Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Dosen Pembimbing :
Yuni Retnaningtyas, S.Si., M.Si., Apt.
Oleh:
Kelompok 6
Dhita Oktavia W.
122210101092
132210101001
Marsalita Irine P.
132210101002
Wirawan Deni
132210101006
Mia Rahmaniah
132210101016
Elok Faiqo H.
132210101018
Erlita Dinda N. I.
132210101020
132210101022
Siti Marfuah
132210101052
Mia Restu
132210101086
Rizki Putri A.
132210101098
Dita Isnaini P.
132210101108
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
serta
pekerjaan
kefarmasian
untuk
meningkatkan
pasien/masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan
1
kualitas
hidup
bermanfaat dan terjangkau. Lalu, diperlukan adanya evaluasi untuk menjamin mutu
pelayanan kefarmasian.
BAB 3. PEMBAHASAN
2) Apotek BUMN :
Apotek di bawah naungan BUMN, apotek yang bergerak dari hulu ke hilir,
yaitu: industri, marketing, distribusi, ritel, laboratorium klinik dan klinik
kesehatan
obat yang relatif komplit, selain meyediakan obat-obat bebas (OTC), obat
resep (puyer/ racikan), Apotek ini juga menjual multivitamin dan suplemen,
alat kesehatan, serta produk-produk non-obat (yang masih berhubungan
dengan kesehatan/farmasi).
maupun
sediaan, jumlah, keadaan fisik obat, tanggal kadaluarsa) dari PBF sesuai dengan
SP dan faktur barang.
2) Membuat tanda terima penerimaan barang (stempel gudang dan tanda tangan
penanggung jawab gudang) di faktur barang.
3) Menyimpan dan membukukan barang masuk dalam kartu stok barang.
4) Membuat tanda terima penyerahan barang yang ditandatangani oleh penerima
barang dan distempel apotek serta dicatat.
5) Menyimpan dan membukukan barang keluar di kartu stok barang
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker.
Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput ke dalam sistem
komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau
pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa
barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang.
Kartu stok ini diletakan di masing-masing obat atau barang. Setiap Asisten
Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari.
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya. Penyimpanan barang disusun berdasarkan
jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis untuk obat-obat ethical, serta
berdasarkan farmakologi untuk obat-obat OTC (Over The Counter). Penyimpanan
obat atau barang disusun sebagai berikut :
a. Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.
b. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap dua
dan terkunci.
pembelian sehingga stok barang dapat terlihat dengan jelas dan akurat. Selanjutnya,
apotek dapat memesan obat-obatan melalui PBF menggunakan surat pemesanan
yang ditandatangai oleh apoteker.
Pengelolaan obat di Apotek dimana obat-obat yang masuk atau keluar dicatat
di buku Defecta (buku untuk menuliskan barang yang habis di apotek untuk dipesan
kembali ke PBF), termasuk juga bila ada obat yang kosong atau habis. Kemudian
dari buku defecta obat di pesan dengan menggunakan surat pesanan, baik generik,
paten, dan obat-obat bebas. Obat tersebut di pesan di PBF. Tapi khusus obat-obat
narkotika dan psikotropika mempunyai surat pesanan yang berbeda dengan obatobat lainnya.
1) Surat pesanan obat bebas, bebas terbatas, keras dibuat rangkap 2 yang asli
dikirim ke PBF dan tembusannya sebagai arsip apotek.
2) Surat pesanan psikotropika, pemesanannya di lakukan di luar provinsi, sebelum
dikirim ke PBF, surat pesanan di legalisir terlebih dahulu ke Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu.
3) Surat pesanan narkotika dibuat 4 rangkap dan yang berhak tanda tangan adalah
APA.
Surat pesanan yang dipesan di luar provinsi harus di legalisir, sedangkan yang
di dalam provinsi tidak di legalisir. Barang atau obat yang diterima dari PBF, dicek
ED, jumlah dan kondisi obat, keadaan obat atau barang yang masuk dan dilihat
apakah sudah sesuai atau belum dengan faktur atau surat pesanan. Bila sudah sesuai
obat tersebut di stock. Kemudian barulah faktur di tanda tangani oleh AA, untuk
obat Narkotika yang menanda tangani harus apoteker setelah obat diterima lalu obat
di hargai dan di susun pada tempatnya atau diletakan di dalam gudang Apotek yang
terlindung dari sinar matahari. Fungsinya untuk mencegah kerusakan dan
penurunan mutu obat atau barang yang di simpan.
Distribusi obat di apotek dapat melalui dua acara, yakni:
1) Penjualan Bebas
Penjualan bebas adalah penjualan obat tanpa resep. Dalam PERMENKES
Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek menyatakan bahwa
APA dapat menjual obat bebas yang dinyatakan sebagai obat wajib apotek tanpa
resep dokter. Daftar obat ini di tetapkan berdasarkan SK Menkes RI Nomor
347/Menkes/SK/VIU/1997 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 dan Keputusan
Menteri Kesehatan No 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek No. 2.
2) Penjualan dengan Resep
Penjualan dengan resep adalah penjualan obat dengan resep dokter. Sistem
pelayanan resep di apotek ada 6 yaitu:
a) Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep
1. Nama, Alamat, No hp dan tanda tangan dokter penulis resep
2. Nama obat, dosis, jumlah dan aturan pakai
3. Nama pasien, umur, alamat dan no telepon
c) Peracikan
1. Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan
2. Peracikan obat (hitung, campur, kemas)
3. Penyajian hasil akhir peracikan
d) Pemeriksaan akhir
1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep.
2. Nomor resep.
3. Nomor obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai.
4. Nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon.
cara ditanam, pemusnahan obat dalam bentuk cair dengan cara diencerkan terlebih
dahulu, atau pemusnahan obat dengan cara dititipkan ke Dinkes (Dinas Kesehatan).
Pemusnahan obat dibidang farmasi karena rusak, dilarang atau kadaluwarsa
dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh
Badan POM. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan tersebut harus
dilaporkan oleh APA secara tertulis kepada Sub Dinkes atau Dinkes setempat
dengan mencantumkan Nama dan Alamat apotek, Nama APA, Perincian obat dan
perbekalan kesehatan dibidang farmasi yang akan dimusnahkan, rencana tanggal
dan Tempat pemusnahan, cara pemusnahan (sesuai Formulir 1).
g. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
Pengendalian persediaan melalui kartu stok pada masing-masing obat
merupakan kegiatan pencatatan jumlah obat yang masuk ketika gudang farmasi
menerima obat dari PBF dan mencatat obat yang keluar ketika ada permintaan dari
unit-unit pengguna seperti apotek. Kegiatan pengendalian ini dilakukan setiap hari.
Unit Pelaksana Fungsional Farmasi dan Apotek mempunyai Sistem Informasi yaitu
system inventory. Pengendalian persediaan melalui system inventory merupakan
metode pencatatan jumlah stok obat masuk dan keluar ke dalam komputer, system
inventory ini link dengan unit-unit pengguna seperti Apotek. Setiap obat masuk di
input ke dalam system inventory, berapa jumlah obat yang diterima, sesuai dengan
nama PBF (Perusahaan Besar Farmasi), dan harga setiap item obat. Obat yang
keluar juga di input ke dalam system inventory, dengan menginput nama obat, dan
jumlah obat yang diminta oleh unit-unit pengguna seperti apotek, system inventory
ini otomatis mengurangi jumlah stok yang ada di gudang farmasi, sehingga dari
system inventory ini dapat melakukan pengendalian persediaan dengan melihat
jumlah persediaan obat di masing-masing unit pengguna (apotek). Jumlah
persediaan obat dari system inventory dicocokkan dengan jumlah stok obat yang
ada di kartu stok dan jumlah fisik persediaan obat yang ada di gudang farmasi. Dari
laporan tersebut dapat dilihat jumlah pemakaian masing-masing item obat selama
satu bulan, sesuai dengan unit pengguna yang melakukan permintaan, kemudian
obat-obat apa saja yang tidak bergerak, serta diperiksa expired date dan kemasan
setiap obat.
dokter,
dan
lembaga
ilmu
pengetahuan
wajib
membuat,
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca, meliputi nomor resep, tanggal, nama
dan aturan pakai.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
3) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan khir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
tenaga kesehatan.
4) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bisa, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan (jam penggunaan obat), aktivitas serta makanan
dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
5) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk
pasien penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
Pada pasien dengan resep dokter, informasi yang diberikan hanya bersifat
menunjang dan menegaskan kembali informasi yang telah diberikan oleh
dokter. Three prime question yang diajukan jika pasien mendapat resep baru
adalah :
1. Bagaimana penjelasan Dokter tentang obat Anda ?
2. Bagaimana penjelasan Dokter tentang cara pakai obat Anda ?
3. Bagaimana penjelasan Dokter tentang harapan setelah minum/memakai
obat Anda ?
6) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan
penggunaan
obat,
terutama
untuk
pasien
tertentu
seperti
BAB 4. KESIMPULAN
1. Ada dua jenis apotek yang ada di Indonesia, yakni apotek BUMN dan apotek
milik swasta.
2. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial dan pelayanan farmasi klinik.
3. Fungsi
managerial
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
DAFTAR PUSTAKA