You are on page 1of 10

PIII-2

Praktikum Fisika (AUDIOMETER & COCHSIM)


Kelompok
Hari/Tanggal Praktikum
Pembimbing

B1
Selasa/ 2 April 2013

AUDIOMETRI
No
1.

Pertanyaan
Apa guna audiometer dan bagaimana prinsip cara kerjanya?
Jawab:
- Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur level
ketajaman pendengaran seseorang pada nada-nada tertentu. Dengan bantuan
sebuah alat yang disebut audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran
seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa
memiliki gangguan pendengaran atau seseorang yang akan bekerja pada suatu
bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
- Audiometer bekerja sebagai osilator elektronik yang dapat membangkitkan
nada murni maupun nada desah dengan berbagai frekuensi yang kekuatannya
dapat diatur, serta dapat menyalurkan bunyi atau suara dari tape recorder ke
fono kepala.

2.

Apa yang dimaksud dengan satuan frekuensi Hertz?


Jawab:
Satuan Hertz (Hz) merupakan satuan frekuensi yang menyatakan jumlah getaran atau
gelombang setiap detiknya. Istilah lain ialah CPS (cycle per second).

3.

Apa yang dimaksud skala satuan desibel?


Jawab:
Skala satuan desibel adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel
ekuivalen dengan sepersepuluh bel. Huruf B pada dB ditulis dengan huruf besar
karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell. Desibel juga merupakan
sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa
daya atau (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage),
intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang dB juga dapat dihubungkan
dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

4.

Jelaskan perbedaan skala satuan dB SPL dan dB HL!


Jawab:
- dB SPL (Sound pressure level): Alat yang digunakan apabila ingin mengetahui
intensitas suara yang sesungguhnya dalam satuan desibel. Kerasnya suara
ditentukan oleh seberapa keras udara yang akan didorong oleh tubuh untuk
bergetar. Semakin keras akan mendorong udara, semakin keras suara. Tingkat

tekanan suara (SPL) biasanya disebut sebagai volume, mengacu pada akustik.
dB HL (Hearing level): Tingkat suara yang didengar. Audiometri level suara
dari pure tone (Hearing Level) berupa Sound Level dB HL =20 log (measured
sound/average theshold of normal hearing). 0 dB HL pada sistem audiometri
didapatkan dari analisa tingkat pendengaran pada populasi normal yang
banyak dengar range frekuensi 18-30 tahun, untuk kemudian menjadi standard
pada ISO tahun 1984.

5.

Apa arti intensitas 0 dB pada audiometer?


Jawab:
0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam
keadaan udara diam, yang hanya dapat terdetekssi dengan menggunakan instrumen
fisika, dan tidak terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, didalam audiologi
ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol
inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan ketuna-runguan. Nol
audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga
orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz

6.

Jelaskan mengenai hantaran aero-timpanal (air-conduction) dan hantaran tulang (boneconduction)!


Jawab:
Penghantaran gelombang suara ke cairan telinga dalam melalui membran timpani dan
tulang tulang pendengar yang dinamakan penghantaran tulang telinga tengah.
Gelombang suara menimbulkan getaran pada membran timpani sekunder yang
menutup jendela bundar (penghantaran udara)
Gelombang suara yang memasuki telinga melalui kanalis auditorius eksterna
menggetarkan membran timpani. Getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang
pendengaran (maleus, incus, dan stapes) di rongga telinga tengah. Selanjutnya akan
diterima oleh "oval window" dan diteruskan ke rongga koklea serta dikeluarkan lagi
melalui "round window". Rongga koklea terbagi oleh dua sera menjadi tiga ruangan,
yaitu skala vestibuli, skala tympani dan skala perilimfe dan endolimfe. Antara skala
tympani dan skala medial terdapat membran basilaris, sel-sel rambut dan serabut
afferen dan efferen nervus cochlearis. Getaran suara tadi akan menggerakkan
membrana basilaris, dimana nada tinggi diterima di bagian basal dan nada rendah
diterima di bagian apeks. Akibat gerakan membrana basilaris maka akan
menggerakkan sel-sel rambut sensitif di dalam organ corti.
Organ corti kemudian merubah getaran mekanis di dalam telinga dalam menjadi
impuls saraf. Impuls ini kemudian dihantar melalui akson atau cabang saraf sel-sel
ganglion pada ganglion spiralis telinga dalam. Akson dari ganglion spiralis menyatu,
membentuk nervus auditorius atau koklearis yang membawa impuls dari sel-sel di
dalam organ corti telinga dalam ke otak untuk diinterpretasi.

7.

Jelaskan arti lateralisasi dan pendengaran unilateral!


Jawab:

8.

Lateralisasi : Peristiwa terdengarnya dengungan penala pada salah satu telinga


Pendengaran unilatera : Peristiwa pemendekan dengungan yang terdengar pada
telinga yang sakit.
Apakah fungsi masking dalam pemeriksaan audiometer?
Jawab:
Masking merupakan suara pengganggu yang sering diperlukan untuk meniadakan
bunyi ke telinga yang tidak diperiksa. Suara masking, diberikan berupa suara seperti
angin (bising), pada headphone telinga yang tidak diperiksa sehingga tidak dapat
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang di periksa.

9.

Sebutkan apa saja tujuan pemeriksaan pendengaran dengan audiometer nada murni!
Jawab:
1. Kegunaan diagnostik penyakit telinga.
2. Mengukur kemampuan pendengaran dalam menangkap percakapan seharihari. Atau validitas sosial pendengaran seperti untuk tugas dan pekerjaan,
apakah butuh alat bantu dengar, ganti rugi seperti dalam bidang kedokteran
dan asuransi.
3. Skrining pada anak balita dan sekolah dasar.
4. Monitor pekerja yang bekerja di tempat bising.

10.

Tampilkan hasil audiogram di sini (subjek 1)

11.

Tampilkan hasil audiogram di sini (subjek 2)

12.

Analisis hasil audiogram untuk kedua subjek di atas! Apakah ada pebedaan? Apakah
ada lateralisasi?
Mengapa hasil audiogram beberapa tidak mencapai 0 dBHL (untuk subjek yang
diasumsikan memiliki pendengaran normal)?
Jawab:
- Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan ini menghasilkan
grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai
ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa
pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala
decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull
vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction
menggambarkan SNHL. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal merupakan
nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. Perbedaan kedua hasil
audiogram tersebut tidak terlalu signifikan. Keduanya menunjukkan hasil
audiogram rerata dalam batas normal dan tidak ada lateralisasi. Hanya saja
dari kedua orang percobaan (OP) ada perbedaan ambang batas dengar antara
telinga kiri dan telinga kanan pada beberapa frekuensi. Pada OP pertama (Pria)
terdapat perbedaan ambang batas dengar pada frekuensi 2000, 4000, dan 8000
Hz. Pada frekuensi 2000 Hz intensitas ambang telinga kanan OP adalah 10
dBHL dan telinga kanan 15 dBHL. Pada frekuensi 4000 Hz intensitas ambang
telinga kanan sebesar 10 dBHL sedangkan telinga kiri 5 dBHL. Pada frekuensi
8000 Hz intensitas ambang telinga kanan sebesar 5 dBHL dan telinga kiri 15
dBHL. Sementara itu pada OP kedua (Wanita) didapatkan perbedaan ambang
batas dengar pada frekuensi 250, 2000, 4000, dan 8000 Hz. Pada frekuensi 250
Hz intensitas ambang telinga kanan 0 dBHL dan telinga kiri sekitar 5 dBHL.

Pada frekuensi 2000 Hz intensitas telinga kanan sebesar 5 dBHL dan telinga
kiri 10 dBHL. Pada frekuensi 4000 Hz intensitas ambang pada telinga kanan 0
dBHL dan kiri 5 dBHL. Pada frekuensi 8000 Hz intensitas ambang pada
telinga kanan sebesar 30 dBHL dan telinga kiri 25 dBHL.
0 dBHL memang merupakan intensitas ambang pendengaran normal atau
disebut juga intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang
rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000Hz. Akan tetapi
berdasarkan klasifikasi derajat ketulian menurut ISO seseorang yang memiliki
intensitas ambang dengar antara 0-25 dB masih dalam kategori normal.

COCHLEAR SIMULATION
Intensitas
Ambang
(dB SPL)

250 Hz
34 dB

500 Hz
32 dB

1000 Hz
31 dB

2000 Hz
27 dB

4000 Hz
23 dB

8000 Hz
39 dB

Pertanyaan Praktikum
No
1.

Pertanyaan
Buatlah grafik intensitas ambang (dB SPL) terhadap frekuensi (Hz) dari tabel!
Cat: Gunakan skala logaritmik untuk frekuensi
Jawab:
45
40
35
30
25
Column2

20
15
10
5
0
250

2.

500

1000

2000

4000

8000

Mengapa ambang ini tidak sama untuk setiap frekuensi? Jelaskan!


Jawab:
Kepekaan telinga manusia normal terhadap intensitas bunyi memiliki dua ambang,
yaitu ambang pendengaran dan ambang rasa sakit. Bunyi dengan intensitas di bawah
ambang pendengaran tidak dapat didengar. Intensitas ambang pendengaran bergantung
pada frekuensi yang dipancarkan oleh sumber bunyi. Frekuensi yang dapat didengar
oleh telinga manusia normal adalah antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz. Di luar batas
frekuensi tersebut , anda tidak dapat mendengarnya. Keras Bunyi (loudness) sangat
dipengaruhi oleh sensasi yang ditimbulkan pada pendengaran seseorang. Jadi, bersifat
subjektif, berbeda pada tiap-tiap orang dan tidak dapat diukur secara langsung dengan
suatu alat, berbeda dengan intensitas bunyi yang yang objektif, dapat langsung diukur
dengan suatu alat. Keras bunyi bertambah, jika intensitas bertambah, akan tetapi
pertambahan ini tidak terjadi secara linier. Nada bunyi yang intensitasnya sama, tetapi
berbeda frekuensinya belum tentu menimbulkan sensasi keras bunyi yang sama pada

tiap-tiap orang.
Kenyaringan yaitu di mana manusia hampir tidak mendengar suara yang dikenal
sebagai Ambang Pendengaran. Ambang Pendengaran bervariasi dengan frekuensi.
Pada manusia , gelombang suara saluran ke dalam telinga melalui saluran telinga
eksternal dan memukul gendang telinga (membran timpani). Akibatnya kompresi dan
penghalusan gelombang selaput tipis ini bergerak, menyebabkan tulang telinga tengah
(ossicles , malleus, inkus, dan stapes) untuk bergerak. Jumlah getaran tingkat tekanan
suara (gelombang sonik) per detik menunjukkan frekuensi .
Infrasonik (di bawah pendengaran), sonic (aural), dan ultrasonik (di atas pendengaran)
frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz), satu Hertz adalah satu siklus gelombang (atau
tekanan gelombang tunggal dalam audionics) per detik. Secara khusus, manusia
memiliki rentang aural maksimum yang dimulai dari 12 Hz dalam kondisi
laboratorium ideal sampai 20 kHz pada anak-anak dan beberapa orang dewasa, namun
menyusut rentang selama hidup, biasanya dimulai pada sekitar usia 8 tahun dengan
tinggi frekuensi memudar. Gelombang suara tak terdengar dapat dideteksi (dirasakan)
oleh manusia melalui getaran tubuh fisik di kisaran 4 sampai 16 Hz. Ada perbedaan
dalam sensitivitas pendengaran antara jenis kelamin, wanita biasanya memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi untuk frekuensi yang lebih tinggi daripada pria. Getaran
dari rantai tulang-tulang pendengaran menggantikan cairan basilar di koklea,
menyebabkan rambut di dalamnya, yang disebut stereocilia , bergetar. Rambut garis
koklea dari dasar ke puncak, dan bagian dirangsang dan intensitas rangsangan
memberikan indikasi sifat suara. Informasi yang dikumpulkan dari sel-sel rambut
dikirim melalui saraf pendengaran untuk diproses di otak.
3.

Bagaimana pola getaran dan posisi getar di membran basilar untuk tiap frekuensi nada
murni yang diberikan?
Jawab:

Terdapat perbedaan pola tranmisi untuk gelombang suara dengan frekuensi

suara yang berbeda. Setiap gelombang relatif lemah pada permulaan tetapi menjadi
kuat ketika mencapai bagian membran basilar yang mempunyai keseimbangan
resonansi frekuensi alami terhadap masing-masing frekuensi suara. Pada titik ini,
membran basilar dapat bergetar ke belakang dan ke depan dengan mudahnya sehingga
energi dalam gelombang dihamburkan. Akibatnya, gelombang berhenti pada titik ini
dan gagal berjalan sepanjang membran basilar yang tersisa. Jadi gelombang suara
frekuensi rendah memiliki panjang gelombang () yang panjang. Kriteria seperti ini
membuat frekuensi rendah sulit untuk dipantulkan. Frekuensi rendah dapat terdengar
pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi menengah dan frekuensi tinggi.
Frekuensi menengah memiliki panjang gelombang () yang cukup panjang. Kriteria
seperti ini membuat frekuensi menengah tidak mudah dipantulkan. Beberapa bahan
seperti tembok, papan kayu masih dapat ditembus. Frekuensi menengah dapat
terdengar pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi tinggi. Frekuensi tinggi
umumnya ditentukan pada frekuensi 5000Hz sampai 20000Hz. Frekuensi ini adalah
frekuensi dengan panjang gelombang (; lambda) yang paling kecil atau pendek.
Kriteria seperti ini membuat frekuensi tinggi mudah dipantulkan. Telinga manusia
kurang peka terhadap frekuensi tinggi.

Tugas tambahan
No
1.

Pertanyaan
Proses pembentukan gelombang sawtrooth (gigi gergaji) denganfrekuensi dasar 250
Hz.
a. Mengapa harmonik tidak merata sepanjang membran basilar?
b. Mengapa pola riak dari harmonik menghilang diatas 3000Hz?
Jawab:
a. Getaran membran basilaris merangsang sel rambut. Permukaan apikal sel rambut
membentuk banyak stereosilia dan satu kinosilium yang menonjol ke aras ke
membran tektorium diatasnya. Ketika membran basal bergetar, silia sel rambut
yang terbenam di membran tektorimmelengkung ke satu arah dan kemudian ke
arah lain; gerakan inilah yang secara mekanis membuka salurna ion dan
menyebabkan depolarisasi sel rambut.
Potensial reseptor sel rambut mengaktifkan serat saraf auditorius. Sekitar 100
silia yang menonjol dari permukaan apikal sel rambut secara progresif
bertambah penjangnya dari regio perlekatan membran basal ke modiolus. Silia
paling panjang disebut kinosilum. Ketika stereosilia melengkung ke arah
kinosilium, saluran kalium di membran silia membuka, kalium masuk, dan sel
rambut mengalami depolarisasi. Ketika silia menjauhi kinosilium, hal yang
tepat sebaliknya yang terjadi; yaitu sel rambut mengalami hiperpolarisasi.
Cairan yang membasuh silia dan permukaan apikal sel rambut endolimpe.
Cairan encer ini berbeda dari perilimfe di skala vestibuli dan skala timpani,
yang seperti cairan ekstrasel, tinggi natrium dan rendah kalium. Endolimpe di
sekresikan melalui striata vaskularis (epitel khusus di dinding skala media)

serta kaya kalium dan rendah natrium. Potensial listrik di kedua sisi endolimfe,
yang disebut potensial endokoklea, adalah sekitar +80 milivolt. Namun, bagian
dalam sel rambut adalah sekitar -70 milivolt. Karena itu beda potensial di
membran silia dan permukaan apikal sel rambut sekitar 150 milivolt; hal ini
sangat meningkatkan kepekaan kita
b. Karena Sinyal suara pada bidang frekuensi menengah umumnya ditentukan
pada frekuensi 300Hz sampai 3000Hz atau 300Hz sampai 5000Hz. (tidak ada
patokan yang jelas). Frekuensi ini adalah frekuensi paling mudah untuk
diproduksi atau dihasilkan dalam suatu sistem audio. Telinga manusia sangat
peka terhadap frekuensi menengah.
Frekuensi menengah memiliki panjang gelombang () yang cukup panjang.
Kriteria seperti ini membuat frekuensi menengah tidak mudah dipantulkan.
Beberapa bahan seperti tembok, papan kayu masih dapat ditembus. Frekuensi
menengah dapat terdengar pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari
frekuensi tinggi.
2.

Proses bunyi huruf vokal [i] dengan frekuensi fundamental dari 150 hingga 250 Hz.
Pelajari pola untuk dapat melihat aspek yang berubah dan yang sama.
a. Bagaimana kualitas bunyi huruf vokal direpresentasikan dalam pola eksitasi
(terbebas dari besarnya frekuensi fundamental)?
b. Cek jawaban dari poin a dengan memproses huruf vokal [a]. Estimasikan
bentuk frekuensi jika kedua huruf vokal bunyi secara bersamaan.
Jawab:
PERCOBAAN TIDAK DILAKUKAN

3.

Proses dua gelombang sinusosidal, gelombang pertama diatur tetap pada 3925Hz.
Ubah frekuensi gelombang kedua mendekati gelombang pertama dan perhatikan pola
eksitasi yang terbentuk. Pelajari pola eksitasi ketika frekuensi gelombang sinus kedua
3775 Hz (selisih 150 Hz) dan 4000 Hz (selisih75 Hz).
Jawab:
PERCOBAAN TIDAK DILAKUKAN

DAFTAR PUSTAKA
1.

Eroschenko, P. 2003. Atlas Histologi di Fiore Edisi 9. Jakarta: EGC

2.

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA:


The McGraw-Hill companies

3.

Japardi Iskandar. 2003. Nervus Vestibulocochlearis . Bagian Bedah


Fakultas Kedokteran Umum Universitas Sumatera Utara

4.

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan


Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

You might also like