Professional Documents
Culture Documents
RANI KURNILA
A24052666
RINGKASAN
RANI KURNILA. Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacquin) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat,
Sumatera Utara. (Dibimbing oleh MARYATI SARI dan ENY WIDAJATI).
Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 12 Juni 2009
di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Kegiatan
magang ini secara umum bertujuan untuk (1) melatih kemampuan teknis dan
manajemen mahasiswa untuk bekerja secara profesional di bidang produksi benih
kelapa sawit dan mengetahui cara memproduksi benih kelapa sawit, (2)
meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari
pengendalian mutu produksi benih kelapa sawit, terutama (1) pengaruh kriteria
dan panjang kecambah terhadap vigor bibit dan (2) pengaruh umur tanaman induk
terhadap produksi dan mutu benih.
Metode magang yang digunakan selama mengikuti kegiatan magang di
PPKS adalah metode umum dan metode khusus. Metode umum adalah : (1)
bekerja secara aktif di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT), (2)
mengumpulkan data sekunder yang berguna untuk penulisan skripsi meliputi
lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, organisasi
serta manajemen kebun produksi benih, dan (3) wawancara dengan berbagai
sumber di Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan. Sedangkan metode khusus adalah melakukan dua evaluasi berkaitan
dengan mutu benih yaitu : (1) evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang
Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery. Peubah yang diamati
adalah persentase hidup bibit, tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang. (2)
evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih
yang Dihasilkan. Peubah yang diamati adalah bobot tandan, jumlah calon benih
dan jumlah benih baik. Hasil evaluasi pengaruh kriteria dan panjang kecambah
terhadap pertumbuhan bibit di pre nursery menunjukkan bahwa panjang
kecambah berpengaruh nyata terhadap persentase hidup dan pertumbuhan bibit.
Kecambah yang sudah dapat dibedakan plumula dan radikula memiliki
persentase hidup dan pertumbuhan bibit di pembibitan lebih baik dibandingkan
kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya. Kecambah yang
belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya belum siap untuk ditanam di
pembibitan.
Pengaruh umur tanaman terhadap produksi dan mutu benih yang
dihasilkan menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan bobot tandan
seiring dengan pertambahan umur tanaman. Jumlah calon benih dan jumlah benih
baik yang dihasilkan meningkat sampai tanaman berumur 16 tahun.
RANI KURNILA
A24052666
Judul :
Nama :
RANI KURNILA
NRP
A24052666
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Jati, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal
24 Juni 1987. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Afdal dan Ibu Amna
Yuliati.
Tahun 1999 penulis lulus dari SD N 19 Koto Kecil, kemudian pada tahun
2002 penulis menyelesaikan studi di SMP N 4 Ampang Gadang, Kecamatan
Guguk, Kabupaten Lima puluh Kota, Sumatera Barat. Selanjutnya penulis lulus
dari SMA N 1 Suliki pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti kepanitian pada organisasi
kampus seperti panitia FESTA 2007, U- CUP 2007 dan Bina Generasi Agronomi
dan Hortikultura angkatan 43. Selain itu penulis juga aktif pada Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu IKMP (Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa
Payakumbuh) yang ada di Bogor.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengendalian Mutu Produksi
Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacquin) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Marihat, Sumatera Utara. Sholawat beserta salam tak lupa juga penulis
sampaikan kepada tauladan umat, Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan magang di Satuan Usaha Strategis
Bahan Tanaman (SUS-BHT) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat yang
penulis laksanakan selama empat bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari
tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ayahanda Afdal dan Ibunda Amna Yuliati yang telah memberikan dorongan
yang tulus baik moril maupun materil selama penulis menempuh kegiatan
perkuliahan di IPB.
2. Maryati Sari, SP. MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing penulis dalam
pelaksanaan magang dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Sudradjat, MS dan Dr. Ir Munif Ghulamahdi, MS sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh
kegiatan perkuliahan di IPB.
4. Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan
memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Dr. Ir. A. Razak Purba selaku Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman
(SUS-BHT) PPKS yang telah memberikan izin kepada penulis melaksanakan
magang di PPKS Marihat.
6. Ir. Edy Suprianto, MSc yang telah membimbing penulis selama melaksanakan
magang di PPKS Marihat.
7. Nanang Supena SP, dan Yabani, SP yang telah banyak membimbing dan
menyediakan pustaka kepada penulis selama penulis melaksanakan magang di
PPKS Marihat.
8. Seluruf staf dan karyawan PPKS yang telah banyak membantu penulis selama
melaksanakan magang di PPKS.
9. Bapak Ruslan dan Ibu Nuria Sumanti sebagai bapak dan ibu mess dua yang
telah menjaga penulis selama penulis melaksanakan magang di PPKS Marihat.
10. Weri Candra Kartika, Amd atas doa, perhatian, dukungan kepada penulis
selama penulis menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh dosen, staf dan pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB
yang telah memberikan pendidikan dan pelayanan terbaik kepada penulis
selama menempuh perkuliahan.
12. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 42 sebagai teman sekelas
dan seperjuangan atas dukungan, bantuan dan kebersamaan selama kuliah.
13. Adikku Rizki Kurniawan dan seluruh keluarga besar atas dukungan dan doa
yang telah diberikan kepada penulis.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama kuliah dan penyelesaian
skripsi ini.
Pada akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, November 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
viii
ix
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan Magang .......................................................................................
Tujuan Umum .....................................................................................
Tujuan Khusus ....................................................................................
1
1
3
3
3
4
4
4
5
7
8
9
12
12
13
14
15
15
15
15
15
17
18
19
19
20
20
21
21
23
23
23
24
26
28
29
30
33
34
35
35
36
56
56
56
57
LAMPIRAN .................................................................................................
59
37
39
40
42
44
45
46
47
48
53
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
24
2.
42
3.
Persentase Jumlah Benih Total, Benih Baik dan Benih Afkir ............
43
4.
48
49
50
50
51
52
54
5.
6.
7.
8.
9.
10.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
11
2.
16
3.
22
4.
26
5.
27
6.
28
7.
31
8.
32
9.
33
10.
34
11.
34
12.
37
13.
38
14.
39
15.
43
16.
44
17.
45
18.
46
19.
53
54
20.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
60
2.
64
3.
64
4.
64
5.
65
66
67
68
69
70
6.
7.
8.
9.
10.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacquin) merupakan penyumbang devisa
negara yang cukup penting. Volume ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2007
mengalami peningkatan yaitu menjadi 5 701 300 ton dengan nilai ekspor sebesar
US$ 1 062 215 dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar 2 892 100 ton dengan
nilai ekspor US$ 1 062 215 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Tingginya
peranan kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah
dan pihak swasta berlomba-lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa
sawit. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Data Departemen Pertanian (2008) menunjukkan terjadi
peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit selama 28 tahun dari 290 000 ha
pada tahun 1980 menjadi 6 611 000 ha pada tahun 2008. Menurut Setyamidjaja
(2006) kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan,
karena beberapa tahun yang akan datang selain digunakan untuk minyak goreng,
mentega, sabun dan kosmetika minyak sawit juga dapat dijadikan sebagai
substitusi bahan bakar minyak.
Salah satu cara untuk menjamin pengembangan kelapa sawit di Indonesia
adalah menjamin ketersediaan benih unggul dan bermutu. Data Direktorat
Jenderal Perkebunan (2008a) menunjukkan prakiraan ketersediaan benih dalam
negeri pada tahun 2009 2010 adalah 160 juta benih, sedangkan permintaan
terhadap benih kelapa sawit dalam negeri adalah 230 juta benih. Oleh karena
itu masih terdapat kekurangan benih kelapa sawit sekitar 70 80 juta benih.
Pemerintah telah menetapkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai
salah satu produsen sekaligus penyalur resmi benih kelapa sawit untuk membantu
dan memenuhi kebutuhan benih kelapa sawit dalam negeri. Penetapan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri
Pertanian RI No. KB 320/261/KPTS/5/1984. Penetapan PPKS sebagai salah
satu produsen benih kelapa sawit di Indonesia mendorong dan mengharuskan
PPKS meningkatkan kapasitas produksi benihnya sehingga kekurangan benih
kelapa sawit di dalam negeri dapat diatasi.
Tujuan Magang
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
Asal Usul dan Penyebaran Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika tepatnya dari
kawasan Nigeria di Afrika Barat. Penyebaran kelapa sawit dari daerah asalnya
secara tidak langsung terkait dengan perdagangan budak dari Afrika pada abad
pertengahan. Setelah Colombus menemukan benua Amerika dan terbukanya
perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan
baru oleh usaha-usaha bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda
(Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya dibawa
oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon atau Mauritius
sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam
di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan sebagai tanaman koleksi pada tahun 1848.
Oleh karena itu tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun Raya Bogor ini
dianggap sebagai nenek moyang tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara
(Setyamidjaja, 2006).
: Spadiciflorae (Arecales)
Famili
: Palmae
: Elaeis
Spesies
sawit berasal dari Guinea (Afrika). Jenis-jenis lain dari marga Elaeis antara lain
adalah E.madagascariensis Becc dan E. melanococca Gaertn.
1.
2.
Daging buah (pulp, mesocarp) yang pada 3 bulan pertama tersusun dari air,
serat, klorofil, dan tiga bulan berikutnya terjadi pembentukan minyak dan
karoten.
3.
Cangkang (tempurung) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah
berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih
menjadi coklat muda kemudian coklat.
4.
Inti (endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat
serta agak keras
Cangkang dan inti merupakan biji kelapa sawit. Di dalam biji terdapat
dengan
membentuk
akar
(radikula)
dan
batang
(plumula)
(Setyamidjaja, 2006).
terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat
direproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura di seleksi dura dan
berbagai persilangan tenera/pisifera di seleksi tenera (Purba et al.,1997). Pada
prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya
gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A dan B yang
dicirikan dengan :
Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit
tetapi dengan tandan yang besar.
pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Dari populasi dasar yang telah diseleksi
dilakukan suatu tahapan evaluasi melalui pengujian keturunan (progeny test).
Tujuan pengujian keturunan adalah untuk menganalisis dan menentukan
persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung
khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut
dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk
untuk produksi benih. Selain itu, pada tahapan seleksi ini juga dilakukan
pemilihan tetua yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan
dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan
selanjutnya. Dengan rekombinasi diharapkan dapat dihasilkan suatu populasi
dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya
(Purba et al.,1997). Skema program pemuliaan dengan menggunakan metode
RRS dapat dilihat pada Gambar 1.
Populasi Dura
D1,D2,D3
Populasi
Tenera/Pisifera
Pengujian
Progeni
DxP, DxT
P1,P2,P3,T1,T2.
Pisifera/Tenera
terpilih
Selfing/crossing
Dura terpilih
Selfing/crossing
Produksi Kecambah
DxP
Introduksi
Introduksi
Populasi Dura
hasil Rekombinasi
D1 x D2
D2 x D3
Populasi Pisifera/
Tenera hasil
reombinasi
Pengujian
Progeni
D x P, D x T
P1 x P2
P3 x P4, T1 x T2
Produksi tandan buah segar (TBS) 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm
product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha,
rerata selama 3 tahun produksi.
2.
3.
Pada sub sistem seed garden, pohon induk terpilih adalah pohon-pohon
elit yang teruji kemampuannya untuk menghasilkan turunan DxP. Pelaksanaan
polinasi terkendali di seed garden merupakan penentu dalam pengelolaan pohon
induk. Lembaga riset/produsen benih umumnya sangat menyadari bahwa
kontaminasi dura yang tinggi, sebagai akibat polinasi yang kurang terkendali,
sangat merugikan pelaku agribisnis kelapa sawit di kemudian hari. Untuk itu,
lembaga riset/produsen benih menaruh perhatian yang sangat tinggi dalam
pengelolaan pohon induk dan polinasi sehingga bahan tanaman unggul DxP yang
diterima pelanggan memiliki kemurnian sangat tinggi (Direktorat
Jenderal
Perkebunan, 2007).
Kepedulian mutu bahan tanaman juga terjaga saat penyiapan benih
maupun pada saat pemprosesan kecambah. Identitas bahan tanaman sangat terjaga
dan dapat ditelusuri kebenarannya. Kepedulian akan mutu ini tercermin pada
implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000 oleh seluruh
lembaga riset/produsen benih kelapa sawit Indonesia (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2007).
Pengolahan benih
Pengolahan benih sebagai suatu kegiatan diantara kegiatan lainnya dalam
teknologi benih, adalah jelas mempunyai arti yang sangat penting. Hasil
pengolahan benih menentukan kemampuan benih untuk mempertahankan
viabilitas pertumbuhannya serta meningkatkan produknya, baik kuantitas maupun
kualitas. Pengolahan benih yang dilakukan dengan perlakuan-perlakuan yang
baik, sesuai dengan ketentuan yang diharuskan, akan dapat memberikan jaminan
sebagai berikut : (1) jaminan kepada para peneliti dan mereka yang telah
mengusahakan bidang perbenihan, sesuai dengan jerih payahnya untuk
menciptakan varietas unggul dan atau peningkatan hasil yang sangat diharapkan,
(2) kepuasan pada para pemakai benih, yang selalu mengharapkan diperolehnya
benih yang baik, demi usaha taninya dan demi tercapainya peningkatan produk
(kuantitas dan kualitas), (3) kelegaan pada masyarakat dan pemerintah karena
dengan terciptanya benih-benih varietas unggul, berbagai produk pertanian akan
meningkat (kuantitas dan kualitas), yang berarti tersedianya cukup pangan bagi
masyarakat, sehingga tidak perlu menggantungkan pada impor (Kartasapoetra,
1992).
Pengolahan benih kelapa sawit meliputi sejumlah kegiatan yang dimulai
setelah tandan benih dipanen sampai benih menjadi kecambah. Kegiatan tersebut
meliputi penerimaan tandan, pencincangan, fermentasi, pengupasan daging buah,
penirisan, seleksi benih, perlakuan pemanasan serta pengecambahan benih kelapa
sawit (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008b).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009
yang bertempat di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) Pusat
Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang
Metode Umum
Metode umum yang digunakan adalah : (a) bekerja secara aktif di Satuan
Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT). Kegiatan yang dilakukan penulis
selama magang dapat dilihat pada Lampiran 1. (b) mengumpulkan data sekunder
yang berguna untuk penulisan skripsi meliputi lokasi, letak geografis kebun,
keadaan iklim, luas kebun, luas areal, organisasi serta manajemen kebun produksi
benih dan, (c) wawancara dengan berbagai sumber di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Metode Khusus
Metode khusus yang digunakan adalah dengan melakukan dua evaluasi
yang berkaitan dengan mutu benih yaitu :
a. Evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan
Bibit di Pre Nursery.
Evaluasi ini dijalankan dengan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari
empat perlakuan (Gambar 2) yaitu :
P0
P1
P2
P3
Tinggi Bibit
Diukur dari pangkal batang di atas tanah sampai ujung daun tertinggi
dengan menggunakan penggaris.
Jumlah Daun
Di hitung jumlahnya dari daun termuda sampai daun tertua. Daun termuda
yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna.
Diameter Batang
Diukur dari pangkal batang dengan menggunakan caliper (jangka sorong).
Pengaruh
Kriteria
dan
Panjang
Kecambah
terhadap
Sesuai dengan surat keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No.
084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan
unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1993
dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang
merupakan gabungan dari (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun
Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya
peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi (Lubis, 2008).
Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun 1966.
Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia
(APPI) dalam suratnya No.03/RA-APPI/11/1996, Pusat Penelitian Perkebunan
lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggungjawab kepada
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya
mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian
Perkebunan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan salah satu unit penelitian
dari Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) yang anggotanya terdiri
dari PT. Perkebunan Nusantara I XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia.
Dalam kegiatannya, PPKS dibina oleh Dewan Penyantun Pusat Penelitian
Perkebunan yang beranggotakan Direktur-Direktur Utama PTP. Nusantara,
Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Kepala Badan Litbang Pertanian,
Deputi Menteri BUMN Bidang Agro Industri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan
Penerbitan, dan Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, yang mewakili
kepentingan pemerintah (Lubis, 2008).
Visi
1. Menjadi world-class institution dalam penelitian kelapa sawit yang memainkan
peranan penting pada pembangunan industri kelapa sawit nasional dan menjadi
acuan perkelapasawitan internasional.
2. Menjadi center of excellence yang dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan
pembangunan dan penanganan perkelapasawitan nasional.
Misi
1. Mengembangkan teknologi unggul perkelapasawitan melalui penelitian yang
efektif dan efisien dan melakukan kegiatan pelayanan tepat sasaran.
2. Menunjang pengembangan perkelapasawitan nasional melalui penyediaan
produk dan jasa pelayanan, dan konsep/pemikiran penanganan masalah kelapa
sawit.
3. Mendorong pengembangan SDM, lapangan kerja dan pelestarian sumber daya
alam/lingkungan.
4. Menggali potensi usaha sendiri dalam kerangka institusi nirlaba yang memiliki
badan hukum, untuk dapat mandiri dan sejahtera secara berkesinambungan.
Struktur Organisasi
PPKS dipimpin oleh seorang Direktur yang saat ini dipegang oleh Dr.Ir
Witjaksana Darmosarkoro. Dalam pelaksanaan kegiatan Direktur PPKS dibantu
oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum/SDM, Kepala Bidang Usaha
dan Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Kepala Bidang
Penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian yang masing-masing diketuai
oleh seorang Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala Urusan Penelitian. Kepala Biro
Umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu Urusan SDM dan Hukum, Urusan
Akuntansi dan Keuangan, dan Urusan Rumah Tangga. Kepala bidang Usaha
membawahi Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Urusan Pengembangan
Usaha dan Promosi, Urusan Pelayanan dan Konsultasi, serta Urusan Laboratorium
dan Pelayanan. Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi
semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi
kecambah kelapa sawit. Di samping itu, Direktur dibantu oleh Kepala Urusan
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggungjawab
langsung kepada Direktur. Struktur organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.
Direktur
Ka. Bidang
Penelitian
Pemuliaan
Tanaman
Bioteknologi
Tanaman
Tanah &
Agronomi
Engineering &
Lingkungan
Proteksi
Tanaman
Pengolahan
Hasil Mutu
Sosial Ekonomi
Kepala Urusan
SDM &
Hukum
Kepala Urusan
Akuntansi &
Keuangan
Kepala Urusan
Rumah Tangga
35
tanaman,
laboratorium
pengujian
mutu
hasil
perkebunan
dan
Kebun Produksi
Kebun produksi yang dimiliki Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat
bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah
137.28 ha dengan rincian 110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon
bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan maret 2009 adalah
3 539 pohon dan pohon bapak 153 pohon. Lokasi kebun produksi benih unit
marihat adalah Bah Jambi, Balimbingan Benoa dan Dalu-Dalu (Riau).
Selain untuk produksi kecambah/benih PPKS Marihat juga memiliki
kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebar di beberapa daerah di
Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha
tetapi yang produktif hanya 548.57 ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal
yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat
No
Sub station
Lokasi
Luas (ha)
Produktif (ha)
Keterangan
Sijambu-Jambu
Sumatera Utara
21
21
DxP
Teluk Dalam
Sumatera Utara
40
35
DP
Pulau Maria
Sumatera Utara
4.75
4.75
DP
Pargarutan
Sumatera Utara
45.86
45
DP
Simirik
Sumatera Utara
4.58
4.58
DP
Padang
Madarsyah
Riau
402.201
102.167
DP
Kalianta
Riau
93.1
83.40
Dura, DD, DP
Dalu-Dalu
Riau
269.97
252
DP/DD, DT TT
TP MK
881.46
548.57
Total
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat
berguna
untuk
pengendalian
kumbang
tanduk
Oryctes
D x P = Dura x Pisifera
Dy x P = Dura dumpy x Pisifera
Pada tahun 2009 Produksi PPKS pada periode Januari April adalah
sebesar 13 270 613 kecambah. Total kecambah yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan pada tahun 2008 dengan periode yang sama yaitu 16 440 022
kecambah (Lampiran 4). Penurunan produksi PPKS pada tahun 2009 seiring
dengan terjadinya penurunan permintaan terhadap kecambah kelapa sawit sebagai
akibat adanya krisis global yang menyebabkan turunnya harga TBS dan CPO.
Pengguna kecambah yang dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta,
PTPN, Koperasi, Dinas Perkebunan,Waralaba, Perorangan/Petani, CV dan PPKS
sendiri. Berdasarkan data penjualan tahun 2008 (Lampiran 5) perusahaan swasta
merupakan konsumen tertinggi dalam memesan kecambah kelapa sawit dengan
persentase 56.8 % diikuti oleh PTPN 19.2 %, Waralaba 7.6 % dan perorangan
sebesar 6.2 %. Jumlah kecambah yang dipesan oleh setiap konsumen pada tahun
2008 dapat dilihat pada Gambar 5.
Yangambi, Dumpy dan Avros. Jumlah penjualan terhadap semua varietas yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.
oleh karyawan. Jika petugas Quality Control menemukan ada kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan maka karyawan tersebut akan ditegur sampai 2 kali dan
jika kesalahan tersebut terulang untuk ketiga kalinya maka karyawan yang
melakukan kesalahan akan dilaporkan kepada divisi terkait dan sanksi yang
diberikan diserahkan kepada divisi terkait.
Selain pengendalian mutu pada setiap aspek produksi PPKS juga
memberikan jaminan mutu kepada konsumen dengan membuat tulisan PPKS pada
benih yang dihasilkan PPKS. Tulisan yang bernamakan PPKS ini dibuat sebelum
benih dikecambahkan dengan menggunakan suatu alat yang bernama inject print.
Alat ini bekerja dengan cara mengeluarkan tinta pada saat benih dimasukkan ke
dalam alat tersebut. Tujuan pemberian tulisan PPKS adalah untuk menghindari
pemalsuan benih kelapa sawit yang mengatasnamakan PPKS. Dengan
dibentuknya Divisi Quality Control ini PPKS mampu menjadi penghasil
kecambah terbesar dengan mutu varietas yang unggul di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan tingginya permintaan konsumen terhadap kecambah kelapa
sawit yang dihasilkan PPKS. Selain Divisi QC/QA terdapat empat divisi lain yang
juga berperan penting dalam produksi benih bermutu kelapa sawit. Divisi tersebut
adalah Divisi Breeding Research and Development (BRD), Divisi Pohon Induk,
Divisi Produksi, dan Divisi Pemasaran. Kelima Divisi tersebut saling bekerjasama
dalam produksi benih bermutu kelapa sawit.
Mutu Genetik
Saat ini PPKS telah menghasilkan 11 varietas unggul yaitu Yangambi,
Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun, Sungai Pancur 1 (Dumpy),
Avros, Sungai Pancur 2, Bah Jambi dan Marihat. Berdasarkan data penjualan
tahun 2008 (Lampiran 6) varietas yang banyak diminati dan diproduksi adalah
varietas Simalungun (SMB), Yangambi, Dumpy dan Avros.
Mutu genetik yang meliputi kebenaran dan kemurnian genetik bahan
tanaman yang dihasilkan merupakan tanggung jawab Divisi Pohon Induk. Divisi
Pohon Induk pada SUS-BHT PPKS merupakan divisi yang bertugas menyediakan
bahan baku benih unggul kelapa sawit yang baik dan benar. Kegiatan divisi pohon
induk dimulai ketika bunga muncul. Selanjutnya memelihara bunga betina agar
tidak terkontaminasi dengan polen liar, menyediakan tepung sari sebagai sumber
penyerbukan buatan, melakukan penyerbukan buatan dan memeliharanya hingga
panen. Pemeliharaan keutuhan bagging (pembungkus) dan kebenaran label
merupakan hal yang paling penting dalam rangka menjamin kemurnian dan
kebenaran genetik benih yang dihasilkan.
a. Wadah Plastik
b. Wadah Tray
Gambar 8. Ruang Perkecambahan
a. Kecambah Normal
b. Kecambah Abnormal
c. Kecambah Panjang
b. Pengukuran Petiole
Pembungkusan
Pembungkusan bunga betina bertujuan untuk menjaga bunga betina dari
kontaminasi polen liar sehingga kemurnian genetik tandan benih yang dihasilkan
tetap terjaga. Pembungkusan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis
atau seludang bunga pecah maksimal 25 % (Gambar 13 a). Menurut Lubis
(1993) apabila bunga dibungkus terlalu lama akan menyebabkan pembungkus
rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sedangkan apabila dibungkus kurang
dari 10 hari juga kurang baik karena antesis bunga dalam satu tandan kadangkadang berlangsung lama yang dapat mencapai 5 10 hari sehingga
dikhawatirkan adanya tepung sari yang menyerbuki bunga yang lebih dulu
reseptif sebelum pembungkusan. Teknis pembungkusan bunga betina adalah :
a. Pembungkusan dilakukan 10 hari sebelum bunga antesis. Duri pelepah daun
yang mengganggu disingkirkan dan pelepah ditekan ke bawah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan pelaksanaan pembungkusan (Gambar 13 b).
b. Tandan bunga (stalk) ditutupi dengan kapas yang sebelumnya sudah ditaburi
insektisida.
c. Pembungkus disarungkan dari atas dan dilipat pada pangkal tandan bunga.
Selanjutnya diikat dengan menggunakan karet yang terbuat dari ban bekas
yang sebelumnya sudah dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Jumlah
ikatan adalah 6 7 kali lilitan (Gambar 13 c).
d. Untuk menghindari terjadinya serangan organisme pengganggu maka
pembungkus ditutupi dengan kawat kasa atau pembungkus yang sudah tidak
digunakan lagi.
antesis dengan ciri-ciri kepala putik telah membuka dan berwarna putih
kekuningan (Gambar 14). Antesis dimulai dari spikelet yang berada pada dasar
tandan dan selesai dalam jangka waktu 2 hari. Jika kepala putik telah berwarna
cokelat maka antesis bunga betina sudah lewat sehingga apabila dilakukan
penyerbukan maka tandan tidak akan membentuk buah. Teknis kegiatan
penyerbukan adalah :
a. Kondisi fisik pembungkus diperiksa terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
memastikan apakah ada serangga penyerbuk kelapa sawit yang masuk atau
tidak. Selanjutnya tepung sari yang sudah dimasukkan ke dalam botol
disemprotkan pada jendela bagging yang sebelumnya telah dilubangi.
b. Setelah disemprotkan bagging digoyang-goyang dengan tujuan agar tepung
sari yang sudah disemprot menyebar rata pada kepala putik.
Selanjutnya setelah 15 hari selesai diserbuki bagging dibuka dan pada
tandan buah kelapa sawit dimasukkan label. Label berisi identitas persilangan
lain yang digunakan untuk panen tandan benih apabila cangkang telah berwarna
hitam. Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari. Sebelum panen kondisi label
diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan label dalam kondisi baik dan benar.
Jika ada tandan yang tidak mempunyai label, atau tidak sesuai dengan buku
serbukan maka tandan benih tersebut diafkir.
Tandan benih
menggunakan parang dan dimasukkan ke dalam kantong panen tandan dan diikat.
Selanjutnya tandan-tandan tersebut dimasukkan ke truk pengangkut tandan benih
untuk dikirim ke Bagian Persiapan Benih. Setiap tandan benih yang dikirim
dilengkapi dengan Surat Pengantar Tandan Bibit. Jumlah tandan yang dipanen
saat penulis mengikuti kegiatan ini adalah 25 tandan benih.
Pembungkusan
Pembungkusan tandan bunga jantan juga dilakukan 10 hari sebelum bunga
antesis. Cara pembungkusan bunga jantan sama dengan cara pembungkusan
bunga betina.
Pemanenan
Pemanenan bunga dilakukan apabila 60 70 % bunga telah antesis yang
dapat diketahui dengan cara melihat bunga dari jendela yang terdapat pada
bagging (pembungkus). Ciri-ciri bunga jantan telah antesis adalah bunga telah
mengeluarkan tepung sari dan berbau adas wangi.
Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari berkisar antara 07.00 10.00
pagi. Tandan yang telah dipanen diturunkan dari pohon dengan menggunakan
tali. Tandan tersebut selanjutnya diserahkan kepada petugas penerima tandan
yang akan memeriksa keadaan bunga. Pemeriksaan meliputi :
Kondisi bagging (pembungkus). Jika bagging rusak atau bocor maka tandan
diafkir.
Kondisi tandan. Jika pada tandan di dalam bagging terdapat serangga
penyerbuk kelapa sawit atau tandan dalam keadaan busuk karena terlambat
panen maka tandan tersebut juga diafkir dan berita acara dibuat setelah
pemeriksaan.
yang
digunakan
adalah
media
sukrosa
sebagai
media
pengecambahan, larutan borax 15 ppm serta aquades atau air bersih. Cara
pengujian viabilitas adalah :
Media yang telah dipersiapkan dan tepung sari yang akan diuji diletakkan
pada dek gelas.
Kemudian dek gelas dan tepung sari tersebut dipanaskan dalam oven dengan
suhu 38 C selama 3 4 jam.
mati yaitu yang terlihat berwarna hitam. Penilaian terhadap viabilitas tepung sari
dilakukan dalam dua tahap. Jika pada pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas
atau daya berkecambah > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan layak digunakan
sehingga langsung disimpan. Jika viabilitas < 70 % maka dilakukan pemeriksaan
kedua. Apabila hasil rata-rata pada pemeriksaan pertama dan kedua diperoleh
hasil > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan dapat disimpan sedangkan jika
hasilnya < 70 % maka tepung sari langsung diafkir.
Pemeriksaan viabilitas awal dilakukan beberapa hari (selesai diproses)
setelah panen. Pemeriksaan berikutnya dilakukan apabila tepung sari telah
disimpan selama 2 3 bulan di dalam freezer. Apabila hasil pengujian viabilitas
setelah disimpan < 70 % maka tepung sari tersebut diafkir, sedangkan jika
viabilitasnya > 70 % maka tepung sari masih dapat digunakan. Hasil penelitian
Widiastuti (2005) menunjukkan viabilitas tepung sari mulai mengalami penurunan
setelah disimpan selama 3 bulan tetapi sampai pada batas penyimpanan 6 bulan
viabilitas tepung sari masih dapat dipertahankan diatas 70 %.
Hasil pengamatan penulis terhadap viabilitas beberapa tepung sari dapat
dilihat pada Tabel 2. Pengamatan ini merupakan pengamatan viabilitas awal yang
dilakukan lima dan enam hari setelah tepung sari dipanen.
No Buku Polen
Tanggal Panen
1
BO 104 P
01-04-09
2
BO 713 P
01-04-09
3
BO 323 P
02-04-09
4
BO 484 P
02-04-09
5
BO 408 P
02-04-09
Sumber Data : Pengamatan Penulis
Tanggal Pengujian
DB (%)
07-04-09
07-04-09
07-04-09
07-04-09
07-04-09
79.4
81.8
82.3
81.4
81.0
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa viabilitas tepung sari yang diuji
viabilitasnya cukup tinggi dimana nilai rata-rata dari tiga ulangan yang diuji lebih
dari 70 % dimana berkisar antara 79.4 82.3 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas polen yang dihasikan PPKS Marihat termasuk ke
dalam serbuk sari kualitas baik. Widiastuti (2005) menyatakan serbuk sari
dikatakan berkualitas baik apabila memiliki daya berkecambah (viabilitas) yang
tinggi karena daya berkecambah serbuk sari tersebut menentukan jumlah buah
yang akan terbentuk. Semakin kecil daya berkecambah serbuk sari pembentukan
buah juga akan semakin kecil.
Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan setelah benih ditiriskan selama 24 jam. Kegiatan
seleksi ini dilakukan oleh Divisi Produksi benih bagian persiapan benih. Seleksi
merupakan kegiatan pemilihan benih yang baik untuk dijadikan sebagai
kecambah. Benih yang dianggap tidak layak untuk dikecambahkan akan diangap
sebagai benih afkir. Adapun yang termasuk ke dalam benih afkir adalah benih
pecah, benih kecil dan benih putih (Gambar 15).
Benih pecah
Benih pecah adalah benih yang terbelah atau terpotong dan mengenai
Benih kecil
Benih yang kecil merupakan benih yang lolos dari kawat seleksi. Ukuran
lubang kawat yang digunakan PPKS adalah adalah 1 cm x 1 cm. Benih dipisahkan
karena ukurannya yang kecil sehingga tidak disukai oleh konsumen.
Benih Putih
Benih putih adalah benih yang terbentuk akibat pematangan tandan yang
tidak seragam. Benih ini harus dipisahkan karena warnanya yang putih kurang
disukai oleh konsumen.
Pecah
Kecil
Putih
5
11
6
12
25
26
0
19
10
3
8
81
8
40
15
28
103
138
0.85 %
3.13 %
4.19 %
JBA
: Jumlah Benih Afkir
JBB
: Jumlah Benih Baik
JBT
: Jumlah Benih Total
JBA
22
63
29
92
63
269
8.17 %
JBB
1155
584
701
316
264
3020
91.83 %
JBT
1177
647
730
408
327
3289
100 %
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase benih baik mencapai 91.83 %
dan benih afkir 8.17 %. Persentase benih afkir tertinggi terdapat pada benih putih
(4.19 %) diikuti benih kecil (3.13 %) dan benih pecah (0.85 %). Hal ini berarti
mutu benih yang dihasilkan PPKS sudah cukup tinggi karena persentase benih
baik tergolong tinggi.
Benih afkir dipisahkan dari benih baik. Selanjutnya jumlah benih baik dan
benih afkir dihitung jumlahnya dan dicatat ke dalam buku seleksi benih. Benih
baik dimasukkan ke dalam kantong plastik dimana setiap kantong benih
dilengkapi dengan label identitas dari lapangan dan label kertas kuning yang
berisi data-data benih dari lapangan serta jumlah benih hasil seleksi.
Penganginan Benih
Kegiatan penganginan dilakukan satu kali dalam seminggu selama benih
berada di dalam ruang pemanas (Gambar 16). Kegiatan ini bertujuan untuk
memberi tambahan oksigen atau mengganti oksigen pada benih. Teknis
pelaksanaannya adalah :
Benih dalam kantong plastik
Benih dikeluarkan dari ruang pemanas kemudian karet yang mengikat
kantong plastik dibuka dan dibiarkan selama 15 menit.
Benih dalam tray
Tray dikeluarkan dari ruang pemanas kemudian tray yang sebelumnya
ditumpuk dibuka sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tray.
Persentase (%)
100
80
60
40
20
0
79.51
74.82
2.02 7.18 0.04
81.6
82
0
18.41
18
Tray
Plastik
Kecambah
Keterangan : PTM : Potensi Tumbuh maksimum
TT : Tidak Tumbuh
Identitas Persilangan
Varietas
Stok Awal
Penyaluran
Sisa
Pemasukan
Medan
Marihat
Stok Akhir
Dy x P
44.727
2.050
42.677
15.450
58.127
D x P SMB
295.717
51.250
244.467
11.425
11.600
267.492
D x P LTC
133.267
133.267
11.750
145.017
1.350
1.350
1.350
76.725
76.725
6.025
82.750
28.036
5.453
22.583
23.500
46.083
77.050
77.050
27.575
104.625
67.168
2.747
64.421
16.275
80.696
724.040
61.500
662.540
26.875
96.725
786.140
DxP
PPKS 718
DxP
PPKS 540
DxP
Yangambi
DxP
Avros
DxP
Lame
Total
Tinggi Bibit
Jumlah Daun
Diameter Batang
Keterangan :
MST
P
*
**
tn
Periode Pengamatan
P
KK
(MST)
5
*
9.44
6
*
9.36
7
*
9.44
8
*
9.44
9
*
9.44
10
*
9.44
11
*
9.44
12
*
9.44
5
**
9.63
6
**
9.69
7
**
9.38
8
*
10.58
9
*
9.81
10
**
7.59
11
**
6.83
12
**
7.09
5
tn
21.81
6
*
16.32
7
**
11.52
8
tn
9.15
9
tn
9.44
10
tn
8.37
11
tn
8.90
12
tn
10.28
5
*
7.85
6
tn
7.14
7
*
5.19
8
tn
8.29
10
tn
5.49
11
tn
5.09
12
tn
6.97
: Minggu Setelah Tanam
: Panjang Kecambah
: Berpengaruh nyata pada uji F taraf 5 %
: Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 1 %
: tidak nyata
1. Persentase Hidup
Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap persentase hidup bibit
menunjukkan perlakuan panjang kecambah mempengaruhi persentase hidup bibit
pada 5 MST 12 MST. Perlakuan P3 (panjang plumula dan radikula 1 2 cm)
memiliki persentase hidup tertinggi yang stabil dengan nilai 100 %
(5 MST 12 MST). Persentase hidup terendah terdapat pada perlakuan P0
(plumula dan radikula belum dapat dibedakan) dengan nilai 76.66 % pada
5 MST 6 MST dan turun menjadi 73.33 % pada 7 MST. Pada 5 MST masingmasing mempunyai nilai persentase hidup 93.33 % (P1) dan 96.66 % (P2). Pada
6 MST keduanya mempunyai nilai persentase hidup yang sama yaitu 96.66 %
hingga akhir pengamatan (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Persentase
Hidup Bibit pada 5 hingga 12 MST
Perlaku
an
P0
P1
P2
P3
76.66b
93.33a
96.66a
100.00a
76.66b
96.66a
96.66a
100.00a
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
12
73.33b
96.66a
96.66a
100.00a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %.
Perlakuan P0 banyak yang busuk dan berjamur dan akhirnya mati. Hal ini
menunjukkan bahwa kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan
radikulanya (P0) masih terlalu rentan untuk menghadapi kondisi pembibitan yang
relatif kurang optimum dibandingkan kondisi di ruang perkecambahan.
2. Tinggi Bibit
Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap tinggi bibit
menunjukkan tinggi bibit pada perlakuan P0 nyata lebih rendah dibandingkan
perlakuan P1, P2, P3 baik pada awal pengamatan (5 MST) maupun akhir
pengamatan (12 MST). Pada 5 MST perlakuan P3 mempunyai tinggi bibit
tertinggi (6.60 cm) berbeda nyata dengan P1 dan P2 yang masing-masing bernilai
5.62 cm (P1) dan 5.11 cm (P2). Meskipun pada awalnya P1 dan P2 tertinggal
pertumbuhannya dibandingkan dengan P3 tetapi pada 11 MST perlakuan P1, P2,
P3 ketiganya tidak berbeda nyata. Demikian pula pada 12 MST perlakuan P1, P2
dan P3 mempunyai tinggi bibit yang tidak berbeda dimana masing-masing
bernilai 16.55 cm (P1), 14.78 cm (P2) dan 16.10 cm (P3) (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit
pada 5 hingga 12 MST
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
5
3.82c
5.62b
5.11b
6.60a
12
12.13b
16.55a
14.78a
16.10a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %
P0
P1
P2
P3
0.73
1.06
0.86
1.00
12
2.46
2.73
2.66
2.66
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
4. Diameter Batang
Perlakuan panjang kecambah terhadap diameter batang hampir sama
dengan jumlah daun yang dihasilkan. Panjang kecambah hanya berpengaruh nyata
terhadap diameter batang pada 5 MST dan 7 MST. Hasil analisis statistik
pengaruh perlakuan terhadap diameter batang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Diameter
Batang pada 5 hingga 12 MST
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
12
0.45
0.52
0.51
0.53
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan yang sudah dapat dibedakan
antara plumula dan radikula (P1, P2 dan P3) diameter batangnya relatif sama dan
lebih besar dibandingkan perlakuan yang belum dapat dibedakan antara plumula
dan radikula (P0), khususnya pada 5 dan 7 MST.
Meskipun mulai 8 MST hingga akhir pengamatan (12 MST) semua
perlakuan mempunyai jumlah daun dan diameter batang yang tidak berbeda nyata
(Tabel 8 dan 9) tetapi tinggi bibit P0 nyata lebih rendah dibandingkan P1, P2, P3
(Tabel 7) dan persentase hidup P0 nyata lebih rendah dibanding perlakuan yang
lain (Tabel 6) sehingga dapat disimpulkan bahwa kecambah yang belum dapat
dibedakan plumula dan radikulanya belum siap di tanam di pembibitan.
Hasil penelitian Williyatno (2007) menunjukkan panjang rata-rata plumula
dan radikula mencapai 0.4 cm setelah dikecambahkan selama lima hari, 1.8 cm
setelah benih dikecambahkan selama 10 hari dan 3.6 cm setelah dikecambahkan
selama 15 hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diduga waktu yang
dibutuhkan kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya
dapat dibedakan antara plumula dan radikula serta dapat mencapai panjang
seperti pada perlakuan P1, P2 dan P3 berkisar antara 2 5 hari setelah benih
mulai berkecambah. Oleh karena itu untuk menghindari adanya bibit yang tidak
tumbuh di pembibitan maka penyaluran kecambah yang belum dapat dibedakan
antara plumula dan radikula harus ditunggu 2 - 5 hari setelah benih mulai
berkecambah.
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Divisi Produksi
serta QC/QA dalam menyalurkan kecambah kepada konsumen.
13
14
16
17
Gambar 19. Hubungan Umur Tanaman Induk dengan Bobot Tandan Tanaman
Peningkatan bobot tandan disebabkan prediksi jumlah tandan per pohon
pada tanaman kelapa sawit menurun seiring dengan pertambahan umur tanaman.
Jumlah tandan dalam satu pohon berkurang seiring dengan pertambahan umur
tanaman (Tabel 10). Jumlah tandan tanaman yang masih berumur 9 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman yang berumur > 9 tahun. Semakin banyak
jumlah tandan dalam satu pohon maka rata-rata bobot tandan akan semakin kecil.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) bahwa pada tanaman muda jumlah
bunga jantan per pohon sedikit dibandingkan dengan tandan bunga betina dan
perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman. Rendahnya
nilai rata-rata bobot tandan pada tanaman yang berumur 9 tahun dibandingkan
dengan tanaman yang lebih tua diduga sebagai akibat dari jumlah tandan serta
jumlah bunga betina yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tanaman
yang lebih tua. Semakin banyak jumlah tandan dan bunga betina dalam satu
pohon maka bobot tandan lebih kecil dan jumlah benih yang terbentuk per
tandan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang menghasilkan sedikit
tandan dalam satu pohon. Hal ini disebabkan hasil fotosintesis tanaman terbagi ke
dalam jumlah tandan yang lebih banyak sehingga bobot/tandan menurun.
Tabel 10. Potensi Produksi Kelapa Sawit
Umur
Tanaman(tahun)
9
13
14
16
17
Keterangan:
RJT
TBS
(tandan/pohon)
14
11.3
10.3
8.5
8.0
(ton/ha/th)
31.0
31.0
30.0
27.1
26.0
Pengaruh umur tanaman juga terlihat pada mutu benih yang dihasilkan.
Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah calon benih (JCB) dan jumlah benih baik
(JBB) yang dihasilkan tanaman. Pengaruh umur tanaman terhadap JCB dan JBB
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 20.
1600
1400
jumlah
1200
1000
800
600
JCB
400
JBB
200
0
9
13
14
16
17
tanaman, jumlah daun dan diameter batang) lebih rendah dibandingkan kecambah
yang sudah dapat dibedakan antara plumula dan radikulanya. Hasil evaluasi
diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi PPKS sebagai standar mutu
penyaluran kecambah.
Umur pohon induk mempengaruhi produksi dan mutu benih yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil evaluasi penulis berat tandan tanaman meningkat
seiring dengan pertambahan umur tanaman, sedangkan jumlah calon benih dan
benih baik yang dihasilkan meningkat sampai tanaman berumur 16 tahun.
Saran
Pusat Penelitian Kelapa Sawit perlu meningkatkan kemampuan dalam
memprediksi permintaan pasar terhadap kecambah kelapa sawit sehingga dapat
senantiasa memenuhi permintaan konsumen tanpa harus menurunkan mutu
produksi dan semua kecambah yang dihasilkan dapat terserap oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kajian penggunaan tray plastik untuk proses pengecambahan
benih kelapa sawit. Warta PPKS. 16:23-27.
Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Chairani, M. 1991. Teknik pengadaan benih kelapa sawit bersertifikat. Berita Pen.
Perkeb. 2:57-70.
Chin, H.F and E.H. Roberts. 1980. Recalsitrants Crop Seeds. Tropical Press.
Kuala Lumpur. 151 P.
Departemen Pertanian. 2008. Pendataan kelapa sawit tahun 2008 secara
komprehensif dan objektif. http://www.deptan.co.id. [3 Januari 2009].
Direktorat Jenderal Perkebunan 2007. Perkembangan pemuliaan dan
perbenihan kelapa sawit http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [13 Januari
2009].
. 2008a. Ketersediaan benih kelapa sawit dalam
negeri. http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [3 Januari 2009].
. 2008b. Proses produksi benih tanaman kelapa
sawit. http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [23 Januari 2009].
. 2009. Pendataan lengkap perkebunan kelapa
sawit Indonesia tahun 2008. http://www.ditjenbun.deptan.go.id.
[10 Juli 2009] .
Elisa. 2006. Dormansi dan perkecambahan biji. http://elisa.ugm.ac.id.com.
[28 Oktober 2009).
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan. H. Susilo. UI Press. Jakarta. 428 hal.
Haryani, N. 2005. Pengujian Viabilitas Benih Selama Periode Konservasi dan
Upaya Pematahan Dormansi untuk Mempercepat Pengecambahan Kelapa
Sawit. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. 49 hal.
Kartasapoetra, A.G.1992. Teknologi Benih : Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineke Cipta. Jakarta. 188 hal.
Latif, S. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 220 hal.
Lubis, A. U. 1993. Pengadaan Benih Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacguin.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan 63 hal.
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 348 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Depok. 410 hal.
Purba, A. R., Akiyat, dan C. Muluk. 1997. Bahan tanaman kelapa sawit asal Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan, Teknis Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 11-26.
Pusat Penelitian Marihat. 1983. Pusat Penelitian Marihat. Pusat Penelitian
Marihat. Pematang Siantar. 15 hal.
Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan
Kanisius.Yogyakarta. 186 hal.
Produktifitas
Kelapa
Sawit.
LAMPIRAN
Tanggal
12-02-09
13-02-09
14-02-09
16-02-09
Uraian Kegiatan
Penjelasan mengenai teknis pelaksanaan
magang dan penelitian yang diberikan kepada
mahasiswa
Membaca literatur tentang kelapa sawit (Buku
Adlin U. Lubis)
Senam pagi bersama keluarga besar PPKS
Marihat.
Konsultasi lebih lanjut mengenai penelitian
yang diminta PPKS Marihat
Ke perpustakaan untuk mencari literatur
mengenai penelitian yang akan dilakukan
Divisi/ Lokasi
BRD
Lapangan, BRD,
Perpustakaan
BRD
Perpustakaan,
BRD
Pembimbing
Edi Supriyanto,
Muhamad Arif
Nanang Supena
Baktiar H. Saragih
Edi Supriyanto,
Muhamad Arif
Nanang Supena
Baktiar H. Saragih
Edi Supriyanto,
Muhamad Arif
Nanang Supena
Baktiar H. Saragih
Edi Supriyanto,
Muhamad Arif
Nanang Supena
Baktiar H. Saragih
Lampiran 1. (Lanjutan)
No
6
Tanggal
17 -19 -02-09
20-02-09
21-02-09
Uraian Kegiatan
Studi literatur PPKS Marihat
Kunjungan lapang ke kebun Mahanda.
Kegiatannya, melihat proses pengambilan
sampel tandan untuk analisis minyak
Kunjungan lapang ke kebun Bah Jambi.
Kegiatannya melihat proses pembungkusan
bunga jantan untuk selfing, melihat tanaman
yang dijadikan ortet, melihat tanaman hasil
backcross Elaeis quineensis x Eelaeis
oleifera
23-24-02-09
10
25-26- 02-09
11
27-02-09
12
28-02-09
Divisi/ Lokasi
Pembimbing
Muhamad Arif
Nanang Supena
Lapangan
Muhamad Arif
Lapangan
Yusran Pangaribuan
Arsad Taher Harahap
Robinson Damanik
Supriyadi
Sakat Berutu
Rolettha Yahya Purba, Ahmad P.
Dongoran, Yabani
Harry Hidayat
Budi Santoso
Muhamad Arif
Lampiran 1. (Lanjutan)
No
13
Tanggal
02-20-03-09
Uraian Kegiatan
Mempelajari teknik pengolahan tandan
benih sampai benih dikecambahkan.
Kegiatan yang dilakukan penulis
langsung adalah seleksi benih,
penganginan, seleksi kecambah siap
salur dan pengemasan kecambah
Divisi/ Lokasi
Divisi Produksi dan
Pembibitan Kelapa
Sawit PPKS Marihat
23-10-04-09
13-1-05-09
16
4-08-05-09
Divisi Pemasaran
Medan
17
11-15-05-09
Kultur Jaringan
Pembibitan
14
15
Pembimbing
Rolettha Yahya Purba, Ahmad P.
Dongoran, Yabani
Baktiar H. Saragih
Divisi BRD
Ferry Salman
Reni Y
Sarah Sandra
Yohannes Samosir
Retno Diah Setyowati
Lampiran 1. (Lanjutan)
No
Tanggal
18
18-22-05-09
19
25-5-06-09
20
8-12-06-09
Uraian Kegiatan
Melengkapi data dan studi pustaka yang
diperlukan untuk penulisan skripsi
Membuat laporan penelitian dan laporan
magang
Diskusi dan penyerahan laporan kegiatan
magang dan evaluasi yang dilakukan
Divisi/ Lokasi
Perpustakaan
Divisi BRD
Pembimbing
Nanang Supena
Baktiar H. Saragih
Nanag Supena
Baktiar H. Saragih
Edy Suprianto
Nanang Supena,
Baktiar H. Saragih
64
Lampiran 2. Data Klimatologi Kebun Pembibitan PPKS Marihat
Suhu Min
(C)
Suhu Max
(C)
Suhu Rata-Rata
(C)
CH
(mm)
HH
(mm)
Maret
21
30.1
24.72
403.8
15
April
21.5
30.5
25.52
308.6
18
Mei
21.5
30.1
25.38
352.8
11
Bulan
Produsen
PPKS
PT. Socfindo
PT London Sumatera
PT. Tunggal Yunus
PT. Dami Mas
PT. Bina Sawit Makmur
PT. Tania Selatan
PT. Bakti Tani
PT. Prima Inti
Bakri Plantation Sumatera
PT. Sarana Inti
PT. Sarana Ehsa
Produksi
45
40
18
25
21
25
3
3
10
30
18
20
Produksi
2008
4058405
3931430
4032438
4417749
4377500
4588985
4967953
4443716
3584048
4213546
4429399
4858396
51903565
2009
3539831
2919458
3543649
3267675
13270613
Lampiran 5. Penjualan Kecambah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Pengguna/Konsumen
Perusahaan
Perus Swasta
PTPN
Koperasi
Disbun
Waralaba
Perorangan
Keb Sendiri
CV
Januari Februari
Maret
April
Mei
1805844 1829625 2028475 2558462 2479749
1186554 1054274 461184 507375 410000
127100 123340
81692 116593
89687
128125
97375
102
70724
20500
123000 148625 249075 350550 362850
298003 256999 182702 218136 261110
10250
16000
11000
92250 102500 124025 243940 191674
Bulan
Juni
Juli
Agustus September Oktober November Desember
2183250 2862250 2292924
2183908 2176924
2032085 1549505
687906 687906 622317
209423 817335
916099 1282053
72262
72262
93428
38950
76362
215106
64575
64575 316340
156312 304425
393036
563236
370742 370742 394625
174250 251125
363875
348500
286590 286590 223006
254111 238969
137131
113049
45000
20000
25000
27675
40590
172454 172454
30750
41000
15375
300
Lampiran 6 .Penjualan Kecambah Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Varietas
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Varietas
Yangambi
SP2
SMB
LTC
LAME
Dumpy
Avros
1010269
748746
603256
1057139
958944
928234
1217714
1275380
610383
741431
903658
858651
66317
32102
53606
202026
71339
122487
54004
80885
34235
51250
1537
4830
1156349
1177884
1070277
1054367
1061163
1009251
1148244
960815
757166
1234580
1214974
1612730
108985
242770
152242
142181
208586
297515
214839
156220
283425
578100
605963
416150
174882
207222
173609
149360
101883
92998
28187
83536
71718
78596
130174
54250
574090
712939
532603
660787
634217
542206
915243
614183
570612
436229
268037
367045
663603
484311
398655
603829
533614
663767
666885
570127
455405
536414
563942
559239
PPKS
718
67650
138625
77900
47661
105456
35082
10575
14216
21665
13719
PPKS
540
89154
66875
138374
133660
156574
232162
245487
197287
236313
225455
BJ
Mar
Total
307
15272
2203
2050
6374
1742
3761176
3622988
3143255
4077239
3786020
3837779
4507146
4008390
3039006
3868103
3946263
4353400
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Persentase Hidup Bibit pada 5 hingga 12 MST
Sumber
Waktu
Jumlah
Kuadrat
db
Fhitung
Pr > f
KK
Keragaman
Pengamatan
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5
3
966.666
322.222
4.3
0.044
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1566.666
Perlakuan
6
3
1025.000
341.666
4.56
0.038
9.36
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1625.000
Perlakuan
7
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Perlakuan
8
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Perlakuan
9
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Perlakuan
10
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Perlakuan
11
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Perlakuan
12
3
1366.666
455.555
6.07
0.018
9.44
Galat
8
600.000
75.000
Total
11
1966.666
Lampiran 8 . Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit pada 5 hingga 12 MST
Sumber
Waktu
Jumlah
Kuadrat
db
Fhitung
Pr > f
KK
Keragaman
Pengamatan
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5
3
12.062
4.020
15.47
0.001
9.63
Galat
8
2.079
0.259
Total
11
14.141
Perlakuan
6
3
17.592
5.864
11.85
0.002
9.69
Galat
8
3.959
0494
Total
11
21.551
Perlakuan
7
3
24.266
8.088
11.05
0.003
9.38
Galat
8
5.857
0.732
Total
11
30.124
Perlakuan
8
3
28.830
9.610
7.38
0.010
10.58
Galat
8
10.414
1.301
Total
11
39.244
Perlakuan
9
3
24.831
8.277
6.21
0.017
9.81
Galat
8
10.670
1.333
Total
11
35.502
Perlakuan
10
3
23.609
7.869
8.66
0.006
7.59
Galat
8
7.269
0.908
Total
11
30.878
Perlakuan
11
3
25.855
8.618
9.98
0.004
6.83
Galat
8
6.908
0.863
Total
11
32.763
Perlakuan
12
3
35.526
11.842
10.61
0.003
7.09
Galat
8
8.930
1.116
Total
11
44.457
Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah daun pada 5 hingga 12 MST
Sumber
Waktu
Jumlah
Kuadrat
db
Fhitung
Pr > f
Keragaman
Pengamatan
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5
3
0.196
0.655
1.64
0.256
Galat
8
0.320
0.040
Total
11
0.516
Perlakuan
6
3
0.346
0.115
4.33
0.043
Galat
8
0.213
0.026
Total
11
0.560
Perlakuan
7
3
0.863
0.287
10.79
0.003
Galat
8
0.213
0.026
Total
11
1.076
Perlakuan
8
3
0.223
0.074
2.79
0.109
Galat
8
0.213
0.026
Total
11
0.436
Perlakuan
9
3
0.226
0.075
2.52
0.131
Galat
8
0.240
0.030
Total
11
0.466
Perlakuan
10
3
0.196
0.065
2.46
0.137
Galat
8
0.213
0.026
Total
11
0.410
Perlakuan
11
3
0.196
0.065
1.79
0.227
Galat
8
0.293
0.036
Total
11
0.490
Perlakuan
12
3
0.120
0.040
0.55
0.664
Galat
8
0.586
0.073
Total
11
0.706
KK
21.81
16.32
11.52
9.15
9.44
8.37
8.90
10.28
Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Diameter Batang pada 5 hingga 12 MST
Sumber
Waktu
Jumlah
Kuadrat
db
Fhitung
Pr > f
KK
Keragaman
Pengamatan
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5
3
0.005
0.001
4.45
0.040
7.85
Galat
8
0.003
0.0004
Total
11
0.009
Perlakuan
6
3
0.003
0.001
2.35
0.148
7.14
Galat
8
0.003
0.0004
Total
11
0.007
Perlakuan
7
3
0.006
0.002
7.09
0.012
5.19
Galat
8
0.002
0.0002
Total
11
0.008
Perlakuan
8
3
0.005
0.001
1.83
0.219
8.29
Galat
8
0.007
0.0009
Total
11
0.0122
Perlakuan
10
3
0.006
0.002
4.02
0.051
5.49
Galat
8
0.004
0.0005
Total
11
0.011
Perlakuan
11
3
0.004
0.001
2.63
0.122
5.09
Galat
8
0.004
0.0005
Total
11
0.008
Perlakuan
12
3
0.012
0.004
3.24
0.081
6.97
Galat
8
0.009
0.001
Total
11
0.021