Professional Documents
Culture Documents
: 11.2013.307
Dr. Pembimbing
Tanda Tangan
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. I
Tempat/tanggal lahir : Bogor, 15 November 1977
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Pondok Rajeg
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp. Pondok Rajeg
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Keluhan utama :
Keluar cairan dari vagina sejak 16 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
1
Os dirujuk dari bidan keluar cairan dari vagina sejak 16 jam SMRS. Os mengaku cairan yang
keluar dari vagina banyak, jernih, dan tidak ada darah. Os juga mengaku tidak merasakan nyeri,
tetapi merasakan mulas yang jarang. Os pergi ke bidan dan saat diperiksa pembukaan 3-4 cm.
Pasien menginap di tempat bidan tanpa diberi obat apapun. 6 jam SMRS, pasien diperiksa dan
ditemukan pembukaan 4 cm serta tekanan darahnya mencapai 180/100 mmHg, sehingga pasien
diberikan obat di bawah lidah untuk menurunkan tekanan drahnya.
diperiksa kembali dan didapati pembukaan 4 cm. jam SMRS pasien diperiksa dan ditemukan
pembukaan 7 cm, namun posisi kepala bayi dinilai semakin tinggi. Pasien mengaku mulai mulas
4 jam SMRS disertai dengan keluar darah sedikit dari vagina. Mulas dirasa makin lama makin
sering dan kontraksi dirasa makin kuat. Os juga mengatakan janin yang dikandung dirasakan
aktif bergerak sejak usia kehamilan trisemester pertama. Sebelumnya pasien juga merasakan
gerakan bayi aktif pada sebelah kiri perut. Saat pemeriksaan USG terakhir usia kehamilan kurang
lebih 35 minggu, didapatkan janin dengan posisi kepala di bawah.
Selama kehamilan, pasien mengaku teratur kontrol setiap bulan ke bidan dan tidak ada keluhan.
Ini merupakan kehamilan yang kedua dan pasien tidak pernah keguguran sebelumnya. Riwayat
hipertensi, diabetes, asma dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Riwayat
penggunaan napza, alkohol, merokok dan minum jamu disangkal. Pasien mengaku riwayat
BAB dan BAK baik selama kehamilan.
Penyakit Dahulu.
(-) Cacar
(-) Cacar air
(-) Difteri
(-) Tifus abdominalis
(-) Diabetes
(-) Tonsilitis
(-) Hipertensi
(-) Asma
(-) Ulkus duodeni
(-) Neurosis
Lain-lain :
(-) Malaria
(-) Disentri
(-) Hepatitis
(-) Wasir
(-) Sifilis
(-) Gonore
(-) Penyakit pembuluh
(-) Perdarahan otak
(-) Psikosis
(-) Tuberkulosis
(-) Operasi (kuretase)
Riwayat Keluarga
Hubungan
Umur
Jenis Kelamin
Keadaan Kesehatan
Penyebab Meninggal
2
Kakek (dari
(Tahun)
86
Laki-laki
Meninggal
Faktor usia
ayah)
Kakek (dari
88
Laki-laki
Meninggal
Faktor usia
ibu)
Nenek (dari
83
Perempuan
Meninggal
Faktor usia
ayah)
Nenek (dari
86
Perempuan
Meninggal
Faktor usia
62 tahun
60 tahun
37 tahun
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Sehat
Sehat
Sehat
ibu)
Ayah
Ibu
Pasien
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul
(-) Kuku
(-) Rambut
(-) Kuning/ikterus
(-) Lain-lain
Haid
HPHT
: 18 Juni 2015
Jumlah dan lamanya : Jumlahnya normal
Teratur/tidak
: Tidak Teratur
Nyeri/tidak
: Tidak
Menarche
: 13 Tahun
Taksiran partus
: 25 Maret 2016
lamanya: 4 hari
Kehamilan
Kehamilan I
Kehamilan II
dokter
Kehamilan III
: Usia kandungan 37-38 minggu,
Komplikasi kehamilan terdahulu :
Abortus : Pernah / tidak
Persalinan
N
Waktu kelahiran
Jenis kelamin
Panjang badan
Keadaan
3
o
1
2
1998
2001
Laki-laki
Laki-laki
Normal
Normal
2000 g
2400 g
42 cm
46 cm
Sehat
Sehat
Riwayat Pernikahan
Menikah 2x, lama pernikahan sekarang sudah 2 tahun.
Kontrasepsi
(-) Pil KB
(-) Susuk KB
(-) IUD
(-) Stranguri
(-) Oliguria
(-) Hematuria
(-) Kencing menetes
Extremitas
(-)Bengkak (-) Deformitas (-) Nyeri
Berat Badan
Berat badan sebelum hamil : 58 kg
Berat tertinggi saat hamil
: 69 kg
Pendidikan
( ) SD
( ) Sekolah kejuruan
() SLTP
( ) Akademi (D3)
() SLTA
( ) Universitas
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan (frekuensi dan tipe)
Keadaan gizi
Kesadaran
: 157 cm
: 69 kg
: 140/80 mmHg
: 72 x/menit
: 37,0 oC
: 20 x/menit, torako abdominal
: Baik
: Compos mentis
4
Sianosis
Edema umum
Cara berjalan
Mobilisasi (aktif/pasif)
: tidak ada
: tidak ada
: Normal
: Aktif
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
Alam perasaan
Proses pikir
: wajar
: biasa
: wajar
Kepala
Rambut
: bersih
Muka
: tidak pucat
Mata
: sawo matang
: tidak ada
: lebat, distribusi merata
: normal
: umum
: normal
: tidak ada
Effloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/kering
Turgor
Ikterus
Edema
: tidak ada
: normal
: tidak menonjol
: lembab
: normal
: tidak ada
: tidak ada
Leher
Ketiak
Dada
Bentuk
: simetris
Pembuluh darah
Buah dada
Jantung
Paru-paru
Ekstremitas
Superior
Inferior
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
HIS
DJJ
Pemeriksaan Dalam:
VT : Dinding vagina licin, portio tebal dan lunak, pembukaan 7cm, selaput
ketuban(-), kepala tidak teraba
LABORATORIUM RUTIN
Hb
: 12.1 g%
Leukosit
: 21.000/ mm3
Hematokrit
: 36 %
Trombosit
: 195.000 /mm3
: ++ (+2)
SGPT
: 10
SGOT
: 18
RINGKASAN (RESUME)
Anamnesis:
Pasien wanita berusia 37 tahun G3P2A0 datang dengan keluhan keluar cairan
pervaginam sejak16 jam SMRS. Saat itu pembukaan 3 cm. Cairan yang keluar jernih dan tidak
ada darah. Mulas dirasakan jarang. Nyeri juga tidak dirasakan. Mulas semakin lama semakin
sering. Saat di bidan tekanan darah mencapai 180/100 mmHg sehingga diberi oobat penurun
tekanan darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG terakhir didapatkan bagian bawah dari janin
adalah kepala. Setelah 16 jam, pembukaan masih selebar 7 cm.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 72x/ menit
Suhu
: 37,0 oC
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 20 x/ menit torakoabdominal
TFU
: 39 cm
Leopold I
: TFU = 39 cm, teraba massa bulat dan kenyal (bokong)
Leopold II
: Tahanan terbesar di sebelah kanan perut ibu (punggung kanan)
Leopold III
: Teraba massa bulat dan keras (kepala)
Leopold IV
: Konvergen, bagian terendah janin belum masuk PAP
DJJ
VT
: 12.1 g%
Leukosit
: 21.000/ mm3
Hematokrit
: 36 %
Trombosit
: 195.000 /mm3
Masa Perdarahan
: 212 menit
Masa pembekuan
: 822 menit
Protein urin
: + + (+2)
SGPT
: 10
SGOT
: 18
1. Diagnosis kerja : G3P2A0 hamil 37-38 minggu inpartu kala 1 fase aktif, ketuban pecah
dini, janin tunggal hidup intrauterine letak normal dengan presentasi kepala, dengan partus
tak maju dan preeclampsia berat.
Dasar diagnosis :
1. Pada saat anamnesis, os mengeluh mengeluarkan banyak cairan pervaginam. Pasien
jarang merasakan mulas maupun nyeri pada perut.
2. Pada anamnesis, ditemukan bahwa meskipun pembukaan serviks sudah 3 cm 16 jam
SMRS, saat MRS pembukaan serviks masih 7 cm.
3. Saat di bidan, tekanan darah sempat mencapai 180/100 mmHg, dan pemeriksaan protein
urin memberi hasil ++.
Rencana pengelolaan
-
Pelaksanaan Operasi SC
-
PBL 54 cm
Plasenta dilahirkan
Segmen bawah Rahim dijahit
Perdarahan dirawat
Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
Fascia dijahit
Kulit dijahit subkutikuler
Edukasi pasien
1. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani maupun nabati seperti
telur, daging, dan susu.
8
: dubia ad bonam
Ad fungsional
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP :
10 Maret 2016 jam 06.00
S : nyeri luka bekas operasi, flatus (+)
O:
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Keadaan umum
Abdomen
: 130/90 mmHg
: 78 x / menit
: 36,3 0 C
: 20 x / menit
: Baik
: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+), verband tidak terlihat
rembesan darah
Urine output
: 1400 cc
A : P3A0 post sectio caesaria hamil 37-38 mgg dengan partus tak maju & preeclampsia berat hari
ke- 1
P : IVFD RL 20 tpm, pronalges supp 1x1 (supp), cefotaxime 2x1 (IV), cefadroxil 500mg tab 2x1
(oral), asam mefenamat 500mg tab 3x1 (oral), sangobion tab 1x1 (oral)
11 Maret 2016 jam 06.00
S : nyeri luka bekas operasi
O:
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Keadaan umum
Abdomen
: 120/90 mmHg
: 76 x / menit
: 36,6 0 C
: 21 x / menit
: Baik
: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+), verband tidak terlihat
rembesan darah
9
A : P3A0 post sectio caesaria hamil 37-38 mgg dengan parts tak maju & preeclampsia berat hari
ke-2
P : asam mefenamat 500mg 3x1 tab (oral), cefadroksil 500mg 2x1 tab (oral)
Rencana pulang
Bayi pulang bersama dengan ibunya
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cepalopelvic Disproporsional
Disproporsinal Kepala-panggul adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Ukuran Panggul :
-
sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri.Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.
11
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.
a. KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat
disebabkan:
Panggul sempit
Bayi besar
12
Multiparitas
Anencephal
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari pemeriksaan
luar ditemukan:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang
cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai keadaan
tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam. Pada
pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan
pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800
gram).
Kesempitan panggul
Plasenta previa
14
Prematuritas
Mioma uteri
Kehamilan ganda
TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi
spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.
TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan
eksplorasi jalan lahir.
TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea.
17
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
18
19
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.
20
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-
Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi dasar
untuk memperkirakan jalannya persalinan.
21
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan
literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV
< 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara lain:
-
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.
22
PANGGUL SEMPIT
1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
(hasil mengecewakan)
Kesempitan pintu
Kesempitan
atas panggul
panggul tengah
Relatif
Absolut
(konjugata vera
Kesempitan pintu
bawah panggul
8,5-10 cm)
Partus percobaan
Seksio sesarea
Primer
Berhasil
Gagal
Seksio sesarea
23
SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim.
JENIS JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA
Sectio Caesarea Transperitonealis
1
Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. Sayatan bisa
diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
Jenis incisi pada sectio caesarea sebaiknya mengikuti garis langer. Kulit terdiri dari
epidermis dan dermis. Garis Langer's (Langer 1861) : garis-garis tranversal sejajar pada tubuh
manusia. Bila insisi kulit dikerjakan melalui garis Langer's ini maka jaringan parut yang
terbentuk adalah minimal .
INDIKASI
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio
caesarea proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (Dystosia).
Indikasi seksio caesarea dibagikan kepada indikasi menurut ibu dan indikasi menurut janin:
a) Indikasi ibu
i.
Placenta previa totalis dan marginalis (Posterior).
Dalam kepustakaan, kejadian perdarahan antepartum yang dilaporkan oleh peneliti dari
negara berkembang berkisar antara 0,3%-4,3%. Sebab utama perdarahan antepartum
ii.
25
Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin ialah Conjugata Vera (CV)
= 8 cm, dimana jika kurang dari ukuran ini ibu tidak dapat melahirkan janin normal, tapi
harus diselesaikan denga SC. CV antara 8-10 cm boleh dicoba partus percobaan, baru
iii.
iv.
79% dari seluruh presentasi bokong dilahirkan dengan operasi sectio caesarea.
Gawat janin dinyatakan sebagai kontributor kenaikan angka operasi sectio caesarea
iii.
iv.
sebesar 10%-15% atau sama dengan 10% dari seluruh indikasi operasi sectio caesarea.
Syok, Anemia berat.
Kelainan kongenital.
Riwayat sectio caesarea dan distosia merupakan indikasi utama sectio caesarea di
Amerika Serikat dan negara industri di barat lainnya. Walaupun kita tidak mungkin membuat
daftar menyeluruh semua indikasi yang layak untuk sectio caesarea lebih dari 85 % sectio
caesarea dilakukan atas indikasi:
1
2
3
4
Preeklampsia
Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu
menyebabkan morbiditas tinggi, disabilitas jangka panjang, dan juga kematian bagi ibu, maupun
bayinya. Hipertensi dalam kehamilan ini mempengaruhi kehamilan 10% dari seluruh ibu hamil
26
di dunia. Di Afrika dan Asia, hampir 1 dari 10 kematian ibu berhubungan dengan hipertensi
dalam kehamilan.1
Hipertensi dalam kehamilan ini mencakup 4 hal: Preeklampsia dan eklampsia, hipertensi
gestasional, dan hipertensi kronis. Preeklampsia adalah penyakit yang paling menonjol dari
semuanya karena merupakan penyakit yang paling sering mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
Namun, hingga saat ini patogenesis preeklampsia hanya sebagian yang dimengerti dan terhubung
dengan gangguan plasentasi diawal kehamilan dan diikuti dengan inflamasi yang luas dan
kerusakan endotel yang progresif.1 Jika tidak terdiagnosis, preeklampsia dapat berkembang
menjadi eklampsia, kondisi serius yang dapat menyebabkan resiko kematian bayi dan ibu
meningkat.
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 klasifikasi :
1
Hipertensi kronik: hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Proteinuria ialah adanya 300mg
protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.
Epidemiologi
27
tahanan perifer total. Sedangkan pada stadium klinik, pada kasus preeklampsia atau eklampsia
terjadi penurunan tingkat curah jantung dan peningkatan tahanan perifer total yang signifikan
dibandingkan dengan kasus normal.
Volume plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia), guna
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil
normal terjadi pada umur kehamilan 32-34 minggu.3 Sebaliknya, oleh sebab yang tidak jelas
pada preeklampsia, terjadi penurunan volume plasma antara 30%-40% dibandingkan hamil
normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
Hematologi
Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam kehamilan.
Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu waktu bisa menjadi
sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab terjadinya trombositopenia
kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang diiringi oleh peningkatan aktivasi dan
pemggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu sitokin yang merangsan proliferasi platelet,
ditemukan meningkat pada kasus preeklampsia dengan trombositopenia. Namun, aggregasi
platelet pada kasus preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kelelahan platelet akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga
ditemukan penurunan dari faktor-faktor pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga
berbentuk bizzare dan mudah mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.3
Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk bila juga
ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP syndrome,
yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet (LP).
Renal
Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi penurunan
laju filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal juga terjadi
perubahan anatomis berupa pembesaran glomerolus sebesar 20%. Penurunan GFR menyebabkan
30
kerusakan sel glomerulus yang berakibat pada peningkatan permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan proteinuria. Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat nekrosis
tubular akut oleh ginjal. Oligouri terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal
menurun, bahkan dapat terjadi anuria.
Elektrolit
Preeklampsia
berat
yang
mengalami
hipoksia
dapat
menimbulkan
gangguan
keseimbangan asam basa. Pada waktu terrjadi kejang eklampsia kadar bikarbonat menurun,
disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya karbon dioksida. Kadar
natrium dan kalium pada eklampsia sama dengan keadaan hamil normal, yaitu sesuai dengan
proporsi jumlah air dalam tubuh. Karena kadar natrium dan kalium tidak berubah pada
preeklampsia, maka tidak terjadi retensi natrium yang berlebihan.
Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa :
Janin
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel
endotel pembuluh darah plasenta.
Dampak preeklampsia dan eklampsia pada janin adalah :
Patofisiologi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklampsia tidak terjadi
invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero
plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.2,3
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi trofoblas secara benar
akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta
iskemia adalah radikal hidroksil. Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah . Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2)
yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah
endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan yang
merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor
(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga
terjadi.
Diagnosis
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat. Secara teori urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria. Dari semua gelaja tersebut, hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting.4
Preeklampsia Ringan
32
Preeklampsia Berat
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
aspartat aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
Sindrom HELLP.
Penatalaksanaan
33
Perawatan dan pengobatan preeklampsia ringan dan berat mencakup kegiatan pencegahan
kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ
yang terlibat, saat yang tepat untuk persalinan
Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2x
seminggu secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
Lebih banyak istirahat
Diet biasa
Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di RS :
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari
Tidak perlu obat-obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal
akut
Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
Kontrol 2x seminggu
Jika tekanan diastolik naiklagi rawat kembali
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikantetap dirawat
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan;
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat
34
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10
tetes/mnt atau dengan prostaglandin.
Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol, atau terminasi dengan seksio
sesarea.5
Preeklampsia berat
Monitoring selama di RS :
1. Observasi dengan teliti dan awasi bila ada tanda klinik seperti:
a. Nyeri kepala
b. Gangguan Visus
c. Nyeri epigastrium
d. Kenaikan cepat berat badan
2. Lakukan pengukuran BB, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan USG dan NST.
Manajemen umum perawatan preeklampsia berat :
Sikap terhadap penyakit: Pemberian obat obatan
Penderita PEB harus segera masuk RS untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke
satu sisi (kiri).
Pengelolaan cairan merupakan hal yang penting untuk preeklampsia dan eklampsia karena
berisiko tinggi terhadap terjadinya edema paru dan oligouria. Monitoring input cairan (oral atau
infus) dan output (melalui urin) sangat penting. Pada memantau pengeluaran urin dapat dipasang
foley catheter. Oligouria apabila urin < 30cc/jam dalam 2-3 jam atau <500cc/24jam. Bila terjadi
edema paru harus segera dikoreksi dengan :
a. 5% Ringer Dexstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: <125cc/jam atau
b. Infus Dexstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus RL (60 125 cc/jam) 500 cc.
Diberikan antasida : menetralisir asam lambung bila mendadak kejang, menghindari risiko
aspirasi asam lambung yang sangat asam
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat antikejang
35
1. MgSO4
Cara kerja: Menghambat dan menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat Neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan Ca2+ pada sinaps. Pada
pemberian MgSO4, terjadi kompetitif inhibitor antara ion Ca2+ dan ion Mg. Pemberian MgSo4
akan menggeser Ca2+ sehingga aliran rangsangan tidak terjadi.kadar Ca2+ yang tinggi.
Syarat pemberian:
Harus tersedia antidotum MgSo4 bil terjadi intoksikasi, yaitu Kalsium glukonas 10% = 1g (10%
dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
Frekuensi pernapasan >16x/menit, tidak ada tanda tanda distres napas
Refleks patella (+) kuat
Tidak oligouri
Cara pemberian :
Loading dose: Initial dose 4 gr MgSO4 IV, (40% dalam 10cc) selama 15 menit
Maintenance dose: Diberi infus 6gr dalam larutan Ringer/ 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gr IM.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4gr IM tiap 4-6 jam.
STOP penggunaan bila:
Tanda intoksikasi (+)
24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
Efek Samping : 50% pemakaian menimbulkan efek flushes (rasa panas).
2. Diazepam
Pemberian intravena :
Dosis awal
Diazepam 10 mg I.V pelan-pelan selama 2 menut
Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500ml larutan RL per Infus
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30 mg/jam
36
37
- Laboratorik
Adanya tanda tanda Sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada
waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum, ukuran panggul normal atau tidak, ada CPD atau
tidak seviks sudah matang atau belum, dan juga dilakukan penilaian Bishop score, yaitu
penilaian untuk melihat keberhasilan induksi persalinan. Apabila penilaian`dengan Bishop score,
didapatkan hasil bahwa induksi persalinan tidak memungkinkan, maka akan dilakukan terminasi
kehamilan secara seksio sesarea.
Indikasi : Bila kehamilan <37 minggu tanpa disertai tanda impending eclampsia dan keadaan
janin baik
Pengobatan = Terapi
medikamentosa pada pengelolaan aktif
Sikap terhadap kehamilannya hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri.
MgSO4 dihentikan bila:
- Ibu sudah mencapai tanda tanda preeklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam
Bila > 24 jam tidak ada perbaikan, maka dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medikamentosa, maka kehamilan harus diterminasi.
Penderita boleh dipulangkan bila kembali ke gejala atau tanda tanda PER
Komplikasi
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus berupa
prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut maupun kronis. Pada
kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran.
Komplikasi yang sering terjadi pada preklampsia berat adalah :
1
Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita
hipertensi akut.
Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan mekanisme
3
4
ikterus tersebut.
Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal.
Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan
tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.
39
6
7
faal hati.
Sindroma HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.
Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain
8
9
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia tersebut. Walaupun
preeklampsia tidak dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi preeklampsia dapat dikurangi
dengan pemberian pengetahuan kepada ibu, suami, dan keluarga, dan dilakukan pengawasan
yang baik pada ibu hamil
Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang berguna
dalam pencegahan. Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin. Pemasukan cairan yang terlalu
banyak juga dapat mengakibatkan edema paru.
Daftar Pustaka
40
41