Professional Documents
Culture Documents
BAB I
MENGENAL FILSAFAT ILMU
3. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri pengetahuan
ilmiah adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
B. Defenisi Filsafat dan Filsafat Ilmu
1. Definisi Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang berasal dari
bahasa Yuniai, philosophia yang berati pengetahuan. Filasafat adalah
hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran
dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu. Tujuan filsafat dengan mengetahui sesuatu yang tidak hanya
dari segi yang lahiriah, tetapi juga yang hakiki, akan memperluas
ckrawala padangan kita tentang sesuatu itu.
2. Defines Filsaft Ilmu
The Liang Gie mendefiniskan filsafat ilmu adlah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua:
a. Filsafat ilmu dalam arti luas, menampuang permasalahan yang
menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
o Imilkasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersiat ilmiah
o Tata susila yang menjadi pegangangan penyelenggaraan ilmu
o Konsekuensi pragmatic-etika penyelanggara ilmu dan
sebagainya.
b. Filsafat ilmu dalam arti sempit, menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di
dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah
dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan
ilmiah.
C. Objek dan Metode Filsafat Ilmu
1. Objek Filsafat Ilmu
Filsafat lmu sebagaiman halnya dnegan bidang-bidang ilmu yang
lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri:
a. Objek material filasafat ilmu, adalah objek yang dijadikan
sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajri
suatu ilmu itu, objek material fisafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri.
3
b. Objek formal filsafat ilmu, adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek material. Setiap ilmu pasti berbeda
dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar imu pengetahuan, seperti apa
hakikat imu itu sesungguhnya, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah, dan apa fungsi pengetahuan itu bagi manusia.
Cirri-ciri persoalan kefilsafatan yaitu bersifat umu, tidak
menyangkut fakta, bersangkut dengan nilai-nilai, bersifat kritis,
dan bersifat sinoptif. Kemudian ada cirri-ciri berfikir kefilsafatan
yaitu radikal, universal, konseptula, koheren, sistematis,
komprehensif, bebas, dan bertangguang jawab.
Agar
Agar
Agar
Agar
BAB II
FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU
A. Sumber Filsafat
Di dunia Barat yang pertama sekali befilsafat adalah orang-orang
Yunani. Plato menyebutkan bahwa filsafat bermula dari sebuah
ketakjuban, dan keheranan. Hanya manusia yang dapat jaktub, yang jadi
subjek. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan yang menanyakan
itu adalah manusia. Yang ditanyakan segala sesuatu yang belum jelas
dengan menginginkan kebenaran dari gerak asli pikiran manusia. Maka
dari ketakjuban dan keheranan itu akan muncul berbagai macam
pertanyaan. Dalam tiap ruang dan waktu akan selalu ada pertanyaanpertanyaan yang meminta dijawab oleh filsafat. Maka sejarah filsafat
menghidangkan kepada kita jawaban yang berbeda atas setiap
pertanyaan.
Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan. Manusia dalam
tiap kurun dan di negerinya masing-masing menghadapi kenyataankenyataan pokok yang sama dan dibentuk oleh kemanusiaan. Di samping
perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat asli. Tabiat
itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi soalsoal yang sama. Maka filsafat memberikan interpretasi atas soal-soal itu,
yang membentuk pandangan manusia dan sikap hidup serta tujuan hidup.
Ada tiga sikap pikiran manusia dalam menghadapi segala sesuatu;
yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya, dan ketiga ia sangsi.
Pada sikap yang pertama dan kedua pikiran itu tidak bekerja. Sedangkan
kesangsian akan membentuk pertanyaan-pertanyaan. Tiap penemuan
dimulai dengan tanda Tanya. Tanda Tanya menunjukkan gejala
kesangsian. Sejarah filsafat adalah adalah sejarah perkembangan pikiran
manusia. Dapat pula ia dikatakan sejarah kesangsian manusia dalam
usahanya mencari kebenaran dari kebenaran.
7
dengan filsafat lain, antara suatu agama dengan agama lain ialah, mana
manakah yang baik itu dan mana mana pulakah yang buruk itu.
Perbedaan inilah yang membedakan filsafat dengan agama, antara filsafat
dengan filsafat dan antara agama dengan agama.
C. Teori, Aliran dan Jenis-jenis Pengetahuan
1. Teori Pengetahuan
Berbicara tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan
pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak
pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanya merupakan tiruan belaka,
sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
Ada beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menetukkan apakah
pengetahuan itu benar atau salah yaitu:
a. Teori korespondensi, menurut teori ini kebenaran merupakan
persesuaian anatar fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupkan
persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi
lingkungannya.
b. Teori korensi, menurut teori ini kebeneran bukan persesuaian antara
pikiran dengan kenyataan melainkan kesesuain secara harmonis
antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah
dimiliki.
c. Teori pragmatism, menurut teori ini kebenaran tidak bersesuaian
dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa mengetahui dari
pengalaman kita saja.
2. Aliran-Aliran dalam Masalah Pengetahuan
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber
pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini:
a. Rasionalisme,berpandangan bahwa semua pengetahuan
bersumber pada akal, akal memperoleh bahan lewat indra untuk
kemudian diolah oleh akal, sehingga menjadi pengetahuan.
b. Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahaun diperoleh
lewat indra. Indra memperoleh kesankesan dari alam nyata,
untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri
manusia, sehingga menjadi pengalaman.
10
BAB III
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
13
logis adalah suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau
logika tertentu.
2. Logika
Apakah pernyataan atau pengetahuan yang dihasilkan melalui
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran? Untuk menjawab hal ini maka
perlu dilacak, apakah proses berfikir atau penalaran yang dilakukan itu
telah dilakukan melalui suatu cara tertentu dan kemudian sampai kepada
cara penarikan simpulan yang sahih sesuai dengan cara tertentu
tersebut? cara penarikan kesimpula ini disebut logika. Dalam dunia
keilmuan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis penarikan
kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan pada suatu
prses berpiki dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Logika deduktif adalah suatu cara
penarikan kesimpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari
legika induktif.
BAB V
14
16
BAB IIV
ETIKA KEILMUAN
A. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan
Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Secara terminology etika adalah cabang
filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuaatan manusia dalam
hubungan dengan baik buruk. Moral berasal dari kata latin mos jamaknya
mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya,
tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau
moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai.
Kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi di dalam jiwa.
Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampao kepada kehendak
yang sadar, yang artinya sampai kepada kesadaran kesusilaan yang telah
tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Oleh karena itu,
tugas kesusilaan pertama ialaha meningkatkan perkembangan itu dalam
diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan bati kita.
B. Hubungan Antara Nilai dan Budaya
Hal-hal yang berhubungan dengan penilain sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan. Hal ini dapat
dipahami dengan menyimak fenomena kehidupan manusia. Ketika
17
18