You are on page 1of 41

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl.Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI
RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
Nama Mahasiswa : Davin Pannaausten
NIM

: 11.2013.307

Dr. Pembimbing

: dr. Enricko Hotma J Siregar, SpOG

Tanda Tangan

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. I
Tempat/tanggal lahir : Bogor, 15 November 1977
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Pondok Rajeg

Jenis kelamin : Perempuan


Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

IDENTITAS SUAMI PASIEN


Nama Lengkap : Tn. R
Umur : 41 tahun

Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp. Pondok Rajeg

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis

Tanggal : 9 Maret 2016

Jam: 11.30 WIB

Keluhan utama :
Keluar cairan dari vagina sejak 16 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
1

Os dirujuk dari bidan keluar cairan dari vagina sejak 16 jam SMRS. Os mengaku cairan yang
keluar dari vagina banyak, jernih, dan tidak ada darah. Os juga mengaku tidak merasakan nyeri,
tetapi merasakan mulas yang jarang. Os pergi ke bidan dan saat diperiksa pembukaan 3-4 cm.
Pasien menginap di tempat bidan tanpa diberi obat apapun. 6 jam SMRS, pasien diperiksa dan
ditemukan pembukaan 4 cm serta tekanan darahnya mencapai 180/100 mmHg, sehingga pasien
diberikan obat di bawah lidah untuk menurunkan tekanan drahnya.

4 jam SMRS, pasien

diperiksa kembali dan didapati pembukaan 4 cm. jam SMRS pasien diperiksa dan ditemukan
pembukaan 7 cm, namun posisi kepala bayi dinilai semakin tinggi. Pasien mengaku mulai mulas
4 jam SMRS disertai dengan keluar darah sedikit dari vagina. Mulas dirasa makin lama makin
sering dan kontraksi dirasa makin kuat. Os juga mengatakan janin yang dikandung dirasakan
aktif bergerak sejak usia kehamilan trisemester pertama. Sebelumnya pasien juga merasakan
gerakan bayi aktif pada sebelah kiri perut. Saat pemeriksaan USG terakhir usia kehamilan kurang
lebih 35 minggu, didapatkan janin dengan posisi kepala di bawah.
Selama kehamilan, pasien mengaku teratur kontrol setiap bulan ke bidan dan tidak ada keluhan.
Ini merupakan kehamilan yang kedua dan pasien tidak pernah keguguran sebelumnya. Riwayat
hipertensi, diabetes, asma dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Riwayat
penggunaan napza, alkohol, merokok dan minum jamu disangkal. Pasien mengaku riwayat
BAB dan BAK baik selama kehamilan.
Penyakit Dahulu.
(-) Cacar
(-) Cacar air
(-) Difteri
(-) Tifus abdominalis
(-) Diabetes
(-) Tonsilitis
(-) Hipertensi
(-) Asma
(-) Ulkus duodeni
(-) Neurosis
Lain-lain :

(-) Malaria
(-) Disentri
(-) Hepatitis
(-) Wasir
(-) Sifilis
(-) Gonore
(-) Penyakit pembuluh
(-) Perdarahan otak
(-) Psikosis
(-) Tuberkulosis
(-) Operasi (kuretase)

(-) Batu ginjal/saluran kemih


(-) Burut
(-) Batuk rejan
(-) Campak
(-) Alergi Ikan Laut
(-) Tumor
(-) Demam rematik akut
(-) Pneumonia
(-) Gastritis
(-) Batu empedu
(-) Miom

Riwayat Keluarga
Hubungan

Umur

Jenis Kelamin

Keadaan Kesehatan

Penyebab Meninggal
2

Kakek (dari

(Tahun)
86

Laki-laki

Meninggal

Faktor usia

ayah)
Kakek (dari

88

Laki-laki

Meninggal

Faktor usia

ibu)
Nenek (dari

83

Perempuan

Meninggal

Faktor usia

ayah)
Nenek (dari

86

Perempuan

Meninggal

Faktor usia

62 tahun
60 tahun
37 tahun

Laki-laki
Perempuan
Perempuan

Sehat
Sehat
Sehat

ibu)
Ayah
Ibu
Pasien

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul
(-) Kuku

(-) Rambut
(-) Kuning/ikterus

(-) Keringat malam


(-) Sianosis

(-) Lain-lain

Haid
HPHT
: 18 Juni 2015
Jumlah dan lamanya : Jumlahnya normal
Teratur/tidak
: Tidak Teratur
Nyeri/tidak
: Tidak
Menarche
: 13 Tahun
Taksiran partus
: 25 Maret 2016

lamanya: 4 hari

Kehamilan
Kehamilan I

: Usia kandungan 39 minggu, anak laki-laki, lahir tahun 1998 secara

Kehamilan II

normal melahirkan di bidan.


: Usia kandungan 41 minggu, anak perempuan lahir dengan vakum di

dokter
Kehamilan III
: Usia kandungan 37-38 minggu,
Komplikasi kehamilan terdahulu :
Abortus : Pernah / tidak
Persalinan
N

Waktu kelahiran

Jenis kelamin

Cara persalinan BBL

Panjang badan

Keadaan
3

o
1
2

1998
2001

Laki-laki
Laki-laki

Normal
Normal

2000 g
2400 g

42 cm
46 cm

Sehat
Sehat

Riwayat Pernikahan
Menikah 2x, lama pernikahan sekarang sudah 2 tahun.
Kontrasepsi
(-) Pil KB
(-) Susuk KB

(+) Suntikan setiap 3 bulan, sejak 2004 - 2014


(+) Tidak KB

(-) IUD

Saluran kemih / alat kelamin


(-) Disuria
(-) Kolik
(-) Polakisuria
(-) Retensi urin
(-) Ngompol (tidak sadar)

(-) Kencing nanah


(-) Poliuria
(-) Anuria
(-) Kencing batu

(-) Stranguri
(-) Oliguria
(-) Hematuria
(-) Kencing menetes

Extremitas
(-)Bengkak (-) Deformitas (-) Nyeri
Berat Badan
Berat badan sebelum hamil : 58 kg
Berat tertinggi saat hamil
: 69 kg
Pendidikan
( ) SD
( ) Sekolah kejuruan

() SLTP
( ) Akademi (D3)

() SLTA
( ) Universitas

B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan (frekuensi dan tipe)
Keadaan gizi
Kesadaran

: 157 cm
: 69 kg
: 140/80 mmHg
: 72 x/menit
: 37,0 oC
: 20 x/menit, torako abdominal
: Baik
: Compos mentis
4

Sianosis
Edema umum
Cara berjalan
Mobilisasi (aktif/pasif)

: tidak ada
: tidak ada
: Normal
: Aktif

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
Alam perasaan
Proses pikir

: wajar
: biasa
: wajar

Kepala
Rambut

: bersih

Muka

: tidak pucat

Mata

: konjungtiva ananemis, sklera anikterik

Kelainan telinga, hidung, tenggorok : tidak ada


Kulit
Warna
Jaringan parut
Pertumbuhan rambut
Suhu raba
Keringat
Lapisan lemak
Lain-lain

: sawo matang
: tidak ada
: lebat, distribusi merata
: normal
: umum
: normal
: tidak ada

Effloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/kering
Turgor
Ikterus
Edema

: tidak ada
: normal
: tidak menonjol
: lembab
: normal
: tidak ada
: tidak ada

Kelenjar Getah Bening


Submandibula
Supraklavikula
Lipatpaha

: tidak teraba membesar


: tidak teraba membesar
: tidak teraba membesar

Leher
Ketiak

: tidak teraba membesar


: tidak teraba membesar

Dada
Bentuk

: simetris

Pembuluh darah

: tidak tampak pelebaran pembuluh darah

Buah dada

: Puting menonjol, areola mamae menghitam, buah dada membesar.

Jantung
Paru-paru
Ekstremitas
Superior

: BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)


: Normovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
: Edema (-/-)
5

Inferior

: Edema (-/-), Varises (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: Tampak membesar, Linea nigra (+), Striae gravidarum (+)

Palpasi

Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV

: TFU = 39 cm, teraba massa bulat dan kenyal (bokong)


: Tahanan terbesar di sebelah kanan perut ibu (punggung kanan)
: Teraba massa bulat dan keras(kepala)
: Konvergen, bagian terendah janin belum masuk PAP

HIS

: 3 x dalam 10 menit @ 30 detik

DJJ

: 142 x/menit, teratur, janin tunggal, hidup intrauterin

Pemeriksaan Dalam:

Vulva / Urethra : tidak tampak kelainan

Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan

VT : Dinding vagina licin, portio tebal dan lunak, pembukaan 7cm, selaput
ketuban(-), kepala tidak teraba

LABORATORIUM RUTIN
Hb

: 12.1 g%

Leukosit

: 21.000/ mm3

Hematokrit

: 36 %

Trombosit

: 195.000 /mm3

Masa Perdarahan : 212 menit


Masa pembekuan : 822 menit
Protein urin

: ++ (+2)

SGPT

: 10

SGOT

: 18

RINGKASAN (RESUME)
Anamnesis:

Pasien wanita berusia 37 tahun G3P2A0 datang dengan keluhan keluar cairan
pervaginam sejak16 jam SMRS. Saat itu pembukaan 3 cm. Cairan yang keluar jernih dan tidak
ada darah. Mulas dirasakan jarang. Nyeri juga tidak dirasakan. Mulas semakin lama semakin
sering. Saat di bidan tekanan darah mencapai 180/100 mmHg sehingga diberi oobat penurun
tekanan darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG terakhir didapatkan bagian bawah dari janin
adalah kepala. Setelah 16 jam, pembukaan masih selebar 7 cm.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 72x/ menit
Suhu
: 37,0 oC
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 20 x/ menit torakoabdominal
TFU
: 39 cm
Leopold I
: TFU = 39 cm, teraba massa bulat dan kenyal (bokong)
Leopold II
: Tahanan terbesar di sebelah kanan perut ibu (punggung kanan)
Leopold III
: Teraba massa bulat dan keras (kepala)
Leopold IV
: Konvergen, bagian terendah janin belum masuk PAP
DJJ
VT

: 142 x/menit, teratur, janin tunggal, hidup intrauterin


: Dinding vagina licin , portio tebal dan lunak, pembukaan 7 cm,

selaput ketuban (-), kepala tidak teraba


Pemeriksaan Penunjang
Hb

: 12.1 g%

Leukosit

: 21.000/ mm3

Hematokrit

: 36 %

Trombosit

: 195.000 /mm3

Masa Perdarahan

: 212 menit

Masa pembekuan

: 822 menit

Protein urin

: + + (+2)

SGPT

: 10

SGOT

: 18

Diagnosis kerja dan dasar diagnosis


7

1. Diagnosis kerja : G3P2A0 hamil 37-38 minggu inpartu kala 1 fase aktif, ketuban pecah
dini, janin tunggal hidup intrauterine letak normal dengan presentasi kepala, dengan partus
tak maju dan preeclampsia berat.
Dasar diagnosis :
1. Pada saat anamnesis, os mengeluh mengeluarkan banyak cairan pervaginam. Pasien
jarang merasakan mulas maupun nyeri pada perut.
2. Pada anamnesis, ditemukan bahwa meskipun pembukaan serviks sudah 3 cm 16 jam
SMRS, saat MRS pembukaan serviks masih 7 cm.
3. Saat di bidan, tekanan darah sempat mencapai 180/100 mmHg, dan pemeriksaan protein
urin memberi hasil ++.
Rencana pengelolaan
-

Monitoring input dan output cairan


o Pemasangan Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin
Terminasi kehamilan : Operasi seksio sesarea
o Informed consent
o Pemasangan infus RL 500cc, 20 tpm
o Profilaksis antibiotik Cefotaxim injeksi 1 gr IV

Pelaksanaan Operasi SC
-

Pasien terlentang diatas meja operasi dalam keadaan spinal anestesi


Dilakukan antiseptik abdomen disekitarnya
Pasang duk steril kecuali daerah operasi
Dilakukan insisi pada garis Pfanennstiel
Setelh peritoneum dibuka, tampak dinding depan uterus
Segmen bawah Rahim disayat konkaf, ditembus dengan jari dan diperluas / diperlebar ke

kanan dan ke kiri


Lahir bayi dengan menarik kepala pada jam 12.29 , jenis kelamin laki-laki, BBL 3600 g,

PBL 54 cm
Plasenta dilahirkan
Segmen bawah Rahim dijahit
Perdarahan dirawat
Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
Fascia dijahit
Kulit dijahit subkutikuler

Edukasi pasien
1. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani maupun nabati seperti
telur, daging, dan susu.
8

2. Istirahat yang cukup.


3. 12 jam post operasi belajar untuk mobilisasi
PROGNOSIS (Ibu) :
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsional

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP :
10 Maret 2016 jam 06.00
S : nyeri luka bekas operasi, flatus (+)
O:

Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Keadaan umum
Abdomen

: 130/90 mmHg
: 78 x / menit
: 36,3 0 C
: 20 x / menit
: Baik
: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+), verband tidak terlihat

rembesan darah
Urine output

: 1400 cc

A : P3A0 post sectio caesaria hamil 37-38 mgg dengan partus tak maju & preeclampsia berat hari
ke- 1
P : IVFD RL 20 tpm, pronalges supp 1x1 (supp), cefotaxime 2x1 (IV), cefadroxil 500mg tab 2x1
(oral), asam mefenamat 500mg tab 3x1 (oral), sangobion tab 1x1 (oral)
11 Maret 2016 jam 06.00
S : nyeri luka bekas operasi
O:

Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Keadaan umum
Abdomen

: 120/90 mmHg
: 76 x / menit
: 36,6 0 C
: 21 x / menit
: Baik
: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+), verband tidak terlihat

rembesan darah
9

A : P3A0 post sectio caesaria hamil 37-38 mgg dengan parts tak maju & preeclampsia berat hari
ke-2
P : asam mefenamat 500mg 3x1 tab (oral), cefadroksil 500mg 2x1 tab (oral)
Rencana pulang
Bayi pulang bersama dengan ibunya
TINJAUAN PUSTAKA

PARTUS TAK MAJU


Partus tak maju adalah inpartu kala 1 tidak ada kemajuan dalam persalinan. Partus tak
maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak
adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak
dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
Partus tak maju biasanya disebabkan oleh :

1. Cepalopelvic Disproporsional
Disproporsinal Kepala-panggul adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Ukuran Panggul :
-

Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis.Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang.Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat
10

sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri.Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul


Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.Pengukuran klinis panggul tengah
tidak dapat diperoleh secara langsung.Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika,
sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua
spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil
yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5
cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum
berukuran 4,5 cm.

Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengahtengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara
pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

11

Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan


adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
Penyebab dari disproporsional kepala-panggul:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
2. JANIN YANG BESAR
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan
lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika beratnya lebih dari
4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:

Diabetes mellitus

Herediter

Multiparitas

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.
a. KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat
disebabkan:

Panggul sempit

Bayi besar
12

Multiparitas

Lilitan tali pusat di leher

Anencephal

Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari pemeriksaan
luar ditemukan:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang
cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 2.1 Presentasi Muka


Pengelolaan pada presentasi muka:
Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila dagu tetap
di belakang, dilakukan seksio sesarea.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan sering
berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
13

Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai keadaan
tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam. Pada
pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan
pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800
gram).

Gambar 2.2 Presentasi Dahi


c. Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu
panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang disebut presentasi bahu,
atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan disebut dorsoanterior, jika di belakang
disebut dorsoposterior.
Penyebab letak lintang ialah:
-

Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas

Kesempitan panggul

Plasenta previa
14

Prematuritas

Kelainan bentuk rahim

Mioma uteri

Kehamilan ganda

Gambar 2.3 Letak Lintang


Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan,
fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas pusat.
Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagian
besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan. Sebaliknya, jika
teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil sehingga punggung terdapat di
sebelah belakang.
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulangtulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba scapula, dan pada pihak yang
bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya mungkin jika
ketuban masih utuh.
Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi luar pada
usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan dilakukan pervaginam.
Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila usia
kehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu. Sedangkan pada
janin mati:
15

TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi
spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.

TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan
eksplorasi jalan lahir.

TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea.

Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.

d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)


Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di
belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala
kurang serta inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis.
Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis,
episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh sirkumferensia
oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan
pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat
lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps.
b. PANGGUL SEMPIT
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga
dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata
16

Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.


Pengaruh pada persalinan :
1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat
mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi

17

3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
18

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.


4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya
Klasifikasi panggul sempit :
a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif

: Jika konjugata vera > 8,5-10 cm

Panggul sempit absolut

: Jika konjugata vera < 8,5 cm

b. Kesempitan panggul tengah


Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang
(10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .

19

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.

Gambar 3.2 Bidang Panggul


Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

20

3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-

Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).

Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.

Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
-

Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi dasar
untuk memperkirakan jalannya persalinan.
21

Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan
literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV
< 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara lain:
-

Riwayat persalinan yang lampau

Besarnya presentasi dan posisi anak

Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis

His

Lancarnya pembukaan

Adanya infeksi intrapartum

Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.

22

PANGGUL SEMPIT
1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
(hasil mengecewakan)

Kesempitan pintu

Kesempitan

atas panggul

panggul tengah

Relatif

Absolut

(konjugata vera

(Konjugata vera < 8,5 cm)

Kesempitan pintu
bawah panggul

8,5-10 cm)

Partus percobaan

Seksio sesarea
Primer

Berhasil

Gagal
Seksio sesarea

Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer

23

SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim.
JENIS JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA
Sectio Caesarea Transperitonealis
1

Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. Sayatan bisa
diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.
Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

Sectio Caesarea Ekstra Peritonealis


Sectio Caesarea Ekstra Peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
Vagina (section caesarea vaginalis)
24

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
Jenis incisi pada sectio caesarea sebaiknya mengikuti garis langer. Kulit terdiri dari
epidermis dan dermis. Garis Langer's (Langer 1861) : garis-garis tranversal sejajar pada tubuh
manusia. Bila insisi kulit dikerjakan melalui garis Langer's ini maka jaringan parut yang
terbentuk adalah minimal .

INDIKASI
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio
caesarea proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (Dystosia).
Indikasi seksio caesarea dibagikan kepada indikasi menurut ibu dan indikasi menurut janin:
a) Indikasi ibu
i.
Placenta previa totalis dan marginalis (Posterior).
Dalam kepustakaan, kejadian perdarahan antepartum yang dilaporkan oleh peneliti dari
negara berkembang berkisar antara 0,3%-4,3%. Sebab utama perdarahan antepartum
ii.

umumnya adalah plasenta previa.


Panggul sempit

25

Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin ialah Conjugata Vera (CV)
= 8 cm, dimana jika kurang dari ukuran ini ibu tidak dapat melahirkan janin normal, tapi
harus diselesaikan denga SC. CV antara 8-10 cm boleh dicoba partus percobaan, baru
iii.
iv.

setelah gagal dilakukan SC sekunder.


Riwayat SC pada kehamilan sebelumnya.
Cefalopelvic Disproportion (CPD) yang merupakan ketidak-seimbangan antara ukuran

kepala dengan panggul.


v. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
vi.
Stenosis servix/vagina.
vii.
Ruptur uteri imminens.
viii.
Partus lama.
ix.
Partus tak maju
x.
Pre-eklampsi dan Hipertensi.
b) Indikasi Janin
i.
Kelainan letak, presentasi, sikap dan posisi janin. Presentasi bokong pada kehamilan
cukup bulan hanya 3%-4% saja, tetapi di Amerika Serikat pada tahun 1985 dilaporkan,
ii.

79% dari seluruh presentasi bokong dilahirkan dengan operasi sectio caesarea.
Gawat janin dinyatakan sebagai kontributor kenaikan angka operasi sectio caesarea

iii.
iv.

sebesar 10%-15% atau sama dengan 10% dari seluruh indikasi operasi sectio caesarea.
Syok, Anemia berat.
Kelainan kongenital.
Riwayat sectio caesarea dan distosia merupakan indikasi utama sectio caesarea di

Amerika Serikat dan negara industri di barat lainnya. Walaupun kita tidak mungkin membuat
daftar menyeluruh semua indikasi yang layak untuk sectio caesarea lebih dari 85 % sectio
caesarea dilakukan atas indikasi:
1
2
3
4

Riwayat sectio caesarea


Distosia persalinan
Gawat janin
Letak sungsang

Preeklampsia
Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu

kelainan yang penting karena

menyebabkan morbiditas tinggi, disabilitas jangka panjang, dan juga kematian bagi ibu, maupun
bayinya. Hipertensi dalam kehamilan ini mempengaruhi kehamilan 10% dari seluruh ibu hamil
26

di dunia. Di Afrika dan Asia, hampir 1 dari 10 kematian ibu berhubungan dengan hipertensi
dalam kehamilan.1
Hipertensi dalam kehamilan ini mencakup 4 hal: Preeklampsia dan eklampsia, hipertensi
gestasional, dan hipertensi kronis. Preeklampsia adalah penyakit yang paling menonjol dari
semuanya karena merupakan penyakit yang paling sering mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
Namun, hingga saat ini patogenesis preeklampsia hanya sebagian yang dimengerti dan terhubung
dengan gangguan plasentasi diawal kehamilan dan diikuti dengan inflamasi yang luas dan
kerusakan endotel yang progresif.1 Jika tidak terdiagnosis, preeklampsia dapat berkembang
menjadi eklampsia, kondisi serius yang dapat menyebabkan resiko kematian bayi dan ibu
meningkat.
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 klasifikasi :
1

Hipertensi kronik: hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan

hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.


Preeklampsia-eklampsia: Preeklampsia, adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia, adalah preeklampsia yang disertai

kejang-kejang dan/atau koma.


Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik disertai

tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.


Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul
pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.2

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Proteinuria ialah adanya 300mg
protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.
Epidemiologi

27

Hipertensi termasuk pre-eklamsia, mempengaruhi 10 % kehamilan di seluruh dunia.


Kondisi ini juga merupakan penyumbang mortalitas serta morbiditas perinatal dan maternal
terbesar. Pre-eklamsia diperkirakan sebagai penyebab kematian 50.000 60.000 ibu hamil setiap
tahunnya. Selain itu, hipertensi dalam kehamilan merukapan kontribusi utama prematuritas. Preeklamsia diketahui sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskular dan metabolic pada perempuan.
Insiden eklamsia adalah 1-3 dari 1000 pasien pre-eklamsia.
Faktor resiko
Beberapa faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain :
1. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Preeklampsia
tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primagravida karena memang lebih banyak terjadi pada
primigravida daripada multigravida.
2. Primipaternitas
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang kedua. Berdasarkan
teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin dinyatakan bahwa ibu multipara yang menikah
lagi mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya preeklampsia jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya.
3. Umur yang ekstrim
Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada kelompok usia ibu yang
ekstrim yaitu kurang dari 15 tahun dan lebih dari 35 tahun. Tekanan darah meningkat seiring
dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi peningkatkan risiko
preeklamsia.
4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
5. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
28

Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki risiko 5


sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan keduanya. Sebaliknya, wanita
dengan preeklampsia pada kehamilan keduanya, maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7
kali risiko lebih besar untuk memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya yang kedua.
6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan meningkatkan risiko
sebesar 3 kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan preeklampsia berat cenderung memiliki ibu
dengan riwayat preeklampsia pada kehamilannya terdahulu.
7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Wanita dengan hipertensi kronik memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami
preeklampsia dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat penyakit ini
8. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan. Indikator yang paling sering digunakan
untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh
(IMT). Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki IMT 25 kg/m2.2
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
Kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular sering ditemukan pada kasus-kasus
preeklampsia atau eklampsia. Gangguan tersebut pada dasarnya berhubungan dengan
peningkatan afterload yang diakibatkan oleh hipertensi dan aktivasi endotelial berupa
ekstravasasi cairan ke ruang ekstraselular terutama di paru-paru.1,3
Hemodinamik
Dibandingkan dengan ibu hamil normal, penderita preeklampsia atau eklampsia memiliki
peningkatan curah jantung yang signifikan pada fase preklinik, namun tidak ada perbedaan pada
29

tahanan perifer total. Sedangkan pada stadium klinik, pada kasus preeklampsia atau eklampsia
terjadi penurunan tingkat curah jantung dan peningkatan tahanan perifer total yang signifikan
dibandingkan dengan kasus normal.
Volume plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia), guna
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil
normal terjadi pada umur kehamilan 32-34 minggu.3 Sebaliknya, oleh sebab yang tidak jelas
pada preeklampsia, terjadi penurunan volume plasma antara 30%-40% dibandingkan hamil
normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
Hematologi
Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam kehamilan.
Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu waktu bisa menjadi
sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab terjadinya trombositopenia
kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang diiringi oleh peningkatan aktivasi dan
pemggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu sitokin yang merangsan proliferasi platelet,
ditemukan meningkat pada kasus preeklampsia dengan trombositopenia. Namun, aggregasi
platelet pada kasus preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kelelahan platelet akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga
ditemukan penurunan dari faktor-faktor pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga
berbentuk bizzare dan mudah mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.3
Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk bila juga
ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP syndrome,
yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet (LP).
Renal
Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi penurunan
laju filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal juga terjadi
perubahan anatomis berupa pembesaran glomerolus sebesar 20%. Penurunan GFR menyebabkan
30

kerusakan sel glomerulus yang berakibat pada peningkatan permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan proteinuria. Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat nekrosis
tubular akut oleh ginjal. Oligouri terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal
menurun, bahkan dapat terjadi anuria.
Elektrolit
Preeklampsia

berat

yang

mengalami

hipoksia

dapat

menimbulkan

gangguan

keseimbangan asam basa. Pada waktu terrjadi kejang eklampsia kadar bikarbonat menurun,
disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya karbon dioksida. Kadar
natrium dan kalium pada eklampsia sama dengan keadaan hamil normal, yaitu sesuai dengan
proporsi jumlah air dalam tubuh. Karena kadar natrium dan kalium tidak berubah pada
preeklampsia, maka tidak terjadi retensi natrium yang berlebihan.
Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa :

Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema.


Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus. Gangguan
visus dapat berupa: pandangan kabur, amaurosis yaitu kebutaan tanpa adanya kelainan

dan ablasio retina.


Dapat timbul kejang eklamptik. Penyebab kejang eklamptik belum diketahui dengan
jelas. Faktor-faktor yang menimbulkan kejang eklamptik adalah edema serebri,
vasospasme serebri dan iskemia serebri.

Janin
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel
endotel pembuluh darah plasenta.
Dampak preeklampsia dan eklampsia pada janin adalah :

Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion


Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat intrauterine
growth restriction, prematuritas, oligohidramnion, dan solusio plasenta.
31

Patofisiologi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklampsia tidak terjadi
invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero
plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.2,3
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi trofoblas secara benar
akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta
iskemia adalah radikal hidroksil. Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah . Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2)
yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah
endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan yang
merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor
(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga
terjadi.
Diagnosis
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat. Secara teori urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria. Dari semua gelaja tersebut, hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting.4

Preeklampsia Ringan

32

Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi : sistolik/diastolik 140/90 mmHg.

Proteinuria: 300mg/24 jam atau 1 + dipstik.


Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali
edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.5

Preeklampsia Berat
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah

sakit dan sudah menjalani tirah baring.


Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, pandangan

kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

teregangnya kapsula Glisson).


Edema paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan

aspartat aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
Sindrom HELLP.

Preeklampsia berat dibagi menjadi:


a
b

Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia


Preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
Preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat,
gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.2

Penatalaksanaan
33

Perawatan dan pengobatan preeklampsia ringan dan berat mencakup kegiatan pencegahan
kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ
yang terlibat, saat yang tepat untuk persalinan
Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2x
seminggu secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
Lebih banyak istirahat
Diet biasa
Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di RS :
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari
Tidak perlu obat-obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal
akut
Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
Kontrol 2x seminggu
Jika tekanan diastolik naiklagi rawat kembali
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikantetap dirawat
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan;
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat

Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi:

34

Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10
tetes/mnt atau dengan prostaglandin.
Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol, atau terminasi dengan seksio
sesarea.5

Preeklampsia berat
Monitoring selama di RS :
1. Observasi dengan teliti dan awasi bila ada tanda klinik seperti:
a. Nyeri kepala
b. Gangguan Visus
c. Nyeri epigastrium
d. Kenaikan cepat berat badan
2. Lakukan pengukuran BB, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan USG dan NST.
Manajemen umum perawatan preeklampsia berat :
Sikap terhadap penyakit: Pemberian obat obatan
Penderita PEB harus segera masuk RS untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke
satu sisi (kiri).
Pengelolaan cairan merupakan hal yang penting untuk preeklampsia dan eklampsia karena
berisiko tinggi terhadap terjadinya edema paru dan oligouria. Monitoring input cairan (oral atau
infus) dan output (melalui urin) sangat penting. Pada memantau pengeluaran urin dapat dipasang
foley catheter. Oligouria apabila urin < 30cc/jam dalam 2-3 jam atau <500cc/24jam. Bila terjadi
edema paru harus segera dikoreksi dengan :
a. 5% Ringer Dexstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: <125cc/jam atau
b. Infus Dexstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus RL (60 125 cc/jam) 500 cc.
Diberikan antasida : menetralisir asam lambung bila mendadak kejang, menghindari risiko
aspirasi asam lambung yang sangat asam
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat antikejang
35

1. MgSO4
Cara kerja: Menghambat dan menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat Neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan Ca2+ pada sinaps. Pada
pemberian MgSO4, terjadi kompetitif inhibitor antara ion Ca2+ dan ion Mg. Pemberian MgSo4
akan menggeser Ca2+ sehingga aliran rangsangan tidak terjadi.kadar Ca2+ yang tinggi.
Syarat pemberian:
Harus tersedia antidotum MgSo4 bil terjadi intoksikasi, yaitu Kalsium glukonas 10% = 1g (10%
dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
Frekuensi pernapasan >16x/menit, tidak ada tanda tanda distres napas
Refleks patella (+) kuat
Tidak oligouri
Cara pemberian :
Loading dose: Initial dose 4 gr MgSO4 IV, (40% dalam 10cc) selama 15 menit
Maintenance dose: Diberi infus 6gr dalam larutan Ringer/ 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gr IM.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4gr IM tiap 4-6 jam.
STOP penggunaan bila:
Tanda intoksikasi (+)
24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
Efek Samping : 50% pemakaian menimbulkan efek flushes (rasa panas).
2. Diazepam
Pemberian intravena :
Dosis awal
Diazepam 10 mg I.V pelan-pelan selama 2 menut
Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500ml larutan RL per Infus
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30 mg/jam
36

Jangan berikan >100mg/24 jam.


Pemberian melalui rektum
Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan perrektal, dengan dosis awal 20 mg
dalam semprit 10ml.
Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10mg/jam
Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan ke dalam rektum.5
Fenitoin
Cara kerja
: Stabilisasi membran neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek antikejang
terjadi terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Dosis: 15mg/kg BB pemberian IV 50mg/menit.2
Pemberian obat antihipertensi
Batas cut off yang dipakai untuk penggunaan obat antihipertensi adalah 160/110 mmHg.
Antihipertensi lini pertama
Nifedipin
Dosis 10-20mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120mg dalam 24 jam. Tidak
diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan
peroral,
Antihipertensi lini kedua
Sodium nitropruside: 0,25g i.v/kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25g i.v/kg/5 menit
Labetalol 10 mg IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetalol 20 mg
IV.
Sikap terhadap kehamilannya:
1. Aktif (aggresive management)
: Berarti kehamilan segera dihentikan/terminasi bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
- Ibu
Umur kehamilan 37 minggu.
Adanya tanda tanda /gejala Impending Eclampsia
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu : Keadaan klinik dan laboratorik memburuk

37

Diduga terjadi solusio plasenta


Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
- Janin
Adanya tanda tanda fetal distress
Adanya tanda tanda intrauterine growth restriction (IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofsik abnormal
Terjadinya oligohidramnion

- Laboratorik
Adanya tanda tanda Sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada
waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum, ukuran panggul normal atau tidak, ada CPD atau
tidak seviks sudah matang atau belum, dan juga dilakukan penilaian Bishop score, yaitu
penilaian untuk melihat keberhasilan induksi persalinan. Apabila penilaian`dengan Bishop score,
didapatkan hasil bahwa induksi persalinan tidak memungkinkan, maka akan dilakukan terminasi
kehamilan secara seksio sesarea.

*Keterangan : Score >8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil


2. Konservatif (ekspektatif) : Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa.
38

Indikasi : Bila kehamilan <37 minggu tanpa disertai tanda impending eclampsia dan keadaan
janin baik
Pengobatan = Terapi
medikamentosa pada pengelolaan aktif
Sikap terhadap kehamilannya hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri.
MgSO4 dihentikan bila:
- Ibu sudah mencapai tanda tanda preeklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam
Bila > 24 jam tidak ada perbaikan, maka dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medikamentosa, maka kehamilan harus diterminasi.
Penderita boleh dipulangkan bila kembali ke gejala atau tanda tanda PER

Komplikasi
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus berupa
prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut maupun kronis. Pada
kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran.
Komplikasi yang sering terjadi pada preklampsia berat adalah :
1

Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita

hipertensi akut.
Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan mekanisme

3
4

ikterus tersebut.
Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal.
Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan
tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.

39

Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pasien preeklampsia-eklampsia diakibatkan


vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan

6
7

faal hati.
Sindroma HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.
Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain

8
9

yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.


Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.
Komplikasi lain berupa lidah tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat kejang,
pneumonia aspirasi dan DIC.

Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia tersebut. Walaupun
preeklampsia tidak dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi preeklampsia dapat dikurangi
dengan pemberian pengetahuan kepada ibu, suami, dan keluarga, dan dilakukan pengawasan
yang baik pada ibu hamil
Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang berguna
dalam pencegahan. Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin. Pemasukan cairan yang terlalu
banyak juga dapat mengakibatkan edema paru.
Daftar Pustaka

1 Cuningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J, penyunnting. William obstetrics.


Edisi ke-23 (2). Philadelphia: McGraw-Hill; 2014.
2 Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editor. Ilmu kebidanan Sarwono
3

Prawirohardjo. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.


Hacker NF, Gambone JC, Hobel CJ. Hacker and Moores essentials of obstetrics and

gynecology. Edisi ke-5. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2010


Cherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N, Roman A, editor. Current diagnosis &
treatment obstetrics &gynecology. Edisi ke-11. Singapura: McGraw-Hill; 2013.

40

5 Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku acuan nasional


pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Edisi ke-1. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011.

41

You might also like