Professional Documents
Culture Documents
PENGENDALIAN MUTU
Untuk Bahan Ujian Tengah Semester
Program Studi Hospitality dan ADH AMPTA
Materi 1
PENGENDALIAN MUTU
BAB 1
PENGERTIAN MUTU
A. Difinisi Mutu
Pengertian Mutu/kualitas mencakup segala keistimewaan atau
keunggulan yang memberikan kepuasan total kepada konsumen, meliputi
keunggulan dalam kualitas produk, harga, ketepatan waktu, pelayanan,
keamanan dan pertimbangan moral.
Banyak pakar dalam organisasi yang mencoba mendifinisikan
kualitas berdasarkan sudut pandang masing-masing, sebagai berikut :
1. Mutu
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
2. Difinisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik
langsung dari suatu produk, seperti performansi, keandalan, mudah dalam
penggunaan dan estetika. Sedangkan difinisi strategik menyatakan bahwa
kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers)
3. Quality Vocabulary (ISO 8402) : kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas
sering diartikan sebagai kepuasan pelanggan atau konformansi terhadap
kebutuhan atau persyaratan
4. Performance to the standard expected by the customer.
5. Meeting the customers needs the first time and every time
6. Providing our customers with products and services consistently meet
their needs and expectations.
7. Doing the right thing right the first time, always striving for improvement,
and always satisfying the customers
8. The meaning of excellence
9. Continuous good product which a customer can trust
10. Not only satisfying customers, but delighting them innovating creating.
Meskipun tidak ada difinisi yang bisa diterima secara universal
mengenai kualitas, namun dasar pengertiannya terdapat persamaan yaitu
dalam unsurnya sebagai berikut :
1. Kualitas/mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan.
2. Kualitas/mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan suatu kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang).
1.
2.
3.
Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan
yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan
kebutuhan kepuasaan (American Society For Quality Control).
Mutu adalah kecocokan penggunan produk (fitnes adalah us f o r u s e ) ,
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
kepuasaan
pelanggan.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
6.
Kualitas
adalah
kesesuaian
dengan
k e b u t u h a n p a s a r (Deming); Perusahaan harus benar-benar
dapat memahami apa yang akan dihasilkannya.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
serta
lingkungan
yang
memenuhi
atau
melebihi
harapan
pelanggan(konsumen).
Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
Ke b u t u h a n d a n h a r a p a n p e l a n g g a n m e r u p a k a n k i n e r j a y a n g
s e s u a i d e n g a n standar yang diharapkan pelanggan.
Dikai t ka n de ng an sua tu de ra jat ke be rhas i la n atau
penampilan
yg
p a t u t mendapat pujian, yaitu suatu derajat
kesempurnaan hasil yang jauh melampaui tingkat rata-rata.
Memenuhi harapan pelanggan untuk pertama kali dan setiap kali.
Memberikan produk dan jasa yang secara konsisten memenuhi kebutuhan
danharapan pelanggan.
M e l a ku k a n p e ke r j a a n y a n g b e n a r s e c a r a t e p a t p a d a s a a t
p e r t a m a , s e l a l u mengusahakan perbaikan dan selalu memuaskan
pelanggan.
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
M u t u a d a l a h t i n g k a t ke s e m p u r n a a n d a r i p e n a m p i l a n s e s u a t u
y a n g s e d a n g diamat
Pengertian mutu adalah suatu produk atau jasa yang memenuh syarat
atau keinginan pelanggan, dimana pelanggan dapat menggunakan atau
menikmati produk atau jasa tersebut dengan sangat puas dan ia menjadi
pelanggan tetap.
Menurut Philip B. Crosby (1986), yang dimaksud dengan mutu adalah
derajat kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan
pemakai dan penghasilnya.
antara
maksud
dapat
Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya
diterapkan dalam seni musik, drama, seni tari, dan seni rupa. Selain itu
perusahaan dapat mempromosikan produknya dengan pernyataanpernyataan
seperti
tempat
berbelanja
yang
menyenangkan
(supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah (kosmetik), kelembutan
dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Dengan demikian fungsi
perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali
menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas.
2.
Product-based Approach
User-based Approach
Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas
didefinisikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam perspektif ini
bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi
belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai
adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy).
Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu memiliki
makna beragam namun pada intinya adalah bagaimana menghasilkan
produk atau jasa yang bisa melayani kebutuhan pelanggan bahkan
melampaui harapan mereka. Dari sisi perusahaan, keunggulan mutu
produk akan memberikan keuntungan berupa peningkatan jumlah
pelanggan dan penurunan biaya yang pada akhirnya akan meningkatkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Pengenalan
tahap-tahap
perkembangan
konsep
mutu
akan
menyadarkan kita posisi konsep mutu yang kita terapkan saat ini di
perusahaan atau organisasi kita dan menyesuaikan dengan konsep yang
terbaru. Dengan demikian kita akan selalu siap memberikan mutu yang
terbaik untuk keuntungan pelanggan dan perusahaan kita sendiri.
C.Bagaimana prinsip mutu
Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake
Imae ( 1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang
kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari
sepuluh prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sbb :
1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang
berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan
menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and
2.
3.
4.
5.
ACTION
(
Urutan
Prioritas)
dari
setiap
Karakteristik
Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu
produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana
kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu. Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang
populer dewasa ini, yaitu : Penyebaran Fungsi Mutu ( Quality Function
Deployment = QFD ). Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang
diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan
relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :Mobil
dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar
merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki
trade off di antara kedua karakteristik itu.Restoran dengan pelayanan
prima, makanan yang enak, dan harga yang rendah, merupakan
karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling
bertentangan dengan satu dan lainnya. Sistem komputer dengan
keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan karakteristik mutu
yang diinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu
dengan yang lainnya engineering design yang aman, andal, efesien, dan
tidak mahal merupakan karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan,
namun).
Kendalikan kegiatan sejak awal Pengendalian mutu hendaknya dilakukan
sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan
pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang
sebenarnya dicegah.
Jangan menyalahkan orang lain Sikap menyalahkan orang lain tidak akan
menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru.
Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi
pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah
perbaikannya.
Bertindak berdasarkan prinsip prioritas Prinsip prioritas adalah prinsip
mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam
melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat
kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait
dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah
yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian
tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto
atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya
prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn
dampak perbaikan 80%.
Proses berikutnya adalah Pelanggan Pelanggan adalah proses berikutnya
yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses
sebelumnya. Dalam rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah
pelanggan. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan
secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses
adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara
eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen,
pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa
adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting
dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu
adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak
hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan,
diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya.
Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok
itu dinamakan fokus pelanggan.
6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan Tindakan koneksi adalah
tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang
tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya
terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi,
selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar
penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat
diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling
efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi
dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu
maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya
melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan
menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.Apa yang dikatakan
standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil
langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak
sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang
diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan. Apa yang dikatakan
standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkahlangkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak
sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak
potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada
hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan
mulai input,proses sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik
holistik, sinergistik dan antisipatif.
7. Berbicara berdasarkan Data Data adalah dasar untuk melakukan suatu
tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak
agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data
dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan
dalam sistem manajemen mutu industri otomotif ISO / TS 16949
penerapan statistik merupakan keharusan.
8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran Tujuan dari suatu tindakan
haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat
dinilai secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan
perusahaan untuk menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran
muttu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai
kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai
tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan
dengan kebijakan mutu.
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn
setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip
SMART.
S =Spesific
: sasaran harus jelas dan spesifik.
M =Measurable : sasaran harus dapat diukur.
OUT PUT
Produk
Jasa
Performance
Keramahan
Kecerdasan,
Tepat
Pendidikan, etos Hemat
kerja,
Efisien
produktivitas,
sederhana
loyalitas,
Murah
kepribadian,
Aman
motivasi dll
Optimal
2. Mesin
Teknologi tinggi
Canggih,
Ramah lingkungan
otomatis,
Lay out
,otonom, efisiensi Tidak
melanggar
tinggi,
cepat, HAM
multi fungsi, daya Sinergis
tahan
tinggi, Networking
purna jual baik, Nyaman
dll
dll
3. Material
Baik,
unggul,
sesuai spesifikasi,
kualitas pertama,
tanpa cacat
4. Keuangan
Banyak, Kuat
5. Markets
Segmentasi
pasar,
tanpa/belum ada
pesaing,
target
market
yang
tepat,
promosi,
lokasi
6. Minute
Cepat,
Just
In
time,
time
to
market
(diolah dari berbagai sumber)
Feature
Realibility
Conformance
Durability
Serviceabilitt
y
Estetika
Perceved
Quality
Harga
Brand Image
Purna Jual
Zero deffect
dll
Keamanan
Kenyamanan
Empati
Kepercayaan
Keterampilan
Kecepatan
Ketepatan
Brand image
Penampilan
Kejujuran
Aksesibilitas
Komunikatif
Daya tanggap
Garansi
dll
Disamping dimensi kualitas di atas perlu pula diperhatikan tuntutantuntutan akan kualitas produk di pasar global baik lokal, nasional dan
internasional diantaranya adalah:
1.
Memenuhi standar kualitas di masing-masing perusahaan, negara
maupun internasional :SII/SNI (Standar Nasional Indonesia), JIS (Japanes
Industrial Standard), ASTM ( The American Society For Testing And
Material), ISO (Internasional Organization For Standardization), BS (British
Standart) dan lain-lainnya
2.
Menerapkan sistem manajemen mutu seperti ISO 9000, ISO 14000
dan lainnya
3.
Memperoleh sertifikasi (award) seperti sertifikasi halal, ICSA,
Superbrand dan lain-lainnya
4.
harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, training, budaya kerja dan
hasilnya baru terlihat selama 3 tahun. Konsep ini kualitas pelayanan
diyakini mempunyai beberapa dimensi yaitu
a. reliability (keandalan): meliputi prestasi yang konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perusahaan berarti melaksanakan jasa
yang betul atau cocok pada kali pertama, juga berarti bahwa
perusahaan dapat memenuhi semua janjinya.
b. responsiveness (responsif) : pelayanan atau respon yang cepat dan
kreatif terhadap permintaan atau permasalahan yang dihadapi
konsumen.
c. access (akses) : Jasa tersebut mudah didapatkan pada tempattempat, waktu yang tepat tanpa banyak menunggu.
d. Communication (Komunikasi) : jasa tersebut dijelaskan dengan
tepat dalam bahasa konsumen. Perusahaan harus menyesuaikan
bahasanya untuk para pelanggan yang berbeda.
e. competence (kompetensi) : para pegawai memiliki keahlian dan
pengetahuan yang diperlukan.
f. courtesy (kesopan-santunan) : para pegawai ramah, cepat tanggap
dan tenang.
g. credibility (dapat diipercaya) : perusahaan dan pegawai dapat
dipercaya dan mempunyai tempat dihati konsumen.
h. security (keamanan) : jasa yang diberikan bebas dari bahaya, resiko
dan keraguan.
i. tangibles (nyata) : bagian-bagian dari jasa yang berbentuk fisik
benar-benar mencerminkan kualitas jasa tersebut.
j. knowing the customer (memahami konsumen) : karyawan benarbenar membuat usaha untuk memahami kebutuhan konsumen dan
memberikan perhatian secara individual. (Philip Kotler:240)
BAB 2
PENGERTIAN PENGENDALIAN MUTU
A.Pengendalian
Pengendalian sangatlah diperlukan oleh perusahaan dalam
menjalankan aktivitas produksinya mulai dari bahan baku samapi barang
jadi. Adapun pengertian dari pengendalian menurut pendapat beberapa
ahli, antara lain menurut T. Amrine,John A. Ritchey dan O liver S. Hulley ;
pengendalian adalah suatu sarana manajemen yang memerlukan studi
dan analisis yang teliti untuk mencegah pelaksanaan pengendalian hanya
untuk kepentingan pengendalian saja (1986 : 221).
BAB 3
PROSES PENGENDALIAN
Proses pengendalian terjadi dengan menggunakan putaran umpan
balik. Unsur dasar putaran umpan balik dan hubungan timbale baliknya
seperti gambar berikut ini:
Putaran Umpan Balik
1. Pengindera (yang
kinerja nyata.
dimasukkan
dalam
proses)
mengevaluasi
1.
2.
3.
4.
Penginderaan
Penginderaan adalah suatu alat pendeteksian khusus. Alat ini
dirancang untuk mengenali kehadiran dan intensitas fenomena tertentu
dan mengubah pengetahuan yang dirasakan ini menjadi informasi.
Informasi ini kemudian menjadi cara untuk mengevaluasi kinerja nyata.
Yang termasuk penginderaan adalah:
Alat teknologi untuk mengukur keistimewaan produk dan keistimewaan
proses.
Sistem data dan laporan yang berhubungan dengan memasok informasi
pada hierarki manajemen.
penginderaan manusia.
Quetionair dan wawancara (untuk evaluasi mutu pelayanan)
Penginderaan Manusia
Penginderaan manusia terjadi pada semua tingkat hierarki
pengukuran. Pada tingkat data dasar, pekerja manusia harus
mengevaluasi keistimewaan produk dan keistimewaan proses yang
bersifat sensorik. Contohnya rasa, baud an perasaan. Dengan cara yang
sama pekerja manusia harus menentukan, misalnya : rekening mana yang
harus dibebani dengan jam waktu atau permintaan bahan ini. Bagaimana
kegagalan lapangan ini harus digolongkan? Pada tingkat yang lebih tinggi
manusia harus mengevaluasi kinerja manusia lain dalam berbagai criteria,
beberapa diantaranya tidak dapat dihitung.
Semua penginderaan manusia dapat mengalami kesalahan
manusiawi yang berasal dari berbagai sumber : tidak hati-hati, tiadanya
teknik, kesalahan yang disadari. Manajer harus mengerti bahwa kesalahan
ini ada dan harus juga mengerti sifat dan tingkat kesalahan manusia
semacam itu, termasuk kesalahannya sendiri. Karena itu audit proses
kendali mutu manajemen tingkat atas harus mencakup pemeriksaan
mengenai ketentuan yang telah dibuat untuk menangani kesalahan
penginderaan manusia.
Berikut adalah contoh kesalahan dan perbaikan :
Salah penilaian :
Upaya perbaikannya, difinisi yang tepat (daftar istilah, contoh-contoh)
Kesalahan tidak hati-hati:
Upaya perbaikannya, pengujian bakat, reorganisasi pekerjaan untuk
mengurangi kelelahan dan rutinitas, rancangan yang aman dari
kegagalan, tanpa salah, otomatisasi.
Kurangnya teknik:
Upaya perbaikannya, menemukan kepandaian khusus
dari pekerja,
pelatihan ulang, merevisi teknologi untuk memasukkan kepandaian
khusus.
Kesalahan yang disadari (pewarnaan, bias, kegagalan) :
Upaya perbaikannya, peninjauan rancangan untuk rencana pengumpulan
data, penghilangan suasana saling menyalahkan, tindakan pada laporan,
melakukan audit mutu, menciptakan kompetisi, insentif, penugasan
kembali bekerja.
BAB 4
PENGENDALIAN DALAM ORGANISASI.
Perusahaan (Organisasi) ibarat manusia yang perlu makan, bekerja, dan
istirahat secara teratur dan terkendali. Jika metabolism tubuhnya tidak
baik, ia akan berpotensi menderita berbagai penyakit. Orang yang sukses
adalah orang yang terorganisasi dengan baik, memiliki tujuan hidup,
memiliki pengendalian diri, dan cinta dalam hatinya. Itu juga berlaku
untuk perusahaan (organisasi). Untuk mencapai kinerja optimal,
perusahaan (Organisasi) haruslah terorganisasi dengan baik, memiliki Visi
dan Misi, memiliki daya Pengendalian Manajemen, dan mencintai
pengetahuan yang bisa membantu orang untuk menciptakan kondisi yang
kondusif untuk proses pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu
pengetahuan itu adalah Sistem Pengendalian Manajemen. Proses
Penegendalian Manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat
pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian Manajemen
formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain,
terdiri dari proses:
1. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang
dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan dialokasikan
untuk
setiap
program
yang
telah
ditentukan.
2. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program yang telah direncanakan secara
terperinci dinyatakan dalam satuan moneter untuk suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggarananggaran dari pusat pertanggungjawaban.
penambahan,
atau
Factor-faktor
yang
menciptakan
Factor-factor itu meliputi :
kebutuhan
akan
pengendalian
Tingkat pengendalian yang dianggap ekstream atau berbahaya, berbedabeda tergantung pada situasinya. Biro iklan misalnya mungkin akan
memerlukan pengendalian yang lebih fleksibel dari pada laboratorium
riset. Iklim perekonomian mungkin akan mempengaruhi tingkat
pengendalian yang dapat diterima oleh anggota organisasi. Dalam
keadaan resesi, sebagian besar dari masyarakat akan dapat menerima
pengendalian dan pembatasan yang lebih ketat, akan tetapi dalam kondisi
pertumbuhan yang makmur, peraturan dan pembatasan kerap kali akan
tampak seolah-olah kurang sesuai. Dengan demikian, tugas manajer
dalam menegakan pengendalian adalah sedapat mungkin menemukan
keseimbangan yang memadai antara pengendalian organisasi yang cukup
efektiv dan kebebasan individu. Terlalu banyaknya pengendalian akan
menjadikan organisasi sebagai tempat kerja yang menyesakan, yang
merintangi, dan yang tidak dapat memberikan kepuasan kerja pada para
karyawannya. Dengan pengendalian yang terlalu kendor, organisasi
menjadi kacau balau, tidak efisien, dan tidak efektiv dalam mencapai
tujuannya.
Karena Organisasi, orang-orang, lingkungan dan teknoligi terus
mengalami perubahan,system pengendalian yang efektif membutuhkan
peninjauan kembali dsan perubahan ayang berkesinambungan.
sebagai contoh , bila sebuah divisi produksi mempekerjakan individu
yang relative tidak memiliki keterampilan dan tidak berminat akan
pekerjaanya.,maka system pengendalian mungkin memerlukan sering
diadakannya pemeriksaan mutu dan produktifitas yang terinci.akan tetapi
jika perusahaaan bermaksud untuk memprodukdsi produk /jasa yang
sama dilokasi yang lain dengan karyawan yang lebih terampil dan tertarik
akan
pekerjaanya,maka
system
pengendalianmya
mungkin
membutuhjkan lebih sedikit tempat-tempat pengukuran dan para
karyawannya dapat dibarikan otonomi dan tanggung jawab yang lebih
besar
untuk
memantau
dan
memperbaiki
prestasi
kerjanya.
Jenis-jenis Metode Pengendalian
Metode-metode pengendalian dapat dikelompokan menjadi :
1)
Pengendalian pra-tindakan. Pengendalian pratindakan memastikan
bahwa sebelum suatu tindakan diambil maka sumber daya manusia,
bahan dan keuangan yang diperlukan telah dianggarkan.
2) Pengendalian Kemudi, atau Pengendalian Umpan Kedepan.
Pengendalian kemudi dirancang untuk mendeteksi penyimpanganpenyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan
tindakan perbaikan diambil sebelum suatu urutan tertentu dirampungkan.
3)
Pengendalian Penyaringan
Pengendalian penyaringan merupakan suatu proses dimana aspek-aspek
spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus
dipenuhi sebelum kegiatan dapat dilanjutkan. Pengendalian penyaringan
menjadi sangat berguna sebagai alat pengecekan ulang.
Pada
Tingkat Manajemen
Sistem
dan
Pengendalian Sendiri
Idealnya tanggungjawab pengendalian harus diserahkan kepada individu.
Selain sifatnya jelas, penugasan semacam itu juga memberi status suatu
bentuk pemilikan
yang menanggapi beberapa naluri manusia.
Idealnyapun tanggungjawab juga meluas secara bersamaan dengan
wewenang.
Agar dapat lebih memungkinkan terlaksana pengendalian sendiri ini,
tentu ada beberapa criteria agar seseorang dapat melaksanakan
tanggungjawab. Tenaga operasional diberikan hal-hal berikut :
1. Cara untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan. Criteria ini dipenuhi
dengan mempublikasikan tujuan dan standar.
2. Cara untuk mengetahui kinerja nyata. Kriteria ini dipenuhi dengan
membuat system pengukuran, frekuensi pengukuran, dan cara untuk
menafsirkan pengukuran.
3. Cara untuk mengubah kinerja seandainya kinerja tidak sesuai dengan
tujuan dan standar. Untuk memenuhi criteria ini dibutuhkan proses
operasi yang sifatnya mampu memenuhi tujuan dan dibuat dengan
keistimewaan yang memungkinkan tenaga operasi mengubah kinerja agar
sesuai dengan tujuan dan standar.
Piramida Pengendalian
Setiap perusahaan mempunyai sejumlah besar hal untuk dikendalikan:
keistimewaan berbagai produk yang jumlahnya banyak sekali, maupun
keistimewaan dari berbagai proses. Tidak ada kemungkinan bagi manajer
dan spesialis professional untuk melakukan semua pengendalian. Sebagai
gantinya perusahaan merancang pendelegasian seperti terlukis dalam
gambar berikut :
Pengendalian otomatis
- Budayakan
permasalahan
agar
setiap
orang
secara
terbuka
mendiskusikan
Prinsip 4 :
PROCESS APPROACH
( Pendekatan Proses )
Hasil yang diinginkan tercapai dengan lebih efisien bila aktivitas dan
sumber-sumber yang terkait diatur dengan baik sebagai sebuah proses.
( A desire result is achieved more efficiently when related resources and
activities are managed as a process )
Penerapan khusus Prinsip 4 :
- Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
- Menganalisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kunci .
- Mengidentifikasi interface aktivitas-aktivitas kunci di dalam dan di antara
fungsi-fungsi organisasi
- Upayakan agar proses lebih singkat dan efektif , tidak berbelit-belit
- Menekankan pada faktor-faktor seperti sumberdaya, metode dan
material untuk memperbaiki aktivitas kunci pada organisasi
- Hilangkan birokrasi , serta eliminir fungsi-fungsi organisasi yang
tugasnya saling tumpang tindih
- Mengevaluasi resiko, konsekwensi, dan dampak aktivitas pada
pelanggan / pemasok ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Prinsip 5 :
SYSTEM APPROACH TO MANAGEMENT
( Pendekatan Sistem pada Manajemen )
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan suatu system dari
proses-proses yang saling terkait, untuk menghasilkan perbaikanperbaikan yang objektif pada perusahaan dengan efektif dan efisien.
( Identifying, understanding and managing system of interrelated
processes for a given objective improves the organizations effectiveness
and efficiency )
Penerapan khusus Prinsip 5 :
- Penyusunan system untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih
efektif dan efisien
- Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses-proses pada
sistem
- Pendekatan struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses , dengan
tugas yang tidak saling tumpang tindih
- Memberi pemahaman terbaik pada tugas-tugas / tanggung-jawab yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, serta mengurangi hambatan
lintas fungsional
- Menargetkan dan menentukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu
sistem akan beroperasi
Prinsip 6 :
CONTINUAL IMPROVEMENT
( Perbaikan yang kontinu )
Perbaikan yang berkesinambungan harus menjadi pekerjaan yang
permanen dari organisasi
1. Tanggungjawab
manajemen,
perusahaan
dengan
tanggungjawab
eksekutif
harus
menetapkan
dan
mendokumentasikan kebijakan mutunya, termasuk sasaran
dan komitmennya terhadap mutu. Kebijakan mutu tersebut
harus sesuai dengan tujuan perusahaan serta harapan dan
kebutuhan pelanggannya. Perusahaan harus memastikan
bahwa kebijakan ini dimengerti, diterapkan dan dipelihara
pada semua tingkat dan organisasinya.
a.
b.
c.
d.
e.
dan
Materi 2
MEMAHAMI PERSYARATAN PERSYARATAN
ISO 9001 : 2000
a. Penerapan system mutu Memperluas dan mempertahankan pasar
Makin banyak industri menengah dan besar di Indonesia yang
menjadikan
Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001/API Spec Q1
sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan
pemasok mereka.
3 Alasan yang mendasarinya adalah jelas: Bahwa pemasok atau calon
yang sudah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001/API Spec Q1
berarti sudah melakukan berbagai pengaturan proses yang diperlukan
untuk menjamin mutu produk yang akan dikirim kepada mereka.
Manfaat lain tentunya timbul sebagai implikasi logis dari penerapanpersyaratan yang terkandung dalam ISO 9001/API Spec Q1dengan cara
yang tepat.
b. Mengurangi biaya yang tidak diperlukan karena kegagalan produk
ISO 9001/API Spec Q1 mensyaratkan agar organisasi melakukan
perencanaan yang layak sebelum organisasi melakukan proses produksi
atau memberikan pelayanan. Ada cukup banyak persyaratan tentang
perencanaan yang memungkinkan organisasi dapat mengidentifikasi
potensi kegagalan sejak awal dan mencegah kegagalan sebelum terjadi
dan dengan demikian mencegah kerugian yang tidak diperlukan.
c. Memudahkan pengendalian berbagai aktifitas.
ISO 9001/API Spec Q1 mensyaratkan agar organisasi melakukan
pendekatan proses dalam upaya menjamin mutu produk. Dengan
pendekatan ini organisasi dapat melihat dengan mudah seluruh aktifitas
yang dilakukan dalam organisasi sebagai rangkaian dari proses-proses
yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Organisasi dapat
mengetahui dengan jelas output yang dihasilkan dari setiap proses,
kemana output tersebut dialirkan dan apa yang diharapkan oleh penerima
output tersebut. Ini menjadi dasar yang berguna untuk mengatur
Menurut Hammer dan Champy, (1993) seperti disebutkan oleh Sitorus dan
Nasution (2007),rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berpikir
kembali (rethinking ) dan proses perancangan kembali (redesign) secara
mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan yangmemuaskan
atas kinerja perusahaan yang mencakup cost , quality, delivery, service,
and speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer. Menurut
Manganelli dan Klein (1994:7): "
Reengineering is the rapid and radical redesign of strategic,
valueadded business process and the systems, policies and
organizational structuresthat support them to optimize the work flows
and productivity in an organization.
1.Process, yaitu serangkaian aktivitas yang mengubah masukan menjadi
keluaran.Terdapat tiga aktivitas dalam proses yaitu:
Valueadding activities, aktivitas untuk menghasilkan nilai tambah
Handoff activities, Aktivitas yang memindahkan aliran kerja dengan
melewatihambatan-hambatan
fungsional,
departemental
atau
organisasional Control activities, aktivitas yang tercipta untuk
mengendalikan Handoff activities.
2.Strategic and value added.Target utama rekayasa ulang proses bisnis
adalah strategi dannilai tambah. Untuk memaksimalkan tingkat
pengembalian investasi dalam rekayasaulang, perusahaan mulai
memfokuskan pada proses yang terpenting dalam perusahaan,yaitu tidak
hanya strategi dan nilai tambah tetapi keseluruhan system, kebijakan
danstruktur organisasi yang mendukung proses.3.
3.Optimization of work flow and productivity in organization, yaitu
meningkatkan produktivitas,
pangsa
pasar,
pendapatan,
tingkat
pengembalian investasi dan asset.Rekayasa ulang proses bisnis dapat
diukur dari pengurangan biaya per unit.
4.Rapid , radical and redesign. Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara
cepat dan radikalserta merancang kembali proses bisnis untuk
menghilangkan aktivitas yang tidak perlu.Rekayasa ulang proses bisnis
mencoba untuk memisahkan proses lama dengan proses barutentang
bagaimana mengorganisasikan dan memperlakukan bisnis. Hal ini
mencakup penggantian metode lama dan mencari metode baru untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Tujuan Rekayasa Ulang Proses Bisnis
Tujuan rekayasa ulang proses bisnis adalah bagaimana membuat semua
proses yang ada dalamorganisasi menjadi yang terbaik di kelasnya
(Soumitra, D., 1999). Tujuan rekayasa ulang proses bisnis menurut
Andrews dan Stalick, (1994:8) seperti disebutkan oleh Sitorus M. &
Nasution(2007), adalah sebagai berikut:
1.Meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan barang atau
jasa yang khususserta mempertahankan produksi massal.
sistem proses yang serupa dengan kita, tetapi mereka tidak bisa memiliki
orang-orang kita (paling tidak sampai mereka bisa meyakinkan orangorang kita untuk pindah kesana) pada usaha mereka. Contoh orang-orang
hebat yang bisa membantu usaha kita untuk memenangkan persaingan
bisa dibaca pada artikel-artikel saya sebelum ini.
Bisnis tak selamanya berjalan lancar. Pelayanan kita tak selalu bisa
diterima baik oleh pelanggan. Selalu ada masa ketika masalah menjadi
masalah kita. Karena itu komponen Problem adalah komponen pengunci
dari keseluruhan pengalaman pelanggan. Bila pelanggan mengalami
masalah seperti apakah kemampuan kita menyelesaikan masalah
tersebut? Secara rata-rata, dengan rentang skor dari 0, untuk sangat
buruk dan tidak ada harapan, sampai 10, untuk luar biasa hebat, berapa
skor kepuasan pelanggan terhadap pengelolaan masalah yang pernah kita
berikan? Sebagai suatu usaha, maka memiliki sistem serta kebiasaan
pemecahan masalah yang prima adalah banteng terakhir kita. Terlebih
lagi, masalah sebenarnya adalah sebuah kesempatan untuk secara segera
menjadikan seorang pelanggan loyal. Ingat, kalimat pernyataan sebelum
ini benar hanya jika (karyawan) kita memiliki kemampuan memecahkan
masalah yang luar biasa.
Setelah kita mengerti kelima komponen penyusunan pengalaman
pelanggan, kita
perlu
memahami bagaimana
cara
mengukur
kepantasan lima komponen tersebut dalam bisnis kita. Ini berarti kita
juga perlu tahu bagaimana pelanggan mengukur lima komponen tadi.
Ternyata sederhana sekali, pelanggan mengukur 5P kita dengan seluruh
indra yang mereka punyai, persis sama seperti bagaimana mereka
menjalani dan menilai hidup mereka.
Pelanggan menilai Place, Product, Process, People, dan Problem
dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
pengecap, dan tentu saja perasaan mereka. Pelanggan akan
menangkap segala macam warna, bau, suara, material, rasa, dan
sensasi-sensasi lain ketika mereka bersinggungan dengan lima komponen
itu. Segala sesuatu mulai dari jauh dekat lokasi kita, kebersihan tempat,
bau yang ada tempat kita, kondisi barang atau jasa kita, warna seragam
orang-orang kita, bau badan (maaf), bau mulut, cara bicara, sampai sikap
mereka ketika menyelesaikan masalah, semua itu, akan ditangkap oleh
indra pelanggan. Kemudian, hasil tangkapan tadi sedikit demi sedikit
akan membentuk persepsi mereka tentang usaha kita.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, maka cara terbaik untuk
mengukur 5P kita adalah dengan melibatkan sebanyak mungkin orang
untuk berperan sebagai pelanggan dan mulai, secara jujur, melakukan
observasi terhadap 5P tadi. Temukan hal-hal yang bisa mengirim pesan
buruk kepada indra pelanggan dan segera perbaiki. Identifikasi hal-hal
yang bisa mentransformasikan pesan baik kepada pelanggan dan jadikan
ini standar minimum yang harus selalu dipraktekkan agar kepuasan
pelanggan bisa selalu dipastikan.
Kepuasan pelanggan, sekali lagi, adalah satu potongan puzzle dari
upaya menciptakan pelanggan yang loyal. Untuk menjamin kepuasan
pelanggan secara konsisten kita perlu memperhatikan segala sesuatu
yang berkaitan dengan pengelolaan tempat (Place), produk (Product),