Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
NARKOBA
Oleh :
Fajrul Siyam Ansar
10542 0212 10
Pembimbing :
dr. EKO YULIANTO, Sp.F,MH,MKes
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Pertama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporaan kasus yang berjudul Narkoba
Tepat pada waktunya. Adapun pembuatan Laporan Kasus ini adalah sebagai prasyarat penulis
untuk dapat mengikut kepanitraan dalam bidang Ilmu Forensik Dan Medikolegal di Rumah Sakit
Bayangkara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Laporan kasus penulis, dr. EKO
YULIANTO, Sp.F,MH,MK atas bimbingannya. Ilmu yang telah penulis terima tidaklah dapat
dinilai dan akan berguna selama penulis masih dapat mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah
penulis dapatkan.
Demikianlah Laporan Kasus ini, penulis curahkan. Semoga Laporan kasus ini yang
penulis buat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Penulis memohon maaf apabila
selama penulisan, penulis melakukan kesalahan baik yang disengajakan maupun yang tidak.
Makassar, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
2-12
13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika
dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.1
Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial
ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada,
penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun.
Berdasarkan data penelitian pengguna NAPZA di dunia, dilaporkan hampir 40%
penduduk di dunia pernah menggunakan NAPZA dalam hidup mereka. Beberapa
substansi tersebut menyebabkan kelainan status mental secara internal, seperti
menyebabkan perubahan mood, secara eksternal menyebabkan perubahan perilaku.
Substansi tersebut juga dapat menimbulkan problem neuropsikiatrik yang masih belum
ditemukan penyebabnya, seperti skizofrenia dan gangguan mood, sehingga kelainan
primer psikiatrik dan kelainan yang disebabkan oleh NAPZA menjadi sangat
berhubungan.1
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu
sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang
kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Dan minimnya pengetahuan
mengenai masalah NAPZA, penggunaannya, masalah psikiatri yang ditimbulkan, serta
penangannya, mendorong penulis untuk menyusun referat mengenai Gangguan Akibat
Penyalahgunaan NAPZA dan penanggulangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
NAPZA (Narkotika,
Psikotropika
lain)
adalah
berfungsi
mengurangi
aktifitas
dalam
pasien.
Pada
pasien
yang
mendapatkan
terapi
karena
pada
studi
epidemiologi
bahwa
orang-orang
dengan
konseling
untuk
membantu
pasien
agar
mampu
11
terapi
gangguan
penggunaan
zat
sebelumnya,
termasuk
tuberkulosis, hepatitis ).
2. Fase terapi detoksifikasi, sering disebut dengan fase terapi withdrawal atau
fase terapi intoksikasi. Fase ini memiliki beragam variasi :
a. Rawat inap dan rawat jalan
b. Intensive out patient treatment
c. Terapi simptomatik
d. Rapid dotoxification, ultra rapid detoxification
e. Detoksifikasi dengan menggunakan : kodein dan ibuprofen, klonidin dan
naltrexon, buprenorfin, metadon
3. Fase terapi lanjutan. Tergantung pada keadaan klinis, strategi terapi harus
ditekankan kepada kebutuhan individu agar tetap bebas obat atau
menggunakan program terapi subtitusi ( seperti antagonis naltrexon,
agonis metadon, atau partial agonisbrupenorfin. Umumnya terapi yang
baik berjalan antara 24 sampai 36 bulan. Terapi yang lamanya kurang dari
jangka waktu tersebut,umumnya memiliki relaps rate yang tinggi.
14
BAB III
KESIMPULAN
Terapi pada gangguan akibat penyalahgunaan NAPZA itu sendiri dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase penilaian
2. Fase terapi detoksifikasi
3. Fase terapi lanjutan
16