You are on page 1of 18

FILASAFAT ILMU

BAB I
MENGENAL FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu


Filsafat bersumber dari bahasa Yunani philosophia. Philos memiliki
arti; teman. Kawan, sahabat. Sedangkan Sophia bearti kebijaksanaan,
maka jika dilihat dari kata tersebut maka philosophia akan bearti cinta
kebijaksanaan.
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau
alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir bearti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguhsungguh. Filsafat adalah hasil akan seorang manusia yang mencari dan
memikirkan seuatu kebenaran dengan sedalam dalamnya, dengan kata
lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran sesuatu.
1. Filsafat Sebagai Ilmu
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat
terkandung empat pertanyaan ilmiah: bagaimanakah, mengapakah,
kemanakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimanakah menanyakan sifat-sifat yang dapat
ditanggkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban yang dapat diperoleh
bersifat deskriptif.
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu
objek. Jawban yang diperoleh bersifat kausalitas.
Pertanyaan kemanakah menanyakan apa yang terjadi dimasa
lampau, masa sekarang, masa yang akan datang. Jawaban yang akan
diperoleh ada tiga jenis: pengetahuan yang timbul dari dari hal yang
selalu berulang-ulang, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang
1

terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan yang terkandung dalam


masyarkat, dan pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai
atau hukum.
Pertanyaan apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak
dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam. Hakikat ini sifatnya
sangat dalam dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat
dimengerti oleh akal.
2. Filsafat Sebagai Cara Berfikir
Berbifikr secara filsafat dapat diartikan sebagai berfikir yang sangat
mendalam sampai pada hakikat, atau berfikir secara global atau
berfikir dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut
pandang ilmu pengetahuan. Berfikir yang demikian ini sebagai upaya
untuk berfikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung
jawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan:
a. Harus sistematis, maksudnya untuk menyusun suatu pola
pengetahan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing
unsure saling berkaitab satu dengan yang lain secara teratur
dalam keseluruhan.
b. Harus konsepsional, mkasudnya adalah upaya untuk menyusun
suatu bagan yang terkonsepsi (jelas). Karena berfikir secara
filsafat sebenarnya berfikir tentang hal dan prosesnya.
c. Harus koheren, koheren adalah unsure-unsurnya tidak
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.
d. Harus rasional, maksud rasional adalah unsure-unsurnya
berhubungan secara logis, artinya pemikiran filsafat harus
diuraikan dalam bentuk logis, yaitu suatu bentu kebenaran yang
mempunyai kaidah-kaidah berfikir (logika).
e. Harus sinoptik, artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal
menyeluruh atau dalam kebersamaan secara intergral.
f. Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah
pemikiran filsafat sebagai upaya memahami semua realitas
kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandang (hidup) dunia,
termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua
hal yang berada di dalamnya.
2

3. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri pengetahuan
ilmiah adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
B. Defenisi Filsafat dan Filsafat Ilmu
1. Definisi Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang berasal dari
bahasa Yuniai, philosophia yang berati pengetahuan. Filasafat adalah
hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran
dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu. Tujuan filsafat dengan mengetahui sesuatu yang tidak hanya
dari segi yang lahiriah, tetapi juga yang hakiki, akan memperluas
ckrawala padangan kita tentang sesuatu itu.
2. Defines Filsaft Ilmu
The Liang Gie mendefiniskan filsafat ilmu adlah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua:
a. Filsafat ilmu dalam arti luas, menampuang permasalahan yang
menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
o Imilkasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersiat ilmiah
o Tata susila yang menjadi pegangangan penyelenggaraan ilmu
o Konsekuensi pragmatic-etika penyelanggara ilmu dan
sebagainya.
b. Filsafat ilmu dalam arti sempit, menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di
dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah
dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan
ilmiah.
C. Objek dan Metode Filsafat Ilmu
1. Objek Filsafat Ilmu
Filsafat lmu sebagaiman halnya dnegan bidang-bidang ilmu yang
lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri:
a. Objek material filasafat ilmu, adalah objek yang dijadikan
sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajri
suatu ilmu itu, objek material fisafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri.
3

b. Objek formal filsafat ilmu, adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek material. Setiap ilmu pasti berbeda
dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar imu pengetahuan, seperti apa
hakikat imu itu sesungguhnya, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah, dan apa fungsi pengetahuan itu bagi manusia.
Cirri-ciri persoalan kefilsafatan yaitu bersifat umu, tidak
menyangkut fakta, bersangkut dengan nilai-nilai, bersifat kritis,
dan bersifat sinoptif. Kemudian ada cirri-ciri berfikir kefilsafatan
yaitu radikal, universal, konseptula, koheren, sistematis,
komprehensif, bebas, dan bertangguang jawab.

2. Metode Filsafat Ilmu


Seperti telah diketahui bahwa berfikir adalah kegiatan mental
yang menghasilkan suatu perbuatan. Metode ilmiah merupakan
cara bekerja pikiran tersebut. Langkah-langkah sebagai alur berfikir
yang tercakup dlam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
kegiatan ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Rumusan masalah
b. Menetukan khasanah pengetahuan ilmiah
c. Penyusunan kerangka berfikir dalam penyusunan hipotesis
d. Penyusunan hipotesis
e. Pengujian hipotesis
f. Penarikan kesimpulan.
D. Cabang-Cabang Filsafat dan Kegunaan Filsafat
1. Cabang-Cabang Filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang
mencakup semua ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan
selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahakan diri ari
induknya. Adapun cabang-cabang filsafat yaitu, metafisika, logika, etika,
estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.
2. Kegunaan Filsafat
4

Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran esuatu, baik dalam


logika (kebenaran berfikir), etika (berprilaku), maupun metafisika (hakikat
keaslian). Adapun mamfaat mempelajri ada bermacam-macam namun
sekurang-kurangnya ada empat mamfaatnya yaitu:
a.
b.
c.
d.

Agar
Agar
Agar
Agar

terlatih berfikir serius.


mampu memahami filsafat.
mungkin menjadi ahli filsafat.
menjadi warga Negara yang baik.

Selain itu ada beberapa mamfaat secara konkrit kita mempelajari


filsafat yaitu sebagai berikut:
a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri sendiri, dengan
berfikir lebih mendala, kita mengalami dan menyadari
kerohanian kita.
b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandain untuk melihat dan
memecahkan perusal-persoaln dalam hidup sehari-hari.
c. Filsafat memberikan pandangan yang luas.
d. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri.
e. Filsafat memberikan dasa-dasar, baik untuk hidup kita sendiri,
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
E. Ruang Lingkup Filsafat
Pembagian filsafat berdasarkan pada struktur pengetahuan filsafat
yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat
sistematis filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
1. Filsaat sistematis, terdiri dari:
a. Metafisika
b. Epistemologi
c. Logika
d. Etika
e. Estetika
2. Filsafat khusus terdiri dari:
a. Filsafat Seni
b. Filsafat Kebudayaan
c. Filsafat Pendidikan
d. Filsafat Sejarah
e. Filsafat Bahasa
f. Filsafat Hukum
g. Filsafat Budi
h. Filsafat Politik
i. Filsafat Agama
j. Filsafat Kehidupan
k. Filsafat Nilai
5

3. Filsafat keilmuan terdiri dari:


a. Filsafat matematika
b. Filsafat biologi
c. Filsaat Linguistik
d. Filsafat Psikologi
e. Filsafat Ilmu-ilmu sosial
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak
kita harus mempelajari ilmu bidang pokok yaitu:
1. Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian
dari persoalan filsafat yang membicarakan tentang prinsip-prinsip
yang paling universal, membicarakan karakteristik hal-hal yang
sangat mendasar, dan membicarakan persoalan-persoalan seperti
hubungan akal dengan benda dan lain-lain.
2. Epistemology, berkaitang dengan metafisika, bedanya persoalannya
berpusat pada apakan ada yang didalamnya memuat seperti
problem, asal pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, dan
mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat
mengetahuinya.
3. Logika, adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap
asas, aturan, dan tata cara penalaran yang batul.
4. Etika, yaitu yang membicarakan tentang prilaku dan tindakan
manusia, dengan penekanan yang baik dan yang buruk.
5. Sejarah filsafat, adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan
dengan pemikiran filsafat. Filsafat ini memuat berbagai pemikiran
kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari berbagai zaman praYunani hingga zaman modern.

BAB II
FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU

A. Sumber Filsafat
Di dunia Barat yang pertama sekali befilsafat adalah orang-orang
Yunani. Plato menyebutkan bahwa filsafat bermula dari sebuah
ketakjuban, dan keheranan. Hanya manusia yang dapat jaktub, yang jadi
subjek. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan yang menanyakan
itu adalah manusia. Yang ditanyakan segala sesuatu yang belum jelas
dengan menginginkan kebenaran dari gerak asli pikiran manusia. Maka
dari ketakjuban dan keheranan itu akan muncul berbagai macam
pertanyaan. Dalam tiap ruang dan waktu akan selalu ada pertanyaanpertanyaan yang meminta dijawab oleh filsafat. Maka sejarah filsafat
menghidangkan kepada kita jawaban yang berbeda atas setiap
pertanyaan.
Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan. Manusia dalam
tiap kurun dan di negerinya masing-masing menghadapi kenyataankenyataan pokok yang sama dan dibentuk oleh kemanusiaan. Di samping
perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat asli. Tabiat
itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi soalsoal yang sama. Maka filsafat memberikan interpretasi atas soal-soal itu,
yang membentuk pandangan manusia dan sikap hidup serta tujuan hidup.
Ada tiga sikap pikiran manusia dalam menghadapi segala sesuatu;
yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya, dan ketiga ia sangsi.
Pada sikap yang pertama dan kedua pikiran itu tidak bekerja. Sedangkan
kesangsian akan membentuk pertanyaan-pertanyaan. Tiap penemuan
dimulai dengan tanda Tanya. Tanda Tanya menunjukkan gejala
kesangsian. Sejarah filsafat adalah adalah sejarah perkembangan pikiran
manusia. Dapat pula ia dikatakan sejarah kesangsian manusia dalam
usahanya mencari kebenaran dari kebenaran.
7

B. Filsafat, Ilmu, Kebudayaan, dan Agama


1. Filsafat dan Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa arab (alima) yang bearti
pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud
adalah pengetahuan yang pasti, eksak dan betul-betul terorganisasi. Jadi
pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik. Ilmu
haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi dan ia berusaha
mencapai generalisasi.

Ada beberapa macam jenis ilmu;


a. Ilmu praktis. Ilmu yang tidak hanya berhenti pada teori, tetapi
juga menuju kepada dunia kenyataan.
b. Ilmu praktis normatitif. Ia memberikan ukuran-ukuran dan normanorma
c. Ilmu praktis positif. Ia mengkaji bagaimana membuat suatu atau
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu
d. Ilmu spekulatis ideografis. Ilmu spekulatif yang tujuannya
mengkaji tujuan objek dalam wujud nyata dalam ruang dan
waktu tertentu
e. Ilmu spekulatif-nomotetis. Ia berusaha mendapatkan hukum
umum
f. Ilmu spekulatif teoritis. Ia bertujuan memahami kausalitas.
Teori kebenaran dari ilmu ditentukan oleh empat tingkat:
a. Hipotesis atau dugaan pikiran. Seorang akan memulai dengan
sebuah hipotesis, dugaan itu didukung dengan fakta atau datadata yang dapat mendukung hipotesis itu sendiri.
b. Apabila fakta fakta menyokong, mulai tahap kerja ilmiah yang
pertama dan kedua.
c. Pada tahap ke tiga, manakala hukum belum dapat dipastikan,
ilmuwan menyimpulkan teori, yakni hipotesis yang bertaut dan
logis, yang sudah diuji oleh data-data.

d. Apa bila penjelasan fakta sampai pada kepastian hukum, yakni


hukum alam, sampai ilmu ke tingkat yang tertinggi, dan sampai
pulalah ia pada ujung kerjanya
Hubungan filsafat dengan ilmu menurut pandangn filsuf terbagi menjadi
dua;
a. Hubungan erat antara keduanya. Perkembangan ilmu harus
bersama sama dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan
antara filsafat dengan imu.
b. Filsafat tidak berkaitan dengan ilmu. Ia otonom dan tidak mau
diperalat oleh ilmu
2. Filsafat dan Kebudayaan
Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa, yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang
membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan dalam satu waktu.
Kuntjaraningrat membagi kebudayaan dalam tujuh pase, yaitu:
peralatan dan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian, hidup dan
sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, ilmu
pengetahuan dan religi.
Dengan demikian jelaslah betapa filsafat itu mengendalikan cara
berfikir kebudayaan. Di belakang tiap kebudayaan selalu kita temukan
filsafat. Perbedaan kebudayaan dapat dipulangkan kepada perbedaan
filsafat.
3. Filsafat dan Agama
Ada dua jenis kategori agama dibumi ini:
a. Agama budaya, yaitu agama yang dibentuk dari kebudayaan,
agama ini tumbuh dibumi, dan pertama sekali dibentuk oleh
filsafat, dan tentukan dirumuskan oleh para filsuf.
b. Agama langit, yaitu agama yang diturunkan dari langit, agama ini
dibentuk oleh wahyu Tuhan.
Baik filsafat maupun agama, keduanya menentukan norma-norma baik
dan buruk. Perbedaan besar antara filsafat dan agama, antara satu filsafat
9

dengan filsafat lain, antara suatu agama dengan agama lain ialah, mana
manakah yang baik itu dan mana mana pulakah yang buruk itu.
Perbedaan inilah yang membedakan filsafat dengan agama, antara filsafat
dengan filsafat dan antara agama dengan agama.
C. Teori, Aliran dan Jenis-jenis Pengetahuan
1. Teori Pengetahuan
Berbicara tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan
pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak
pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanya merupakan tiruan belaka,
sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
Ada beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menetukkan apakah
pengetahuan itu benar atau salah yaitu:
a. Teori korespondensi, menurut teori ini kebenaran merupakan
persesuaian anatar fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupkan
persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi
lingkungannya.
b. Teori korensi, menurut teori ini kebeneran bukan persesuaian antara
pikiran dengan kenyataan melainkan kesesuain secara harmonis
antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah
dimiliki.
c. Teori pragmatism, menurut teori ini kebenaran tidak bersesuaian
dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa mengetahui dari
pengalaman kita saja.
2. Aliran-Aliran dalam Masalah Pengetahuan
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber
pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini:
a. Rasionalisme,berpandangan bahwa semua pengetahuan
bersumber pada akal, akal memperoleh bahan lewat indra untuk
kemudian diolah oleh akal, sehingga menjadi pengetahuan.
b. Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahaun diperoleh
lewat indra. Indra memperoleh kesankesan dari alam nyata,
untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri
manusia, sehingga menjadi pengalaman.

10

c. Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek


pengetahuan yang diketahui dalam diri sendiri. Objek-objek
tersebut tidak bergantung adanya pada yang mengetahui yang
mencerap atau tidak bergantung pada fikiran.
d. Kritisisme, adalah aliran yang berusha menjawab persoalan
pengethaun tokohnya adalah Immanuel Kant. Titik tolak Kant
adalag ruang dan waktu sebaga dua bentu pengamatan.
e. Idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah prosesproses mental atau proses-prose psikologis yang sifatnya
subjektif.
f. Positivisme, berpendirian bahwa kepercyaan-kepercayaan yang
dogmatis harus dinganti dengan pengetahuan faktawai.
g. Pragmatis, tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan
melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut.
3. Jenis-Jenis Pengetahuan
Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat
diperolehnya dengan melalui beberapa sumber:
a. Pengetahuan wahyu. Manusia memperoleh pengetahuan dan
kebenaran atas dasr wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Tuhan telah memberikan pengetahuan dan kebenaran
kepada manusia pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi
manusia dalam kehidupannya wahyu merupakan firman Tuhan.
b. Pengetahuan intuitif, pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari
dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghyatti sesuatu.
Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran
manusia.
c. Pengetahuan rasional, pengetahuan ini merupakan pengetahuan
yang diperoleh dari latihan rsio/akal semata, tidak disertai dengan
observasi terhadap peristiwa-peristiwa factual.
d. Pegetahuan empiris, pengetahuan ini diperoleh atas bukti
pengindraan dengan pengelihatan, pendengaran, dan sentuhan
indra-indra lainnya sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar
kita.
e. Pengetahuan otoritas, kita menerima suatu pengetahuan itu
benar bukan karena telah mengeknya di luar dari diri kita,
11

melainkan telah dijamin oleh otoritas (sesuatu sumber yang


berwibawa, mwmiliki wewenang, memilik hak).

BAB III
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Definisi dan Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


1. Definisi Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science
yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang
berarti mempelajari, mengetahui. The Liang Gie (1987) memberikan
pengertian ilmu adalah rangkain aktivitas penelaahan yang mencari
12

penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional


empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin
dimengerti manusia.
2. Ciri-Ciri ilmu pengetahuan
Cirri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu
penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh
jawaban. Mennurut The Liang Gie ilmu pengetahuan ilmiah mempunyai
lima cirri pokok yaitu:
a. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan
dan ercobaan
b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan dan
teratur.
c. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka
perseorangan dan kesukaan pribadi.
d. Analitis, pengetahuan ilmiah berusha mebeda-bedakan pokok
soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami
berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu
e. Verifikasi, dapat diperiksa kebenarannya oleh siap pun juga.
B. Penalaran dan Logika
1. Penalaran
Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan berpiki, merasa,
melihat, mendengar, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya
diperoleh atau bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui
proses kegiatan berpikir, merasa, melihat, dan mendengar.penalaran
mengahsilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir dan tidak
dikaitkan dengan perasaan, penalaran sebagai suatu proses berpikir
berdasarkan dalam dua hal yaitu logika dan analitis. Logis adalah salah
satu cirri penalaran mengandung pengertian bahwa setiap bentuk
penalaran mempunyai logikanya masing-masing. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu berfikir logis, dimana berpikir

13

logis adalah suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau
logika tertentu.
2. Logika
Apakah pernyataan atau pengetahuan yang dihasilkan melalui
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran? Untuk menjawab hal ini maka
perlu dilacak, apakah proses berfikir atau penalaran yang dilakukan itu
telah dilakukan melalui suatu cara tertentu dan kemudian sampai kepada
cara penarikan simpulan yang sahih sesuai dengan cara tertentu
tersebut? cara penarikan kesimpula ini disebut logika. Dalam dunia
keilmuan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis penarikan
kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan pada suatu
prses berpiki dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Logika deduktif adalah suatu cara
penarikan kesimpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari
legika induktif.

BAB V
14

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


A. Zaman Purba (15 SM-7 SM)
Pada dasranya manusia dizaman purba hanyalah menerima semua
peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan,
pengumpulan data dan sebgainya, namun mereka sekedar menerima
pengumpulan saja. Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia
pada zaman purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad
ke- 15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan
yang memberikan mamfaat langsung kepada masyarakat. Sesua dengan
namanya zaman batu pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai
peralatan. Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia
menemukan dan menggunkan api dalam kehidupan sehari-hari.
B. Zaman Yunani (7 SM-6 SM)
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,
karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapat. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang
ilmu filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagu mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga dpat menerima pengalaman yang
didasarkab pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja),
melainkan menubuhkan sikap an inquiring attitud (suatu sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap inilah yang menajdi cikal
bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bngsa Yunani tampil sebagai ahli piki terkenal sepanjang
zaman.
C. Zaman Pertengahan (6 M-15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada
hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa dibenua eropa. Pengertian
umum zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangabn
pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya
15

kekaisaran romawi barat tahun 478 M hingga timbulnya Renaissance di


Italia. Zaman pertengahan ditandai dengan pengarh cukup besar dari
agam katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada
saat itu.

D. Zaman Renaissance (14 M-17 M)


Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah
zaman peralihan ketika kebudayaan. Abad pertengahan mulai berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Menusuai pada zaman ini adlaha
manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas usaha sendiri, tidak didasarkan atas campuran
tangan ilahi.
E. Zaman Modern (17 M-19 m)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalm bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissane. Seperti zaman .
F. Zaman Kontemporer (Abad ke-20-Sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer
berkembangan dengan sangat cepata. Masiang-masinga ilmu
mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai macam penemuanpenemuannya. Penemuan dan penciptaan terjadi silih berganti dan makin
sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua setiap
tahun, bahakan dalam disiplin-disiplin tertentu seperti genetika setiap dua
tahun.

16

BAB IIV
ETIKA KEILMUAN
A. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan
Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Secara terminology etika adalah cabang
filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuaatan manusia dalam
hubungan dengan baik buruk. Moral berasal dari kata latin mos jamaknya
mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya,
tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau
moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai.
Kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi di dalam jiwa.
Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampao kepada kehendak
yang sadar, yang artinya sampai kepada kesadaran kesusilaan yang telah
tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Oleh karena itu,
tugas kesusilaan pertama ialaha meningkatkan perkembangan itu dalam
diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan bati kita.
B. Hubungan Antara Nilai dan Budaya
Hal-hal yang berhubungan dengan penilain sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan. Hal ini dapat
dipahami dengan menyimak fenomena kehidupan manusia. Ketika
17

seorang anak lahir dan berkembangan menjadi dewasa, hidup dalam


lingkungan budaya tertentu. Sistuasi demikian, disadari ataupun tidak
disadari, si anak dikenalkan dengan berbagai tata nilai dan yang akan
tertatanam melalui proses sosialisasi atau inkultural dari orang tua atau
lingkungan pergaulannya. Nilai yang tertatanam pada si anak akan ikut
berpengaruh dalam proses penilaian. Faktor budaya berpengaruh
dominan dalam proses penialain. Ini dapat dilihat dalam kehidupan,
bahwa cara penilain sesamma waraga masyarakat dari lingkungan
budaya yang sama atas objek yang sama, maka hasilnya kurang lebih
sama.
C. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional
Dalam pengembangan kebudayaan nasional nilai kritis, rasional,
logis objektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan mengabdi secara
nasional sangat diperlukan. pengembangan kebudayaan nasional pada
hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat
komvensional kea rah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspis
rasi tujuan nasional.

18

You might also like