Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2
BAB II
KEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Pemilihan dan Penetapan Anggota KPI
Pasal 2
(1) Anggota KPI Pusat dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan
KPI Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atas usul
masyarakat melalui uji kepatutan dan kelayakan secara terbuka.
(2) Anggota KPI Pusat secara administratif ditetapkan oleh Presiden atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan anggota KPI Daerah secara administratif
ditetapkan oleh Gubernur atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.
Bagian Kedua
Pemberhentian Anggota KPI
Pasal 3
Bagian Ketiga
Tata Cara Penggantian Anggota
Pasal 4
(1) Anggota pengganti antarwaktu adalah calon anggota KPI yang telah menjalani uji
kepatutan dan kelayakan serta ditetapkan oleh DPR RI atau DPRD Provinsi sebagai
anggota pengganti antarwaktu sesuai dengan urutan hasil uji kepatutan dan
kelayakan.
3
(2) Apabila anggota KPI meninggal dunia, maka KPI Pusat menyampaikan surat
pemberitahuan dan penggantian kepada Presiden dengan tembusan ke DPR RI dan
KPI Daerah kepada Gubernur dengan tembusan ke DPRD Provinsi.
Pasal 5
(1) Anggota KPI Pusat yang bermaksud mengundurkan diri harus mengajukan surat
kepada Presiden dan disampaikan dalam Pleno KPI Pusat.
(2) Anggota KPI Daerah yang bermaksud mengundurkan diri harus mengajukan surat
kepada Gubernur dan disampaikan dalam Pleno KPI Daerah.
(3) Keputusan mengenai permintaan pengunduran diri dilakukan melalui rapat pleno.
Pasal 6
(1) Apabila terdapat anggota KPI yang sedang dalam proses pengadilan karena
perbuatan pidana kejahatan, maka yang bersangkutan dinonaktifkan sebagai anggota
KPI berdasarkan rapat pleno.
(2) Apabila terdapat anggota KPI yang dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5
ayat (1) huruf d, maka KPI Pusat menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Presiden dengan tembusan ke DPR RI dan KPI Daerah kepada Gubernur dengan
tembusan ke DPRD Provinsi untuk diberhentikan dan digantikan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 7
(1) Apabila terdapat anggota KPI yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana
yang termaktub dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran, maka KPI Pusat menyampaikan surat pemberitahuan dan
penggantian kepada Presiden dengan tembusan ke DPR RI dan KPI Daerah kepada
Gubernur dengan tembusan ke DPRD Provinsi.
(2) Anggota KPI yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1), setelah diadakan klarifikasi oleh KPI terhadap anggota yang
bersangkutan dan apabila terbukti, KPI melalui rapat pleno dapat memutuskan untuk
mengusulkan penggantian.
Bagian Keempat
Tata Cara Penggantian Anggota yang Masa Jabatannya Berakhir
Pasal 8
(1) Tiga bulan sebelum masa jabatan berakhir, KPI Pusat wajib memberitahukannya
kepada Presiden dan DPR RI serta KPI Daerah wajib memberitahukannya kepada
Gubernur dan DPRD Provinsi.
(2) Masa jabatan berakhir setelah anggota KPI yang baru ditetapkan dan/atau dilantik.
4
Pasal 9
Tata cara dan pelaksanaan penggantian anggota KPI yang masa jabatannya berakhir
merupakan kewenangan DPR RI untuk KPI Pusat dan DPRD untuk KPI Daerah.
Pasal 10
Anggota KPI yang telah habis masa jabatannya pada masa jabatan pertama dapat dipilih
dan ditetapkan kembali untuk yang kedua kalinya.
Bagian Kelima
Tata Tertib dan Kode Etik Keanggotaan
Pasal 11
(1) Anggota KPI wajib menaati tata tertib keanggotaan sebagai berikut:
a. dilarang menerima pemberian apapun dalam bentuk suap secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan penyiaran;
b. tidak menyalahgunakan jabatan dan kewenangannya untuk kepentingan-kepentingan
lain yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. wajib melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya dalam
pleno;
d. dilarang terlibat langsung dalam operasional, struktur pelaksana dan/atau manajemen
di lembaga penyiaran yang dapat mempengaruhi independensi sebagai anggota KPI;
e. tidak terkait langsung dengan kepemilikan di lembaga penyiaran.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata tertib keanggotaan KPI ditetapkan dengan
keputusan KPI.
Pasal 12
BAB III
STRUKTUR KELEMBAGAAN
Bagian Pertama
Struktur Komisioner
Pasal 13
5
(2) Penetapan Ketua dan Wakil Ketua KPI dalam struktur Komisioner sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diputuskan dalam proses pemilihan
(3) Hasil penetapan Ketua dan Wakil Ketua KPI disampaikan kepada Presiden untuk
KPI Pusat dan kepada Gubernur untuk KPI Daerah
(4) Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua KPI adalah satu (1) periode kepengurusan
kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 di atas atau terbukti melanggar
tata tertib dan kode etik.
(5) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota mempunyai bidang tugas masing-masing yang
terdiri atas:
a. Bidang Pengelolaan Struktur Sistem Penyiaran Indonesia:
1. melaksanakan perizinan;
2. melaksanakan kegiatan KPI yang berkaitan dengan penjaminan kesempatan
masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan
hak asasi manusia;
3. melaksanakan program dan kegiatan KPI yang berkaitan dengan pengaturan
insfrastruktur penyiaran;
4. melaksanakan pembangunan iklim persaingan yang sehat antarlembaga
penyiaran dan industri terkait.
b. Bidang Pengawasan Isi Penyiaran:
1. melaksanakan penyusunan peraturan dan keputusan KPI yang menyangkut
isi penyiaran;
2. melaksanakan pengawasan pelaksanaan dan penegakan peraturan KPI yang
menyangkut isi penyiaran;
3. melaksanakan pemeliharaan tatanan informasi nasional yang adil, merata,
dan seimbang;
4. melaksanakan kegiatan KPI yang menampung, meneliti dan menindaklanjuti
aduan, sanggahan, kritik, dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaran
penyiaran;
c. Bidang Kelembagaan:
1. melaksanakan penyusunan, pengelolaan, dan pengembangan organisasi KPI;
2. melaksanakan penyusunan peraturan dan keputusan KPI yang berkaitan
dengan organisasi;
3. melaksanakan kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan
masyarakat, serta pihak-pihak internasional;
4. melaksanakan perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
professional di bidang penyiaran.
6
Pasal 14
Bagian Kedua
Tenaga Ahli dan Asisten Ahli
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KPI dapat dibantu oleh tenaga ahli sesuai
dengan kebutuhan.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai tenaga ahli, harus memenuhi syarat-syarat dan
ketentuan yang ditetapkan oleh KPI.
Pasal 16
(1) Setiap anggota KPI dapat dibantu oleh seorang Asisten Ahli.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai Asisten Ahli, harus memenuhi syarat-syarat dan
ketentuan yang ditetapkan oleh KPI.
7
BAB IV
KESEKRETARIATAN
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 17
(1) Sekretariat KPI merupakan bagian perangkat kelembagaan pemerintah baik di pusat
maupun di daerah.
(2) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPI dibantu oleh sekretariat yang dipimpin
oleh seorang sekretaris yang dibiayai oleh APBN untuk KPI Pusat dan APBD untuk
KPI Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Struktur organisasi sekretariat KPI yang diatur dalam Peraturan KPI ditetapkan
melalui Keputusan Menteri untuk KPI Pusat dan Peraturan Gubernur dan atau
Peraturan Daerah untuk KPI Daerah.
Pasal 18
(1) Sekretaris KPI Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pejabat yang
diusulkan oleh KPI Pusat dan ditetapkan oleh Menteri.
(2) Sekretaris KPI Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pejabat yang
diusulkan oleh KPI Daerah dan ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretaris bertanggungjawab kepada Ketua
KPI dan mematuhi setiap keputusan pleno.
(4) Pejabat Sekretariat KPI Pusat/KPI Daerah adalah pejabat struktural disesuaikan
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
Bagian Kedua
Struktur Sekretariat
Pasal 19
(1) Struktur organisasi Sekretariat KPI disesuaikan dengan kebutuhan fungsional KPI.
(2) Struktur organisasi Sekretariat KPI sebagaimana ayat (1) meliputi:
a. Bagian Umum;
b. Bagian Administrasi Perizinan;
c. Bagian Isi Siaran;
d. Bagian Kelembagaan.
Pasal 20
Dalam menjalankan tugas dan fungsi kesekretariatan KPI Pusat dan KPI Daerah dapat
mengangkat tenaga Non-PNS.
8
BAB V
RAPAT KELEMBAGAAN
Bagian Pertama
Bentuk Rapat, Kuorum, dan Pengambilan Keputusan
Pasal 21
Bagian Kedua
Rapat Koordinasi Nasional
Pasal 22
(1) Rapat Koordinasi Nasional merupakan Forum Tertinggi KPI yang berfungsi untuk
menetapkan Peraturan dan Keputusan berkenaan dengan wewenang, tugas,
kewajiban, dan fungsi KPI.
(2) Rapat Koordinasi Nasional yang dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun
(3) Rapat Koordinasi Nasional adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh Ketua, Wakil
Ketua, dan Anggota KPI.
(4) Rakornas diselenggarakan oleh KPI Pusat yang dibiayai oleh APBN
Bagian Ketiga
Rapat Koordinasi Teknis
Pasal 23
(1) Rapat Koordinasi Teknis adalah rapat yang diselenggarakan oleh Bidang-bidang
yang dikoordinasikan oleh masing-masing Anggota KPI sesuai dengan tugas dan
wewenang menurut struktur organisasi.
(2) Rapat Koordinasi Teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan
sesuai kebutuhan.
9
Bagian Keempat
Rapat Pimpinan
Pasal 24
(1) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota KPI Pusat dan para
Ketua dan/atau Wakil Ketua KPI Daerah.
(2) Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(3) Rapat Pimpinan merupakan forum koordinasi antar pimpinan KPI yang dapat
melahirkan kebijakan strategis lembaga dan menetapkan sanksi pelanggaran
terhadap tata tertib.
Bagian Kelima
Rapat Kerja
Pasal 25
(1) Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan oleh KPI baik di tingkat Nasional
(Rakernas) dan ditingkat daerah (Rakerda).
(2) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh KPI Pusat dan diikuti oleh para
koordinator bidang dari seluruh KPI Daerah.
(3) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) berfungsi untuk menetapkan dan mengevaluasi
program kerja KPI secara nasional.
(4) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) diselenggarakan sekali dalam satu tahun.
(5) Rapat Kerja Daerah (Rakerda) diselenggarakan oleh KPI Daerah sebagai tindak
lanjut dan implementasi dari hasil-hasil Rakernas.
(6) Rakerda berfungsi menetapkan dan mengevaluasi program kerja KPI Daerah.
(7) Rakerda diselenggarakan satu kali dalam satu tahun.
Bagian Keenam
Rapat Pleno
Pasal 26
(1) Rapat Pleno adalah rapat yang diselenggarakan secara berkala oleh KPI yang
merupakan forum tertinggi dalam pengambilan keputusan di masing-masing KPI
Pusat dan KPI Daerah.
(2) Rapat Pleno sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua KPI dan diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
Pasal 27
10
BAB VI
TATA HUBUNGAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH
Pasal 28
(1) KPI Pusat bertindak sebagai koordinator bagi pelaksanaan wewenang, tugas, fungsi,
dan kewajiban KPI, yang berskala lintas daerah/wilayah, nasional maupun
internasional.
(2) KPI Pusat bertindak sebagai mediator dan fasilitator komunikasi dan koordinasi
antara KPI (KPI Pusat dan KPI Daerah) dan Pemerintah Pusat
(3) KPI Pusat bertindak sebagai mediator dan fasilitator komunikasi dan koordinasi
antara KPI Daerah dan Pemerintah Daerah.
(4) Dalam melaksanakan fungsi, wewenang, tugas, dan kewajibannya, KPI Daerah
melakukan koordinasi dengan KPI Pusat.
(5) KPI Pusat melakukan dekonsentrasi anggaran dan kegiatan ke KPI Daerah seluruh
Indonesia.
(6) KPI Pusat wajib memfasilitasi terbentuknya sekretariat KPI Daerah.
(7) Daerah yang belum terbentuk KPI Daerah, segala kewenangan penyiaran ada pada
KPI Pusat.
BAB VII
KERJA SAMA
Pasal 29
KPI dapat membuat perjanjian dan atau kerja sama dengan pihak lain berdasarkan
kebutuhan.
BAB VIII
HONORARIUM DAN TUNJANGAN
Pasal 30
(1) Anggota KPI menerima honorarium dan tunjangan yang besarnya disesuaikan
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
(2) Pejabat dan staf sekretariat yang berstatus PNS dan Non PNS berhak mendapatkan
insentif disesuaikan dengan kedudukan dan atau jabatannya (eselonisasi), transport
dan honorarium dari satu kepanitiaan/tim, dan khusus bagi Non PNS ditambahkan
hak honorarium tetap berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
11
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
(1) Dengan berlakunya peraturan ini, segala ketentuan tentang kelembagaan yang ada
tetap berlaku sepanjang tidak diatur dan tidak bertentangan dengan peraturan ini
(2) Segala peraturan dan keputusan yang ditetapkan dalam peraturan ini bersifat
mengikat ke luar dan ke dalam
(3) Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia
Nomor 04/P/KPI/9/2006 tentang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia
dinyatakan tidak berlaku.
BAB X
PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 September 2007
12
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.