,1997)
3. Penghambatan sintesis protein, dalam sintesis mikroba normal, pesan
mRNA secara bersamaan dibaca oleh beberapa ribosom yang

memanjang sepanjang pita Mrna (pita ini dinamakan polisom). Bakteri


mempunyai ribosom 70S, sedangkan sel mamalia mempunyai ribosom
80S. Subunit masing-masing tipe ribosom, komposisi kimiawinya, dan
spesivisitas fungsionalnya cukup berbeda untuk menerangkan kenapa
antimikroba dapat menghambat sintesis protein di dalam ribosom
bakteri tanpa menunjukkan efek yang nyata pada ribosom mamalia
(katzung,1997)
4. Penghambatan sintesis asam nukleat, obat golongan ini menghambat
DNA gyrase merupakan enzim bacterial yang bertanggung jawab
terhadap

proses

pembukaan

dan

tertutupnya

lilitan

DNA

(katzung,1997).
5. Antagonisme saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk
metabolism kuman sehingga pertukaran zatnya terhenti (Tjay, 2007)
C. PENGGOLONGAN KHEMOTERAPEUTIK
1. Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative
kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi sintetis, juga
termasuk kelompok ini (Tjay,2007).
Antibiotic digunakan untuk mengobati jenis infeksi akibat
kuman juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Secara profilaksis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep
jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Adapun kelompok antibiotic
yaitu penisilin, sefaloporin, tetrasiklin, aminoglikosia, makrolida, dan

linkosin, polipeptida, serta kelompok sisa (polyen rifampisin, dan lainlain) (Tjay,2007).
2. Antimikotika
Antimikotika adalah obat-obat yang berdaya menghentikan
pertumbuhan atau mematikan jamur yang menghinggapi manusia.
Adapun yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur dapat
digolongkan sebagai (antibiotic, derivate-imidazol, derivate triazol,
asam-asam organis, dan lainya) (Tjay, 2007)

3. Virustatika
Virus adalah jasad biologis, bukan hewan, bukan tanaman,
tanpa struktur sel dan tidak dapat berdaya untuk hidup dan
memperbanyak diri secara mandiri (Tjay, 2007)
4. Sulfonamide dan Kuinolon
Sulfonamide dan Kuinolon adalah kelompok obat penting pada
penanganan infeksi saluran kemih (Tjay, 2007)
5. Tuberkulostatika
Tuberculosis merupakan suatu penyakit menular yang paling
sering terjadi di paru-paru, penyebabnya adalah bakteri gram-positif
tahan-asam dengan pertumbuhan sagat lamban yakni mycobacterium
tuberculosis. Obat TBC umumnya dibagi dalam obat-obat primer dan
sekunder (Tjay, 2007)
6. Leprostatika
Lepra atau kusta adalah suatu penyakit infeksi kronis yang
merusak jaringan saraf dan kulit (Tjay, 2007).
7. Obat-obat malaria, malaria adalah penyakit infeksi dengan demam
berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh
sejenis nyamuk (Tjay, 2007).
7

8. Antelmintika, atau obat cacing merupakan obat yang dapat


memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan (Tjay, 2007).
9. Sitostatika, atau onkolitica merupakan zat-zat yang dapat
menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas (Tjay, 2007)
10. Desinfektansia, adalah zat-zat kimiawi yang digunakan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme di berbagai jenis permukaan
jaringan hidup atau benda mati dengan jalan mematikan atau
menghentikan pathogen (Tjay, 2007).
D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN
KHEMOTERAPEUTIK
Pada infeksi berat selalu dilakukan pembiakan dalam cairan tubuh
(darah, kemih, dahak) untuk mendeteksi kuman pembangkit infeksi dan
menentukan obat yang paling aktif terhadapnya. Tetapi dalam praktek
sehari-hari, karena pertimbangan praktis, dokter mimilih obat atas dasar
jenis dan beratnya infeksi serta pengalamanya. Bila harus dipilih antara
beberapa obat dengan aktivitas dan sifat farmakokinetik, yang lebih
kurang sama, maka hendaknya diperhatikan beberapa factor sebagai
berikut (Tjay,2007) :
a. Zat bakterisid, lebih diutamakan dari pada zat bakteriostatis, terutama
bila daya tahan pasien sudah berkurang.seperti pada penderita penyakit
darah (agranulositosis), endocarditis, pada pembawa bakteri ( carries)
dan setelah pembedahan berat. Pada pasien-pasien ini sel-sel tangkis
(limfosit) kurang aktif lagi untuk memusnahkan kuman yang telah
dihambat pertumbuhanya bakteriostatika. Begitu pula pada pasien
yang lanjut usia sering kali system imunya tak sempurna lagi.

b. Zat dengan daya penetrasi baik kedalam organ atau cairan cerebro
spinalis lebih disukai, agar lebih mudah meresap ke lokasi infeksi. Hal
ini sangat penting bila sumber infeksi terletak pada jaringan dengan
sirkulasi darah buruk. Misalnya prostat dan rongga dahi sulit untuk
dicapai oleh kebanyakan antibiotic.
c. Zat dengan pentakaran 1-2 X sehari lebih disukai daripada obat yang
harus ditakarkan 3-4 kali.
d. Zat dengan pengikatan protein rendah diutamakan, karena hanya obat
bebas dapat mendifusi ketempat infeksi.
E. KOMBINASI KHEMOTERAPEUTIK
Pada umumnya penggunaan kombinasi dari dua atau lebih
antibiotika tidak dianjurkan, lebih pula kombinasi dengan dosis tetap.
Terapi terarah mungkin lebih rasional (misalnya bakteriasid untuk
gangguan tertentu), tetapi beberapa kombinasi dapat bermanfaat sebagai
berikut (Tjay,2007):
1. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat anti kuman dan
anti fungi. Atau dua antibiotic dengan spectrum-sempit (grampositif+gram-negatif) untuk memperluas aktivitas terapi misalnya
basitrasin, polimiksin dalam sediaan topical.
2. Untuk mengatasi resistensi, misalnya amoksilin + asam klavulanat
yang menginaktivir enzim penisilinase.
3. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti
tuberkulos (rifampisin + INH + pirazinamida)
4. Mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostika, karena dosis
masing-masing komponen dapat di kurangi.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kemoterapeutik didefenisikan sebagai Obat-obat kimiawi yang
digunakan untuk memberntas penyakit infeksi akibat mikroorganisme :
bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium, trichomonas, dll),
juga terhadap infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut berkhasiat
memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan tuan rumah ( toksisitas
selektif).
2. Mekanisme kerja kemoterapeutik terdiri dari: Penghambatan sintesa
dinding sel, Penghambatan membrane sel, Penghambatan sintesis
protein, Penghambatan sintesis asam nukleat.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan
saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Tjay,rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI . Jakarta: Gramedia
10

Katzung,B. 1997. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta : EGC


Nugroho,A.D. 2011. Farmakologi.Yogyakarta: Pustaka pelajar

11

You might also like