You are on page 1of 146

TUGAS MAKALAH

KUMPULAN KASUS FARMASI KEDOKTERAN

Oleh:
Anindhito Kurnia P
Ali Husein
Ali Maruf
Bernadeta Erika P
Devika Yuldharia
Dhiandra Dwi Hapsari
Dinar handayani asri
Elanda Rahmat A
Etika Andi R

G99122014
G99112010
G99112011
G99112032
G99112047
G99122034
G99112056
G99122038
G99112065

Fitri Prawitasari
Junita Ayu
Arrara Dyah A.P
Cici Damayanti
Fitria Nugraha
Novita Hardiani
Rifaatun Nur M
0ceana Sejahtera M
Siti Rahmawati K

G99122047
G99122063
208.121.0006
208.121.0039
207.121.0009
208.121.0027
208.121.0003
208.121.0035
208.121.0042

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS, KEDOKTERAN UNISMA
RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
1

DAFTAR ISI
Hipertensi................. 3
Migrain............ 13
Vertigo................................ 17
Hemorrhoid ........ 23
Diabetes Melitus.................. 25
Anemia Pernisiosa....... 28
Dengue Shock Syndrome... 30
Tetanus............................ 33
Disentri Basiler. 45
Syok Anafilaktik..... 52
Typus Abdominalis.... 56
Dengue Hemorrhagic Fever... 63
Dermatitis Atopik................... 67
Eczema ...................... 69
Dermatitis Venenata... 72
Rhinitis Alergika.... 73
Skizofrenia ................ 76
Scabies........ 82
Asma...................... 84
Konjungtivitis......... 86
Epilepsi . 87
Urethritis gonorhe.. 92
Flour albus.. 98
ISK......... 105
TBC............ 110
Stomatitis................... 114
Pharyngitis......................... 116
Urtikaria.. 121
Pneumonia.. 128
Status asmatikus. 132
Glaukoma....... 135
OMA.......... 139
Sinusitis..... 143
Shigelosis.. 147
Pre Eklampsia .. 149
Steven Johnson Syndrome. 153

HIPERTENSI
Definisi
Kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Gejala klinis
Sakit kepala, epistaksis, pusing, wajah kemerahan, sakit pada kepala belakang,
dan kelelahan
Pengobatan dan terapi
Tujuan pengobatan adalah (Yogiantoro, 2006) :
1. Tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (penderita
DM, gagal ginjal, proteinuria) < 130 mmHg;
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler;
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
Selain pengobaan hipertensi (Gambar 2 dan Tabel 3), pengobatan terhadap faktor
risiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia
juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri atas dua komponen, yaitu terapi nonfarmakologis
dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktorfaktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Pengaruh perubahan gaya hidup
pada pasien hipertensi terhadap penurunan tekanan darah (Tabel 4). Terapi
nonfarmakologis antara lain :
1. menghentikan merokok;
2. menurunkan berat badan berlebih;
3. menurunkan konsumsi alkohol berlebih;
4. latihan fisik;
5. menurunkan asupan garam dan lemak;
6. meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Modifikasi pola hidup :
1. Penurunan berat
badan
2. Aktifitas fisik teratur
3. pembatasan garam
3 alcohol
dan

Respons cukup(sasaran
tel;ah dicapai

Respons
kurang

Lanjutkan Modifikasi pola hidup :


Pilihan Anti hipertensi :
1. diuretic atau beta bloker
2. penghambat ACE,antagonis
CA,alfa bloker, alfa beta bloker

Respons cukup (sasaran


telah dicapai)

Respons
kurang

Tingkatkan
dosis pertama

Tambahkan obat
kedua dari golongan
lain
Respon belum
cukup
Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol.
lain atau diuretik

Gambar 2. Tahapan terapi hipertensi

Tabel 3. Terapi Hipertensi


BP

SBP* DBP* Lifestyle

Initial drug therapy

Respons kecil

Ganti dengan gol.


lain

Without
classification

mmHg mmHg modification compelling

With compelling
indications

indication
Normal

<120

Prehypertension 120
139

and <80Encourage
or 80 Yes

No

Drug(s) for

89

antihypertensive

compelling
indications.

Stage 1

140

or 90 Yes

drug indicated.
Thiazide-type

Hypertensi-

159

99

diuretics for most.

on

May consider
ACEI, ARB, BB,
CCB, or

Stage 2

>160

combination.
Two-drug

or >100 Yes

Hypertensi-

combination for

on

most (usually
thiazide-type
diuretic and ACEI

Drug(s) for the


compelling
indications.
Other
antihypertensive
drugs (diuretics,
ACEI, ARB, BB,
CCB) as needed.

or ARB or BB or
CCB).
Mekanisme obat
a. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan
tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan
penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang
digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : diuretik golongan tiazid, diuretik kuat,
dan diuretik hemat kalium.
Obat-Obat Pilihan:
5

A. Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide )
- Indikasi: edema, hipertensi
- Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia,
hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia
-

yang simptomatik, penyakit adison.


Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada
pagi

hari;

dosis

pemeliharaan

5-10

mg

1-3

kali

semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari


Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang
ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia,
hipomagnesemia,
hipokloremanik,

hiponatremia,
hiperurisemia,

hiperkalsemia,
pirai,

alkalosis

hiperglikemia,

dan

peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,


fotosensitivitas,

ganggan darah

(termasuk

neutropenia

dan

trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir);


-

pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.


Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk
diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus
sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan

ginjal yang berat;porfiria.


2. Chlortalidone ( Hygroton, Tenoret 50, Tenoretic )
- Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada
-

Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg
selang

sehari,

kurangi

untuk

pemeliharaan

jika

mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg


pada pagi hari
- Bentuk sediaan obat: tablet
3. hidroklorotiazid
- Indikasi: edema, hipertensi
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada
Bendrofluazid

Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan


jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis
awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika

perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari


- Bentuk sediaan obat: tablet.
B. Diuretik kuat
1. Furosemide ( Lasix, uresix, impugan )
- Indikasi: edema pada jantung, hipertensi
- Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.
- Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus
- Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb;
Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg
sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan
-

keadaan pasien
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi seperti ruam kulit


Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk
diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.

C. Diuretik hemat kalium


1. Amilorid HCL ( Amiloride, puritrid, lorinid )
- Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan
-

tiazid
Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali
sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-

10 mg sehari
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.


Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk

diabetes mellitus; usia lanjut.


2. Spironolakton ( Spirolactone, Letonal, Sotacor, Carpiaton )
- Indikasi: edema, hipertensi

Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia,

kehamilan dan menyusui, penyakit adison.


Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg;

anak, dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.


Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi s
eperti ruam

hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.


Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;

kulit,

sakit

kepala,

bingung,

hiponatremia,

kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.


B. ACE Inibitor
ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem reninangiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi
Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi
sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat
dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan
bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan
nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah
dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa
batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien
dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus
dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam
beraktivitas, dan mengurangi gejala.
ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk
menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan
serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan
terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong
dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama
yang digunakan secara klinis.
1. Nama Generik : Captopril
2. Nama Dagang :
- Acepress : Tab 12,5mg, 25mg
- Capoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Captensin : Tab 12,5mg, 25mg
8

- Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg


- Casipril : Tab 12,5mg, 25mg
- Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Locap : Tab 25mg
- Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg
- Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg
- Otoryl : Tab 25mg
- Praten : Kapl 12,5mg
- Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg
- Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg
- Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg
- Tensobon : Tab 25mg
3. Indikasi :
- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.
- Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).
- Diabetic nephropathy dan albuminuria.
- Gagal jantung (Congestive Heart Failure).
- Postmyocardial infarction
- Terapi pada krisis scleroderma renal.
- Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.
- Kehamilan.
- Wanita menyusui.
- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE
inhibitor sebelumnya.
- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.
4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.
5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal
jantung :
6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan
yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai
target dosis.
7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)
8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong
yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini
dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila
diberikan bersamaan dengan makanan.
9. Efek samping :
- Batuk kering
- Hipotensi
- Pusing
9

Disfungsi ginjal
Hiperkalemia
Angioedema
Ruam kulit
Takikardi
Proteinuria
Resiko khusus :
Wanita hamil.
Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang
hamil karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan
teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin.
Morbiditas fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor pada
seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada
kehamilan yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester

kedua dan ketiga).


Wanita menyusui.
Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui
karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI
sekitar 1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah

metabolit dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI.


Penyakit ginjal.
Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan
ginjal akan memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85%
diekskresikan lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak
berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal dan meningkatkan
resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada pasien dengan
gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana
berfungsi untuk menurunkan klirens kreatininnya.

C. Beta-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol)

Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat


dengan penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan
menghambat reseptor 1 di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana 1
merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi
katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya
10

produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan
turunnya tekanan darah.
D. Alfa-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin).

Bekerja dengan menghambat reseptor 1 di pembuluh darah sehingga


terjadi dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi
perifer.
E. Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin).

Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos


pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi
yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan
obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina.

MIGRAIN
Definisi
Nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Gejala Klinis
Migren dapat disertai dengan aura atau tanpa aura. Aura adalah suatu
gejala neurologik fokal yang kompleks yang mendahului ataupun menyertai
suatu serangan migren.
1. Migren tanpa aura (common migren)
Kriteria diagnosis:
a. Minimal 5 kali serangan
b. Durasi nyeri kepala 4-72 jam
c. Minimal 2 karakteristik nyeri kepala sebagai berikut:
- Unilateral

11

Berdenyut
Intensitas nyeri sedang sampai berat
Bertambah berat dengan aktivitas fisik, batuk, bungkuk (fenomena

Jolt)
d. Disertai minimal 1 dari:
- Mual dan atau muntah
- Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
2. Migren dengan aura
Migren dengan aura merupakan serangan nyeri kepala berulang, didahului
gejala neurologik fokal (aura), reversibel secara bertahap 5-20 menit dan
berlangsung < 60 menit.
Terdapat aura:
1. Gangguan visual
Skotoma (tampak titik-titik kecil yang banyak), gangguan visual
homonim, persepsi adanya cahaya berbagai warna pada salah satu
mata yang bergerak pelan, fotopsia (kilatan cahaya yang menyilaukan)
2. Gangguan sensorik
Parestesia sensorik, kebas atau panas seluruh badan
3. Gangguan motorik
Hemiparesis, disfagia
4. Gangguan bahasa
Afasia
Pengobatan dan Terapi
Jika tidak diobati, serangan migren bisa berlangsung selama beberapa
jam atau hari. Pada beberapa penderita, sakit kepalanya ringan dan bisa
dihilangkan dengan obat pereda nyeri (analgesik) yang dijual bebas. Tetapi
migren seringkali hebat dan membuat penderita menjadi tidak berdaya,
terutama jika disertai dengan mual, muntah dan silau mata (fotofobia). Pada
kasus seperti ini, biasanya selain obat pereda nyeri, penderita juga
membutuhkan istirahat dan tidur untuk mengurangi sakit kepalanya.
Obat yang paling banyak digunakan adalah ergotamine dihydroergotamine (suatu
vasokonstriktor), yang menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah sehingga
membantu mencegah pelebaran pembuluh darah dan menyebabkan nyeri. Kafein
dosis tinggi juga membantu mencegah melebarnya pembuluh darah dan seringkali
diberikan bersamaan dengan obat pereda nyeri atau ergotamin.
R/ Cafergot tab No. XV
12

prn 1-3 dd tab I


R/ Metoklopramid tab mg 10 No XV
3 dd tab I h a.c
Pro : Ny. S (40 th)
Mekanisme Obat
1.

Cafergot
Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan kafein.

Ergotamin menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan


serotoninergik. Misalnya menstimulasi reseptor 5HT1, khususnya 5HT1D dan
memblokir reseptor alfa (alfa bloker) dengan efek vasodilatasi ringan. Sifat ini
dikuasai oleh daya vasokonstriksinya yang kuat dari arteri otak dan perifer
berdasarkan

daya

antiserotoninnya

(blokade

5HT1).

Karena

sifat

vasokontriksinya tersebut, ergotamin banyak digunakan sebagai obat khas


terhadap serangan migrain, yang hanya efektif bila digunakan pada fase
permulaan. Biasanya obat ini dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual.
Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala cluster.
Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi. Kafein
meningkatkan resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. Ekskresinya
berupa metabolit, terutama lewat empedu dan tinja (secara rektal 1-5%).
Efek samping ergotamin berupa mual, muntah, dan sakit kepala mirip
gejala migrain. Akibat akumulasi ergotamin dapat timbul efek toksik, seperti
kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari tangan menjadi
dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena sifat-sifat itu,
ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan hipertensi. Wanita
hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek oksitosisnya (merangsang
otot rahim).
Dosis oral/rektal 3-4 dd 1mg, maksimal 4mg per serangan dan 8mg
seminggu. Sebaiknya dikunyah halus sebelum ditelan untuk mempermudah

13

resorpsinya atau diletakkan di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360


mikrogram, injeksi i.m. atau s.c. 0,25-0,5mg semuanya sebagai garam tartrat.
2. Metoklopramid
Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat berdasarkan
blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga memperkuat pergerakan
dan pengosongan lambung. Efektif pada semua muntah, termasuk akibat
radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat ini tidak ampuh.
Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit. Ekskresinya
berlangsung 80% dalam keadaan utuh melalui urin. Efek sampingnya adalah
sedasi dan gelisah karena dapat melintasi sawar darah-otak. Efek samping
lainnya berupa gangguan lambung-usus dan gejala ekstrapiramidal, terutama
pada anak kecil.
Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan
berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang diserap
diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal, diazepam, dan
levodopa.
Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari. Rektal 2-3
kali sehari 20 mg. Sediaan metoklopramid tablet 10 mg, sedangkan injeksi 10
mg/2 ml. Nama paten mepramide, metolon.

14

VERTIGO
Definisi
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat
disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing
tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar
atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak
bergerak.
Gejala Klinis
Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau
penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.
Gejala dan Tanda
Arah Nigtagmus

Perifer ( Organ Akhir )

Sentral

Terutama satu arah dan satu Satu arah atau dua arah,
bidang,

fase

cepat dapat berubah bidangnya

berlawanan dengan tempat bila pandangan berubah


lesi
Nistagmus

horizontal Cukup sering ditemukan

disertai

komponen

berputar

15

Jarang ditemukan

Vertigo Berat
Arah

Jelas

dari

Ringan

pada Kearah fase cepat

Berubah-ubah

perputaran
Arah past poiting

Kearah fase lambat

Berubah-ubah

Arah jatuh

Kearah fase lambat

Berubah-ubah

Pengaruh

perputaran Dengan mendadak vertigo Tidak ada pengaruh

kepala

akan muncul

Lama gejal-gejala

Akut atau kronis

Biasanya Kronis

Tinitus dan/atu tuli

Mungkin ada

Biasanya tidak ada

Pengobatan dan Terapi


Untuk penatalaksanaan vertigo sebaiknya dilakukan pengobatan
kausual kalau memungkinkan, hanya saja biasanya etiologi vertigo
sebagian besar tidak diketahui, maka dari itu pengobatan medikamentosa
masih menjadi pilihan utama.
1. Medikamentosa
- Agonis reseptor H, misalnya; betahistin
- Obat anti kolinergik yang mensupresi aktif secara sentral dari
aktivitas sistem vestibuli dan dapat berguna untuk mengurangi
vertigo. Skopolamin metilbromida ( Holopon ) 3 x 1-2 mg/hari.
- Prometazin dari golongan fenotiazin merupakan yang paling
efektif dari golongan ini dalam mengobali vertigo. Efek samping
utama adalah mengantuk.
- Zat simpatomimetik ( Efedrin dan amfetamin )
- Penenang minor dan mayor, misalnya :diazepam.
2. Fisioterapi
-

Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi


tetap (stasioner)

16

Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang


bergerak

Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus

Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis

3. Rehabilitasi vertigo harus dilakukan supaya adaptasi tubuh terhadap


penyakit tersebut bisa tercapai.

Mekanisme obat
A. Ranitidin
Indikasi
Ranitidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan
deudenum akut, refluk esofagitis, keadaan hipersekresi asam
lambung patologis seperti pada sindroma ZollingerEllison.
Hipersekresi pasca bedah.
Dosis dan Cara Pemakaian
Terapi oral
Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis,
sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur
malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 23 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6
tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1
tablet pada malam hari. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan
kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet.
Terapi parenteral
Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau
intermiten

untuk

penderita

rawat

inap

dengan

kondisi

hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak


sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
17

Dosis dewasa :
Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam
jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh
melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine diberikan secara infus,
150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama
lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison
atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan
kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita masig
sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10
mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali
sekresi asam lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren
kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau i.v. yang dianjurkan
adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hatihati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ranitidine
Efek Samping
-

Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan


pruritus.

Konstipasi, pusing,sakit perut.

Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual,


hepatitis (jarang).

Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m.

Rasa terbakar pada pemberian secara i.v.

Kontraindikasi
-

Keamana

pemakaian pada wanita hamil dan menyusui

balum dapat dipastikan.


-

Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan


fungsi hati dan ginjal.

18

Pemberian ranitidine pada penderita keganasan lambung


dapat menutupi gejala-gejala penyakit ini.

Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat


dipastikan (estabilised).

Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak


(ulkus).

Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat


porfiria akut.

B. Ikaphen
Kandungan :
-

Natrium Fenitoin.

Indikasi :
-

Anti kejang, antiaritmia.

Kontrindikasi:
-

Penyakit hati.
Hindari putus obat secara mendadak.
Menyusui.

Interaksi obat :
-

Metabolisme Natrium Fenitoin dipertinggi oleh Barbiturat, dan


dihambat
Disulfiram,

oleh

Kloramfenikol,

Fenilbutazon,

INH,

antikoagulan

Dikoumarol,

Sulfafenazol,Sultiam, Asam

Valproat, Simetidin, dan Sulfonamida.


Efek samping :
-

Nistagmus (gerak ulang-alik bola mata secara cepat, berlangsung


di luar kehendak, dapat berlangsung horisontal, vertikal, memutar,
atau campuran), ataksia (gangguan koordinasi gerakan), bicara
tidak lancar, kebingungan, pusing, hiperplasiagusi, hipersutisme
19

(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola


pertumbuhan rambut laki-laki), ruam morbiliformis, rickets/rakitis,
osteomalasia (keadaan yang ditandai dengan melunaknya tulangtulang karena gangguan kalsifikasi sebagai akibat kekurangan
Vitamin D dan Kalsium), sindroma lupus eritematosus, leukopenia,
trombositopenia, pansitopenia, granulositopenia.
Kemasan :
-

Injeksi 50 mg/mL x 2 mL x 10 biji.

Dosis :
1. Anti kejang :
- dewasa : diawali dengan 3-4 mg/kg berat badan/hari,
-

pemeliharaan : 3-4 kapsul/hari.


anak-anak : diawali dengan 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3

dosis terbagi, pemeliharaan : 4-8 mg/kg berat badan/hari.


2. Anti aritmia :
- dewasa : 2-4 kali sehari 100 mg.
- anak-anak : 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3 dosis terbagi.
PENULISAN RESEP
R/ Ikaphen tab mg 100 No. II
2 dd tab I
_________________________

R/ Ranitidin tab No. II


2 dd tab I
_________________________

20

HEMOROID
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis
B. Gejala Klinis
Gejala utama berupa :
- Perdarahan melalui anus sehingga feses dapat mengandung darah.
- Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
- Nyeri sebagai akibat permukaan hemoroid mengalami gesekan atau
adanya trombus.
- Iritasi kronis sekitar anus.
- Anemia yang mungkin menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
C. Pengobatan dan Resep
Prinsip pengobatan hemoroid adalah:
1. Memperbaiki defekasi
Contoh: dulcolax, microlax
2. Pengobatan simtomatis (gatal, nyeri, luka)
Contoh: anusol
3. Menghentikan perdarahan
Contoh: daflon
4. Mencegah serangan hemoroid
Contoh: radium
Contoh resep:
R/ Dulcolax tab No.VI
1 dd tab II h.s
R/ Anusol supp mg 500 No. VI
uc
R/ Daflon tab mg 500 No. XII
3 dd tab I
Pro: Ny. B (50 th)
D. Keterangan Obat
21

1. Dulcolax
- Sediaan : 5 mg/tab
10 mg/supp dewasa; 5 mg/supp anak-anak
- Kandungan: bisakodil
- Mekanisme kerja: merangsang gerakan peristaltik usus besar dan
meningkatkan akumulasi air dan elektrolit di dalam lumen usus
besar
- Indikasi: sembelit/konstipasi
- Kontraindikasi: operasi abdomen akut
- Efek samping: rasa tidak enak di perut, kram, sakit perut, diare
- Efek pemberian oral muncul 6-12 jam setelah pemberian,
sedangkan efek pemberian suppositoria muncul -1 jam setelah
pemberian.
- Dosis: sebelum tidur 1-2 tablet 5 mg, suppositoria 10 mg pada
pagi hari.
2. Anusol
- Indikasi: meringankan ketidaknyamanan pada hemoroid
- Dosis: suppositoria 1 kali pada pagi dan malam hari setiap kali
sehabis BAB, maksimal 6 kali/hari
- Mekanisme: meredakan gejala
3. Daflon
- Kandungan: micronized purified flavonoid fraction 500 mg
(diosmin 90% dan hesperidin 10%)
- Dosis: kronik 2x1 tab pagi dan malam hari saat makan;
akut 3-4 tab
- Indikasi: hemoroid kronik, serangan hemoroid akut
- Mekanisme: meningkatkan resistensi dan tonus pembuluh darah
vena
DIABETES MELITUS
A. Definisi
Menurut American Diabetes Association 2005, diabetes melitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
B. Gejala Klinis
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita

22

Algoritma diagnosis DM

C. Pengobatan dan Resep


Diabetes melitus secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. DM tipe 1
DM tipe 1 merupakan DM yang terjadi karena sel beta pankreas tidak
dapat menghasilkan insulin, sehingga terapi pada DM tipe 1 ini adalah
pemberian insulin.
Contoh resep:
R/ Insulin regular inj 100 IU
Cum spuit cc 1 No. I
imm
Pro: Ny. B (50 th)
2. DM tipe 2
DM tipe 2 merupakan DM yang terjadi karena adanya resistensi insulin
pada tubuh.
DM tipe 2 diterapi dengan obat hipoglikemik oral sebagai berikut:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin sekretagok): sulfonilurea dan glinid
b. Penambah sensitivitas insulin: metformin, tazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis: metformin

23

d. Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa


Contoh resep:
R/ Glibenklamid tab mg 5 No. VII
1 dd tab I mane h a.c
Pro: Ny. B (50 th)
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
3 dd tab I
Pro: Ny. A (50 th)
D. Keterangan Obat
1. Insulin
Insulin merupakan terapi utama pada DM tipe 1 karena ketiadaan insulin
pada penyakit ini. Insulin ini dibuat secara semisintetis (dari insulin babi)
dan biosintetis (dari rekombinan DNA). Insulin tidak dapat digunakan
per oral karena terurai oleh pepsin lambung sehingga selalu diberikan
sebagai injeksi subkutan setengah jam sebelum makan. Insulin berfungsi
untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh agar dapat digunakan
sebagai energi.
Berdasarkan lama kerjanya, terdapat insulin kerja singkat (sebagai contoh
actrapid, humulin regular), long acting (contohnya insulin isofan,
humulin zinc), dan medium acting (contohnya mixtard 30 human).Dosis
insulin sangat individual, begitupula lama kerja yang tergantung dari diet
dan gaya hidup pasien.
2. Glibenklamid
- Golongan sulfonilurea
- Sediaan: 5 mg
- Nama paten: glukonic, glyamid, tiabet
- Dosis: dosis awal 2,5-5 mg, bila perlu dinakikkan setiap minggu
-

sampai maksimal 20 mg/hari


Mekanisme kerja: merangsang sekresi insulin dari granul sel beta
pankreas. Terapi efektif diberikan 30 menit sebelum makan,

24

dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemia dan mempercepat


absorbsi
- Resorbsinya di usus dan diekskresi lewat urine dan feses
- Efek samping: gangguan saluran cerna dan alergi kulit
3. Metformin
- Golongan biguanid
- Sediaan: 500 mg, 850 mg
- Nama paten: gliformin, glikos, glucofor
- Dosis: dosis awal 2x500 mg, maintanance 3x500 mg, dosis
maksimal 2,5-3 g/hari
Mekanisme kerja: menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas insulin di jaringan. Efektif diminum pada
waktu makan untuk mengurangi efek sampingnya yaitu mual, muntah,
diare, dan rasa tidak nyaman di perut
-

Absorbsi di usus dan ekskresi melalui ginjal

ANEMIA PERNISISOSA
A. Definisi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Pada anemia jenis
ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal
(megaloblast). Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan atau
ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut (karena kekurangan faktor
intrinsik), kadang disebabkan juga oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk
mengobati kanker.
B. Gejala Klinis
Kelelahan dan kelemahan, sesak nafas, parestesi, retinal hemorage, mild

splenomegali, diare.
Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12
juga mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kesemutan di tangan dan

kaki, hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan, dan pergerakan yang kaku.
Gejala lainnya adalah buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru,
luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar, penurunan berat badan,

warna kulit menjadi lebih gelap, depresi, dan penurunan fungsi intelektual.
C. Penatalaksanaan

25

Pengobatan kekurangan vitamin B 12 atau anemia pernisiosa adalah pemberian


vitamin B12. Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral
(ditelan), karena itu diberikan melalui suntikan. Pada awalnya suntikan diberikan
setiap hari atau setiap minggu, selama beberapa minggu sampai kadar vitamin
B12 dalam darah kembali normal. Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan.
D. Resep
R/ Arcored inj vial No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
S imm
Pro : Tn. K (50 th)
E. Pembahasan Obat
Arcored
FARMAKOLOGI :
vitamin B12 1000 mcg/ ml
DOSIS

1000 mcg/ ml tiap minggu (IM)


MEKANISME KERJA :
vitamin B12 bekerja sebagai katalisator reaksi konversi 5-CH3-CH4 folat
dan homosistein menjadi H4 folat dan metionin (penting untuk replikasi
DNA) oleh enzim 5-CH3-CH4 folat homosistein metal transferase.
FARMAKOKINETIK :
untuk transport dan absorbsi, vitamin B12 terikat pada intrisik faktor.
Dalam darah terikat pada protein pembawa transkobalamin, 90%
disimpan di jaringan terutama di hati. Ekskresi melalui urine dan
empedu.
EFEK SAMPING :
reaksi alergi akibat kobal berupa eczema dan exantem.

26

DENGUE SYOK SYNDROM


A. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
B. Gejala Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatis atau
dapat berupa demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue
dengan kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau sindroma syok dengue
(SSD).

27

C. Pengobatan

28

- Ringer lactate (Na lactate 3,1 gram; KCl 0,3 gram; CaCl2 0,2 gram; air)
o Merupakan cairan kristaloid mengganti volume plasma segera
- Dievaluasi 30 menit. Jika teratasi berikan 10 ml/kgBB/jam. Jika tidak teratasi
berikan 15-20 ml.kgBB/jam.
D. Mekanisme Obat
Ringer Laktat (RL)
Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang
beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109
mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273
mOsm/L
Metabolisme
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada
kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai
replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka
bakar.
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati
menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis
metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan
sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium.
Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai
cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah
terjadinya ketosis.
E. Tulisan Resep
R/ Ringer lactate inf flab No. IV
Cum infuse set No. 1
Abbocath no.22 No. 1
imm
_________________________
Pro : Ny. J (29 tahun)

TETANUS
A. Definisi

29

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang


susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang
dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus
masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi
telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini
akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain
tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari
otot bergaris.

B. Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 321 hari, namun dapat
singkat hanya 12 hari dan kadangkadang lebih dari 1 bulan. Makin
pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara
jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan
interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat
invasi maka inkubasi makin panjang.Secara klinis tetanus ada 3 macam :
a. Tetanus umum:

30

Bentuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering


dijumpai. Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan
dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam,
furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan
hipodermis.
Biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan
otot baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot.
Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk
kaku). Lima puluh persen penderita tetanus umum akan
menuunjukkan trismus.
Dalam 2448 jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh
sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama masseter
menyebabkan mulut sukar dibuka, sehingga penyakit ini juga
disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga
terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka
meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik
ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan
kuat pada gigi), akibat kekakuan otototot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh
sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang
umum tonik baik secara spontan maupun hanya dengan rangsangan
minimal (rabaan, sinar dan bunyi). Kejang menyebabkan lengan
fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam
posisi ekstensi.
Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat
serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah
dan mudah terangsang. Spasme otototot laring dan otot
pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan
sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme sphincter
kandung kemih.

31

Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi


dapat disertai panas yang tinggi sehingga harus hatihati terhadap
komplikasi atau toksin menyebar luas dan mengganggu pusat
pengatur suhu.
Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis
berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas
yang tinggi dan ariunia jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
i.

Tetanus ringan : trismus lebih dari 3 cm, tidak

ii.

disertai kejang umum walaupun dirangsang.


Tetanus sedang : trismus kurang dari 3 cm dan

iii.

disertai kejang umum bila dirangsang.


Tetanus berat : trismus kurang dari 1 cm dan disertai
kejang umum yang spontan.

Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas:


i.

Grade 1: ringan
- Masa inkubasi lebih dari 14 hari
- Period of onset > 6 hari
- Trismus positif tetapi tidak berat
- Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak
-

ada.
Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa
spasme disekitar luka dan kekakuan umum

ii.

iii.

terjadi beberapa jam atau hari.


Grade II: sedang
- Masa inkubasi 1014 hari
- Period of onset 3 had atau kurang
- Trismus ada dan disfagia ada.
- Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari
tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada.
Grade III: berat
- Masa inkubasi < 10 hari
- Period of onset 3 hari atau kurang
- Trismus berat
- Disfagia berat.

32

Kekakuan umum dan gangguan pernapasan


asfiksia,

ketakutan,

keringat

banyak

dan

takikardia.
b. Tetanus lokal
Bentuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang
dipertimbangkan karena gambaran klinis tidak khas.
Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otototot pada
bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk
ringan dengan angka kematian 1%, kadangkadang bentuk ini
dapat berkembang menjadi tetanus umum.
c. Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya
bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka,
telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi.
Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III, IV, VII, IX,
X, XI, dapat berupa gangguan sendirisendiri maupun kombinasi
dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulanbulan.
Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum.
Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
C. Pengobatan
1. Anti Tetanus toksin
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:
i. Toksin bebas dalam darah;
ii. Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin
yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung
dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh
antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin harus dilakukan:
-

Anamnesa apakah ada riwayat alergi;


Tes kulit dan mata;
Harus selalu sedia Adrenalin 1:1.000.

33

Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda,


yang bersifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok
anafilaksis.
Tes mata. Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1
tetes larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam larutan garam
faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam
faali. Positif bila dalam 20 menit, tampak kemerahan dan
bengkak pada konjungtiva.
Tes kulit. Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin
tetanus dalam larutan faali secara intrakutan. Reaksi positif
bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi
kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm.
Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka
antitoksin diberikan secara bertahap (Besredka).
2. Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987)
dan Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000100.000 u yang
diberikan setengah lewat intravena dan setengahnya intramuskuler.
Pemberian lewat intravena diberikan dengan cara melarutkannya
dalam 100200 cc glukosa 5% dan diberikan selama 12 jam. Di
FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2 hari. Di
Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian.

3. Antikonvulsan dan sedatif


Obatobat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi
kepekaan jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam
penanganan tetanus ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan
menurunkan spastisitas tanpa mengganggu pernapasan, gerakangerakan volunter atau kesadaran.
Obatobat yang lazim digunakan ialah:

34

i.

Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka
diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali i.v. perlahanlahan
dengan dosis optimum 10 mg/kali diulangi setiap kali
kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral
(sonde lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali sehari

ii.

diberikan 6 kali.
Fenobarbital
Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun
75 mg intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 59

iii.

mg/kg.bb/hari dibagi dalam 3 dosis.


Largactil
Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi

dalam 6 dosis.
4. Antibiotik.
i.

Penisilin Prokain
Digunakan untuk membasmi bentuk vegetatif Clostridium Tetani.
Dosis: 50.000 u/kg.bb/hari i.m selama 10 hari atau 3 hari setelah
panas turun. Dosis optimal 600.000 u/hari.

ii.

Tetrasiklin dan Eritromisin


Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin.
Tetrasiklin

: 3050 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis.

Eritromisin : 50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.


5. Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis.

6. Trakeostomi
Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi:
i. Spasme berkepanjangan dari otot respirasi
ii. Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan
iii. Obstruksi larings; dan
iv. Koma.
7. Hiperbarik
Diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosfer.

35

D. Mekanisme Obat
1. ATS (anti tetanus serum)
Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu anti tetanus serum (ATS) dan
vaksin tetanustoxoid. ATS sebanyak 1500 IU merupakan serum yang
dapat langsung mencegah timbulnya tetanus. Sementara itu, vaksin
tetanus toxoid 0,5 ml tidak untuk mencegahtetanus saat itu, namun
untuk membentuk

kekebalan

tubuh

terhadap

tetanus,

sehinggamencegah terjadinya tetanus di kemudian hari bila ternyata


luka tersebut masihmengandung kuman, juga mencegah tetanus pada
kejadian lain dalam jangka waktukira-kira 6 bulan bila tanpa booster.
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum):
-

Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)


Luka berbentuk bintang
Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
Luka gigitan hewan dan manusia
Luka tembak dan luka bakar
Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditang
ani, atau luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak
kontaminasi, atau luka kurangdari 6 jam namun timbul karena
kekuatan yang cukup besar (misalnya lukatembak atau terjepit

mesin)
Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau t

idak mendapat booster selama 5 tahun atau lebih


2. Diazepam
a. Bentuk Sediaan Obat
- Tablet : 2mg; 5mg
- Lar rectal : 5mg/2,5ml
- Injeksi : 5mg/ml
b. Nama Paten
- Valium, Stesolid rectal tube
c. Dosis
- 3x/hari, 2-5 minggu
d. Mekanisme Kerja
- tmax = 1,5-2jam
- t = 20-50 jam
- volum distribusi = 0,95-2 l/kg
e. Metabolisme

36

Diazepam dimetabolisme di hati dan teriikat pada reseptor di


daerah spinal cord, serebelum, sistem limbik dan korteks

serebral.
f. Indikasi
- Obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang, ansietas
atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status
epileptikus, kejang demam, spasme otot
g. Efek Samping
- Rasa kantuk, kelelahan dan ataksia, trombosis vena dan flebitis
-

pada tempat penyuntikan


SSP : kebingunagn, depresi,

disarthria,

sakit

kepala,

hipoaktiviti, melantur berbicara, sinkop, tremor, vertigo, mual,


inkontinensia, perubahan libido, retensi urin
- Kardiovaskuler : bradikardia, kolaps kardiovaskuler, hipotensi
- Kulit : urtikaria, ruam kulit
3. Fenobarbital
a. Bentuk Sediaan Obat
- Kapsul
b. Nama Paten
- Ditalin
c. Dosis
- Awal : 1-3x/hari, 1 tab
d. Mekanisme Kerja
- tmax = 6-18 jam
- t = 80-120 jam
- volum distribusi = 0,6 l/kg
e. Metabolisme
-

Susunan saraf pusat


Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat
depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai
tingkat anastesi, koma, sampai kematian. Pada beberapa
individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa
sakit, barbiturat tidak menyebabkan sedasi, melainkan malah
menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya depresi pusat penghambatan.

Efek pada tingkatan tidur

37

Efek hipnotik barbiturat meningkatkan total lama tidur dan


mempenaruhi tingkatan tidur yang bergantung kepada dosis.
Barbiturat mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun, dan
lama toleransi.
Toleransi farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan
efek

dan

berlangsung

lebih

lama

daripada

toleransi

farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan hipnosis


terjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek anti konvulsi.
Toleransi terhadap barbiturat dapat terjadi toleransi silang
terhadap senyawa dengan efek farmakologi yang berbeda
seperti opioid dan fensiklidin.
-

Tempat dan mekanisme kerja pada SSP


Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap
tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama
menekan respon pasca sinaps. Penghambatan hanya terjadi
pada

sinaps

GABA-nergik.

Barbiturat

memperlihatkan

beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi


sinaptik.
-

Pernapasan
Barbiturat menyebabkan depresi napas yang sebanding
dengan besarnya dosis. Barbiturat dosis hipnotik oral
menyebabkan pengurangan frekuensi dan amplitudo napas,
ventilasi alveolus sedikit berkurang, sesuai dengan keadaan
tidur fisiologis.

Sistem kardiovaskuler
Pemberian barbiturat dosis terapi IV secara cepat dapat
menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak, meskipun
hanya

selintas

efek

kardiovaskuler

pada

intoksikasi

barbituratsebagian besar disebabkan oleh hipoksia sekunder


akibat depresi napas. Selain itu, dosis tinggi barbiturat
menyebabkan

depresi

38

pusat

vasomotor

diikuti

pusat

vasidolatasi perifer sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis


sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap kalpiler sehingga
menyebabkan syok kardiovaskuler.
-

Hati
Efek barbiturat terhadap hati yang paling dikenal ialah
efeknya terhadap sistem metabolisme obat di mikrosom.
Barbiturat bersama-sama dengan sitokrom P450 secara
kompetitif mempengaruhi biotransformasi obat serta zat
endogen dalam tubuh, misalnya hormon steroid. Pemberian
barbiturat secara kronik menaikkan jumlah protein dan lemak
pada retikulo-endoplasmik hati, serta menaikkan aktivitas
glukoronil transferase dan enzim oksidase sitokrom P450.
Induksi enzim ini menaikkan kecepatan metabolisme beberapa
obat dan senyawa endogen termasuk hormon steroid,
kolesterol, garam empedu, vitamin K dan D. Toleransi terhadap
barbiturat antara lain disebabkan karena barbiturat merangsang
aktivitas enzim yang merusak barbiturat sendiri. Efek induksi
ini tidak terbatas hanya pada enzim mikrosomal saja, tetapi
juga terjadi pada enzim mitokondria, yaitu -Amino Levulanic
Acid (ALA) sintetase dan enzim sitoplasma yaitu aldehid

dehidrogenase.
f. Indikasi
- Epilepsi umum, parsial, epilepsi karena tumor, kejang
pascabedah, sindrom ekstrapiramidal, neuralgia trigeminal,
aritmia kordis rekuren (overdosis digitalis)
g. Kontraindikasi
- Porfiria, kejang tipe absence
h. Efek Samping
- SSP : Agitasi, kebingungan, hiperkinesia, ataksia, depresi SSP,
mimpi buruk, somnolen, gelisah, ggn kejiwaan, halusinasi,
-

insomnia, gelisah, pusing, berpikir kelainan


Sistem pernapasan : hipoventilasi, apnea
Sistem kardiovaskuler : bradikardia, hipotensi, sinkop
Sistem pencernaan : mual, muntah, sembelit

39

Reaksi lain : sakit kepala, reaksi di tempat suntikan, reaksi


hipersensitivitas, demam, kerusakan hati, anemia megaloblastik

dalam penggunaan fenobarbital yang lama.


4. Penisilin Procain
a. Bentuk sediaan obat
- Injeksi 3 juta iu/vial
b. Dosis
- Dewasa : 300.000-900.000 u perhari dibagi menjadi 1-2 kali
pemberian dalam sehari
- Anak : 1000u/kgBB/hari
c. Mekanisme kerja
- Resorpsinya tidak tahan asam. Ppnya +/- 60%. Plasma t nya
sangat singkat, hanya 30 menit. Ekskresinya sebagian besar
melalui transport aktif tubuler ginjal. Distribusinya ke jaringan
dan cairan intraseluler baik.
d. Indikasi
- Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram
negatif yang rentan terhadap benzilpenisilin
e. Efek samping
- Diare, urtikaria,nausea dan superinfeksi dari candidiasis
E. Tulisan Resep
R/ ATS inj IU 20.000 vial No.V
Cum disposable syringe cc 5 No.I
imm
__________________________
R/ Penisilin Procain inj IU 3.3 juta vial No.I
Cum disposable syringe cc 5 No.I
imm
___________________________
R/ Diazepam inj amp No.I
Cum disposable syringe cc 3 No.I
prn (bila kejang)
___________________________

DISENTRI BASILER
A. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan
enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas
dengan gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan
40

volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus)
dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai
dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus
(diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering
disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah
dan lendir.
B. Gejala Klinis
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata
7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut
bawah, diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare
berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan
nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang
sampai yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa
melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi
cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh
S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat,
berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu
badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat
meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit
kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi
berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa
seperti gejala kolera atau keracunan makanan.
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria
dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan
pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan
darurat misalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat

41

membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan


yang lama.
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja
biasanya

lebih

berbentuk,

mungkin

dapat

mengandung

sedikit

darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di


atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan
seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang sekali bila
mendapat pengobatan yang baik.
C. Pengobatan
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,
mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat
diberikan antibiotika.
Cairan dan elektrolit
Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan
rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan
terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan
cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi
jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet
Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5
kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik
Antibiotik. Keputusan disesuaikan dengan ringan beratnya gejala
disentri
ampisilin 4 x 500 mg/hari
kotrimoksazol 2 x tab 2/hari
tetrasiklin 4 x 500 mg/hari
penggunaan antibiotic golongan kuinolon dan sefalosporin
generasi 3 pada pasien resisten dan gejala klinik berat
D. Mekanisme Obat
1. Ampisilin
a. Bentuk sediaan obat

42

- Serbuk injeksi im, iv 0,5/ 1g/ vial ; sirup kering 125mg/5ml


b. Nama paten
- Amcilin, vicilin
c. Dosis
- 500mg/tab, 125mg/5ml sirup, 250mg/ml sirup
d. Mekanisme kerja
- Jumlah ampicilin yang diabsorbsi pada pemberian oral
dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna. Adanya makanan dalam saluran cerna akan
menghambat absorpsi obat.
e. Metabolisme
- Absorpsi
Jumlah ampisilin yang diabsorpsi pada pemberian oral
dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna. Dengan dosis lebih kecil persentasi yang
diabsorpsi relative lebih besar.
Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik dari penisilin V
atau fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan
-

menghambat absorpsi obat.


Distribusi
Ampisilin didistribusi

luas

di

dalam

tubuh

dan

pengikatannya oleh protein plasma hanya 20%. Ampisilin yang


masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik,
tetapi yang diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi.
Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada
keadaan

peradangan

meningen.

Pada

bronchitis,

atau

pneumonia, ampisilin disekresi ke dalam sputum sekitar 10%


kadar serum. Bila diberikan sesaat sebelum persalinan, dalam
satu jam kadar obat dalam darah fetus menyamai kadar obat
dalam darah fetus menyamai kadar obat dalam darah ibunya.
Pada bayi premature dan neonatus, pemberian ampisilin
menghasilkan kadar dalam darah yang lebih tinggi dan
-

bertahan lebih lama dalam darah.


Biotransformasi dan Ekskresi
Biotransformasi ampisilin umumnya

dilakukan

oleh

mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase.


43

Proses biotransformasi oleh hospestidak bermakna. Akibat


pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin betalaktam,
dengan kehilangan seluruh aktivitas antimikroba. Amidase
memecah rantai samping, dengan akibat penurunan potensi
antimikroba.
Ampisilin diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal
yang dapat dihambat oleh probenesid. Masa paruh eliminasi
ampisilin dalam darah menjadi 2-3 kali lebih lama. Kegagalan
fungsi ginjal sangat memperlambat ekskresi ampisilin. Sebagai
contoh, masa paruh eliminasi karbenisilin yang pada ginjal
sehat sekitar satu jam dapat memanjang menjadi 15 jam.
Akumulasi

umumnya

tidak

terjadi

karena

peningkatan

biotransformasi di hepar.
f. Indikasi
- Ispa, ispb, isk, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringan
lunak, infeksi gonococal
g. Efek samping
- Mual, diare, ruam, kadang kolitis
2. Kotrimoksazol
a. Bentuk sediaan obat
- Kotrimoksazol sirup 50ml
- Primsulfon sirup
- Kotrimoksazol tab 480mg ; 960mg
- Primsulfon F tab
b. Dosis
- 2 x 10ml/hari
- 2 x 1 tab/hari
c. Mekanisme kerja
- Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk
-

trimetropim dan 4 jam untuk sulfametoksazol


Waktu paruh 11 jam untuk trimetropim dan 10jam untuk

sulfametoksazol
d. Indikasi
- ISK, bronchitis kronis, pneumonia, diare
e. Efek samping
- Gangguan pencernaan : mual, muntah, anorexia

44

- Reaksi dermatologi : rash atau urticaria


3. Tetrasiklin
a. Bentuk sediaan obat
- Kapsul 250mg, 500mg
b. Dosis
- Oral 50mg/kgBB/hari
c. Mekanisme kerja
- Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus bagian atas. Dapat menembus sawar uri, dan terdapat
dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Diekskresi
melalui urin dengan filtrasi glomerulus dan melalui empedu.
Masa paruh 6-12 jam.
d. Indikasi
- Infeksi pernapasan, saluran kemih dan kulit. Infeksi uretritis
non gonococcal, rocky mountain spoted fever, tifus, chancroid,
kolera, brucellosis, anthrax, sifilis
e. Efek samping
- Fotosensitif, vertigo, perubahan warna gigi dan anak-anak,
teratogenik
4. Metaklopramid
a. Sediaan :
- 10mg/tab ;
- 10mg/2ml (injeksi)
b. Indikasi :
- antiemetik, dispepsia pasca gastreknomi
c. Mekanisme :
- Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreseptor triggerzone)
- memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung
d. Efek samping
- Sedasi dan gelisah
e. Dosis
- Dewasa 10 mg 3x/hari
5. Oralit (200ml)
a. Komposisi
- Kalium klorida 0,3 gr (1,5gr)
- NaCl 0,7 gr (3,5gr)
- Na bikarbonat 0,5gr (2,5gr)
- Glukosa anhidrat 4gr(20gr)
b. Indikasi
- Rehidrasi muntaber, diare, kolera
c. Dosis
- Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
45

- Anak <1th : 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas


- Anak 1-5 th : 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas
E. Tulisan Resep
R/ Kotrimoksazol tab No. XX
2 dd tab II
________________________
R/ Metochlopramid tab mg 10 No.X
prn (1-3) dd tab I
________________________
R/ Oralit sachet granul No.X
ad libitum solve in aqua cc 200
________________________
Pro : Tn L (25 tahun)

SYOK ANAFILATIK
A. Definisi
Anaphylaxis (Yunani; Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan).
Anafilaksis berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi
alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kulit dan gastro intestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya
sudah tersensitisasi.
Syok anafilaktik (anaphylactic shock) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi

46

anafilaksis adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan


antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda, biasanya
diterapi sebagai anafilaksis.
B. Gejala Klinis

Anafilaksis merupakan reaksi sistemik,


1. Gejala permulaan: sakit kepala, pusing, gatal dan perasaan panas
2. Kulit : eritema, urtikaria, angioedema, konjungtivitis, pucat dan
kadang sianosis
3. Respirasi : bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepat
dan pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak,
suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit.
4. Kardiovaskular : hipotensi, diaforesis, kabur pandangan, sinkope,
aritmia dan hipoksia
5. Gastrointestinal : mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia
6. Inkontinensia urin
7. SSP : parestesia, konvulsi dan arthralgia sendi
8. Haematologi darah : trombositopenia, DIC
C. Pengobatan
1. Adrenalin Intramuskular
Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari cara
pemberian adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin
memiliki onset yang cepat setelah pemberian intramuskuler dan pada
pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan
lebih baik dari pada pemberian subkutan. Pasien dengan alergi berat
dianjurkan untuk pemberian sendiri injeksi intramuskuler adrenalin.
Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1mg/ml) untuk injeksi intramuskuler
pada syok anafilaksis.
Umur - Volume adrenalin 1:1000 (1%)
a) Dibawah 1 tahun - 0,05 ml
b) 1 tahun - 0,1 ml
c) 2 tahun - 0,2 ml
d) 3-4 tahun - 0,3 ml
e) 5 tahun - 0,4 ml
f) 6-12 tahun - 0,5 ml
g) Dewasa - 0,5 1 ml
Dosis diatas dapat diulang tiap 10 menit, menurut tekanan darah
dan nadi sampai perbaikan terjadi (mungkin diulangi beberapa
kali)

47

Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam


sampai keadaan fungsi membaik
2. Adrenalin Intravena
Pada saat pasien tampak sangat kesakitan dan benar-benar diragukan
kemampuan sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler, adrenalin
mungkin diberikan dalam injeksi intravena lambat dengan dosis 500
g (5ml dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) diberikan dengan
kecepatan

100

g/menit

dan

dihentikan

jika

respon

dapat

dipertahankan. Pada anak-anak dapat diberi dosis 10g/kgBB


(0,1ml/kgBB dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) dengan
injeksi intravena lambat selama beberapa menit.
3. Pemberian Sendiri Adrenalin
Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok
anafilaksis perlu membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya
perlu diajarkan bagaimana menyuntikkannya. Pada kemasan perlu
diberi label pada kasus kolaps yang cepat orang lain dapat memberikan
adrenalin tersebut.
D. Mekanisme Obat
Adrenalin (Epinefrin)
Sediaan - injeksi (inj) : s.k/i.m/i.v 0,1%
Metabolisme
Absorbsi,
1. Per oral, tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar
dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat
pada dinding usus dan hati.
2. Per parentral subkutan, absorbsi lambat karena terjadi
vasokonstriksi local, dapat dipercepat dengan memijat tempat
suntikan.
3. Per parentral intramuskuler, absorbsi lebih cepat.
4. Pemberian local secara inhalasi, efek terbatas terutama saluran
nafas, tetapi efek sistemik dapat terjadi, terutama bila dosis
besar.
Distribusi ,
1. Bekerja pada reseptor adrenergik-alfa1, beta2 dan beta3. Respon
dari tempat-tempat reseptor ini adalah meningkatkan tekanan

48

darah, dilatasi pupil, meningkatkan denyut jantung (takikardia)


dan bronkodilatasi.
2. Stabil dalam darah
Biotransformasi dan Ekskresi
1. Degradasi : dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim

COMT dan MAO oksidasi, reduksi menjadi metanefrin,


asam

3-metoksi-4-hidroksimandelat,

3-metoksi-4-

hidroksifeniletilenglikol dan bentuk konjugasi : glukoronat dan


sulfat.
2. Ekskresi : metabolit dan adrenalin yang tidak diubah
dikeluarkan melalui urin
Indikasi : syok anafilaksis, syok kardiogenik
Kontraindikasi : penyakit jantung berat, hipertensi, kehamilan, hipertiroid
Efek samping : tremor, pusing, gugup, gelisah, palpitasi, aritmia jantung,
takikardi, angina
E. Resep
Cito!
R/ Adrenalin 0,1% inj amp No I
cum disposable syringe cc 3 No I
imm

49

TYPHUS ABDOMINALIS
A. Definisi
Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhosa, Salmonella paratyphi A, B dan C yang
menyerang usus halus khususnya daerah ileum. Penyakit ini termasuk
penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan
perorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain
melalui fecal oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses
penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang
sehat.
B. Gejala klinis
1. Demam > 7 hari, terutama pada malam hari, dan tidak spesifik
2. Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, sembelit/diare, muntah
3. Dapat ditemukan: lidah kotor, splenomegali, hepatomegali
4. Gangguan kesadaran : iritabel-delirium, apati sampai semi-koma
5. Bradikardi relatif, Rose-spots, epistaksis (jarang ditemukan)
6. Laboratorium : titer Widal 1/200 atau lebih atau 1/320 pada
pemeriksaan ulangan dan klinis. Diagnosa pasti dengan kultur. Titer
aglutinin bisa tetap positip setelah beberapa minggu, bulan bahkan
tahun, walau penderita sudah sehat. Kadang leukositosis, kadang
leukopeni
Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak enak badan, nyeri
yang tidak jelas, sakit kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi,

lemas.
Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi kenaikan suhu
badan yang bisa mencapai lebih dari 40C. Pada saat ini,
sebuah tanda khas demam tifoid yang disebut rose spots bintik
merah muda bisa terlihat, khususnya pada bagian perut
50

(abdomen). Tanda yang juga dapat dijumpai pada daerah dada

dan punggung ini akan telihat memudar bila ditekan.


Pada akhir minggu pertama, terjadi gejala-gejala hematopoetik
sebagai pembesaran limpa (splenomegali), lekopeni dan
berkurangnya atau menghilangnya dari darah sel-sek lekosit

polinukleus dan eosinofil.


Pada minggu kedua, suhu badan akan mengalami remisi harian.
Panas terutama meningkat pada malam hari dengan perbedaan
temperatur lebih kurang sampai 2C dibanding pagi hari.
Bila demam sangat tinggi dapat terjadi penurunan kesadaran

dan penderita mengigau.


Retensi urin cukup sering terjadi.
3. Pengobatan
Infus
Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh
yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh
karena dalam hal ini pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat
mengancam terjadinya dehidrasi. Keadaan dehidrasi ini dapat dicegah
karena infus ringer laktat mengandung komposisi elektrolit dan
konsentrasinya

sama

dengan

yang

dikandung

di

dalam

cairan

ekstraseluler.Kandungan elektrolitnya antara lain Natrium 130 mEq,


Kalium 4 mEq, Klorida109 mEq, Kalsium 3 mEq, Asetat 28 mEq.
Natrium merupakan kation utama plasma darah dan menentukan tekanan
osmotik, klorida merupakan anion utama plasma darah serta kalium
merupakan kation intraseluler sebagai konduksi syaraf dan otot.
Antibiotik
Kloramfenikol 4 x 500 mg, kloramfenikol (dosis hari pertama 4 x 250
mg, hari kedua 4 x 500mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2
hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama
5 hari kemudian)
Anti piretik
Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam
dan pusing
4. Mekanisme Obat

Infus

51

Ringer Laktat (RL)


Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL
yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (130
mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L).
Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L
Metabolisme
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan
pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan
sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik,
diare, trauma, dan luka bakar.
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh
hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan
seperti asidosis metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak
cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit
kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan
dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang
berguna untuk mencegah terjadinya ketosis.
Antibiotik
Kloramfenikol
Nama
paten
Combisetin
(Combiphar),

Farsycol

(Ifars), Kalmicetine (Kalbe Farma), Lanacetine (Landson)


Sediaan - Kapsul 250 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/5 ml, sirup
125 ml/5 ml, serbuk injeksi 1g/vail.
Sifat - Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut
dalam air (1:400) dan rasanya sangat pahit
Dosis
Dewasa : 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Anak : 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Bayi < 2 minggu : 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6
jam. Berikan dosis lebih tinggi untuk infeksi lebih berat.
Setelah umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai
50 mg/kgBB/ hari dalam 4 dosis tiap 6 jam.
Mekanisme kerja
Efek antimikrobaKloramfenikol bekerja pada spektrum
luas. Kloramfenikol berefek bakteriostatik terhadap kuman yang

52

peka seperti riketsia, klamidia, mikoplasma dan beberapa strain


Salmonella

serta

sejumlah bakteri

hampir
anaerob

negatif. Kloramfenikol

semua
dan

dapat

bakteri
sejumlah

menjadi

gram

positif,

bakteri

gram

bakterisid

pada

Str. Pneumonia, N. Meningitides dan H. influenza,namun tidak


aktif pada suku Pseudomonas Sp dan Proteus sp. Obat ini efektif
terhadap sebagian besar strain E.coli, K. Pneumoniae dan P.
Mirabilis
Absorbsi,

Peroral, kapsul 250 500 mg dan suspensi 125 mg/5ml

Distribusi,

Difusi kloramfenikol ke jaringan, rongga dan cairan tubuh baik


sekali, kecuali ke dalam empedu. Kadarnya di cairan
serebrospinal tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika
lain, meski tanpa meningitis. Kadar puncak plasma (1 jam

setelah pemberian i.v.) 15-25 mg/liter.


Pemberian kloramfenikol secara i.v. menimbulkan kadar yang
lebih rendah dalam darahdibandingkan peroral. Kloramfenikol
terikat 50% pada protein plasma denganwaktu paruh 3 jam

Metabolisme

Kloramfenikol mengalami metabolisme di hepar. Dalam hati,


90% zat ini dirombak menjadi glukoronida inaktif. Pada
penderita gangguan hepar, dosis harus diturunkan

Ekskresi

Resorpsi kloramfenikol dari usus cepat dan agak lengkap,


dengan BA 75-90%. Pada penggunaan IV dan peroral,
Kloramfenikol diekskresi 5
30%melalui urin, terutama sebagai metabolit inaktif.
Kloramfenikol melalui penggunaan peroral saja diekskresi
melalui empedu dan tinja dalam jumlah kecil.

53

Indikasi : demam tifoid dan paratifoid, infeksi berat karena Salmonella sp,
H. influenza (terutama meningitis), rickettzia, limfogranuloma,
psitakosis, gastroenteristis, bruselosis, disentri.
Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, kehamilan, menyusui, pasien
porfiria
Efek samping : Kelainan darah reversible dan ireversibel seperti anemia
aplastik anemia (dapat berlanjut menjadi leukemia), mual, muntah,
diare, neuritis perifer, neuritis optic, eritema multiforme, stomatitis,
glositis, hemoglobinuria nocturnal, reaksi
hipersensitivitas misalnya anafalitik dan urtikaria, sindrom grey
pada bayi premature dan bayi baru lahir, depresi sumsum tulang
Antipiretik
Paracetamol
Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp,
Cupaol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol
biru, Sanmol, Sanmol tablet, Pyrex, Pyridol.
Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup
forte 250 mg/ml.
Dosis
Tablet
1. Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari)
2. Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari)
Sirup 125 mg/5ml
1.
2.
3.
4.
5.

Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml)


Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml)
Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml)
Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml)
Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml)

Mekanisme
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap
enzim siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2.
Meskipun mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan
antiinflamasi yang lemah.
54

Absorbsi ,

Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh

sekitar 1-3 jam.


Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga
diabsorpsi secara baik dari membrane mukosa rectum.

Distribusi dan Metabolisme

Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan


dengan mudah

Eksresi

Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresi


oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI)
Paracetamol, aman untuk wanita hamil dan anak-anak.

Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia.
Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan
ginjal, serta pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol.
Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal
tubular necrosis, dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia,
leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan liver
Tulisan resep :
R/ Ringer laktat inf flab No II
cum infuse set
No I
IV catheter no 22
No I
imm
R/ Chloramphenicol tab mg 500 No IV
4 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No IV
prn (3-4) dd tab 1
Pro : Nn M (21th)

55

DENGUE HEMORAGIK FEVER (DHF)


A. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk


kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.
B. Gejala Klinik

1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan,
nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

56

2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat
pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut
yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan
dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan
kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk
C. Pengobatan
Infus
Infus NaCl 0,9 % 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh karena
dalam hal ini pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat
mengancam terjadinya dehidrasi.
Antipiretik
Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam
dan pusing
D. Mekanisme obat
Infus
NaCl 0,9 %
Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid NaCl
0,9% yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na +
(154 mEq/L) dan Cl- (154 mEq/L), dengan osmolaritas sebesar 300
mOsm/L)
57

Metabolisme
NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi
(replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang
rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada
alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan
untuk kasus trauma kepala, sebagai pengencer sel darah merah
sebelum transfusi. Cairan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu
tidak mengandung HCO3- , tidak mengandung K+ , dapat
menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan
hipernatremi

Antipiretik
Paracetamol
Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp,
Cupaol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol
biru, Sanmol, Sanmol tablet, Pyrex, Pyridol.
Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup
forte 250 mg/ml.
Dosis
Tablet
Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari)
Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari)
Sirup 125 mg/5ml
Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml)
Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml)
Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml)
Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml)
Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml)
Mekanisme

58

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap


enzim siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2.
Meskipun mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan
antiinflamasi yang lemah.
Absorbsi ,

Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh

sekitar 1-3 jam.


Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga
diabsorpsi secara baik dari membrane mukosa rectum.

Distribusi dan Metabolisme

Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan


dengan mudah

Eksresi

Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresika


n oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI)
Paracetamol, aman untuk wanita hamil dan anak-anak.

Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia.
Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan
ginjal, serta pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol.
Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal
tubular necrosis, dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia,
leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan liver
Tulisan resep :
R/ Infus NaCl 0,9 % flab No III
cum infus set
No I
IV catheter
No I
imm
R/ Paracetamol tab mg 500 No III
prn (1-3) dd tab I
Pro : Sdr X (21 th)

59

DERMATITIS ALERGI
Penatalaksanaan dasar diberikan untuk semua kasus baik yang ringan,
sedang maupun berat, berupa:
1. Perawatan Kulit
Hidrasi adalah terapi DA yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat
adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan
menerapkan sawar hidrofobik untuk mencegah evaporasi. Bila perlu
pengobatan topikal paling baik setelah mandi karena penetrasi obat jauh
lebih baik. Pada pasien kronik diberikan 3-4 kali sehari dengan water-in-oil
moisturizers sediaan lactic acid.
2. Kortikosteroids topikal
Kortikosteroid topikal mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus, dan
efek vasokonstriktor. Yang perlu diperhatikan pada penggunaan adalah
segera setelah mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi;
tidak lebih dari 2 kali sehari; bentuk salep untuk kulit lembab bisa
menyebabkan

folikulitis;

bentuk

krim

toleransinya

cukup

baik;

bentuk lotion dan spray untuk daerah yang berambut; pilihannya adalah
obat yang efektif tetapi potensinya terendah; efek samping yang harus
diperhatikan adalah: atropi, depigmentasi, steroid acne; bila kasus membaik,
frekuensi pemakaian diturunkan dan diganti dengan yang potensinya lebih

60

rendah; bila kasus sudah terkontrol, dihentikan dan terapi difokuskan pada
hidrasi.
3. Antihistamin
Merupakan

terapi

standar,

tetapi

belum

tentu

efektif

untuk

menghilangkan rasa gatal karena rasa gatal pada DA bisa tak terkait dengan
histamin.
4. Tars
Mempunyai efek anti-inflamasi dan sangat berguna untuk mengganti
kortikosteroid topikal pada manajemen penyakit kronik. Efek samping dari
tar adalah folikulitis, fotosensitisasi dan dermatitis kontak.
5. Antibiotik sistemik
Kadang-kadang diperlukan karena infeksi sekunder dapat menyebabkan
kekambuhan dan penyulit. Infeksi

di curigai bila ada krusta yang

luas, folikulits, pioderma dan furunkulosis. S. aureus yang resisten penisilin


merupakan penyebab tersering dari flare akut. Bila diduga ada resistensi
penisilin, dicloxacillin atau sefalexin dapat digunakan sebagai terapi oral
lini pertama. Bila alergi penisilin, eritromisin adalah terapi pilihan utama,
dengan perhatian pada pasien asma karena bersama eritromisin, teofilin
akan menurunkan metabolismenya. Pilihan lain bila eritomisin resisten
adalah klindamisin.
6. Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor eksaserbasi
Sabun dan baju yang bersifat iritatif dihindari. Baju iritatif dari wol
dihindari. Demikian juga keringat dapat juga mengiritasi kulit. Stres sosial
dan emosional juga harus dihindari. Eliminasi alergen makanan, binatang
dan debu rumah.
Contoh resep :
R/ Betamethasone valerate tube No. I
ue
R/ Cetirizine tab mg 10 no V
I dd tab I
Pro : Nn. Nia 19 th

61

EKZEMA
A. Definisi
Ekzema adalah proses radang pada kulit. Lapisan kulit yang
mengalami kelainan ialah kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis)
bagian atas. Faktor penyebab ekzema belum diketahui pasti. Namun hal ini
sering dihubungkan dengan faktor bawaan. Sedangkan faktor pencetus yang
sering menimbulkan ekzema antara lain iklim, alergi, infekortikosteroidi,
emosi, dan faktor higienis.
B. Gejala klinis
Ekzema digolongkan dua stadium, yaitu stadium yang masih baru
(akut) dan stadium yang telah lama (menahun atau kronik). Pada stadium
akut, perubahan kulit masih samar, membasah (eksudatif), dan terdiri atas
banyak bentuk kelainan kulit (polimorfi). Gejala awal gangguan ini adalah
kemerahan pada kulit akibat pelebaran pembuluh-pembuluh darah kecil di
kulit. Kemerahan tersebut bisa hilang jika ditekan, dan muncul kembali jika
tekanan dilepaskan. Selain itu, timbul bintil-bintil (papul) yang kemudian
berkembang

menjadi

gelembung-gelembung

jika

pecah,

gelembung-

gelembung ini akan mengeluarkan cairan seperti getah (eksudat) dan kulit
menjadi lecet (erosi). Setelah mengering, timbul kerompeng dan sisik-sisik
diakhir proses penyembuhan.
Pada stadium menahun atau kronis, kulit tampak kering. Terjadi
penebalan kulit disertai garis-garis kulit yang tampak makin jelas. Kulit juga
62

tampak kehitaman akibat kelebihan pigmen (hiperpigmentasi). Pada ekzema


yang belum sampai menahun, gejalanya merupakan gabungan antara tandatanda akut dan kronis.
C. Pengobatan
Pengobatan ekzema menggunakan kostikosteroid topikal. Pilihan obat topikal
agar tepat ke target site-nya.
D. Mekanisme Kerja Obat
1. Bentuk sediaan obat :
Kortikosteroid topikal terdapat dalam berbagai bentuk sediaan,
yakni salep, krim, gel, aerosol dan losio. Salap mengandung vaselin,
parafin, propilen glikol, atau minyak mineral. Bahan-bahan tersebut akan
membentuk sawar oklusif yang mencegah penguapan, sehingga membantu
hidrasi stratum korneum yang akan meningkatkan penetrasi bahan aktif.
Hampir 50% bahan dasar krim adalah air. Semakin tinggi kandungan air
suatu vehikulum (misalnya bentuk losio dan gel), maka akan lebih cepat
mengeringkan karena penguapan yang meningkat. Oleh karena itu, lebih
cocok untuk lesi yang membasah. Secara umum, bentuk salep akan lebih
efektif dibanding krim atau losio terhadap kelainan yang kering dan
menebal. Tetapi, umumnya pasien lebih menyukai bentuk krim karena
lebih nyaman dipakai, sehingga meningkatkan kepatuhan terapi.
2. Nama paten :
Betamethasone dipropionate = Diprosone 0.05%,cream,lotion
Clobetasol propionate = Dermovate 0.05%,cream
Desoximetasone = Topcort 0.05% gel
Halcinonide = Halog 0.1%, cream
Mometasone furoate= Elocon 0.1%, ointment
Hydrocortisone = Enkacort 1% and 2.5% cream
3. Dosis : 2-4 X sehari
4. Mekanisme kerja : efek utama penggunaan kostikosteroid secara topikal
pada epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek antiinflamasi,
dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan mengakibatkan
berkurangnya eritema, adanya efek antiinflamasi yang terutama terhadap
leukosit, adanya efek antimitosis terjadi karena kortikosteroid mengurangi
sintesis prostaglandin dan leukotrien yang diakibatkan oleh aktivasi

63

fosfolipase A2 dengan mengurangi jumlah enzim yang tersedia untuk


memproduksi prostaglandin.
5. Metabolisme : kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak; mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskuler,
ginjal,otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
6. Indikasi : ekzema, radang dan penyakit kulit karena alergi
7. Kontraindikasi :
Penderita alergi kortikosteroid
8. Efek samping :
Risiko terberat (walaupun sangat jarang terjadi) penggunaan
kortikosteroid adalah penekanan aksis adrenal -hipotalamus akibat
absorbsi sistemik. Selain itu, dapat pula terjadi glaukoma. Yang lebih kerap
terjadi adalah efek samping lokal pada kulit berupa atrofi, strie, purpura,
telangiektasi,erupsi akneiformis dan perubahan warna kulit.
Perlu diingat pula kemungkinan adanya topical steroid addiction.
Efek samping ini secara langsung bergantung pada potensi kortikosteroid
dan lama serta cara penggunaannya. Secara umum, anak-anak, orang tua
dan pasien dengan kelainan yang luas akan mempunyai risiko yang lebih
tinggi. Pada anak-anak, disebabkan karena mereka mempunyai rasio luas
permukaan tubuh terhadap berat badan yang relatif lebih tinggi.
E. Penulisan Resep
R/ Hidrocortison 2% cream tube No. I
2 dd I u.e
Pro : Tn. D (40 th)

64

DERMATITIS VENENATA
1. Definisi
Dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga.
Penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga
tersebut.
2. Algoritma
Jika reaksi local ringan, diberikan dengan kortikosteroid topikal,
seperti hidrokortison 2%.

Bila reaksi berat dengan gejala sistemik,

dilakukan pemasangan tourniket pada proximal dari tempat gigitan dan


diberikan obat sistemik. Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi
sekunder dapat ditambahkan antibiotik topikal.
3. Pengobatan

a.

Kortikosteroid
1) Kortikosteroid topikal: Hidrokortison 1%, 2% salep atau krim;
Desoksimetason (Dexocort, Inerson, Esperson) 0.25% salep atau
krim.
2) Kortikosteroid oral: Metilprednisolon tab 4 mg, prednison tab 5 mg
Mekanisme kerja: antiinflamasi, hambat pembentukan prostaglandin,
mensupresi peradangan dengan cara menghambat kerja sel-sel radang

Resep:
R/ Hidrocortison 2 % cream tube No. I
ue
R/ Metilprednisolon tab mg 4 No. IX
3 dd tab I
Pro: Tn Kasdi (40 tahun)

65

RHINITIS ALERGI
1. Definisi
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin (> 5x), rinorea, gatal,
dan blocking / tersumbat setelah hidung terpapar alergen yang diperantarai
IgE. Tanda: rhinoskopi anterior : mukosa edem, basah, livid, konka
hipertrofi, sekret cair banyak, allergic shiner: bayangan gelap di bawah
mata, allergic salute: sering menggosok-gosok hidung karena gatal,
allergic crease: garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah, facies adenoid,
cobble stone appearance pada DPP, dan geographic tongue pada lidah.
2. Algoritma Penatalaksanaan

66

Treatment options for allergic rhinitis adapted from ARIA, 2001

3. Peresepan Obat
R/ Rhinofed tab No. X
S 2 dd tab I
R/ Becerfort tab No. XV
S 3 dd tab 1
Pro : Sdr. S (23th)
4. Pembahasan Obat
a. Rhinofed
1) Setiap tablet rhinofed mengandung Pseudoephedrine HCL 30 mg
dan Terfenadine 40 mg.
2) Terfenadine adalah suatu antihistamin baru yang bekerja secara
spesifik

dan

menimbulkan

selektif

pada

aktivitas

reseptor

depresi

histamin

pada

H1,

susunan

tanpa
saraf

pusat. Pseudoephedrine (d-isoefedrin) adalah suatu stereo isomer


efedrin. Bekerja sebagai "sympathomimetic agent" secara langsung
merangsang reseptor adrenergik.

67

3) Dalam klinis, terfenadine menghilangkan gejala rinitis alergika


seperti: bersin, rinore, rasa gatal di sekitar hidung dan mata,
sedangkan gejala hidung tersumbat diatasi oleh pseudoephedrine.
4) Kontraindikasi:
Pada penderita dengan penyakit kardiovaskuler seperti:
insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi berat. Wanita hamil,
menyusui dan penderita yang sedang diterapi dengan penghambat
monomain

oksidase

(MAO).

Hipersensitivitas

terhadap

pseudoephedrine atau terfenadine. Pemberian bersama ketokonazol


dan derivat azol yang lain atau obat golongan makrolid. Penderita
dengan gangguan fungsi hati.
b. Becerfort
Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg, dan Vitamin E yang
dapat meningkatkan pertahanan tubuh.

68

SKIZOFRENIA
A. Definisi
Skizofrenia adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi
pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar
atau tumpul. Menurut Emi Kraeplin skizofrenia terjadi karena kemunduran
intelegensi sebelum waktunya sehingga disebut dimensia prekoks/muda.
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan
dalam isi dan organisasai pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan
afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan
untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
B. Gejala klinis
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase
prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul
gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih
dari satu tahu sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi :
hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan
fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu
serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini
tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti
tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan
afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak
mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat
mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase
residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala
positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi
pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial)
C. Kriteria Diagnosis

69

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar

oleh

sesuatu

dari

luar

dirinya

(withdrawal);

dan

- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga


orang lain atau umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh

suatu

kekuatan

tertentu

dari

luar;

atau

- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya


dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran,

tindakan,

atau

penginderaan

khusus);

- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar,


yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik
atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
i. suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
ii. mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
iii. jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu

70

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing


dan dunia lain) .

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
f. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi

tubuh

tertentu

(posturing),

atau

fleksibilitas

cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;


h. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (selfabsorbed attitude), dan penarikan diri secara social.

71

D. Pengobatan
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis
ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis
dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat
diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak
sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat
antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir
baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala
negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis
atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala
negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek
samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik
yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG
ll). APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine,
fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,
hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50
mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada
penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine,
olanzapine, quetiapine dan risperidon.
Pada pemberian obat APG I perlu ditambahkan obat antikolinergik
golongan triheksipenidil untuk mengatasi efek samping.
E. Mekanisme Kerja Obat
1. Bentuk sediaan obat : tablet, ampul, vial
2. Nama paten :
Clorpromazine = Largactic
Trifluoperazine = Stelazine
Haloperidol = Haldol, Lodomer
72

Risperidon = Risperidal
Clozapin = Clorazol
Quentiapine = Seroquel
Olanzapine = Zyprexa
3. Dosis : 1-3 X sehari
4. Mekanisme kerja :
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat
menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek
samping. Sedangkan APG II bekerja melalui interaksi serotonin dan
dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan
rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi
gejala negatif.
5. Indikasi : sindrom psikosis
6. Kontraindikasi :
a. Penyakit hati (hepato-toksik)
b. Penyakit darah (hemato-toksik)
c. Epilepsi (menurunkan ambang kejang)
d. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
e. Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP)
f. Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)
g. Penyakit SSP (perkinson, tumor otak,dll)
h. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresant (kesadaran
makin memburuk).
7. Efek samping :
Efek samping obat antipsikosis generasi I berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan

disfungsi

seksual/

peningkatan

berat

badan

dan

memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I


menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan
kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi.
F. Penulisan Resep
R/ Haldol tab mg 2 No. X
3 dd tab I
R/ Artane tab mg 2 No. X
3 dd tab I
73

Pro Tn.D (40 th)

74

SKABIES
1. Definisi
Skabies adalah penyakit pada kulit manusia yang disebabkan oleh
penetrasi, infeksi dan sensitisasi dari kutu parasit manusia obligat yaitu
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya ke dalam epidermis yang
ditandai adanya lubang superfisial dan keluhan gatal.
2. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
dari manifestasi klinis Skabies:
a. Pruritus nokturnal.
b. Menyerang manusia secara berkelompok.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi.
d. Menemukan adanya tungau
3. Penatalaksanaan
Resep
R/ Scabimite creamtube No. I
S uc
R/ Chlor-Trimeton tab mg 4 No.IX
S prn 1-3 dd tab I
Pro : Sdr. S (23th)
Pembahasan Obat
a. Scabimite
1) Bahan aktif: Permethrin 5%. Permetrhin merupakan antiparasit
spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta
anthropoda lainnya.
2) Permetrhin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel
syaraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi
paralise parasit.
3) Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit.
4) Penggunaan Permethrin pada wanita hamil dan menyusui belum
diketahui keamanannya. Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan
atau lebih, sedangkan pemakaian pada bayi usia kurang dari 2
bulan belum diketahui.

75

5) Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal,
aritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat
sementara dan akan menghilang sendiri.
b. Chlor-Trimeton
1) Merupakan AH-1 generasi pertama yang mempunyai efek sedatif.
2) Di dalam kasus ini, obat ini digunakan sebagai antipruritus.Dengan efek sedatifnya diharapkan rasa gatal oleh parasit
skabies yang terutama timbul pada malam hari bisa diatasi.

ASMA
A. Definisi
Gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai
tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak).
Obstruksi jalan nafas umumnya reversibel, namun dapat menjadi kurang
reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit.
76

B. Gejala Klinis
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan
4. Gejala- gejala tersebut bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang
hari dan memburuk pada malam hari.
C. Terapi
R/ Berotec MDI No. I
S prn (1-2) dd puff I
R/ Metil prednisolon tab No. VII
S 1 dd tab I
Pro: Nn. Ria (22th)
D. Keterangan Obat
1. Berotec
Paten: berotec, berodual
MK: Mencegah bronkokonstriksi dengan menginduksi bronkodilatasi
melalui reseptor 2 di otot- otot bronkus
D : 1-2 semprot bila perlu saat serangan akut
KI : kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia
ES: tremor halus pada otot rangka, gugup, sakit kepala, pusing, takikardi,
palpitasi, batuk, iritasi lokal, mual, muntah, berkeringat, otot lemah,
mialgia, kram otot, hipokalemia.
2. Metil prednisolon
Paten: Depo- Medrol, Solu-Medrol, Urbason, Flason
MK: Menghambat respon inflamasi agar tidak terjadi bronkokonstriksi
yang bertambah buruk.
D: 4mg/hari
KI: Infeksi jamur sistemik, TBC, Herpes simpleks
ES: retensi cairan tubuh, alkalosis hipokalemik, gagal jantung kongestif,
miopati steroid.

77

KONJUNGTIVITIS
1. Definisi
Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva
yang ditandai dengan mata merah, bengkak, dan berair, sekret mata
lengket (bakteri), mata merah, sekret seperti air (virus), atau mata merah
dan gatal (alergi).
2. Pengobatan:
R/ Gentamycin 0,3% guttae ophtalmic fl No. I
S 6 dd gtt I-II ODS
Pro : Tn. A (40 thn)
Gentamycin
a. Merupakan golongan aminoglikosida untuk bakteri basil gram (-)
aerob.
b. Mekanisme kerja:
Aminoglikosid + ribosom : menghambat sintesis protein
Mempercepat transport aminoglikosid ke dalam sel kerusakan
membran sitoplasma kematian sel / terjadi misreading kode
genetik hambat sintesis protein
c. Nama Paten : Genoint tetes mata sediaan 5 ml
d. Dosis : 1-2 tetes tiap 4 jam
Atau

78

R/ cendoxytrol guttae opthalmic fl No.5


3 dd guttae I ocula dextra
Pro: Tn. T (34 tahun)
Cendoxytrol :
a. Kandungan: dexametason 0,1% neomisin sulfat 3,5mg/ml, polimiksin
6 sulfat 6000 iu/ml.
b. Indikasi: mengobati infeksi mata yang meradang, konjungtivitis
akut/kronis tidak bernanah, dan keratokonjungtivitis.

79

EPILEPSI
A. Definisi
Epilepsi yakni cetusan muatan neuron SSP abnormal, berlebihan,
sinkron, intermiten, paroksismal, unprovoke.
B. Gejala klinis
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak
tertentu dan

muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita

mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung


kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang
mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan
bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis
anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat
menyenangkan

atau

sangat

tidak

menyenangkan.

Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dj vu


(merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu
(misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan
dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya
kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.Penderita
menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh
dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu
memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan
berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai
dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik
ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah
mengalami kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal
di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan
fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh

80

terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan


kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di
seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan
hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa
mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah.
Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum
usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya
berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon
terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana
kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak
mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya
menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan
otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
C. Pengobatan
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun
natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak
memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau
dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah
terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang
kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan
biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat antikejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat
efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya
adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan
hiperaktivitas.Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau
fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang diminum berdasarkan

81

resep dari dokter.Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang


harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat antikejang di dalam darah
D. Mekanisme Kerja Obat
Diazepam
1. Bentuk sediaan obat : ampul
2. Nama paten : valium 100 mg/cap; valdimex 5 mg/ml
3. Dosis :
Untuk mengatasi status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan 0,2
mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit secara lambat. Dosis ini dapat
diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa
jam. Dosis maksimal 20-30 mg.sedangkan pada anak-anak dapat diberikan
diazepam IV dengan dosis 0,15-0,3 mg/kgBB selama 2 menit dan dosis
maksimal 5-10 mg.
4. Mekanisme kerja : peningkatan inhibisi GABA. Diazepam berikatan
dengan reseptor GABA menyebabkan pembukaan kanal klorida. Klorida
masuk ke dalam sel dalam jumlah yang banyak mengakibatkan
peningkatan potensiasi elektrik sepanjang membran. Hal ini berarti sel
sukar teraktivasi.
5. Indikasi : status epileptikus
6. Kontraindikasi : asma
7. Efek samping :
Efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam
IV adalah obstrusi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Di
samping itu dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi,
henti jantung, kantuk.
Natrium fenitoin
1. Bentuk sediaan obat : capsul (100 mg) dan ampul (50 mg/ml)
2. Nama paten : dilantin cap
3. Dosis : dewasa 300 mg/hari; anak-anak 5 mg/kgBB/hari
4. Mekanisme kerja :
Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP dengan cara
inhibisi kanan Na+ pada membran sel akson. Fenitoin juga mempengaruhi
perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya
menggiatkan pompa Na+, K+, Ca2+ neuron dan mengubah neurotransmitor
NEPI, asetilkolin, GABA.

82

5. Metabolisme : absorbsi fenitoin diberikan secara peroral berlangsung


lambat, sesekali tidak lengkap; 10% dari dosis diekskresi bersama ginjal
dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam.
6. Indikasi :
a. Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal
b. Epilepsi psikomotor
c. Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal
d. Status epileptikus
7. Efek samping :
a. Pada susunan saraf pusat : diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus,
tremor
b. Pada saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati, anoreksia, mual
muntah, edema gusi
c. Pada kulit : ruam morbiliform
d. Lain-lain : hepatotoksisitas

(ikterus,

hepatitis),

anemia

megaloblastik.
Karbamazepin
1. Bentuk sediaan obat : tablet 200 mg
2. Nama paten :
3. Dosis :
a. Usia < 6 tahun
: 100 mg/ hari
b. Usia 6-12 tahun
: 2 x 100 mg/ hari
c. Dewasa
: 2 x 200 mg/hari
d. Dosis pemeliharaan : dewasa 800-1200mg/kgBB; anak 20-30
mg/kgBB
4. Mekanisme kerja : obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat
dimengerti
5. Metabolisme :
6. Indikasi : bangkitan parsial kompleks, bangkitan tonik klonik
7. Kontraindikasi :
8. Efek samping : rasa ngantuk, mual, anemia, neutropenia, pusing, vertigo.
E. Penulisan Resep
Pada ststus epileptikus :
R/ Diazepam inj amp mg 5 No. I
Cum disposable syringe cc 3 No. I
imm
R/ Fenitoin Na cap mg 100 No.XXI
3 dd cap I

83

Atau ditambahkan
R/ Karbamazepin tab mg 20 No. X
2 dd tab I
Pro Tn.D (40 th)

URETRITIS GONORHEA
A. Definisi
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang
reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifisium uretra eksternum (saluran uretra). Infeksi ini hampir selalu menular
melalui aktivitas seksual.
B.Gejala Klinis
Uretritis gonore masa tunasnya sulit ditentukan oleh karena pada umumnya
asimtomatis, hal ini disebabkan keadaan anatomi dan fisiologi organ genital pada
wanita berbeda dengan pria. Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu
2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra,
yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya
nanah dari penis. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing.
Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah
beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa
nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa
peradangan pada alat kelamin. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan

84

untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra
bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami gejala lokal
setelah 10 hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari endoserviks melalui
vagina tidak ditemukan, baik pada keadaan akut maupun kronis. Gejala subyektif
ini jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapat kelainan obyektif.
Umumnya penderita datang bila sudah ada komplikasi atau ditemukan saat
pemeriksaan antenatal maupun keluarga berencana.
Apabila terdapat gejala, dapat berupa kombinasi peningkatan duh tubuh
yang keluar dari vagina, disuria, perdarahan uterus intermenstrual dan menoragia.
Duh tubuh yang keluar dari serviks sifatnya purulen atau mukopurulen.
C.Pengobatan
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi

Harga murah

Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima

Diberikan dalam dosis tunggal

Cara pemberian peroral

Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui


Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan

dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain :


Rincian pengobatan Uretritis GO
Siprofloksasin

: 500 mg per oral, dosis tunggal, atau

Seftriakson

: 250 mg i.m. , dosis tunggal, atau

Sefiksim

: 400 mg per oral, dosis tunggal

Tiamfenikol*

: 3,5 mg per oral, dosis tunggal atau

85

Ofloksasin*

: 400 mg per oral, dosis tunggal, atau

Kanamisin

: 2 g i.m. dosis tunggal, atau

Spektinomisin

: 2 g i.m. dosis tunggal

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12
tahun dan remaja.
D.Mekanisme Obat
A. Ceftriaxone (Seftriakson) (Biotrax, Bioxon, Broadced, Cefarin, Cefsix,
Ceftriaxone, Cefxon, Cephaflox, Criax, Ecotrixon, Elpicef, Foricef,
Gracef, Intrix, Icephin, Rocephin, Socef, Terfacef, Termicef, Tricefin,
Truec, Trixon, Tyason, Zeftrix)

Golongan
Antibakteri

Sediaan
Vial 1 gram

Penyakit/Indikasi
Pengobatan infeksi yang disebabkan

kuman gram positif dan negatif.


Indikasi : Untuk infeksi- infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman
gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lainnya,
misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi gonoreal,

septisemia bakteri, infeksi tulang dan jaringan, dan infeksi kulit.


Kontraindikasi : bayi dibawah 6 bulan
Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan
menyusui (tetapi boleh digunakan), positif palsu untuk glukosa urin (pada
pengujian untuk mengurangi jumlah obat), positif palsu pada uji Coombs.
Dosis :

1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra
vascular), lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
Dosis maksimum: 4 gr/hari
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 gram sehari secara intra vena
Bayi dan ank-anak dibawah 12 tahun :
- Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg bb sehari
- Bayi 15 hari sampai 12 tahun : 20 80 mg/kg bb sehari

86

Anak-anak dengan BB 50 kg atau lebih : dosis dewasa melalui

infus paling sedikit 30 menit


Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kliren kreatinin tidak lebih
dari 10 ml/menit, dosis tidak lebih dari 2 gram perhari.

Efek samping :

Reaksi

hipersensitivitas

(urticaria,

pruritus,

ruam,

reaksi

parah

seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus

besar); Efek lainnya (infeksi candidal)


Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy,
convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan

hati juga terjadi, dapat terjadi pergeseran bilirubin dari ikatan plasma.
Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated
partial thromboplastin time), dan atauhypoprothrombinemia (dengan atau
tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan

rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.


B. Ampicilin (Ampisilin) ( aktoralin, amcilin, ampi, bannsipen, biopenam,
boadapen, corsacillin, dancillin, decapen, erphacillin, atebiotic, hufam,
itrapen, kalpicilin, kemocil, lactapen, medipen, megapen, metacillin,
mycill, opicillin, parpicillin, penbiotic, penbritin, popypen, rampicillin,
ronexol, sanpicilin, varicillin, viccilin,xepacillin, yekacillin)
Golongan
Antibiotik
beta laktam

Sediaan
Kapsul/

Penyakit/Indikasi
Pengobatan infeksi

tablet : 250mg, akibat organism yang

Alasan penggunaan
Antibiotik
penisillin spektrum

sesuai termasuk :
500mg
luas
Sirup kering : peritonitis,
Menggantikan
125mg/5ml
Ampisillin karena
meningitis,
Serbuk untuk
penyerapan yang
endokarditis.
Pola
injeksi
:
lebih baik, efek
resistensi antibiotik
500mg,
1
samping
lebih
lokal
perlu
gram
dalam
sedikit
dipertimbangkan
vial
Indikasi : Mastoiditis, infeksi ginekologis, septicema, endokarditis, mengitis,
cholecystitis, osteomyelitis

87

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin


Perhatian : Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam kemerahan pada demam
kelenjar (glandular fever), leukemia limfositik akut atau kronik, dan infeksi
sitomegalovirus. Tidak diketahui berbahaya pada kehamilan, pada air susu jumlah
sangat sedikit.

Interaksi :
Allupurinol

Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau ampicillin

Antibakteri
Antikoagulan

diberikan bersama Allupurinol


Absorbsi phenoxymetilpenicillin berkurang oleh neomycin
INR dapat terganggu dengan pemberian penisillin spectrum
luas seperti ampicillin, meskipun studi gagal menunjukkan

Sitotoksik

interaksi dengan coumarin atau phenindione


Penisillin
mengurangi
pengeluaran

Probenesid

(meningkatkan risiko toksisitas)


Pengeluaran/ ekskresi penisilin dikurangi oleh probenesid

Esterogen
Sulfinpirazone
Dosis

metotrexate

(risiko kecil)
Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari esterogen
Pengeluaran penisillin dikurangi oleh sulfinpirazone

Injeksi intramuskuler, injeksi intravena lambat atau melalui infus intravena:


Infeksi berat oleh organism yang sensitive. DEWASA 500mg setiap 4-6 jam,

ANAK dibawah 10 tahun, setengah dosis dewasa


Meningitis, dengan injeksi intravena lambat, DEWASA 1-2gr setiap 3-6 jam
(maksimal 14gr sehari); ANAK 120-200mg/kg sehari dalam dosis terbagi

Efek samping : mual, muntah, diare, ruam (hipersensivitas atau respon toksikdapat menjadi reaksi yang serius, hentikan pengobatan); respon hipersensitivits
termasuk urtikaria, angiodema, anafilaksis, reaksi menyerupai penyakit serum
9serum sickness), anemia hemolitik, nefritis interstitial.
PERESEPAN

88

Penghasil penisilinase :
R/ Ceftriaxone inj mg 250 No I
S imm
Pro Tn A (30 thn)
Ceftriaxone merupakan cefalosporin generasi 3 yg sensitif terhadap bakteri
penghasil penisilinase
Bukan penghasil penisilinase
R/ ampicilin tab mg 500 No. XX
S 4 dd tab I a.c
R/ probenesid tab mg 250 No.X
S 2 dd tab I p.c
Pro Tn.A (30 thn)
Keterangan :
Ampicilin spektrum luas.
Probenesid AINS anti pirai (untuk gejala sistemik nyeri sendi)

FLUOR ALBUS

89

A. Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah nama gejala
yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak
berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas
dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena
aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal.
B. Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikan beberapa gejala fluor albus:
1.
2.
3.
4.
5.

Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.


Sekret vagina yang bertambah banyak
Rasa panas saat kencing
Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,
berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang
hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
C. PENGOBATAN
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan
dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol

90

untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi


infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),
topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke
dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan
untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan
sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
8.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

91

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari


- Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari
Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral

92

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase


- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative
inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
D. Mekanisme Obat
A. Nystatin (Nistatin) (Candistin,cazetin, fungatin, kandistin, mycostatin, nystin)
Golongan
Antijamur

Sediaan
Tablet:

100.000 Pengobatan

IU, 500.000 IU
Ovula:

Penyakit/Indikasi

Candidiasis

100.000 dan

Alasan
penggunaan
Efektif
untuk

kulit pengobatan

membran candidiasis

oral,

U
mukosa
kulit dan vagina
Indikasi : Candidiosis mulut (oral), oesophagus, usus, vagina dan kulit
Kontraindikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap nystatin
Perhatian : kehamilan dan menyusui
Dosis :

Kandidiosis vaginalis, per vaginal, DEWASA masukkan 1-2 ovula saat


malam minimal 2 minggu

93

Kandidiosis oral, per oral, DEWASA dan ANAK >1 bulan 100.000 U
setelah makan 4x sehari biasanya untuk 7 hari, dilanjutkan selama 48jam

setelah lesi/gangguan menghilang


Kandidiosis usus dan oesophagus, per oral, DEWASA 500.000U 4x/hari;
ANAK >1 bulan 100.000U 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah
penyembuhan klinis

Efek samping : mual, muntah, diare pada dosis tinggi; iritasi mulut dan
sensitisasi; ruam dan jarang terjadi eritem multiforme (Sindrome Steven Johnson)
B. Metronidazole (Metronidazol) (Anmerob, Biatron, Corsagyl, Farizol, Farnat,
Fladex, Flagyl, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, Heronid, Mebazid, Metrofusin,
Metrolet, Novagyl, Promuba, Ragyl Forte, Tismazol, Trichodazol, Trinida,
Troglar, Trogyl, Yekatrizol-F)
Golongan
Antibakteri lain

Sediaan

Penyakit/Indikasi

Injeksi : 500mg Infeksi anaerob


dalam

Alasan
penggunaan
Aktivitas tinggi
terhadap

vial

bakteri

anaerob

100ml
Cairan
oral

200mg/5ml
Supositoria

500mg;1gr
Tablet : 200-500
mg
Metronidazole memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan
protozoa. Metronidazole melalui per rectal adalah alternatif efektif terhadap rute
intravena bila rute per oral tidak mungkin.
Indikasi : Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi (ginggivitis) dan infeksi
mulut lainnya, penyakit radang panggul-pelvic inflammatory disease (dengan
ceftriaxone dan doksisiklin), tetanus, septicemia, peritonitis, abses otak,
pneumonia nekrotikans, colitis berhubungan antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus
dan profilaksis bedah, bacterial vaginosis; Infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan
giardiasis, eradikasi Helocobacter pylori Amubiasis invasif dan Giardiasis

94

Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol kronik


Perhatian: Efek seperti Disulfiram pada penggunaan pada alkohol; gangguan hati
dan ensefalopati hepatikum, pemantauan klinis dan laboratorium pada pemberian
lebih dari 10 hari. Pada kehamilan, pabrik menyarankan penghindaran dosis
tinggi. Pada kondisi menyusui, jumlah yang signifikan di ASI, pabrik
menyarankan menghindari dosis tunggal yang besar.
Interaksi :

Alkohol : Reaksi menyerupai disulfiram saat metronidazol diberikan

dengan alkohol
Antikoagulan : Metronidazole meningkatkan efek antikoagulan koumarin
Antiepilepsi : Metronidazole menghambat metabolisme fenitoin
(meningkatkan

kadar

dalam

darah);

metabolisme

metronidazole

ditingkatkan oleh pirimidone (menurunkan kadar dalam darah)


Barbiturate : Metabolisme Metronidazole ditingkatkan oleh barbiturat

( menurunkan kadar dalam darah)


Sitotoksik : Metronidazole meningkatkan kadar busulfan dalam darah
(

meningkatkan

metabolisme

resiko

fluorurasil

toksisitas),

metronidazole

menghambat

(meningkatkan

toksisitas);

metronidazole

mungkin menurunkan bioavailibilitas mycophenolate.


Disulfiram : Reaksi psikotik dilaporkan saat metronidazole diberikan

bersama disulfiram
Litium : Metronidazole meningkatkan risiko toksisitas litium
Esterogen : Mungkin menurunkan efek kontrasepsi esterogen
Obat untuk ulkus : Metabolisme metronidazole dihambat oleh Cimetidine

(meningkatkan kadar dalam darah)


Vaksin : Antibakterial menginaktifkan vaksi tifoid oral.

Dosis : 500mg/hari (4-7 hari)


Efek samping :

mual, muntah, rasa tidak nyaman seperti metal, lidah

berselaput dan gangguan saluran cerna, jarang: sakit kepala, pusing, ataksia,
urin menjadi gelap, seperti mengantuk, eritema multiforme, pruritus, urtikaria,
angiodema, dan anafilaksis, gangguan fungsi hati, hepatitis, jaundice,
trombositopenia, anemia aplastik, mialgia, artralgia, neuropati perifer, kejang
epileptiformis, leukopenia, pada dosis tinggi atau lebih lama.

95

E.Peresepan
R/ Nystatin tab vag No.VII
u.c
R/ Metronidazole tab mg 500 No.XX
4 dd tab 1
Pro: Ny. A (35th)

INFEKSI SALURAN KEMIH


A. Definisi
Merupakan infeksi yang melibatkan struktur saluran kemih yaitu dari epitel
glomerulus tempat mulai dibentuk urin sampai dengan muara urin di meatus
urethra externa. Secara mikrobiologi, definisi infeksi saluran kemih (ISK)
adalah terdapatnya mikroorganisme pada struktur saluran kemih dan baru
dapat dipastikan setelah didapatkannya bukti adanya koloni mikroorganisme

96

dalam pemeriksaan kultur urin. ISK pada usia lanjut dapoat timbul sebagai
akibat dari inkontinensia urin dan hipertrofi prostat yang memerlukan
pemakaian kateter menetap, imobilisasi, dan menurunnya fungsi imunitas
baik non spesifik maupun spesifik.
B. Gejala Klinis
- Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit
atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-

sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik


Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise,
mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di
pinggang
Penegakkan diagnosis : ISK dikatakan positif apabila didapatkan
bakteri sejumlah 105 bakteri/ml urin (bakteriuria bermakna).

C. Pengobatan
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi)
bakteri dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan :

Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.

Menanggulangi keluhan (gejala).

Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah


diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi,
serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain
termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi,
idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi dengan
baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang
spesifik terhadap mikroba pathogen.
a. Antibiotik
- Antibiotik yang diberikan berdasarkan tes resistensi kuman, bila belum
ada berikan antibiotik berdasarkan pola kuman yang ada, biasanya
mencakup Escherichia coli dan gram negative lainnya.

97

Antibiotik oral hanya direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi


dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada

laki-laki.
Antibiotik parenteral untuk ISK berkomplikasi dengan lama pemberian

tidak kurang dari 14 hari.


Jika belum tahu jenis bakterinya, dapat digunakan Bactrim. Bactrim
merupakan pilihan pertama pada ISK tanpa komplikasi.
Terapi Empirik untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih (Coyle
dan Prince, 2005)
Diagnosis

Kuman

Penatalaksanaan

Sistitis akut tanpa

Penyebab
E. coli, S.

Trimetoprim-

Komplikasi

saprophyticus

sulfametoksazol,
kuinolon

Pyelonefritis akut
E. coli

Trimetoprimsulfametoksazol,

Komplikasi

Kuinolon
E. coli, Proteus

Prostatitis

mirabilis,

Kuinolon,

K. pneumoniae,

penisilin+aminoglikosida

Pseudomonas
aeruginosa, E.
faecalis
Trimetoprimsulfametoksazol,
E. coli, Proteus
spp., K.
pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa, E.
faecalis

Cotrimoksazol
98

Kuinolon

merupakan kombinasi sulfametosazole (400mg) dan trimetoprim (50mg).


Nama paten : Bactrim (Roche), Kaftrim (Kimia Farma), Inatrim (Indo
Farma), Primadex (Dexa Medica), Sanprima (Sanbe), Triminex
(Konimex)
Bentuk sediaan :

Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole

Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim 800 mg Sulfamethoxazole )

Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim 200


mg Sulfamethoxazole)

Penggunaan:
Dosis yang digunakan untuk dewasa yaitu 2 tablet biasa (trimetoprim 80
mg + sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam atau 1 tablet forte
(trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg) tiap 12 jam.
Pada anak-anak digunakan bentuk sirup 2 x sehari 6mg, dan diberikan
segera setelah makan.
- 5 bln 2,5 ml
- 6 bln-5th 5ml
- 6th-12th 5-10ml
Mekanisme Kerja : menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap
berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim

memberikan

efek

energi.

Sulfonamid

(sulfametoksazol) menghambat masuknya molekul PABA ke dalam


molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi
reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat, yang penying
untuk pemindahan satu atom C seperti pada pembentukan basa
purin (adenin, guanin, timidin) dan beberapa asam amino
(metionin, glisin).
Indikasi : ISK tanpa komplikasi, efektif untuk gram positif dan negative,
bronchitis kronis, pneumonia, diare
Kontraindikasi : kerusakan parenkim hati, gagal ginjal berat, hamil,
hipersensitifitas.
Farmakokinetik :
99

Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap


Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk trimetoprim

dan 4 jam untuk sulfametoksazol.


Waktu paruh 11jam untuk trimetoprim

sulfametoksazol
Distribusi cepat ke seluruh jaringan, termasuk SSP, saliva, dan empedu

yang kadarnya cukup tinggi


Ekskresi terutama melalui urin, dan perlu perhatian kerusakan ginjal.

dan 10 jam untuk

Efek samping:
-

Gangguan pencernaan (mual, muntah, anoreksia)


Reaksi dermatologi (rash atau urtikaria)

Paracetamol
Digunakan sebagai analgetik
Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube
Penggunaan :
-

Sirup : 3-4x/hari
< 1 th : 2,5ml
2-6 th : 5ml
7.12h : 10ml
Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab

Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam


arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol,
hambatan

biosintesis

prostaglandin

hanya

terjadi

bila

lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus.


Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang
dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi
paracetamol tidak ada.
Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan
nyeri rematik
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat
Farmakokinetik :
-

Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna

100

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan

masa paruh plasma antara 1-3 jam


Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami

hidroksilasi
Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi

Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi


Tulisan resep :
R/ Bactrim tab mg 480 No. X
2 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No X
prn
Pro : Tn. A (35 th)

TUBERKULOSIS PARU
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB
Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif.
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

101

a.
b.
c.
d.

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit


1. TB paru BTA negatif foto toraks positif
Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru
Dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kemih dan alat kelamin.
Catatan:
1. Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB
paru.
2. Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka
dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Pengobatan:
1. Pengobatan TBC kategori 1(2 HRZE/4H3R3)
a. Pasien baru TB BTA +
b. Pasien TB Paru BTA Foto thorax +
c. Pasien TB ekstra Paru

2. Pasien TBC Kategori 2 (2 HRZES/HRZE/5H3R3E3)


a. Pasien kambuh
102

b. Pasien Gagal
c. Pasien putus obat

3. OAT Sisipan

Jenis obat:
Isoniazid

berefek bakterisid pada kuman dalam keadaan aktif, bakteriositik

terhadap kuman yang diam.


Mekanisme : menghambat enzim essensial untuk sintesis asam

mikolat dan dinding sel mikobakterium.


ESO : neuritis perifer
dicegah dengan pemberian piridoksin,

hepatitis (radang hati), alergi, demam, dan ruam kulit.


Dapat menembus plasenta tapi tidak teratogenik.

Rifampisin

menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram (+) dan (-) dan dapat

menghambat pertumbuhan M.tuberculosis.


bakteriosid pada intra dan ekstrasel, dapat masuk jaringan dan membunuh
kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh INH.

103

Mekanisme : menghambat DNA dependent RNA polymerase dari


mikrobakteria

dan

mikroorganisme

lain

dengan

menekan

mula

terbentuknya rantai sintesis RNA.


ESO :
o Flu like syndrome
o Gatal-gatal kemerahan
o Nyeri perut, mual, muntah, diare
o Warna urine, keringat, air mata, liur menjadi merah (sindrom
Redman)

Pirazinamid

analog

nikotinamid,

di

dalam

tubuh

dihidrolisis

untuk

enzim

pirazinamidase as.pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulos statik hanya

pada media yang bersifat asam.


ESO : gangguan fungsi hepar, gout arthritis, muntah, mual, dan diare

Ethambutol

menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap isoniazid


dan streptomisin. Aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat

tuberkulostatik.
Dapat memberikan efek toksik pada mata, jarang diberikan pada pasien

anak-anak.
Mekanisme : menghambat sintesis metabolit sel
ESO : gangguan penglihatan buta warna, penurunan penglihatan (neuritis
retrobulbur)

104

STOMATITIS
1. Definisi
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di
daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun kelompok. Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi
satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga
mulut.
2. Pengobatan
Resep
R/ Albothyl concentrate fl No. I
S uc
R/ Becefort tab No.VII
S 1 dd tab I
Pro : Sdr. S (23th)
Pembahasan Obat
a. Albothyl Concentrate
1) ALBOTHYLConcentrate tergolong obat luar yang bekerja sebagai
antiseptik (membunuh kuman & mencegah infeksi), hemostatik
(menghentikan perdarahan), astringent (menciutkan), dan menutup
luka terbuka. ALBOTHYLconcentrate dapat mengkoagulasi
protein secara spesifik dalam jaringan yang sehat.
2) ALBOTHYL@ concentrate adalah produk polimerasi

dan

kondensasi dari asam metacresolsulfonat dan metanal.


3) Indikasi:
Sariawan, Obat Kumur, Bau Mulut, Sakit Gigi, Luka di
Kulit (Luka Jatuh/ Luka Bedah/ Luka Terpotong/ Luka Bakar),

105

Antiseptik Organ Intim Wanita (Pembersih Vagina, Infeksi Vagina


& Keputihan).
4) Kontraindikasi: Penderita yang hipersensitif.
5) Cara Pakai:
Teteskan 10 15 tetes Albothyl ke dalam 1 gelas air (200
ml). Kumur-kumur selama - 1 menit. Kumur ulang dengan air
putih matang untuk membilas.
Atau dengan cara sebagai berikut: awali berkumur dengan
Albothyl yang diencerkan seperti di atas. Kemudian teteskan
Albothyl ke cotton bud, lalu oleskan dan tekan selama menit
pada luka sariawan, sampai meresap dan memutih.
b. Becefort
Mengandung (VitaminC mg 500, Vitamin B komplek, Vitamin
E).Pemberian vitamin dimaksudkan sebagai prokolagen sehingga
dapat menutup luka atau jejas yang terjadi di rongga mulut.

106

FARINGITIS
A. Definisi
Faringitis adalah suatu radang pada tenggorokan (faring) yang biasanya
disebabkan oleh infeksi akut.
B. Gejala klinis
Keluhan yang sering timbul adalah nyeri telan, mual, dan muntah. Gejalagejala ini juga biasa disertai dengan demam setinggi 40 0C. Nyeri faring dapat
terjadi ringan sampai berat, sehingga penderita susah menelan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil, eksudasi, dan eritema
faring. Pada tonsil tampak kemerahan difus dan bintik-bintik petakie palatum
lunak dan limfadenitis atau eksudasi anterior. Ingus hidung mukoserous. Selain
itu, ditemukan pembesaran getah bening di leher.
Faringitis Virus
Biasanya tidak ditemukan nanah di

Faringitis Bakteri
Sering ditemukan nanah di tenggorokan

tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam
Jumlah sel darah putih normal atau

Demam ringan sampai sedang


Jumlah sel darah putih meningkat

agak

ringan sampai sedang

meningkat
Kelenjar getah bening normal atau

Pembengkakan ringan sampai sedang

sedikit

pada

membesar
Tes apus tenggorokan memberikan

kelenjar getah bening


Tes apus tenggorokan memberikan hasil

hasil negatif

positif

Pada biakan di laboratorium tidak

untuk strep throat


Bakteri tumbuh pada biakan di

tumbuh bakteri

laboratorium

C. Pengobatan

107

Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala,
meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat
dan demam rematik akut, serta mencegah komplikasi.
Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala,
meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat
dan demam rematik akut, serta mencegah komplikasi.
Lini PLini
pertama

Penisilin G (untuk pasien yang tidak

1 x 1,2 juta U i.m.

1 dosis

Anak : 2-3 kali 250 mg

10 hari

dapat menyelesaikan terapi oral


selama 10 hari)
Penisilin VK
Amoksisilin (Klavulanat) 3x500 mg
selama 10 hari

Lini Kedua

Eritromisin (untuk pasien alergi


Penisilin)

Dewasa : 2-3 kali500 mg


Anak : 3 x 250 mg

10 hari

Dewasa : 3 x 500 mg
Anak : 4 x 250 mg

10 hari

Dewasa : 4 x 500 mg

atau Klaritromisin

5 hari

Cefalosporin generasi satu atau dua

Bervariasi sesuai agen

Levofloxasin (hindari pada anak


amupun wanita hamil)

Terapi Faringitis oleh Streptococcus Group A (Depkes, 2005)

Amoxycilin
Antibiotik beta

Kapsul atau

Pengobatan infeksi

108

Antibiotik penisilin

10 hari

laktam

tablet : 250mg;

yang disebabkan

spektrum luas.

500mg

organism yang

Menggantikan

Sirup kering:

sesuai; termasuk

ampisilin karena

125mg/ 5ml

infeksi saluran

penyerapan yang

pernafasan; infeksi

lebih baik, efek

saluran kemih;

samping lebih

infeksi klamidia;

sedikit.

sinusitis; eradikasi
Helicobacter pylori.
Pola resistensi
antibiotik setempat/
daerah perlu
dipertimbangkan

Indikasi obat : infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas atas, bronchitis,
pneumonia, otitis media, abses gigi, dan infeksi rongga mulut lainnya,
osteomielitis, endokarditis, profilaksis paska splenektomi, infeksi ginekologis,
gonorrhea, eradikasi Helicobacter pylori, antrax
Mekanisme Kerja : menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba. Obat bergabung dengan penisilin-binding
protein (PBP3) pada kuman. Hal ini menyebabkan terjadinya hambatan sintesis
dinding sel kuman karena proses transpeptidase antar rantai peptidoglikan
terganggu. Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Kontraindikasi Obat: hipersensitif terhadap penisilin
Farmakokinetik : Absorpsi amoksisilin di saluran cerna lebih baik dari ampisilin.
Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang
tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin.
Sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin
terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak.

109

Efek samping : Pada hipersensitifitas terjadi reaksi alergi seperti urtikaria,


pruritus, angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,
glositis, stomatitis.
Paracetamol
Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube
Penggunaan :
a. Sirup : 3-4x/hari
< 1 th : 2,5ml
2-6 th : 5ml
7-12 th : 10ml
b. Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab
Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol,
hambatan

biosintesis

prostaglandin

hanya

terjadi

bila

lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus.


Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang
dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi
paracetamol tidak ada.
Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan
nyeri rematik
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat
Farmakokinetik :
-

Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna


Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan

masa paruh plasma antara 1-3 jam


Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami

hidroksilasi
Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi

Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi


Tulisan resep :
R/ Amoxycilin tab mg 500 No. XV

110

3 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No X
prn (1-3) dd tab I agrediente febre
Pro : Tn. B (29 th)

URTIKARIA
A. Definisi dan Gejala Klinis
Suatu reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat
111

dikelilingi halo. Umumnya, ukuran lesi dan bentuknya bervariasi dari beberapa
millimeter sampai plakat. Lesi dapat timbul pada kulit atau membrane mukosa.
Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
B. Pengobatan

Terdapat tiga jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada urtikaria,
yaitu golongan simpatomimetik, antihistamin, dan kortikosteroid.
a. Simpatomimetik, seperti epinefrin dan efedrin.
Epinefrin (adrenalin HCl/ bitartrat), (adrenalin, epinefrin)
Sediaan : injeksi : s.k/i.m/i.v 0,1%
Dosis dewasa : Dosis dewasa : 0,2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1:1000
Indikasi : pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau
eksaserbasi asthma yang berat, selain itu, bisa digunakan pada urtikaria
akut dan dikombinasikan dengan histamine
Mekanisme kerja : epinefrin mempunyai efek yang berlawanan dengan
histamin, yaitu menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah kulit
superfisial dan permukaan mukosa.
Kontraindikasi : Glukoma sudut tertutup, penyuntikan ke dalam jari
tangan, ibu jari, hidung, dan genetalia, dapat menyebabkan nekrosis

112

jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler, syok hemoragi,


insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner.
Farmakokinetik : pada pemberian parenteral subkutan, absorbs lambat
karena terjadi vasokonstriksi local, dapat dipercepat dengan memijat
tempat suntikan. Absorbsi lebih cepat dengan cara penyuntikan
intramuscular.
b. Antihistamin
Diklasifikasikan

menjadi

H1,

H2,

H3

berdasarkan

kemampuan

menghambat aksi spesifik reseptor histamine dalam jaringan. Urtikaria


disebabkan oleh terlepasnya histamin, bradikinin, leukotrien C4,
prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya dari sel mast dan basofil
pada dermis. Substansi-substansi tersebut menyebabkan ekstravasasi
cairan ke dalam dermis, menyebabkan terbentuknya lesi urtikaria. Gatal
yang biasanya menyertai urtikaria disebabkan oleh terlepasnya histamin ke
dalam dermis. Histamin merupakan ligand terhadap 2 reseptor membran,
yaitu reseptor H1 dan H2, yang terdapat pada berbagai tipe sel. Aktivasi
dari reseptor histamin H1 pada sel endotelial dan pada sel-sel otot polos
menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler. Aktivasi reseptor
histamin H2 menyebabkan vasodilatasi arteriola dan venula.
1. AH1
Hampir semua urtikaria, terutama urtikaria kronik yang penyebabnya
sulit diketahui, pemberian antihistamin H1 merupakan pilihan pertama.
a. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 4-8 jam. Bila serangan
sering, tujuannya adalah mencegah serangan melalui pemberian obat
yang teratur, bukan diberikan bilamana perlu.
b. Penghambat H1 non sedatif: Astemizol 10 mg 2-3 kali PO dalam
keadaan lambung kosong; atau terfenadin 60 mg PO setiap 12 jam,
atau cetirizin 10 mg PO / hari.
c. Bila pengobatan di atas tidak apat mengendalikan urtikaria,
pertimbangkanuntuk menambahkan penghambat H1 dari golongan
kimia lainnya, misalnya:
i. Tablet klemastin fumarat 1,34 mg atau 2,68 mg, tidak melebihi
8,04 mg/hari atau lebih dari tiga tablet 2,68 mg tiga kali sehari.
ii.Siproheptadin hidroklorida 4 mg PO setiap 8 jam.

113

iii.Timeprazin tartrat spansul 5 mg, 1 setiap 12 jam, atau tablet 2,5


mg empat kali sehari.
iv.Klorfeniramin maleat 4 mg tiga kali sehari
Cetirizine (Cetrixal, Histrine, Ryzen)
Sediaan: Tablet 10 mg, sirup 5mg/ 5ml
Dosis :
Anak 1-2 tahun : 250 mikrogram/kg, dua kali sehari
Anak 2-6 tahun : 5 mg satu kali sehari atau 2,5 mg dua kali sehari
Anak 6-18 tahun atau dewasa: 10 mg, 1 kali sehari atau 5 mg dua
kali sehari
Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan
urtikaria kronik idiopatik
Mekanisme Kerja: Obat ini bersifat sebagai antagonis reseptor H1
perifer yang selektif. Cetirizin merupakan metabolit asam
karboksilat dari hidroksizin. Peningkatan sifat polaritas
cetirizin dapat menurunkan distribusi obat ke dalam
CNS,sehingga mengurangi potensi efek samping terhadap
CNS dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama
(misalnya difenhidramin,hidroksizin).
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau
komponen lain dari formulasi.
Efek samping: sakit kepala, kelelahan, insomnia, somnolen, malaise,
sakit perut, mulut kering, diare, epistaksis, faringitis
2. AH2
Dapat cukup berperan bila diberikan kombinasi dengan antihistamin
H1. Antihistamin H1 dan H2 memiliki efek yang sinergis dan sering
memberikan perbaikan yang lebih cepat dari pada bila hanya diberi
antihistamin H1. Antihistamin H2 secara oral dapat efektif pada baik
urtikaria akut maupun kronik yang refrakter dengan hanya pemberian
antihistamin H1. Simetidin 300 mg empat kali sehari, atau
ranitidine 150 mg dua kalisehari.
Simetidin (Licomet, Sanmetidin, Ulcusan)
Sediaan : Tablet/Kaplet 200 mg dan 400 mg, Kapsul 200 mg, Ampul
100 mg/ml, Ampul 200 mg/2 ml
Dosis :
- Tukak Lambung dan Usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400
mg sebelum tidur.
114

a.

Kasus berat : 3 kali sehari 400 mg dan 400 mg sebelum

tidur.
-

Pencegahan : 400 mg sebelum tidur sebelum tidur.


Radang Lambung dan usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400

mg sebelum tidur selama 4 sampai 6 minggu.


Pendarahan Saluran Gastro Intestinal bagian atas : 4 kali sehari 400

b.

mg.
Indikasi : Benign gastric, tukak lambung, tukak duodenal, refluks
esofagitis, Zollinger-Ellison syndrome
Mekanisme Kerja : Simetidin merupakan antagonis kompetitif
histamin pada reseptor H2 dari sel parietal
sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi
asam lambung. Simetidin juga memblok sekresi
asam lambung yang disebabkan oleh rangsangan
makanan, asetilkolin, kafein, dan insulin. Simetidin
digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau
usus dan keadaan hipersekresi yang patologis
Metabolisme : Simetidin dapat dicerna secara cepat dalam saluran
cerna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1 jam bila
diberikan dalam keadaan lambung kosong dan 2 jam
bila diberikan bersama sama dengan makanan
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Simetidine atau komponen lain
dalam produk
Efek Samping : Kemerahan, diare, pusing, sakit kepala, gynaecomastia
c. Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin
mungkin gagal,bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek
samping bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria
seharusnya respon dengan menggunakan kortikosteroid. Jika
tidakberespon,
penyakit

lain

maka

pertimbangkan

kemungkinan

(misalnya,keganasan, mastocytosis,

proses

vaskulitis).

Kortikosteroid juga dapat digunakan dalam urticarial vasculitis,


yang biasanya tidak respon dengan antihistamin. Kortikosteroid
harus dihindari pada penggunaan jangka panjang pengobatan

115

urtikaria

kronis

karenaefek

samping

kortikosteroid

seperti

hiperglikemia, osteoporosis, ulkus peptikum, dan hipertensi.


Contoh

obat

kortikosteroid

adalah prednison, prednisolone,

methylprednisolone, dan triamcinolone.


Prednison (Pehacort, Dellacorta)
Sediaan : Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg
Dosis : Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 80 mg per hari,
bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien
terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20
80 mg per hari. Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg
per hari.
Indikasi : Gangguan endokrin (Hiperplasia adrenal kongenital, tiroiditis),
penyakit rheumatoid (rheumatoid arthritis, osteoarthritis), SLE, penyakitpenyakit alergi (rhinitis alergi, asma bronkhial, dermatitis atopic), penyakit
saluran pernafasan, penyakit hematologis.
Mekanisme Kerja : Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid
alami (hidrokortison dan kortison), umumnya digunakan
dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam
kondisi defisiensi adrenokortikal. Sedangkan analog
sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek
imunosupresan

dan

anti

radangnya

yang

kuat.

Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik.


Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan
protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam
sitoplasma

sel-sel

membentuk

jaringan

kompleks

atau

organ

hormon-reseptor.

sasaran,
Kompleks

hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus


dan

menstimulasi

ekspresi

gen-gen

tertentu

yang

selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein


inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran,
sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis,
meningkatnya

asam

meningkatnya

reabsorpsi
116

lemak,

redistribusi

natrium,

lipid,

meningkatnya

reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek


anti radang.
Kontraindikasi : infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap
prednison atau komponen-komponen obat lainnya.
Efek Samping : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (retensi
cairan

tubuh),

otot,osteoporosis,

gangguan
hilangnya

pencernaan

(ulkus

peptic,

gangguan

dermatologis

musculoskeletal
masa

otot),

ulcerative
(petechiae,

gangguan metabolism, gangguan neurologis


Tulisan resep :
R/ Cetirizine tab mg 50 No. V
1 dd tab 1
R/ Simetidin tab mg 300 No XII
4 dd tab I

R/ Prednison tab mg 5 No IX
3 dd tab I
Pro : Tn. B (40 th)

117

(lemah
gangguan

esophagitis),
ecchymosis),

PNEUMONIA
1. Definisi:
Pneumonia adalah peradangan pada paru (terutama parenkim paru)
yang disebabkan oleh mikroorganisme, kecuali Mycobacterium tuberculosis
, baik bakteri, virus, jamur, dan parasit.
2. Algoritma:
Pneumonia

Commun
ity
Pasien
yang
sebelumny
a sehat
1. Quinolon
(levofloksasin)
2. Macrolide
(eritromisin)
3. Azalide

Nosocomi
al
Pasien
dengan
komorbi
d

DM,
COPD,
CHF,
Renal

(-)
antibiotik
dalam 3
Azitromisi
n

(+)
antibiotik
dalam 3
Kuinolon tunggal/
+ beta
laktam/makrolid
118

Early
onset (-)
MDR

Late
onset (+)
MDR

1.
Sefalosporin
(ceftriakson)
2. kuinolon
(levofloksasi
n)

Levofloksasi
n
ciprofloksasi

5
hari

7-10 hari
bahkan 2
minggu

3. Pengobatan:

a.

Antibiotik
1) Golongan Kuinolon (Levofloksasin)
a) Indikasi:
Pneumonia, eksaserbasi akut pada bronkitis kronis,
sinusitis akut, ISK, pyelonefritis akut.
b) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap kuinolon, epilepsi, anak-anak
pada masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui
c) Efek samping:
Sakit kepala, halusinasi, gelisah, insomnia, reaksi alergi,
fotofobia, gangguan gastrointestinal, tremor, depresi.
d) Mekanisme kerja: Menghambat sintesis asam nukleat sel
mikroba.
2) Golongan Makrolid
(Eritromisin)
a) Indikasi:
Infeksi
streptokokus,

stafilokokus,

diplokokus,

mioplasma, Mikoplasma pneumoniae, bordetella pertusis,


Treponema palidum, Corynebacterium difteri.
b) Kontraindikasi: Gangguan fungsi hati.
c) Efek samping:
Kejang perut, mual muntah, diare, urtikaria, dan ruam
kulit lainnya.
d) Mekanisme kerja: Menghambat sintesis protein sel mikroba.
(Azitromisin)
a) Indikasi:
Pengobatan pada usia diatas 16 tahun dengan infeksi
saluran pernafasan atas, infeksi saluran nafas bawah, infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi genital tanpa komplikasi,
profilaksis karena demam rematik.
b) Kontraindikasi: Hipersensitivitas.
c) Efek samping:
Moniliasis, vaginitis, trombositopenia, agresif, gelisah,
pusing/ vertigo, gangguan pendengaran.
d) Mekanisme kerja: Menghambat sintesis protein sel mikroba
119

3) Golongan Sefalosporin (Ceftriakson)


a) Indikasi:
Infeksi saluran pernafasan, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak.
b) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap sefalosporin.
c) Efek samping:
Pruritus, dermatitis, urtikaria,edema, sakit kepal, pusing,
peningkatan enzim hati, anemia hemolitik
d) Mekanisme kerja:
Menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga terjadi lisis sel
4) Golongan Penisilin (Ampisilin)
a) Indikasi:
Infeksi kuman gram negatif dan positif pada infeksi saluran
nafas, ISK, infeksi saluran cerna, infeksi kulit dan jaringan lunak,
demam enterik, septikemia, endokarditis, bakterial, osteomielitis.
b) Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin, mononukleus infeksiosa.
c) Efek samping:
Gangguan gastrointestinal, ruam kulit, pruritus, urtikaria,
demam, anafilaksis, gangguan hematologi.
d) Mekanisme kerja:
Menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga mterjadi
lisis sel bakteri

Resep :
R/ Ciprofloksasin tab mg 500 No XIV

S 2 dd tab I
R/ Ambroxol tab mg 30 No XV

S 3 dd tab I
Pro : Tn A (55 th)

120

STATUS ASMATIKUS
1. Definisi
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang bila
tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan
terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status
asmatikus selain spasme otot-otot bronkus terdapat pula sumbatan oleh
lendir yang kental dan peradangan.
2. Algoritma

121

3. Pengobatan
a. Pemberian terapi oksigen
Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispena, sianosis,
dan hipoksemia. Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik
dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan. Aliran oksigen
yang

diberikan

didasarkan

pada

nilai

nilai

gas

darah.

PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg.


b. Agonis 2
Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis
tiap jam, kemudian dapat diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila
sudah ada perbaikan yang jelas. Bila terjadi perburukan, diberikan
drips salbutamol atau terbutalin.

122

c. Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9
mg/kg BB / jam. Pemberian per drip didahului dengan pemberian
secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin
direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau
bila penderita menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin.
Dosis tinggi diberikan pada perokok. Gejala toksik pemberian
aminofilin perlu diperhatikan.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intravena diberikan setiap 2 8 jam
tergantung beratnya keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan
adalah hidrokortison 200 400 mg dengan dosis keseluruhan 1 4
gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternative
adalah triamsiolon 40 80 mg, dexamethason / betamethason 5 10
mg.
e. Antikolonergik
Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam
kombinasi dengan agonis 2 secara inhalasi nebulisasi terutama
penambahan penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian agonis
2 sudah memberikan hasil yang baik.
b. Pengobatan lainnya
1) Hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal untuk
dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium
Bikarbonat.
2) Antibiotik

Diberikan kalau jelas ada tanda tanda infeksi seperti


demam, sputum purulent dengan neutrofil leukositosis.
c. Penatalaksanaan lanjutan

123

Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang


ketat terhadap respon pengobatan dengan menilai parameter klinis
seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi napas, frekuensi nadi,
retraksi otot bantu napas. APE, fotothoraks, AGD, kadar serum
aminofilin, kadar kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar
tindakan selanjutnya.
Resep:
R/ Aminofilin inj No. I
cum disposable syringe cc 3 No. I
S imm
Pro: Tn B (35 tahun)

124

GLAUKOMA
A. Definisi
adalah

kerusakan

penglihatan

yang

biasanya

disebabkan

oleh

meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola


mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan
pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-jaringan
syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.
B. Gejala Klinis
Nyeri, mual muntah, penurunan visus secara cepat dan progresif, fotofobia
C. Pengobatan
Tetes mata digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Obat-obatan
yang paling sering digunakan adalah penyekat beta untuk mengurangi
produksi aqueous humor atau obat parasimpatomimetik untuk
menvebabkan konstriksi pupil dan meningkatkan aliran aqueous humor
keluar dari mata.
Pada glaukoma penutupan sudut akut, diuretik dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular. Pembedahan dapat diperlukan. Tekanan
intraokular harus dipantau setiap tahun pada individu yang berusia lebih
dari 40 tahun atau setiap individu yang mengalami peningkatan risiko
gangguan ini.
Pembedahan yang meliputi iridektomi untuk glaukoma penutupan sudut,
pembedahan drainase, atau trabekuloplasti laser dapat digunakan untuk
memperbaiki aliran keluar aqueous humor.
D. Mekanisme Obat
a. Pilocarpin HCl
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
Cendocarpin
3) Dosis
2 % diberikan satu tetes tiap 8-12 jam
125

4) Mekanisme kerja
Merupakan golongan agonis kolinergik. Bekrja pada anyaman
trabekular dengan meningkatkan kontraksi muskulus siliaris
sehingga pupil mengalami miosis. Keadaan tersebut menyebabkan
iris teratrik ke belakang dan sudut bilik mata depan terbuka.
Sebagai miotik untuk memebesarkan saluran pengeluaran cairan
mata dengan cara perangsangan reseptor kolinergik muskarinik.
5) Metabolisme
Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan
berlangsung selama 8-12 jam. Metabolisme di hepra, diekskresikan
melalui urin.
6) Indikasi
Glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sudut tertutup akut,
hipertensi okuler
7) Kontraindikasi
Pasien dengan risiko retinal detachment, radang iris akut, uveitis,
8) Efek samping
Salivasi, reaksi alergi
b. Betabloker (timolol maleat)
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
betimol
3) Dosis
1 tetes dapat diberikan dalam interval 8-12 jam sehari
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan mengurangi produksi
humor akuos dengan cara memblok reseptor 2 dalam prosesus
siliaris.

126

5) Metabolisme
Timolol dan metabolitnya diekskresikan dalam urin. Half life
timolol dalam plasma adalah sekitar 4 jam.
6) Indikasi
Glaukoma, hipertensi okuler
7) Kontraindikasi
Asma bronkhial, bradikardi, gagal jantung
8) Efek samping
Reaksi alergi, pandangan kabur, bradikardi, aritmia
c. Karbonik anhidrase inhibitor (Asetazolamide)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet, injeksi
2) Nama paten
Diamox
3) Dosis
2 x 250 mg secara oral, 500 mg untuk injeksi
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan menghambat produksi
humor akuos. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghambat
kerja enzim karbonik and\hidrase di korpus siliaris
5) Metabolisme
Asetazolamide di ekskresikan melalui ginjal.
6) Indikasi
Glaukoma
7) Kontraindikasi
wanita hamil, penyakit ginjal
8) Efek samping
Dispepsia, polakisuria, batu ginjal, paresthesia

127

E. Resep
R/ Cendocarpin 2 % gtt ophtl fl No I

2 dd gtt 1 ODS

R/ Timolol maleat gtt ophtl fl No I

2 dd gtt 1 ODS

R/ Asetazolamid tab mg 250 No XX

2 dd tab 1

OTITIS MEDIA AKUT

128

A. Definisi
Infeksi telinga bagian tengah yang disebabkan bakteri atau virus
B. Gejala Klinis
Nyeri telinga, tinnitus, pusing, demam, pendengaran berkurang
C. Pengobatan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Sumber infeksi lokal harus
diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat
hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat
diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk
terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat
di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat
sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup
sendiri dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi

129

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.
D. Mekanisme Obat
a. Penicillin (Amoxycillin)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Amoxan, penmox
3) Dosis
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg
berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis.
Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500
mg dalam dosis terbagi
4) Mekanisme kerja
Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap
sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang
patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara
lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N.
gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin
kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta
laktamase.
5) Metabolisme
Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara
baik dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am
tubuh. Kadar obat yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu,
ginjal, usus, limfe. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses
sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga diekskresi bersama tinja.
6) Indikasi

130

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram


negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik,
pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak
terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penicillin
8) Efek samping
Reaksi anafilaksis
b. Antipiretik
1) Bentuk dan sediaan
2) Nama paten
Pamol, Panadol
3) Dosis
4) Mekanisme kerja
Parasetamol

menghambat

produksi

prostaglandin

(senyawa

penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki


khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu
mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX),
sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab
inflamasi. Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini
berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin
H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi. Parasetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi
pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang
tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga
menghambat aksi anti inflamasi.
5) Metabolisme
Paracetamol dimetabolisme di hepar.
6) Indikasi

131

Penurun panas (antipiretik), anti nyeri (analgetik)


7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gangguan fungsi hepar
8) Efek samping
Gatal, sesak nafas, kemerahan pada kulit
E. Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI

3 dd tab I

R/ Paracetamol tab mg 500 No X

prn (1-3) dd tab I agrediente febre

SINUSITIS

132

A. Definisi
Peradangan yang terjadi pada sinus
B. Gejala Klinis
Sakit kepala, nyeri pada wajah, demam, perubahan pada ingus
C. Pengobatan
Tujuan dari penatalaksanaan sinusitis ialah untuk mencapai fungsi dan
anatomis yang normal dari sinonasal. Irigasi nasal dengan larutan salin
dilakukan

untuk

membersihkan

debris,

melembabkan

serta

memebersihkan mukus. Mukolitik digunakan untuk mengurangi sekresi


mukus dan meningkatkan pembersihannya. Obat yang dapat mengurangi
edema mukosa digunakan untuk meningkatkan fungsi dari ostiomeatal
kompleks dan meningkatkan ventilasi. Diberikan antibiotika, anti nyeri,
antialergi, steroid.
Penatalaksanaan dalam bidang Rehabilitasi Medik dapat berupa pemberian
diatermi pada daerah sinus yang terkena untuk memperbaiki vaskularisasi
sinus, atau LASER. Berbeda dengan laser yang digunakan dalam bidang
Bedah dengan power tinggi, yang digunakan dalam bidang Rehabilitasi
Medik laser dengan power rendah. Pada sinusitis, laser mempunyai efek
analgetik, anti-inflamasi dan biostimulasi juga mengurangi peradangan
dan edema mukosa dan dengan demikian memberikan perbaikan aliran
sinus seperti fungsi mukosiliar normal.
D. Mekanisme Obat
a. Penicillin (Amoxycillin)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Amoxan, penmox
3) Dosis
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg
berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis.

133

Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500


mg dalam dosis terbagi
4) Mekanisme kerja
Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap
sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang
patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara
lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N.
gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin
kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta
laktamase.
5) Metabolisme
Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara
baik dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am
tubuh. Kadar obat yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu,
ginjal, usus, limfe. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses
sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga diekskresi bersama tinja.
6) Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram
negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik,
pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak
terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penicillin
8) Efek samping
Reaksi anafilaksis
b. Methylprednisolon
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten

134

Lameson
3) Dosis
4 8 mg per hari
4) Mekanisme kerja
Methylprednisolon adalah suatu glukokortikoid sintetik dan
diabsorpsi

secara

cepat

melalui

saluran

pencernaan.

Methylprednisolone bekerja dengan menduduki reseptor spesifik


dalam sitoplasma sel yang responsif. Ikatan steroid-reseptor ini lalu
berikatan dengan DNA yang kemudian mempengaruhi sintesis
berbagai protein. Beberapa efek penting yang timbul akibat ini
yaitu

berkurangnya

produksi prostaglandin

dan leukotrien,

berkurangnya degranulasi mast cell, berkurangnya sintesis kolagen


dan lain-lain.
5) Metabolisme
Methylprednisolone mengalami pengikatan dengan 2 juenis protein
plasma yaitu albumi dan globulin. Methylprednisolone mengalami
metabolisme di hepar.
6) Indikasi
Alergi, peradangan, rematik
7) Kontraindikasi
Ulkus peptikum, infeksi jamur sistemik, diabetes mellitus
8) Efek samping
Gangguan penyembuhan luka, gangguan metabolisme karbohidrat,
kelemahan otot
c. Demacolin
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Demacolin
3) Dosis
Dapat diberikan dalam interval 8-12 jam per hari

135

4) Mekanisme kerja
Bekerja sebagai antipiretik, antihistamin, dan dekongestan
5) Indikasi
Merintgankan gejala flu seperti demam, bersin, pilek, dan sakit
kepala
6) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gangguan hepar
7) Efek samping
Mengantuk, gangguan pencernaan, tremor, takikardi, kerusakan
hepar
E. Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI

3 dd tab I

R/ Lameson tab mg 4 No X

2 dd tab I

R/ Demacolin tab No XXI

3 dd tab I

136

SHIGELLOSIS
A. Definisi
Suatu penyakit peradangan akut yang disebabkan oleh Shigella sp. yang
menginvasi saluran pencernaan terutama usus sehingga menyebabkan
kerusakan sel- sel mukosa usus tersebut.
B. Gejala Klinis
1. Diare cairyang banyak bercampur darah dan lendir
2. Demam tinggi mendadak sampai mencapai 42 C
3. Nyeri perut, tenesmus
4. Nausea dan vomitus
5. Dehidrasi sesuai derajatnya
C. Terapi
R/ Cotrimoxazole tab No. XX
S 2 dd tab II p.c
R/ Paracetamol tab mg 500 No. X
S prn (1-3) dd tab I agrediente febre
R/ Metoclopramide tab mg 10 No. X
S prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit granule sach No. XV
S ad libitum solve in aqua cocta ad cc 200
Pro: Sdr. Andhika (21th)
D. Keterangan Obat
1. Cotrimoxazole
Paten: bactrim, septrin
MK : terdiri dari sulfametoksazole dan trimetropim dengan perbandingan
5 : 1. Bersifat bakterisid dengan spektrum kerja yang luas.
D: 2 dd 2 tablet mg per oral
ES : gangguan kulit, stomatitis, hepatitis, kelainan darah, SJS
KI: gangguan fungs hati dan gnjal yang berat, hamil, laktasi, bayi < 2
bulan
Farmakokinetik :
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
Kadar puncak plasma dicapai dlm 2-4 jam
Waktu paruh 10-11 jam
Ekskresi melalui urine
2. Paracetamol
paten: panadol, tempra, bodrex
MK: sebagai, anti nyeri, anti radang dan anti piretik

137

D: 1-4 kali 500 mg / hari


ES: Gangguan fungsi hati
KI: Gangguan fungsi hati dan ginjal
Farmakokinetik:
Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
Konsentrasi tertinggi dlm plasma dicapai dalam jam dan waktu

paruhnya 1-3 jam


Dimetabolisme oleh enzim mikrosomalhati, dapat mengalami

hidroksilasi
Diekskresi melalui ginjal
3. Metoclopramide
Paten: Clopramel, damaben
MK: memperkuat motilitas dan pengosongan lambung berdasarkan
stimulasi saraf- saraf kolinergis, khasiat antidopamin di pusat dan perifer
serta kerja langsung terhadap otot polos. Memblokade reseptor dopamin di
CTZ sehingga menghasilkan efek antiemetik.
D: 1-3 x 10mg/ hari
ES: mengantuk, kelelahan, gelisah, diare, sindrom ekstrapiramidal,
konstipasi
KI: hamil trimester 1, epilepsi, feokromositoma
4. Oralit
MK: sebagai pengganti elektrolit pada pasien muntah dan diare
D: setiap habis BAB larutkan satu bungkus dalam 200 cc air matang
KI: perforasi usus
PRE EKLAMPSIA
A. Definisi
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
B. Gejala Klinis
Diagnosis pre eklampsia ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 3
keadaan berikut:
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, yaitu kenaikan 1 kg seminggu
yang terjadi beberapa kali disertai edema kaki, jari tangan, dan wajah.
2. Tekanan darah 140mmHg atau tekanan darah sistolik meningkat
30mmHgatau tekanan darah diastolik meningkat 15 mmHg yang diukur
setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
3. Adanya proteinuria, yaitu bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2.
138

Disebut pre eklampsia berat apabila ditemukan gejala berikut:


1. Tekanan darah sistolik 160mmHg atau diastolik 110mmHg
2. Proteinuria + 5g/24jam atau 3 pada tes celup
3. Oligouria ( 400ml dalam 24 jam)
4. Sakit kepala hebat atau ganggguan penglihatan
5. Nyeri epigastrium dan ikterus
6. Edema paru atau sianosis
7. Trombositopenia
8. Pertumbuhan janin terhambat
C. Terapi
1. Pre eklampsia ringan
a) Rawat jalan : anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur >
8jam malam hari. Bila sukar tidur beri fenobarbital. Kemudian
evaluasi 1 minggu kemudian.
R/ Fenobarbital tab mg 30 No. VII
S 1 dd tab I omni noctum
Pro: Ny. Lilis (27th)
b) Rawat inap : bila dalam 2minggu tidak ada perbaikan, pasien di rawat
inapkan. Beri anti hipertensi.
R/ Nifedipin tab retard mg 5 No. XV
S 2 dd tab I
Pro : Ny. Linda (28th)
2. Pre eklampsia berat
a) Segera rawat pasien di rumh sakit. Beri MgSO 4 dg dosis awal 2 g
intravena dlm 10 menit, kemudian lanjut dalam drip infus dextrose 5%
dg kecepatan 15-20 tetes per menit sampai tekanan darah stabil.
Berikan sampai 24 jam pasca persalinan dan hentikan bila 6 jam pasca
persalinan ada perbaikan ataupun intoksikasi. Syarat pemberian
MgSO4 : reflek patella kuat, RR >16x/menit, diuresis >100cc dlm 4 jam
sebelumnya.
b) Sedia antidotum MgSO4 yaitu Ca Glukonas 10%.
c) Berikan anti hipertensi
R/ Dextrose 5% infus flab No. III
Cum infus set No. I
IV catheter no. 22 No. I
S imm
R/ Sulfas magnesikus 20% inj fl No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
Simm
R/ Ca Glukonas 10% inj. amp No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
139

Simm
R/ Nifedipin tab mg 10 No. III
S prn (1-3) dd tab I
Pro: Ny. Wika (29th)

D. Keterangan Obat:
1. MgSO4
Drug of choice untuk atasi kejang. Antikonvulsan yang
efektif

dan

membantu

mencegah

kejang

kambuhan

dan

mempertahankan aliran darah ke uterus.


BSO : Injeksi (iv 20%-25ml; 40%-25ml), serbuk zak (30g)
MK

: Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end plate,


mencegah masuknya Ca2+

: Inisial 4-6 g IV bolus dalam 10 menit. Jika masih kejang


tambahkan 2g IV dalam 3-5 menit. Rumatan: 2-4 g/ jam IV
per drip dalam D5%

KI

: Hipersensitif terhadap magnesium, blok jantung, penyakit


adison, kerusakan otot jantung.

ES

: flushing, berkeringat, menurunkan tekanan darah secara tajam,


hipotermia, depresi nafas

Farmakokinetik: pemberian oral dapat diabsorpsi 20%. Efek pencahar


terlihat setelah 3-6 jam.
2. Ca Glukonas
Sebagai antidotum dari MgSO4
3. Fenobarbital
BSO : Injeksi (im/iv 50mg/ml); tablet (30mg;100mg)
Paten : fenobarbiton, luminal
MK :Sebagai antikonvulsan, hipnotik dan sedatif. Untuk
mempermudah tidur.
ES: pusing, mengantuk, ataksia

140

D: 1-2 x 30mg/ oral


KI: hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, pembesaran prostat,
ileus paralitik, kolitis ulserativa, hipertensi berat, sepsis, penyakit
pembuluh darah perifer, penyakit jantung iskemik
Farmakokinetik: waktu paruh 80-120jam
4. Nifedipin (Calcium channel blocker)
Paten: adalat
MK : Menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga terjadi
relaksasi otot polos vaskuler, penurunan kontraksi jantung
serta penurunan kecepatan konduksi SA node dan AV node.
D : 10mg/ oral
KI : syok, kehamilan, laktasi, infark miokard
ES : pusing, sakit kepala, mual, muntah, takikardia, hipotensi,
edema perifer, batuk.

141

STEVEN JOHNSONS`S SYNDROM


A. Definisi
Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-Johnson adalah
penyakit kulit akut dan berat yang disebabkan oleh alergi atau infeksi dan
dianggap sebagai hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput
lendir. Sindrom ini mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis
mengelupas/memisahkan diri dari dermis, ditandai dengan adanya erupsi kulit,
kelainan mukosa, dan lesi pada mata. Meskipun pada umumnya tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik), biasanya penyebab utama yang paling sering dijumpai
adalah akibat dari alergi obat-obatan tertentu, infeksi virus dan atau keduanya,
pada kasus tertentu yang sangat jarang ditemukan sindrom ini berhubungan
dengan kanker.
B. Gejala Klinis
Gejala prodormal tidak spesifik dan dapat berlangsung hingga 2 minggu
Biasanya didahului panas tinggi, sakit tenggorokan, kelelahan, dan nyeri pada
persendian. Erupsi timbul mendadak. Gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi
bulosa atau erosi eritem, disusul mukosa mata dan genitalia sehingga terbentuk
trias: stomatitis, konjungtivitis, dan balanitis/ uretritis. Keadaan ini dapat
menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa penderita mengalami
kerusakan mata permanen. Kelainan di sekitar lubang badan (mulut, alat genital,
dan anus) berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan. Kelainan pada selaput lendir,
mulut, dan bibir selalu ditemukan dan dapat meluas ke faring, sehingga pada
kasus yang berat penderita tidak dapat makan dan minum. Pada bibir sering
dijumpai krusta hemoragik. Ruam lesi/melepuhnya kulit muncul sekitar satu inci
pada wajah, lengan dan kaki dan juga telapak tangan, namun biasanya tidak
muncul di bagian kulit kepala.
C. Penatalaksanaan
142

Umum:
1. Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan
intravena
2. Jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan O2
dan CO2.
Sistemik:
1. Jika keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg/ hari.
2. Bila keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh, harus diobati secara cepat
dan tepat. Penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life saving.
Biasanya digunakan deksametason injeksi dosis permulaan 4-6 mg/ hari. Pada
umumnya masa krisis dapat diatasi dalam beberapa hari. Setelah itu dosisnya
segera diturunkan secara cepat, setelah dosis mencapai 5 mg/ hari lalu diganti
dengan tablet kortikosteroid.
3. Antibiotik yang dipilih hendaknya yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas, bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit nefrotoksik.
Obat tersebut misalnya ciprofloxacin 2x400 mg i.v dan klindamisin 2x600
mg i.v sehari. Biasanya digunakan gentamicin dengan dosis 2x80 mg.
4. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet rendah garam
dan tinggi protein.
Topikal:
1. Vesikel dan bula yang pecah diberi bedak salisil 2%
2. Lesi yang basah dikompres dengan asam salisil 1%.
3. Kelainan mulut yang berat diberi kompres asam borat 3%
4. Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid.
D. Resep
R/ Infus Dextrose 5% flab No.III
Cum infus set No.I
IV catheter no.22 No.I
S imm
R/ Cortidex inj. mg 5 amp No. IV

143

Cum disposable syringe cc 3 No. IV


S imm
R/ Kenalog in orabase g 5 tube no. I
S ue
R/ Gentamycin inj. mg 80 amp No. II
Cum disposible syringe cc 3 No. II
S imm
Pro: Tn. K (35 th)
E. PEMBAHASAN OBAT
DEXTROSE 5% Infus
Infus dextrose 5% termasuk pada kelompok koloid yang memiliki ukuran molekul
yang cukup besar sehingga akan tetap pada pembuluh darah, sehingga sifatnya
hipertonik yang dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan daarah, meningkatkan produksi urin dan mengurangi edema.
CORTIDEX
FARMAKOLOGI :
mengandung Deksametason, suatu glukokortikoid sintetis yang dalam dosis kecil
sudah cukup kuat bekerja sebagai anti-inflamasi dan anti-alergi.
MEKANISME KERJA :
menghambat limfosit dan makrofag, menghambat phospholipase A2 sehingga
menghambat pelepasan asam arakidonat.
INDIKASI :
Semua penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid secara sistemik. Sebagai
obat anti peradangan misalnya pada artritis, untuk penyakit alergi seperti penyakit
serum dan asma; untuk penyakit gangguan pada darah misalnya leukemia akut;
dan penyakit-penyakit lain yang biasa menggunakan glukokortikoid.

144

KONTRA-INDIKASI :
Pada penderita dengan ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis.
DOSIS

Tablet: dewasa 0,5-9 mg dalam dosis terbagi, anak 6-12 tahun 0,1-0,25 mg, 1-5
tahun 0,25-1 mg, 1 tahun 0,1-0,25 mg. Diberikan 2x/hari.
Ampul : terapi intensif/ darurat 2-4 mg 6-8 mg/ hari (IM/IV) maksimal 50
mg/hari. Syok 1-6 mg/kgBB dosis tunggal.
FARMAKOKINETIK :
sebagian besar terikat globulin dan sisanya oleh albumin, metabolism di liver,
ekskresi melalui ginjal.
EFEK SAMPING :
Efek samping umumnya terjadi karena pemakaian dosis besar dan terus menerus,
misalnya; ulkus peptikum, osteoporosis dan fraktur vertebra.
KENALOG IN ORA BASE
FARMAKOLOGI :
Tiap gramnya mengandung 1 mg (0,1%) triamcinolone acetonide dalam pasta
emolien gusi yang terdiri dari gelatin, pectin dan carboboxymethylcellulose
sodium in Plastibase (Plasticized Hydrocarbol Gel).
INDIKASI :
Biasanya digunakan pada lesi di daerah mulut, sebagai terapi adjuvan dan untuk
memperbaiki gejala sementara yang berhubungan dengan inflamasi oral dan lesi
ulseratif pada trauma. Berfungsi untuk mengurangi edema, gatal dan nyeri pada
lesi. Obat ini termasuk pada kortikosteroid dengan kekuatan medium.
KONTRAINDIKASI :
pasien dengan hipersensitifitas komponen pembentuk obat. Disebabkan obat ini
mengandung kortikosteroid, maka dikontraindikasikan terhadap jamur, virus atau
infeksi bakteri pada mulut dan tenggorok.
GENTAMYCIN INJEKSI
Gentamycin injeksi ialah antibiotik aminoglikosida untuk bakteri gram negatif.
Biasanya diberikan bersamaan dengan cairan infus.

145

DOSIS : Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit

Dosis umum :
o

Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v.
atau i.m.

Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.

Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m.

Konfensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk


mendapatkan kadar puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang
lebih tinggi dapat diberikan dengan pertimbangan yang cermat untuk
pasien jika cairan ekstraseluler meningkat (udem, syok)

Dosis tunggal : 4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi


memberikan rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi
ginjalnya normal.

FARMAKOKINETIK :
Kadar puncak serum : i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan
infus. Ekskresi melalui urin.
INDIKASI :
Infeksi bakteri gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif
(Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan
lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah.
KONTRAINDIKASI :
Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
EFEK SAMPING :
vertigo, ataxia, nefrotoksisistas, edema, rash, gatal, agranulositosis, reaksi alergi.

146

You might also like