Professional Documents
Culture Documents
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan
(belakang pasaraya manggarai)
phone number : 021 8317064
pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan
Phone number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.Optimaprep.Com
1-2. Tuberkulosis
Gejala Klinis
PF
Roentgen
1-2. Tuberkulosis
Tipe Pasien
Definisi
Baru
Kambuh/relaps
Defaulted/drop out
Gagal
Kronik
Bekas TB
Tipe Pasien
Kategori 1:
2RHZE/4(RH)3
Kategori 2
2RHZES/RHZE/5(RHE)3
Kategori anak
2RHZ/4RH
Profilaksis anak
6INH 5-10 mg/kgBB
Waktu Periksa
Akhir tahap
intensif
Sebulan sebelum
akhir atau di akhir
pengobatan
Akhir intensif
Akhir intensif
Sebulan sebelum
akhir atau di akhir
pengobatan
Hasil BTA
Tindak Lanjut
(-)
(+)
(-)
Sembuh
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
Sembuh
(+)
Pelatihan DOTS. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI; 2008.
4. Hipertensi
4. Hipertensi
If a drug is not
tolerated or is
contraindicated, then
one of the other
classes proven to
reduce cardiovascular
events should be used
instead.
Treating SBP and DBP
to targets that are
<140/90 mmHg is
associated with a
decrease in CVD
complications.
In patients with
hypertension and
diabetes or renal
disease, the BP goal is
<130/80 mmHg.
4. Hipertensi
4. Hipertensi
1.
2.
4. Hipertensi
EKG
Pembesaran atrium kiri durasi gelombang P di lead II 0.12 detik.
Roentgen toraks
Tanda awal: pendataran sisi atas batas kiri siluet jantung, penonjolan arteri
pulmonalis, dilatasi lobus atas vena pulmonalis, pergeseran esofagus ke
posterior oleh atrium kiri yang membesar.
Kerley B lines: garis horizontal halus, tebal, opak di paru bawah/tengah karena
distensi septa interlobular & limfa yang disebabkan oleh edema.
Komplikasi:
Fibrilasi atrium dan emboli sistemik.
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease.
7. Asma
Definisi:
Gangguan inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik mengakibatkan
hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik
berulang:
mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.
7. Asma
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca.
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah
dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama
reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
Tanda klinis: sesak napas, mengi, & hiperinflasi. Serangan berat: sianosis,
gelisah, sukar bicara, takikardi, penggunaan otot bantu napas.
PDPI. Asma: pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. 2004
7. Asma
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau
VEP1 < 80% nilai prediksi.
Reversibilitas: perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah
inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian
bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid
(inhalasi/ oral) 2 minggu.
Menilai derajat berat asma
8. Infeksi
Widal test:
8. Infeksi
8. Infeksi
Pemeriksaan laboratorium nonspesifik yang
dapat ditemukan:
anemia, LED cepat, trombositopenia, dan
limfopenia relatif.
Sedikit pemanjangan PT dan APTT, penurunan
kadar fibrinogen
Transaminasi hepar & kadar bilirubin biasanya
meningkat 2 kali lipat
Hiponatremia dan hipokalemia ringan
Medscape
8. Infeksi
Diagnosis
Characteristic
Malaria
Shigellosis
Demam tifoid
Demam dengue
Leptospirosis
9. Diabetes Mellitus
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, & penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
insulin basal dapat diberikan pada saat sebelum tidur (insulin kerja menengah
atau panjang) atau pagi hari (insulin kerja panjang).
Kontrol Metabolik
Kontrol Vaskular
Kontrol Infeksi
Luka superfisial (tidak
sampai subkutan) AB utk
Gram (+).
Kontrol Luka
Debridemen/nekrotomi,
amputasi, balut luka
Kontrol Edukasi
Kehamilan
Infeksi paru (tuberkulosis)
Kaki diabetik terinfeksi
Fluktuasi glukosa darah yang tinggi (brittle)
Riwayat KAD berulang
Riwayat pankreotomi
Tiroksin
TSH
12. Hipertensi
Hypertension crisis:
Suddenly elevated blood pressure (systole 180
mmHg or diastole 120 mmHg) in hypertensive
patient, which needs immediate treatment.
Emergency hypertension: target organ damage
(+). BP should be decreased in minutes/hours.
Urgency hypertension: target organ damage (-). BP
should be decreased in 24-48 hours.
12. Hipertensi
Clinical manifestation of hypertension crisis:
Neurology: headache, blurred vision, convulsion,
neurological deficit, unconsciousness.
Eye: retinal hemorrhage, retinal exudate, edema papil.
Cardiovascular: chest pain, lung edema.
Renal: azotemia, proteinuria, oliguria.
Obsteric: severe preeklampsia.
Risk Factors:
noncompliance, pregnancy, drug abuse, high sympathetic
stimulation (severe burn, pheochromocytoma, collagen
disease, vascular disease, trauma)
Ringkasan eksekutif krisis hipertensi. Perhimpunan hipertensi Indonesia.
12. Hipertensi
Management:
Management should be done in hospital, however
primary care service can give oral
antihypertension as a first aid.
Parenteral drug is given via bolus or infusion ASAP.
Drugs:
ACE-I (Captopril): sublingual 6,25-50 mg
Nicardipine 10-30 mcg/kgBW bolus.
Clonidine 900 mcg into 500 mL of 5% glucose infusion,
given in 12 drops/minute.
Ringkasan eksekutif krisis hipertensi. Perhimpunan hipertensi Indonesia.
13. Endokrin
Thyrotoxicosis: a hypermetabolic
state caused by elevated levels of
free T3 & T4. Because it is caused
most commonly by hyperfunction
of the thyroid gland, its often
referred as hyperthyroidism.
Hyperthyroidism: hyperfunction
of the thyroid gland.
In certain conditions the
oversupply is related to:
excessive release of preformed
thyroid hormone (e.g., in
thyroiditis)
an extra-thyroidal source, rather
than hyperfunction of the gland
Robbins and Cotran Pathologic basis of disease.
13. Endokrin
Hipertirodisme
selain Grave tidak
mengakibatkan
eksoftalmus.
15. GERD
Definition:
a pathologic condition of symptoms & injury to the
esophagus caused by percolation of gastric or
gastroduodenal contents into the esophagus associated
with ineffective clearance & defective gastroesophageal
barrier.
Symptoms:
Heartburn; midline retrosternal burning sensation that
radiates to the throat, occasionally to the intrascapular
region.
Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of excessive
saliva.
GI-Liver secrets
17. Farmakologi
Calcium channel blockers digunakan untuk antihipertensi, angina,
dan sebagian untuk takiaritmia.
Mekanisme kerja:
Menurunkan influks Ca ke sel otot polos pembuluh darah dengan
menginterferensi voltage-operated ca channels vasodilatasi
Interferensi influks Ca intrasel juga berpengaruh ke sel otot jantung,
konduksi jantung, dan otot polos gastrointestinal.
17. Farmakologi
Adverse effects
Dihydropyridines
headache and flushing due to peripheral vasodilation
tachycardia and palpitation secondary to reflex activation of the sympathetic
nervous system
Particularly with rapid-onset and short-acting agents (usually declines with
time): swelling of ankles and hands due to disturbance of haemodynamics of
microcirculation, gum hypertrophy
Rate-limiting CCBs
Bradycardia and atrio-ventricular conduction delay due to direct cardiac
effects
Constipation with verapamil
Early onset vasodilator effects less than with dihydropyridines
GU:
Terapi:
NGT untuk drainase, koreksi cairan dan elektrolit,
antibiotik spektrum luas, & operasi cito.
Kemungkinan Penyebab
HENTIKAN OBAT
Tuli
Streptomisin
Stop streptomisin
Streptomisin
Stop streptomisin
Ikterus
Gangguan penglihatan
Etambutol
Stop etambutol
Rifampisin
Stop rifampisin
Tatalaksana TB di Indonesia.
Kemungkinan
Penyebab
Tata Laksana
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
Aspirin/allopurinol
INH
Urine kemerahan
Rifampisin
Beri penjelasan
Etambutol juga dapat menyebabkan nyeri sendi & presipitasi arthritis gout
akut.
1. Tatalaksana TB di Indonesia. 2. Physician drugs handbook
21. Arthritis
Rheumatoid arthritis (RA)
Chronic inflammatory disease of unknown etiology
marked by a symmetric, peripheral polyarthritis.
RA is a systemic disease extraarticular manifestations.
10% of RA have secondary Sjgren's syndrome
(keratoconjunctivitis sicca or xerostomia).
a score of 6: definite RA.
Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid nodules &
olecranon bursitis.
21. Rheumatologi
22. GERD
Definition:
a pathologic condition of symptoms & injury to the
esophagus caused by percolation of gastric or
gastroduodenal contents into the esophagus associated
with ineffective clearance & defective gastroesophageal
barrier.
Symptoms:
Heartburn; midline retrosternal burning sensation that
radiates to the throat, occasionally to the intrascapular
region.
Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of excessive
saliva.
GI-Liver secrets
22. GERD
22. GERD
Management:
Aggressive lifestyle modification & pharmacologic therapy.
Surgery is encouraged for the fit patient who requires chronic
high doses of pharmacologic therapy to control GERD or who
dislikes taking medicines.
Endoscopic treatments for GERD are very promising, but
controlled long-term comparative trials with proton pump
inhibitors and/or surgery are lacking.
Kemungkinan
Penyebab
Tata Laksana
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
Aspirin/allopurinol
INH
Urine kemerahan
Rifampisin
Beri penjelasan
Etambutol juga dapat menyebabkan nyeri sendi & presipitasi arthritis gout
akut.
1. Tatalaksana TB di Indonesia. 2. Physician drugs handbook
The dermatitis begins with a symmetric itching and smarting erythema on the
dorsa of the hands, neck, and face.
25. Hepatitis
Course of HBV infection
25. Hepatitis
26. Aritmia
When should you suspect that someone had or is having an
arrhythmia?
Many arrhythmias go unnoticed by the patient.
First and foremost are palpitations, an awareness of one's own
heartbeat. Patients may describe intermittent accelerations or
decelerations of their heartbeat, or a sustained rapid heartbeat that
may be regular or irregular.
More serious are symptoms of decreased cardiac output, which can
occur when the arrhythmia compromises cardiac function. Among
these are light-headedness & syncope (a sudden faint).
Rapid arrhythmias can increase the oxygen demands of the
myocardium and cause angina (chest pain). The sudden onset of an
arrhythmia in a patient with underlying cardiac disease can also
precipitate congestive heart failure.
Sometimes, the first clinical manifestation of an arrhythmia is sudden
death.
26. Aritmia
26. Aritmia
menurun,
2. Kontraksi atrium yang ireguler mengakibatkan stasis di atrium trombus
embolisasi.
Klasifikasi AF:
Paroksismal:
Episode < 48 jam.
Sekitar 50% kembali normal dalam 24 jam.
Persisten:
Episode 48 jam s.d. 7 hari
Diperlukan kardioversi untuk kembali ke irama sinus
Kronik/permanen
Berlangsung lebih dari 7 hari
Dengan kardioversi pun sulit kembali ke irama sinus.
The only ECG book you ever need.
26. Aritmia
Prinsip tatalaksana AF:
1. Pengontrolan laju irama jantung,
Target 60-80 x/menit saat istirahat, 90-115 kali/menit saat
aktivitas.
Electric cardioversion:
Untuk pasien tidak stabil (penurunan kesadaran, hipotensi, nyeri dada,
sinkop), bifasik 120-200 J, monofasik 200 J.
3. Pencegahan tromboemboli
Warfarin diberikan untuk pasien dengan risiko tinggi terjadi stroke (usia
>65, hipertensi, penyakit jantung reumatik, DM, CHF, riwayat stroke/TIA).
Target INR of 2.0 to 3.0
Pathophysiology of Heart Disease.
26. Aritmia
Rate control:
If the patient presents with atrial fibrillation and a rapid rate associated with
severe heart failure or cardiogenic shock, emergency direct-current
cardioversion is indicated.
For patients with atrial fibrillation associated with rapid rate but with stable
hemodynamics, attempts to achieve acute rate control are indicated.
26. Aritmia
27. ACLS
28. Aritmia
Ventricular fibrillation
Coarse VF
Fine VF
Ventricular tachycardia:
The rate >100 bpm
Broad QRS complex (>120 ms)
Regular or may be slightly irregular
30. Pulmonologi
Sebagian besar
diagnosis ditegakkan
dari roentgen toraks.
Kavitas abses memiliki
dinding yang terlihat
jelas mengelilingi
daerah lusen atau
adanya air fluid level
di area pneumonia.
30. Pulmonologi
Diagnosis
Karakteristik
Hidropneumotoraks
Bulla pulmoner
Tuberkulosis
Efusi pleura
Blumberg Sign
Alvarado Score
KUB
Routine examination
involves a plain
abdominal film of the
kidneys, ureters and
bladder (KUB)
90% of all renal stones
are radiopaque and
visible on a plain film of
the abdomen
Special examinations
If previous imaging
inconclusive
Retrograde or
antegrade pyelography
Retrograde pneumopyelography or
cystography
Spiral (helical)
unenhanced computed
tomography (CT)
Scintigraphy.
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
34. Hipospadia
Hypospadia
OUE berada pada ventral penis
Three anatomical
characteristics
An ectopic urethral
meatus
An incomplete prepuce
Chordee ventral
shortening and curvature
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
Phimosis
Phimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal
Fisiologis pada neonatus
Komplikasiinfeksi
Balanitis
Postitis
Balanopostitis
Treatment
Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
retraction
Dorsum incisionbila
telah ada komplikasi
Paraphimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kembali dan
terjepit di sulkus
koronarius
Gawat darurat bila
Obstruksi vena
superfisial edema dan
nyeri Nekrosis glans
penis
Treatment
Manual reposition
Dorsum incision
Hydrocele
http://emedicine.medscape.com/article/
http://en.wikipedia.org/wiki/
Etiology
Clinical
Testicular torsion
Intra/extra-vaginal
torsion
Hidrocele
Varicocoele
Vein insufficiency
Hernia skrotalis
persistent patency of
the processus
vaginalis
Chriptorchimus
Congenital anomaly
Direct Hernia
usually no peritoneal sac
through Hasselbach triangle,
medial to epigastric vessels
Gejala hernia
strangulata :
Nyeri amat sangat dan
kemerahan
Nyeri yang makin lama
makin berat
Demam
Takikardi
Mual dan muntah
Obstruksi
http://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx
?ContentTypeID=134&ContentID=35
Hernia Treatment
Dilakukan penelitian terhadap 720 laki-laki
dengan gejala hernia yang minimal, dan
dibandingkan antara yang dilakukan operasi
repair cito dengan watchful waiting (operasi
elektif), kemudian diikuti selama 2-5 tahun
Hasil: Hernia inkarserata akut jarang muncul
Methods of repair
Open primary closure of the defect with
sutures (Shouldice or "Canadian" Repair,
Bassini Repair);
Patch closure with prosthetic materials
(Polypropylene or Gortex) tension-free
(Lichtenstein-type)
Laparoscopic repair
36. BPH
The size of prostate enlarged microscopically
since the age of 40.Half of all men over the
age of 60 will develop an enlarged prostate
By the time men reach their 70s and 80s,
80% will experience urinary symptoms
But only 25% of men aged 80 will be receiving
BPH treatment
Whats LUTS?
Voiding (obstructive)
symptoms
Hesitancy
Weak stream
Straining to pass urine
Prolonged micturition
Feeling of incomplete
bladder emptying
Urinary retention
Storage (irritative or
filling) symptoms
Urgency
Frequency
Nocturia
Urge incontinence
Diagnosis of BPH
Symptom assessment
the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is used worldwide
IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American Urological
Association (AUA). It contains:
seven questions about the severity of symptoms; total score 07 (mild), 819 (moderate), 2035
(severe)
eighth standalone question on QoL
PV determination- ultrasonography
Urodynamic analysis
Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than 60 years of age
Alur Diagnosis
Biopsi Prostat
Diagnosis BPH
Management
Lifestyle modification
Mengurangi intake cairan
Stop diuretik bila memungkinkan
Hindari minum air/alkohol/kafein di malam
hari
Kosongkan kandung kemih sebelum
perjalanan atau rapat
Management
Drug therapy
Alpha blockers
Memperbaiki tonus
otot polos prostat
dan vesika urinaria
Lebih efektif
dibandingkan 5 alpha
reductase inhibitors
Tamsulosin and
alfuzosin require no
dose titration
Drug therapy
5 alpha reductase inhibitors
Mereduksi Volume prostat
Reduces risk of prostate cancer,
increases risk of high grade
disease
Combined therapy
Men with large prostate > 40g
or PSA >4 or moderate to severe
symptoms combined therapy
will prevent 2 episodes of
clinical progression per 100men
over 4yrs. Much less effective
for men with smaller prostates
http://www.medscape.org/viewarticle/541739_2
http://www.medscape.org/viewarticle/456664
Inhalation Injury
Supraglottic Injury
Terjadi pada kebakaran
dengan suhu yang tinggi
Dapat langsung
mengakibatkan edema
faring dan laring
Brassy cough
Stridor
Suara serak
Carbonaceous sputum
Facial burns
Subglottic Injury
Jarang terjadiRare injury
Menandakan kemungkinan
kerusakan pada parenkim
paru
Usually due to superheated
steam, aspiration of scalding
liquid, or inhalation of toxic
chemicals
Bisa langsung menyebabkan
edema, tapi biasanya terjadi
lebih ambat
Wheezing or Crackles
Productive cough
Bronchospasm
Circulation
Tatalaksana syok
IV Access
LR/NS large bore, multiple IVs
Titrate fluids to maintain
systolic BP and perfusion
Avoid MAST/PASG
Sigmoid ~ 65%
Cecum ~25%
Transverse colon ~4%
Splenic Flexure
Midgut volvulus
Klinis
Children
Adults
intermittent abdominal
pain (87%)
nausea (31%)
Contrast
cork-screw appearance
small bowel on the right
side of abdomen that does
not cross midline
USG
Whirlpool sign
Sigmoid Volvulus
Worldwide - up to 50% of obstruction
India, Africa, E. Europe
Progressive obstruction
Increased bowel sound
Metallic sound
DREcollapsed ampulla,
no feces
Wagner FW: The diabetic foot and amputations of the foot. In Surgery of the Foot. 5th ed. Mann, R editor. St Louis, Mo. The C.V. Mosby Company.
X-ray
osteomyelitis, osteolysis,
fractures, dislocations
Kalsifikasi arteri medial dan
gas pada jar.lunak
gangrene
soft-tissue gas
osteomyelitis,
osteolysis,
fractures
Skin Graft
Flap
41. Osteomielitis
Peradangan pada tulang dan sumsum
tulang(bone marrow) disebabkan oleh kuman.
Walaupun tulang normalnya tahan terhadap
kolonisasi bakteri, trauma, operasi, adanya
benda asing atau prostese dapat
menyebabkan rusaknya integritas tulang
sehingga akan menyebabkan infeksi pada
tulang
Pathogenesis
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/1348767-overview#a0112
Symptoms
Waldvogel, 1971
1. Hematogenous
2. Contiguous
focus of
infection
3. Direct
inoculation
Nonspecific symptoms
Demam
Menggigil
Malaise
Letargi
Iritabilitas
http://www.hawaii.edu/medicin
e/pediatrics/pedtext/s19c04.htm
l
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Mural
Extraluminal
Benda asing
Bezoars
Batu Empedu
Sisa-sisa
makanan
Neoplasims
lipoma
polyps
leiyomayoma
hematoma
lymphoma
carcimoid
carinoma
secondary Tumors
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
Postoperative
adhesions
A. Lumbricoides
Congenital
adhesions
Hernia
Volvulus
1. Anamnesis
The Universal Features
Nyeri kolik (Colicky abdominal pain), muntah, konstipasi (absolute),
distensi abdominal.
Anamnesis Lengkap
High
Pain is rapid
Vomiting copious and
contains bile jejunal content
Abdominal distension is
limited or localized
Rapid dehydration
Colonic
Preexisting change in
bowel habit
Colicky in the lower
abdomin
Vomiting is late
Distension prominent
Cecum ? distended
2. Pemeriksaan Fisik
General
Vital signs:
P, BP, RR, T, Sat
dehydration
Anaemia, jaundice, LN
Assessment of vomitus
if possible
Full lung and heart
examination
Abdominal
Others
Systemic
examination
If deemed necessary.
CNS
Vascular
Gynaecological
muscuoloskeltal
Rectal examination
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan LLD
Pola udara dalam usus:
Gastric,
Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
Gastric
1-2 small bowel
Caecal
Hepatobiliary
Udara bebas dibawah diaphragma
Rectum
Small Bowel
Central ( diameter 5 cm max)
Vulvulae coniventae
Ileum: may appear tubeless
Pemeriksaan laboratorium
Dekompresi dengan Naso-gastric
tube
Pemasangan kateter
urinmonitor output urin setiap
jambalans cairan ketat
Antibiotik IV (tidak ada bukti yang
jelas)
Pemasangan CVPBila
dikhawatirkan akan terjadi
pemberian cairan yang berlebih
Follow-up hasil lab dan Koreksi
ketidakseimbangan elektrolit
Perawatan di intermediate care
Rectal tubes hanya dilakukan
pada Sigmoid volvulus.
Adanya
strangulasicontoh:
hernia
Adanya tanda-tanda
peritonitis yang
disebabkan karena
perforasi atau iskemia
Pneumoperitoneum
Definisi pneumoperitoneum
Adanya udara pada rongga
peritoneum
CLINICAL MANIFESTATIONS
The classic presentation of IHPS
Bayi 3-6 minggu
Mengalami muntah segera setelah makan, tidak
berwarna hijau (non-bilious) dan sering kali
proyektilMuntah proyektil
Muntah dapat berwarna seperti kopi karena iritasi
lambung akibat tekanan di pilorus yang tinggi
"hungry vomiter")
Palpable mass
Massa
Paling mudah teraba segera setelah muntah
karena sebelumnya tertutupi oleh antrum yang
distensi atau otot abdomen yang menegang
Barium Meal:
Mushroom sign
String sign
Double tract sign
https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/peds/abd_webpages/abdominal15b.html
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Abdomen:
Dapat ditemukan gambaran single bubble
Dilatasi dari gaster akibat udara usus yang tidak dapat
melewati pilorus
Epidermis
Dermis
Thick layer under the
epidermis
Contains blood
vessels
Oil glands
Sweat glands
Hair follicles
Fat tissue
Nerves
Connective tissue
45.Muscles of Mastication
Figure 10.7a
Muscles of Mastication
Figure 10.7b
1. Temporalis m.
2. Masseter m.
3. Medial pterygoid
4. Lateral pterygoid
upper head: to articular disc
lower head: to neck of mandibular condyle
Accessory Muscles of
mastication
Vital for normal chewing, but not
mandibular adductors/protractors
Buccinator N. VII
Digastric N. V3 & VII
TongueN. XII
Pre-hospital management
Move to a safe place,
prevent additional injury
Protect spine at all times
during the management of
patients with multiple
injuries Pasang collar
neck
Up to 15% of spinal injuries
have a second fracture
elsewhere in the spine
Ideally, whole spine should
be immobilized in neutral
position on a firm surface
PROTECTION PRIORITY
Pasang collar Neck
Detection Secondary
Log Roll
Trauma.org
2% lidokain (w/v)
2g/100cc
20mg/cc
1 ampul 2 cc= 40mg
200 mg = 5x40 mg
= 5 ampul
Vaccination History
Td
Yes
3+ doses
No*
TIG
All other
wounds
Td
TIG
No
Yes
Yes
No
No** No
Perawatan luka
Wound toilet
Semua luka
harus
dibersihkan
sesegera
mungkin
Debridement
Bersihkan luka dari
tanah, debu
jaringan nekrotik
dan benda asing
lainnyaall foreign
bodies, soil, dust,
necrotic tissue
Bladder indentation
Prostatic enlargement
The bladder base is
lifted up and shows an
impression from the
enlarged prostate
(arrow)
A balloon catheter is in
the bladder.
202
Flexors of arm
Remember arm means
from shoulder to elbow.
Pectoralis major
Deltoid
anterior 1/3
21 Oct. 2011
Arm-muscles.ppt
203
Extensors of arm
Latissimus dorsi, Deltoid (posterior 1/3), Teres
major.
Also hyperextensors.
21 Oct. 2011
Arm-muscles.ppt
204
Abductors of Arm
Deltoid
Supraspinatus
21 Oct. 2011
Arm-muscles.ppt
205
Adductors of Arm
Pectoralis major
Latissimus dorsi
Teres major
21 Oct. 2011
Arm-muscles.ppt
206
Findings
Early
None
None
Occult blood
in stool
Mid
Rectal
bleeding
Change in
bowel habits
Rectal mass
Blood in stool
Late
Fatigue
Anemia
Abdominal
pain
Weight loss
Abdominal
mass
Bowel
obstruction
Site Distribution
Staging
Faktor Risiko
Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor yang diduga berperan adalah:
Faktor herediter
10-15% carcinoma colorectalkasus familial.
Usia
faktor risiko dominan
Insidensi meningkat diatas 50 tahun
Pemeriksaan Penunjang
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan
terhadap darah dalam feces. Ada 2 tipe
pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac
based (pemeriksaan kimiawi) dan
immunochemical.
Endoskopi
Rectosigmoidoskopi
Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi
Pemeriksaan Penunjang
Double contrast barium
enema (DCBE): Barium
enema dimasukkan,
diikuti dengan pemasukan
udara untuk
mengembangkan colon.
Hasilnya adalah lapisan
tipis dari barium akan
meliputi dinding sebelah
dalam dari colon yang
akan terlihat pada hasil
pemeriksaan sinar X.
52.Rabies
http://www.cdc.gov/rabies/medical_care/in
dex.html
Rabies
Definition
Radiologic Findings
Hirschprung
Congenital
aganglionic
megacolon
Intussusception
A part of the
intestine has
invaginated into
another section of
intestine
Duodenal
atresia
Dueodenum
Anal Atresia
birth defects in
Knee chest position/invertogram: to
which the rectum is determined the distance of rectum stump
malformed
to the skin (anal dimple)
http://emedicine.medscape.com/
invertogram
Intussusception
Hirschprung
Classifcation:
A low lesion
colon remains close to the skin
stenosis (narrowing) of the anus
anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
A high lesion
the colon is higher up in the pelvis
fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
A persistent cloaca
rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/
Learningradiology.om
Duodenal atresia
Classification
Males
1.
2.
Rectourethral fistula
A.
Bulbar
B.
Prostatic
Females
1.
2.
Vestibular fistula
3.
3.
4.
Rectal atresia
4.
5.
Cloaca
5.
fistula
A.
Rectal atresia
B.
6.
Complex malformations
Management
Newborn Male Anorectal Malformation
Selama 24 jam pertama
Puasa
Antibiotik
Evaluasi adanya defek yang mungkin menyertai dan dapat mengancam nyawa.
NGT exclude esophageal atresia
Echocardiogram exclude cardiac malformations, esophageal atresia.
Setelah 24 jam
Re evaluate
Bila gas dalam rektum berada diatas os koksigis atau pasien memiliki mekonium
dalam urin, sakrum abnormal atau flat bottom
Harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu
Emergency treatment
Obstruction is an
emergency in atresia
ani patients
Abdominal distention
Vomiting
Dehydration
RehydrateIV fluid
Decompression
Gastric tubes
Urine catheter
Antibiotics
Colostomy for
obstruction release
Definitive surgery after
condition improved
54. DVT
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
negative
observe
positive
negative
Repeat scan /
Venography
Anticoagulant therapy
contraindication
IVC filter
yes
No
pregnancy
OPD
hospitalisation
LMWH
LMWH
UFH
warfarin
Compression treatment
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries_poisoning/fractures_dis
locations_and_sprains/fractures.html
56. Triage
Triage Priorities
1. Red- prioritas utama
Urutan Penanganan
memerlukan penanganan
Pertama : wanita dengan
segeraberkaitan dengan kondisi
peritonitis e.c
sirkulasi atau respirasi
appendisitis perforata
2. Yellow- prioritas kedua
Kedua
: anak dengan
Dapat menunggu lebih lama, sebelum
invaginasi
transport (45 minutes)
Ketiga
: orang tua
3. Green- Dapat berjalan
dengan volvulus
Dapat menunggu beberapa jam untuk
Keempat : pria dengan
transport
hernia incaserata
4. Black- Meninggal
Kelima : wanita dengan
Akan meninggal dalam penanganan
kolesistitis akut
emergensi memiliki luka yang
mematikan
Yellow
Yellow (Second) Priority:
Pasien yang penanganan
dan traportnya dapat
ditunda sementara waktu
Luka bakar tanpa gangguan
airway
Trauma tulang atau sendi
besar atau trauma multiple
tulang
Trauma tulang belakang
dengan atau tanpa
kerusakan medula spinalis
Green
Green (Low) Priority:
Pasien yang
penanganan dan
transportnya dapat
ditunda sampai yang
terakhir
Fraktur Minor
Trauma jaringan lunak
Minor
Immediate
Patients
Delayed
Deceased
START
It is a simple step-by-step
triage and treatment
method to be used by the
first rescuers responding
to a multi casualty
incident. It allows these
rescuers to identify
victims at greatest risk for
early death and to
provide basic stabilization
maneuvers
NONE
YES
REPOSITION AIRWAY
ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS
NONE
DECEASED
Immediate
Patients
Delayed
Deceased
YES
> 30/MINUTE
IMMEDIATE
IMMEDIATE
<30/MINUTE
ASSESS
PERFUSION
<2 SECONDS
ASSESS
MENTAL STATUS
> 2 SECONDS
CONTROL
BLEEDING
IMMEDIATE
Immediate
Patients
Delayed
Deceased
FOLLOWS
SIMPLE
COMMANDS
DELAYED
Immediate
Patients
Delayed
Deceased
FAILS TO FOLLOW
SIMPLE
COMMANDS
IMMEDIATE
57-58. Episcleritis
Simple episcleritis
This common condition is a
benign, recurrent
inflammation of the episclera
it is most common in young
women.
Episcleritis is usually selflimiting and may require little
or no treatment.
It is not usually associated
with any systemic disease,
although around 10% may
have a connective tissue
disease.
Clinical features
Treatment
Nodular episcleritis
Clinical features
Sudden onset of FB sensation,
discomfort, tearing photophobia.
It may be recurrent.
Red nodule arising from the
episclera
can be moved separately from the
sclera (cf. nodular scleritis) and
conjunctiva
blanches with topical
vasoconstrictor (e.g.,
phenylephrine 10%)
does not stain with fluorescein;
globe nontender
Spontaneous resolution occurs in
56 weeks.
Treatment
Treat as for simple episcleritis, but
there is a greater role for ocular
lubricants.
Patients with severe or prolonged
episodes may require artificial
tears and/or topical
corticosteroids.
Nodular episcleritis is more
indolent and may require local
corticosteroid drops or antiinflammatory agents.
Topical ophthalmic 0.5%
prednisolone, 0.1%
dexamethasone, or 0.1%
betamethasone daily may be used.
59. Presbiopia
Pemeriksaan dengan
kartu Jaeger untuk
melihat ketajaman
penglihatan jarak
dekat.
Treatment
Ganciclovir/Valganciclovir
For induction therapy, ganciclovir is given at an
intravenous dose of 5 mg/kg twice daily for 2 to 3
weeks or until stabilization of retinitis.
Maintenance therapy with ganciclovir (5 mg/kg)
is administered once daily.
Intravenous ganciclovir has been supplemented
by valganciclovir (Valcyte) at a dose of 900 mg
(two 450-mg tablets) orally results in ganciclovir
blood levels similar to those obtained with a dose
of 5 mg/kg intravenous ganciclovir.
Gejala Klinis :
Penatalaksanaan :
Tx berkaitan dengan
penyakit sistemik
Untuk memperbaiki visus
harus waspada sebab 90
menit setelah sumbatan
kerusakan retina
ireversible.
Prinsip gradient
perfusion pressure
(menurunkan TIO secara
mendadak sehingga
terjadi referfusi dengan
menggeser sumbatan)
Gradient perfusion
pressure :
Parasentesis sumbatan di
bawah 1 jam 0,1 0,4cc
Masase bola mata (dilatasi
arteri retina)
blocker
acetazolamide
Streptokinase (fibrinolisis)
Mixtur O2 95% dengan
CO2 5% (vasodilatasi)
Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
penglihatan hilang mendadak.
Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio
retina
suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Perdarahan
vitreous
Perdarahan pada selaput vitreous sampai ke dalam vitreous. Gejala: penglihatan buram
tiba-tiba, peningkatan floaters,dan kilatan cahaya
Amaurosis
Fugax
62. Entropion
Yaitu kondisi di mana margo palpebra membalik ke dalam
Pada enteropion bisa disertai dengan trikiasis
Terdapat beberapa jenis entropion:
Entropion kongenital: sangat jarang terjadi, biasanya menghilang
sejalan dengan waktu
Entropion involusional (senilis): bentuk yang paling umum, berkaitan
dengan usia tua karena proses penuaan. Results from inferior retractor
dysfunction tissue laxity and possibly override of preseptal orbicularis
over pretarsal orbicularis.
Entropion sikatrikal: sering mengenai margo palpebrae superior,
disebabkan oleh jaringan parut pada konjungtiva dan tarsus, seperti
pada trauma, operasi, bahan kimia, trakoma
Entropion spastik: sering mengenai palpebra inferior, disebabkan
karena spasme otot orbikularis okuli. Sering didapatkan pada orangtua
(entropion senilis), dimana terdapat relaksasi dari kulit palpebra dan
letak bola mata yang lebih dalam, akibat berkurangnya jaringan lemak
Pengobatan:
Operasi berupa tarsotomi
Tanda
Wim Opstelten. Managing ophthalmic herpes zoster in primary care. BMJ. 2005 July 16; 331(7509): 147
151.. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC558704/
65. Trichiasis
Suatu kelainan dimana bulu mata
mengarah pada bola mata yang
akan menggosok kornea atau
konjungtiva
Biasanya terjadi bersamaan
dengan penyakit lain seperti
pemfigoid, trauma kimia basa dan
trauma kelopak lainnya, blefaritis,
trauma kecelakaan, kontraksi
jaringan parut di konjungtiva dan
tarsus pada trakoma
Gejala :
Konjungtiva kemotik dan hiperemi,
keruh
Erosis kornea, keratopati dan ulkus
Fotofobia, lakrimasi dan terasa
seperti kelilipan
blefarospasme
Trichiasis
Tatalaksana:
Yang utama: bedah
Lubrikan seperti artificial tears dan
salep untuk mengurasi iritasi akibat
gesekan
Atasi penyakit penyebab trikiasis, cth
SSJ, ocular cicatrical pemphigoid)
Xerophthalmia (Xo)
Stadium :
XN
X1A
X1B
X2
X3A
X3B
XS
XF
X2
Dryness of cornea
X3B
Ulkus kornea > 1/3
Keratomalacea
30
XS
Corneal scar
Bitots Spot
Xerophtalmia
Follicular hyperkeratosis
Pemeriksaan Penunjang
A serum retinol study is a costly
but direct measure using highperformance liquid
chromatography.
A value of less than 0.7 mg/L in
children younger than 12 years is
considered low.
Konjungtivitis Atopi
Biasanya ada riwayat atopi
Gejala + Tanda: sensasi
terbakar, sekret mukoid
mata merah, fotofobia
Terdapat papila-papila halus
yang terutama ada di tarsus
inferior
Jarang ditemukan papila
raksasa
Karena eksaserbasi datang
berulang kali
neovaskularisasi kornea,
sikatriks
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Nama lain:
spring catarrh
seasonal conjunctivitis
warm weather conjunctivitis
Komplikasi:
Blefaritis & konjungtivitis
stafilokokus
Tatalaksana
Self-limiting
Akut:
Steroid topikal (+sistemik
bila perlu), jangka
pendek mengurangi
gatal (waspada efek
samping: glaukoma,
katarak, dll.)
Vasokonstriktor topikal
Kompres dingin & ice
pack
VKC
AKC
Age at onset
over 30 years
Sex
No sex predilection
Seasonal variation
Discharge
Conjunctival
scarring
Higher incidence of
conjunctival scarring
Horner-Trantas
dots
Corneal
neovascularization
Not present
Deep corneal
neovascularization tends to
develop
Presence of
eosinophils in
conjunctival
scraping
Presence of eosinophils is
less likely
69-70. HORDEOLUM
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,
merah, nyeri bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat
bertambah berat kelopak
Gejala
nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau
bawah
berwarna kemerahan.
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas
dengan membuka kelopak mata.
Rasa mengganjal pada kelopak mata
Nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk.
Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
2 bentuk :
Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom di dalam
tarsus. Tampak penonjolan ke daerah kulit kelopak, pus
dapat keluar dari pangkal rambut
Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Hordeolum Eksterna
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
Hordeolum Interna
Pengobatan
Self-limited dlm 1-2 mingu
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4x/hari
Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya:
Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,
Chloramphenicol
Jika tidak menunjukkan perbaikan : Antibiotika oral
(diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin
Insisi bila pus tidak dapat keluar
Pada hordeolum interna, insisi vertikal terhadap margo
palpebra supaya tidak memotong kelenjar meibom lainnya
Pada hordeolum eksterna, insisi horizontal supaya kosmetik
tetap baik
Diagnosis Banding
Kalazion
Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari kelenjar Meibom
Ditandai oleh pembengkakan yang tidak nyeri, muncul
berminggu-minggu.
Dibedakan dari hordeolum oleh ketiadaan tanda-tanda inflamasi
akut
Jika sangat besar, kalazion dapat menekan bola mata,
menyebabkan astigmatisma
Blefaritis
Radang kronik pada kelopak mata, disebabkan peradangan
kronik tepi kelopak mata (blefaritis anterior) atau peradangan
kronik kelenjar Meibom (blefaritis posterior)
Gejala: kelopak mata merah, edema, nyeri, eksudat lengket,
epiforia, dapat disertai konjungtivitis dan keratitis
Selulitis palpebra
Infiltrat difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut,
biasanya disebabkan infeksi Streptococcus.
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
NEUROLOGI
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/p
enysaraf-aldi2.pdf
Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter
di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
STK, tes ini menyokong diagnosa.
Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
73. Headache
74-75. Epilepsi
Absence seizure also known as petit mal involves
a brief, sudden lapse of consciousness. Absence
seizures are more common in children than adults.
Someone having an absence seizure may look like he or
she is staring into space for a few seconds.
Compared with other types of epileptic seizures,
absence seizures appear mild.
Absence seizures usually can be controlled with antiseizure medications. Some children who have absence
seizures also have grand mal seizures.
Epilepsy - Classification
Focal seizures account
-
Generalised seizures
(include absance
type)
Unclassified seizures
Signs of absence
seizures include:
Vacant stare
Absence of motion
without falling
Lip smacking
Eyelid flutters
Chewing motions
Hand movements
Small movements of
both arms
Emboli
Stroke
Intraserebral
Hemoragik
(saat aktivitas,
peningkatan TIK)
Subarachnoid
(TRM +)
Tremors
Rigidity
Slowed motion (Bradykinesia)
Other symptoms include:
Parkinson Disease
No definitive tests for PD. PET scans can aid to determine levels of
dopamine.
Medical history and neurological tests are conducted to diagnose.
Usually, if two of the cardinal symptoms are present
Treatment can be divided into two stages.
Early and Later stages
Early stage
Onset of symptoms, treated with physical therapy and medications
(Levodopa, dopamine agonists, etc)
Later stage
Usually after having received 5+ years of levodopa treatment.
Wearing-off and On/Off effect develops, other medication in
conjunction levodopa is commenced.
MAO-B and COMT inhibitors.
290
Hematom subdural
Lucid interval
Kesadaran makin
menurun
Late hemiparesis
kontralateral lesi
Pupil anisokor
Babinsky (+)
kontralateral lesi
Fraktur daerah
temporal
*akibat pecah a.
meningea media
Hematom
subarakhnoid
Kaku kuduk
Nyeri kepala
Bisa didapati
gangguan kesadaran
81. Aphasia
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami
bahasa
Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model
Afasia Global
Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura
Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau
sepatah kata atau frasa yang diulang ulang,
artikulasi buruk, tidak bermakna
Journal of American
Academy of Family
Physician
Journal of American
Academy of Family
Physician
Lasegue sign :
Passive straight-leg raising
(possible up to almost 90
degrees in normal individuals)
with the patient supine,
producing radicular, radiating
pain from the buttock through
the posterior thigh.
This maneuver is the usual way
in which compression of the L5
or S1 nerve root is detected.
85. MENINGITIS
Meningitis: radang pada selaput otak yang melapisi otak dan
sumsum tulang belakang
Manifestasi klinis : nyeri kepala, dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung, kaku kuduk, kernig (+), brudzinsky (+)
Klasifikasi (berdasarkan perubahan pada cairan otak) :
Meningitis serosa : cairan otak jernih, paling sering disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa, penyebab lain: virus, toxoplasma gondhii,
ricketsia
Meningitis purulenta : cairan mengandung pus, penyebabnya antara
lain diplococcus pneumoniae, neisseria meningitidis, streptococcus
haemolyticus, staphylococcus aureus, haemophilus influenza,
pseudomonas aeruginosa
Kapita Selekta
PSKIATRI
Description
Illusion
Delusion
Incoherence
Depersonalization
Derealization
ISI PIKIR
Waham/delusi
satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru,
berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal,
tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budaya
pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta.
Jenis-jenis waham:
1. waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan
aneh (contoh: makhluk angkasa luar menanamkan
elektroda di otak manusia)
2. waham sistematik: keyakinan yang keliru atau
keyakinan yang tergabung dengan satu tema/kejadian
(contoh: orang yang dikejar-kejar polisi atau mafia)
3. waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan
lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju
kiamat
Jenis-jenis waham:
4.
5.
Jenis-jenis waham:
c.
Jenis-jenis waham:
6. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang
berasal dari cemburu patologis tentang
pasangan yang tidak setia
7. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya
pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang
sangat mencintainya
8. waham curiga : kecurigaan yang berlebihan atau
irasional dan tidak percaya dengan orang lain
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
PPDGJ
Kriteria
Gangguan Perpisahan
Fobia Sosial
Gangguan Cemas
Menyeluruh
Durasi minimal
4 minggu
6 bulan
Usia awitan
Prasekolah-18 tahun
Tidak spesifik
Tidak spesifik
Presipitasi
Perpisahan
Social pressure
Tekanan berprestasi,
kurang percaya diri
Relasi dengan
sebaya
Menahan diri
Ingin menyenangkan
orang lain, dependen
Masalah tidur
Gejala
psikofisiologis
Blushing, tegang.
Mood
Affect
Appearance
Sex, age, ras, nutritional status, posture, motor activity, dress and
grooming, hygiene, eye contact
Thought process
Consciousness
Concentration
Orientation
Memory
Remote memory: Childhood data. Recent past memory: The past few
months. Recent memory: The past few days. Immediate retention and
recall: ability to repeat three words immediately and 3 to 5 minutes later
Antidepressan
A review of the use of antidepressants (Anderson, 01):
There is little difference in efficacy among most new (post1980) and older TCAs & monoamine oxidase inhibitor
(MAOI) antidepressants;
The serotonin (5-HT) and norepinephrine (NE) reuptake
inhibitors (SNRIs), including venlafaxine, and the TCAs are
superior in efficacy to the selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs);
Fluoxetine has a slower onset of therapeutic action than
the other SSRIs;
The different antidepressant class adverse effect profiles
make the SSRIs more tolerable than the TCAs. (Case files:
SSRI is commonly used as first line drug for major
depression)
Antidepressan
Cardiac Toxicity:
1. Tricyclic antidepressants may slow cardiac
conduction, resulting in intraventricular
conduction delay, prolongation of the QT interval,
and AV block. Therefore, TCAs should not be used
in patients with conduction defects, arrhythmias,
or a history of a recent MI.
2. SSRIs, venlafaxine, bupropion, mirtazapine, and
nefazodone have no effects on cardiac
conduction.
Antidepresan
Dosis anjuran/hari
Amitriptiliin
Imipramin
Maprotilin
Sertralin
Fluoxetin
Citalopram
Venlafaxin
Moclobemid
75 150 mg
75 150 mg
75 150 mg
50 10 mg
20 40 mg
20 60 mg
75 150 mg
300 600 mg
92. Ansietas
Diagnosis
Characteristic
Gangguan panik
Gangguan fobik
Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit,
cedera, dan kematian.
Gangguan
penyesuaian
Gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan panik
Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan
perasaan akan datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa
adanya provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan
yang relatif bebas dari gejala di antara serangan panik
Tanda fisis:
Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang
melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
PPDGJ
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.
Medication
SSRIs
the first line of medication treatment
for panic disorder
Tricyclic antidepressants
High-potency benzodiazepines
Ex: Clonazepam
may cause depression and are
associated with adverse effects during
use and after discontinuation of
therapy
Poorer outcome and global functioning
than antidepresant
Combination Therapy
Psychodynamic therapy
help to relieve the stress that
contributes to panic attacks, they do
not seem to stop the attacks directly
http://www.aafp.org/afp/2005/0215/p733.html
http://www.currentpsychiatry.com/home/article/panicdisorder-break-the-fearcircuit/990b7a325883ba278cdf8e46222a61f9.html
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam
Physician. 2003 Mar 1;67(5):1027-1034.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3160230/
Likely to be widely used because of its global accessibility, marked sedating effect,
and its ability to treat violent patients without causing stupor
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/psychiatry-psychology/schizophrenia-acute-psychosis/
http://www.nel.edu/26-2005_4_pdf/NEL260405R03_Mohr.pdf
Maris dkk.,2000
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
Hypersomnia
sleeping too much, as well as being drowsy at
times when client should be alert
Excessive sleepiness
Narcolepsy
Sleeping at the wrong time
Sleep intrudes into wakefulness, causing clients
to fall asleep almost instantly
Sleep is brief but refreshing
May also have sleep paralysis, sudden loss of
strength, and hallucinations as fall asleep or
awaken.
Night terror
Sleep walking/somnabulisme
Rising from bed during sleep and walking
about.
Primary Insomnia
Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep. It is the
most common sleep complaint and may be transient or
persistent.
Primary insomnia is commonly treated with benzodiazepines.
Insomnia
According to severity:
Mild: almost every night,
minimum impairment of
quality of life (QoL)
Moderate: every night,
moderate impairment
QoL with symptoms
(irritability, anxiety,
fatigue)
Severe: every night,
moderate impairment
QoL with more severe
symptoms of irritability,
anxiety, fatigue
According to form of
presentation:
Sleep onset/early
insomnia (difficulty
falling asleep)
Sleep
maintenance/middle
insomnia (waking
frequently)
End of sleep/late
insomnia (waking too
early)
Description
Illusion
Delusion
Incoherence
Depersonalization
Derealization
Symptoms
Description
Hallucination
Idea of Reference
Dereism
Loosening of
associations
Idea of reference
Circumstantiality
Karakteristik
Fetishism
Frotteurism
Masochism
Sadism
Voyeurism
Necrophilia
Diagnosis
Pedophilia
Sodomi
Karakteristik
Tilikan terganggu
hilangnya kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi
dirinya
Darmono S. In
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/913752678/name/11.
+Gambaran+dan+Gejala+Klinis+Gangguan+Jiwa.ppt. FKUI/RSCM
100. Schistosoma
Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
Morfologi dan Daur Hidup
Schistosoma Haematobium
Gejala dan tanda
Hematuria, disuria, sistitis
Terapi
Prazikuantel
Pengobatan:
Brugia malayi
Brugia timori
Perbandingan panjang:lebar
kepala 2:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah
Perbandingan panjang:lebar
kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
Karakteristik
Gonorrhea
Trikomoniasis
Vaginosis bakterial
Kandidosis vaginalis
104.
105. Psoriasis
Fenomena tetesan lilin (Kaarsvlek)
Koebner sign: pada kulit yang sehat, apabila
terdapat trauma, muncul lesi serupa
Auspitz: bila dikerok perlahan muncul bintik
perdarahan
Hutchinson
106. Parasitologi
Penyakit
Etiologi
Gejala klinis
Telur/ Kista
Amoebiasis
Entamoeba
histolytica
Psedoupodium
dengan sel darah
didalamnya
Tricuriasis
Tricuris
trichuria
Tempayan dengan
penonjolan pada
kedua kutubnya
Balantidiasis
Balantidium
coli
Sindroma disentri
Berdinding tebal,
bervakuola,
makronukleus
Taeniasis
T. Solium/ T.
Saginata
Telur dibungkus
embriofor yang
bergaris radial
Giardiasis
Giardia
intestinalis
Aktif: berflagel, In
aktif: oval, dinding
tipis dan kuat, berinti
2-4
E. Histolytica
Taenia S.
Trichuris Trichuria
B. Coli
Giardia
108. SKROFULODERMA
Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang
diserang penyakit TB (kelenjar getah bening, sendi, tulang)
Lokasi
leher : dari tonsil atau paru
ketiak : dari apeks pleura
lipat paha : dari ekstremitas bawah KGB Inguinal lateral
Perjalanan penyakit:
Awal : limfadenitis TB
KGB membesar tanpa tanda radang akut
Periadenitis
perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar sekitar
Histopatologi
Cuboid cell
lining
109.
110.
Ointment Skin
Ointment
Specific Indication/advantage
Gel/Jelly
More liquid than salve and transparent, good use for mucosa,
can easily washed by water.
Cream/Cremores
Salve/Zalf/unguent
a
Powder
Injection
111. Tinea
Tinea kapitis: grey patch ringworm, kerrion,
black dot ringworm
Tinea korporis: polimorfis, polisiklik, central
healing
Tinea kruris: tepi aktif, polisiklis, skuama,
vesikel
Tinea unguium: subungual distalis, leukonikia
trikofita, subngual proksimal
Tinea pedis: intertriginosa, vesiculer akut,
moccasin foot
Gambaran Tinea
gambaran hifa sebagai dua
garis sejajar terbagi oleh
sekat dan bercabang
maupun spora berderet
(artrospora) pada Tinea
(Dermatofitosis)
Terapi
Terapi
Pengobatan topikal
Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%)
dalam bentuk salep ( Salep Whitfield).
Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk
salep (salep 2-4, salep 3-10)
Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1% dll.
Pengobatan sistemik
Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak
10-25 mg/kgBB sehari.
Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4
minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan
topikal tidak ada perbaikan.
Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada
pagi hari setelah makan
Diagnosis Banding :
Melanoma maligma, nevus biru, nevus sel epiteloid dan atau nevus
spindel, KSB berpigmen, Histiositoma, Keratosis seboroik berpigmen.
Pengobatan :
Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Namun bila
menimbulkan masalah sesara kosmetik, atau sering terjadi iritasi
karena gesekan pakaian, dapat dilakukan bedah eksisi. Bila ada
kecurigaan ke arah keganasan dapat dilakukan eksisi dengan
pemeriksaan histopatologi
Terapi
Nistatin : berupa cream, salep, emulsi.
Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak,
klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan cream, tiokonazol,
bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan, cream,
antimikotin yang laen yang berspektrum luas.
Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kontrimazol
500mg pervaginam dosis tunggal, sistemik diberikan
ketokonazol 2x200mg selama 5 hari atau dengan intrakonazol
2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis
tunggal.
Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis
dosis orang dewasa 2x100mg sehari, selama 3 hari.
114.
115. Ekinokokosis
Istilah hidatidosis terbatas untuk infeksi metacestoda, sedang
ekinokokosis untuk keduanya (infeksi cacing dewasa maupun
larvanya)
phase awal infeksi primer, tidak memperlihatkan gejala klinik
(asymptomatic), karena bentuk kistanya masih kecil dan
dilindungi kapsula sehingga tidak menimbulkan reaksi tubuh
dan tidak menunjukkan gejala klinik. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, untuk dapat menimbulkan gejala
klinik tergantung dari jumlah, besar dan perkembangan kista
(aktif atau inaktif), organ yang terlibat (lokasi kista), tekanan
kista terhadap jaringan di sekitarnya dan mekanisme
pertahanan tubuh dari inangnya (ECKERT dan DEPLAZES,
2004).
Ekinokokosis
Membran ekinokokosis terdiri dari kutikula yang strukturnya
berlapis-lapis (terdapat di sebelah luar). Sedang lapisan
parenkim terletak di sebelah dalam, terdiri dari serabutserabut otot dan endapan-endapan kapur.
Efek patologi dari kista hidatid berupa tekanan pada organ
yang dapat menyebabkan nekrosis pada hati atau organ
lainnya.. Reaksi allergi (pruritis dan urticaria) dapat terjadi bila
kista hidatid secara spontan robek (ruptur) akibat trauma atau
pembedahan (operasi). Serpihan antigen hidatid
menimbulkan reaksi dengan gejala-gejala dyspnoe, sianosis
Terapi
Pembedahan (operasi) untuk membuang kistanya dan dilakukan
pengobatan /khemoterapi dengan Benzimedazole (Albendazole atau
Mebendazole)
SEPSIS
Late-onset sepsis
Muncul hari ke 4-90; organisme didapat
dari lingkungan sekitar.
Mikroorganisme penyebab:
Coagulase-negative Staphylococcus
(susceptible to first-generation
cephalosporin) leading cause of lateonset infections
Staphylococcus aureus
E coli
Klebsiella
Pseudomonas
Enterobacter
Skrining
Kecurigaan besar sepsis bila :
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong
dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada
kategori B
Kategori B
Tremor
Kejang
Tidak sadar
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kuman
Kultur darah gold standard
Pewarnaan gram
Pemeriksaan hematologi
Darah perifer lengkap
Rasio neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I/T).
Pemeriksaan kadar D-dimer
Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)
Procalcitonin (PCT)
Pemeriksaaan kemokin, sitokin dan molekul adhesi
Pemeriksaan Biomolekuler/Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pencitraan
radiografi toraks: Menunjukkan infiltrat segmental atau lobular, yang biasanya difus, pola
retikulogranular, hampir serupa dengan gambaran pada RDS (Respiratory Distress
Syndrome); Pneumonia
Pemeriksaan CT Scan diperlukan pada kasus meningitis neonatal kompleks untuk melihat
hidrosefalus obstruktif, lokasi obstruksi dan melihat infark ataupun abses
Third-generation cephalosporins
represent a reasonable
alternative to an aminoglycoside.
However, several studies have
reported rapid development of
resistance to cefotaxime
extensive/prolonged use of thirdgeneration cephalosporins is a
risk factor for invasive candidiasis.
Ceftriaxone is contraindicated in
neonates because it is highly
protein bound and may displace
bilirubin, leading to a risk of
kernicterus.
Hipoglikemia
Diagnosis
Anamnesis: tremor, iritabilitas, kejang/koma, letargi/apatis, sulit menyusui,
apneu, sianosis, menangis lemah/melengking
PF: BBL >4000 gram, lemas/letargi/kejang beberapa saat sesudah lahir
Penunjang: Pemeriksaan glukosa darah baik strip maupun darah vena, reduksi
urin, elektrolit darah
Penatalaksanaan
Bolus 200 mg/kg dengan dextrosa 10% IV selama 5 menit
Hitung Glucose Infusion Rate (GIR), 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai GD
maksimal. Dapat dinaikkan sampai maksimal 12mg/kgBB/menit
Cek GD per 6 jam
Bila hasil GD 36-47 mg/dl 2 kali berturut-turut + Infus dextrosa 10%
Bila GD >47 mg/dl setelah 24 jam terapi, infus diturunkan bertahap
2mg/kgBB/menit setiap jam
Tingkatkan asupan oral
TREATMENT NYSTATIN
Infants
200,000 units PO q6hr (100,000
units in each side of mouth)
Children
Oral suspension: 400,000600,000 units PO q6hr
Intestinal Candidiasis
Oral Tablets: 500,000 units - 1
million units q8hr
Characteristic
Early HDN
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby
born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic HDN
Vit K deficiency
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite
etiology inducing VKP is found in association with bleeding:
malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver
disease-induced intrahepatic biliary obstruction.
Diagnosis APCD
Diagnosis
Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba
tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat
vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda
peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol,
penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis
fokal
Pemeriksaan Penunjang : Anemia dengan trombosit
normal, PT memanjang, APTT normal/memanjang. USG/CT
Scan kepala : perdarahan intrakranial
Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB
membonjol harus difikirkan APCD sampai terbukti bukan
Buku PPM Anak IDAI
Tatalaksana APCD
Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, dan UUB membonjol,
berikan tatalaksana APCD sampai terbukti bukan
Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut
Transfusi PRC sesuai Hb
Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial
(Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali)
Konsultasi bedah syaraf
Pencegahan : Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi
baru lahir
Buku PPM Anak IDAI
121. Pertusis
Batuk rejan (pertusis) adalah penyakit akibat
infeksi Bordetella pertussis dan Bordetella
parapertussis (basil gram -)
Karakteristik : uncontrollable, violent coughing
which often makes it hard to breathe. After fits of
many coughs needs to take deep breathes which
result in a "whooping" sound.
Anak yang menderita pertusis bersifat infeksius
selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah
terjadinya penyakit
Pertusis
Stadium:
Stadium katarrhal: hidung tersumbat, rinorrhea,
demam subfebris. Sulit dibedakan dari infeksi
biasa. Penularan terjadi dalam stadium ini.
Stadium paroksismal: batuk paroksismal yang
lama, bisa diikuti dengan whooping atau stadium
apnea. Bisa disertai muntah.
Stadium konvalesens: batuk kronik hingga
beberapa minggu
Guinto-Ocampo H. Pediatric pertussis. http://emedicine.medscape.com/article/967268overview
Keterangan
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas Rhesus
Faktor Rh: salah satu jenis antigen permukaan
eritrosit
Inkompatibilitas rhesus: kondisi dimana wanita
dengan rhesus (-) terekspos dengan eritrosit Rh (+),
sehingga membentuk antibodi Rh
Ketika ibu Rh (-) hamil dan memiliki janin dengan Rh (+),
terekspos selama perjalanan kehamilan melalui kejadian
aborsi, trauma, prosedure obstetrik invasif, atau kelahiran
normal
Ketika wanita dengan Rh (-) mendapatkan transfusi darah
Rh (+)
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tes Laboratorium
Prenatal emergency care
Tipe Rh ibu
the Rosette screening test
atau the Kleihauer-Betke
acid elution test bisa
mendeteksi
alloimmunization yg
disebabkan oleh fetal
hemorrhage
Amniosentesis/cordosente
sis
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana
Jika sang ibu hamil Rh dan belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh IgG atau
RhoGAM)
Jika sang ibu sudah tersensitisasi, pemberian Rh IgG
tidak berguna
Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas,
transfusi tukar/ foto terapi tergantung dari kadar
bilirubin serum, rendahnya Ht, dan naiknya
reticulocyte count
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Inkompatibilitas ABO
Terjadi pada ibu dengan
golongan darah O terhadap
janin dengan golongan
darah A, B, atau AB
Tidak terjadi pada ibu gol A
dan B karena antibodi yg
terbentuk adalah IgM yg tdk
melewati plasenta,
sedangkan 1% ibu gol darah
O yang memiliki titer
antibody IgG terhadap
antigen A dan B, bisa
melewati plasenta
123. Poliomyelitis
Poliomyelitis is an enteroviral
infection
Poliovirus is an RNA virus that is
transmitted through the oralfecal route or by ingestion of
contaminated water
The viral replicate in the
nasopharynx and GI tract
invade lymphoid tissues
hematologic spread viremia
neurotropic and produces
destruction of the motor neurons
in the anterior horn
Poliomyelitis:
90-95% of all infection remain
asymptomatic
5-10% abortive type:
Fever
Headache, sore throat
Limb pain, lethargy
GI disturbance
1-2% major poliomyelitis:
Meningitis syndrome
Flaccid paresis with asymmetrical
proximal weakness & areflexia,
mainly in lower limbs
Paresthesia without sensory loss or
autonomic dysfunction
Muscle atrophy
Paralytic polio
Paralytic polio is classified into three types,
depending on the level of involvement.
Spinal polio is most common, and during 19691979,
accounted for 79% of paralytic cases.
It is characterized by asymmetric paralysis that most
often involves the legs.
Bulbar polio leads to weakness of muscles innervated
by cranial nerves and accounted for 2% of cases
during this period.
Bulbospinal polio, a combination of bulbar and spinal
paralysis, accounted for 19% of cases
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/polio.pdf
Diagnosis Poliomielitis
124. Mumps
Salah satu penyebab parotitis
Satu-satunya penyebab parotitis
yang mengakibatkan occasional
outbreak
Disebabkan oleh paramyxovirus,
dengan predileksi pada kelenjar
dan jaringan syaraf.
Penyebaran penyakit ini adalah
melalui droplet dan insidens
puncak pada usia 5-9 tahun.
Imunisasi dengan live attenuated
vaccine sangat berhasil (98%)
Penularan terjadi sejak 6 hari
sebelum timbulnya
pembengkakan parotis sampai 9
hari kemudian.
Bisa tanpa gejala
125. Kolera
Infeksi usus oleh Vibrio cholerae
Bakteri anaerobik fakultatif,
batang gram negatif yang melengkung
berbentuk koma,
tidak membentuk spora
Memiliki single, sheathed, polar flagellum
Vibrio Cholerae
Vibrio Cholerae
Terapi
Rehidrasi sesuai dengan status dehidrasi
pasien
Antibiotik, diindikasikan pada pasien
dengan dehidrasi berat di atas 2 tahun.
Antibiotik yang sensitif untuk strain vibrio
cholerae : Tetrasiklin, doksisiklin,
kotrimoksazol, eritromisin, dan
kloramfenikol
Erythromycin 12.5 mg/kg/ 6 hours for 3
days.
azithromycin, 20 mg/kg, in a single dose,
without exceeding 1 g
Tetrasiklin:
<8 years: Not recommended
Single dose: 25 mg/kg PO; not to exceed 1
g/dose
Multiple dose: 40 mg/kg/day PO divided
q6hr for 3 days; not to exceed 2 g/day
Recommendation
First-line drug
choice
Alternate drug
choices
World Health
Organization
Antibiotic
treatment for
cholera patients
with severe
dehydration only
Doxycycline
Tetracycline
Pan American
Health
Organization
Antibiotic
treatment for
cholera patients
with moderate or
severe dehydration
Doxycycline
Ciprofloxacin
Azithromycin
International
Centre for
Diarrhoeal
Disease
Research,
Bangladesh
Medicins Sans
Frontieres
Antibiotic
treatment for
cholera patients
with some or
severe dehydration
Doxycycline
Ciprofloxacin
Azithromycin
Cotrimoxazole
Antibiotic
treatment for
severely
dehydrated
patients only
Doxycycline
Erythromycin
Cotrimoxazole
Chloramphenicol
Furazolidone
Erythromycin or
azithromycin
recommended as
first-line drugs for
pregnant women
and children
Ciprofloxacin and
doxycycline
recommended as
second-line drugs
for children
Erythromycin
recommended as
first-line drug for
children and
pregnant women
126. Morbili
Paramyxovirus
Kel yg rentan:
Anak usia prasekolah yg
blm divaksinasi
Anak usia sekolah yang
gagal imunisasi
Prodromal
Hari 7-11 setelah
eksposure
Demam, batuk,
konjungtivitis,sekret
hidung. (cough, coryza,
conjunctivitis 3C)
Enanthem ruam
kemerahan
Kopliks spots muncul 2
hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Penatalaksanaan
Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan
antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
Suplementasi vitamin A diberikan pada:
127. Enuresis
Enuresis: anak yang mengompol minimal 2 kali dalam
seminggu dalam periode paling sedikit 3 bulan pada usia 5
tahun atau lebih yang tidak disebabkan oleh efek obatobatan
Enuresis primer digunkan untuk anak yang belum pernah
berhenti mengompol sejak masa bayi
Enuresis sekunder digunakan pada anak berusia 5 tahun
yang sebelumnya pernah bebas masa mengompol minimal
12 bulan
Pada umumnya anak berhenti mengompol usia 2,5 tahun.
Pada usia 3 tahun 75% anak bebas mengompol di malam
dan siang hari. Pada usia 10 tahun masih ada 7% anak
mengompol, sedangkan pada usia 15 tahun hanya 1% anak
yang mengompol
Tatalaksana
Penanganan enuresis meliputi 4 prinsip berikut. Tatalaksana
harus dimulai dengan terapi perilaku, farmakologis
merupakan lini kedua dan dipakai jika tatalaksana perilaku
gagal
meningkatkan motivasi pada anak untuk memperoleh
kesembuhan, antara lain dengan reward system. Menghukum
atau mempermalukan anak oleh orang tua maupun orang lain,
tidak boleh dilakukan
Pengaturan perilaku (behavioral treatment)
KLASIFIKASI DBD
Derajat (WHO 1997):
Derajat I : Demam dengan test rumple leed
positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/
hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Pemantauan Rawat
Alur
Perawatan
Heart Rate
(beats/min)
Blood Pressure
(mm Hg)
Respiratory Rate
(breaths/min)
Premature
120-170 *
55-75/35-45
40-70
0-3 mo
100-150 *
65-85/45-55
35-55
3-6 mo
90-120
70-90/50-65
30-45
6-12 mo
80-120
80-100/55-65
25-40
1-3 yr
70-110
90-105/55-70
20-30
3-6 yr
65-110
95-110/60-75
20-25
6-12 yr
60-95
100-120/60/75
14/22
12 > yr
55-85
110-135/65/85
12-18
REFERENCE:Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011.
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett,
American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45.
From American Heart Association ECC Guidelines, 2000.
In childhood,
hypotension can be
determined
according to two
different definitions:
BP below the 5th
percentile or below
two standard
deviations (SDs) of
the mean for age
and gender
http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
Shieh HH, Gilio AE, Barreira ER, Troster EJ, Ventura AMC, Goes PF, Souza DC, Sinimbu Filho JM, Bousso A:
Pediatric hypotension: quantification of the differences between the two current definitions.
Intensive Care Med 2012, 38(Suppl 1):S0662.
doi: 10.1007/s00134-012-2683-0
1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/362846/London%20App.%20B.pdf
Astrovirus
Winter outbreaks
Affects all ages
Typical duration 3 days
Salmonella
Bloody Diarrhea
Shigella
High fever (and Febrile Seizures)
Bloody Diarrhea
Adenovirus
Summer outbreaks
Typicall affects children
Typical duration 6-9 days
Campylobacter jejuni
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Mekanisme GNAPS
Terperangkapnya kompleks antigen-antibodi
dalam glomerulus yang kemudian akan merusak
glomerulus
Proses autoimun kuman Streptokokus yang
bersifat nefritogenik dalam tubuh menimbulkan
badan autoimun yang merusak protein
glomerulus (molecular mimicry)
Streptokokus nefritogenik dan membran basalis
glomerulus mempunyai komponen antigen yang
sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung
merusak membran basalis glomerulus.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Proteinuria, hematuria, dan adanya silinder eritrosit
Penatalaksanaan
Restricting physical activity is appropriate in the first few days of the illness but is
unnecessary once the patient feels well
Specific therapy:
Treat patients, family members, and any close personal contacts who are infected.
Throat cultures should be performed on all these individuals. Treat with oral penicillin G (250 mg qid
for 7-10 d) or with erythromycin (250 mg qid for 7-10 d) for patients allergic to penicillin
This helps prevent nephritis in carriers and helps prevent the spread of nephritogenic strains to
others
Defisiensi Vitamin B
Vitamin B1 (Thiamine)
Respiratory
Distress
at birth
Term Baby
TTN
MAS
Congenital
Pneumonia
Dev Anomalies
Preterm Baby
RDS
Congenital
Pneumonia
TTN
later after
a period of
normal
function
Possible causes
Acquired/Nosocomial
Pneumonia
Dev anomalies
CHD
IEM
Metabolic (Met
acidosis/ electrolytes)
Upper Chest
Retraction
Lower Chest
Retraction
Xiphoid
Retraction
Nasal Flaring
Grunting
Synchronous
None
None
None
None
Lag on
Inspiration
Just visible
Just visible
Minimal
Stethoscope
See-Saw
Mark
Mark
Mark
Naked ear
Respiratory
Rate
Cyanosis
Air entry
Retraction
Grunting
<60
None
Good
None
None
60-80
In air
Decrease
Minimal
Stethoscope
>80/ apnoea
In 40% O2
Barely
audible
Moderate/
severe
Naked ear
Anamnesis
Massa abdomen tidak bergejala
Nyeri abdomen atau hematuria pada 25% kasus
Hipertensi, gross hematuria, dan demam pada 5- 30%
Pemeriksaan fisik
Teraba massa abdomen
Pay special attention to features of those syndromes
(WAGR syndrome and Beckwith-Wiedemann syndrome
[BWS]) associated with Wilms tumor (ie, aniridia,
genitourinary malformations, and signs of overgrowth)
Diagnosis
Laboratorium : darah perifer lengkap, kimia darah termasuk
fungsi ginjal, elektrolit, urinalisis, dan fungsi pembekuan
darah.
Radiologi :
USG: pemeriksaan awal, it does not expose children to the
detrimental effects of radiation
CT Scan Abdomen: untuk menentukan asal tumor, keterlibatan
KGB, keterlibatan ginjal bilateral, invasi ke pembuluh darah, dan
metastasis hepar.
135. IMUNISASI
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
1. Hepatitis B
Jadwal vaksin hepatitis B1 tetap dianjurkan
umur 12 jam.
Diberikan setelah vitamin K1.Penting untuk
mencegah terjadinya perdarahan akibat
defisiensi vitamin K.
HBIg utk bayi dari ibu HBsAg positif, selain
imunisasi hepatitis B, utk cegah infeksi
perinatal yang berisiko tinggi untuk terjadinya
hepatitis B kronik.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
2. Polio
Vaksin polio 0 : polio oral (saat lahir atau saat
bayi dipulangkan)
Untuk vaksin polio 1, 2, 3 dan booster : polio
oral (OPV) atau polio inaktivasi (IPV)
Rekomendasi: paling sedikit 1 dosis IPV yang
penting dalam masa transisi dalam menuju
eradikasi polio
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
3. BCG
BCG dapat diberikan : umur 0 - 3 bulan
4. DTP
Untuk vaksin Td ditambahkan perlu booster
tiap 10 tahun.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
5. Campak
Imunisasi campak pada program nasional
diberikan 2 kali pada umur 9 dan 24 bulan
(Permenkes RI no 42/ 2013 tentang
penyelenggaran imunisasi)
Bila mendapat MMR umur15 bulan, imunisasi
campak umur 24 bulan tidak diperlukan.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Mechanism of toxicity:
Cyanide binds to cellular cytochrome oxidase blocking the aerobic utilization
of oxygen.
Cyanide Intoxication
Treatment:
A. Emergency and supportive measures. Treat all cyanide
exposures as potentially lethal.
1. Maintain an open airway and assist ventilation if necessary.
2. Treat coma, hypotension, & seizures if they occur.
3. Start an IV line and monitor the patients vital signs and ECG
B. Specific drugs and antidotes
C. Prehospital.
Immediately administer activated charcoal if available. Do not
induce vomiting unless victim is more than 20 minutes from a
medical facility and charcoal is not available.
Cyanide Poisoning
Treatment
Provide oxygen
Hydroxocobalamin: Combines with cyanide to form cyanocobalamin (vitamin B-12),
which is renally cleared
Sodium nitrites: Induce cyanide-scavenging methemoglobinemia in red blood cells,
(combines with cyanide, thus releasing cytochrome oxidase enzyme)
Sodium thiosulfate: Enhances the conversion of cyanide to thiocyanate , which is renally
excreted
Administer sodium bicarbonate in severe poisoning because of marked lactic acidosis
464
137. ITP
Immune thrombocytopenic purpura (ITP, yang disebut juga
autoimmune thrombocytopenic purpura, morbus Wirlhof, atau
purpura hemorrhagica, merupakan kelainan perdarahan akibat
destruksi prematur trombosit yang meningkat akibat autoantibodi
yang mengikat antigen trombosit.
Umumnya terjadi pada anak usia 2-4 tahun, dengan insiden 4-8
kasus per 100.000 anak per tahun.
ITP terjadi akut dan biasanya sembuh sendiri dalam 6 bulan, bila
dalam waktu 6 bulan tidak sembuh maka diagnosis menjadi ITP
Kronis.
Patofisiologi: Peningkatan destruksi platelet di perifer, biasanya
pasien memiliki antibodi yang spesifik terhadap glikoprotein
membran platelet (IgG autoantibodi pada permukaanplatelet)
Trombositopenia <100,000/mm3
Purpura dan perdarahan membran mukosa
Diagnosis of exclusion
2 jenis gambaran klinis
ITP akut
Biasanya didahului oleh infeksi virus dan menghilang dalam 3 bulan.
ITP kronik
Gejala biasanya mudah memar atau perdarahan ringan yang
berlangsung selama 6 bulan
Anamnesis
Umumnya trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah
infeksi virus, atau bakteri (infeksi saluran napas atas,
saluran cerna), bisa juga terjadi setelah vaksinasi rubella,
rubeola, varisela, atau setelah vaksinasi dengan virus hidup.
Perdarahan yang terjadi tergantung jumlah trombosit
didalam darah. Diawali dengan perdarahan kulit berupa
petekie hingga lebam.
Obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid,
kuinidin/kuinin, aspirin dapat memicu terjadinya
kekambuhan.
Obat yang mengandung salisilat dapat meningkatkan risiko
timbulnya perdarahan.
Pemeriksaan fisis
Pada umumnya bentuk perdarahannya ialah purpura pada kulit
dan mukosa (hidung, gusi, saluran cerna dan traktus urogenital).
Pembesaran limpa terjadi pada 10-20 % kasus.
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi :
Tatalaksana
Indikasi rawat inap
Pada penderita yang sudah tegak diagnosisnya, perlu dilakukan
rawat inap bila:
Medikamentosa
Pengobatan dengan kortikosteroid diberikan bila:
Perdarahan mukosa dengan jumlah trombosit <20.000/ L
Perdarahan ringan dengan jumlah trombosit <10.000/ L
Steroid yang biasa digunakan ialah prednison, dosis 1-2 mg/kgBB/hari,
dievaluasi
setelah pengobatan 1-2 minggu. Bila responsif, dosis diturunkan pelahanlahan sampai kadar trombosit stabil atau dipertahankan sekitar 30.000 50.000/L.
Prednison dapat juga diberikan dengan dosis tinggi yaitu 4 mg/kgBB/hari
selama 4 hari.
Bila tidak respons, pengobatan yang diberikan hanya suportif.
Pengembalian kadar trombosit akan terjadi perlahan-lahan dalam waktu 2-4
minggu dan paling lama 6 bulan.
Pada ITP dengan kadar trombosit >30.000/L dan tidak memiliki keluhan
umumnya tidak akan diberikan terapi, hanya diobservasi saja.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran menurun, delirium, lidah tifoid (bagian tengah kotor, pinggir
hiperemis), meteorismus, hepatomegali, sphlenomegali (jarang). Kadang
terdengar ronki pada pemeriksaan paru
Demam Tifoid
Etiologi : 96% disebabkan Salmonella typhi, sisanya ole S.
paratyphi
Prevalens 91% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun
Penularan : fekal-oral
Masa inkubasi : 10-14 hari
Gejala
Demam naik secara bertahap (stepwise) setiap hari, suhu tertinggi
pada akhir minggu pertama. Minggu kedua demam terus menerus
tinggi
Delirium (mengigau), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri
perut, diare, atau konstipasi, muntah, perut kembung,
Pada kasus berat: penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Clinical features:
Step ladder fever in
the first week, the
persist
Abdominal pain
Diarrhea/constipation
Headache
Coated tongue
Hepatosplenomegaly
Rose spot
Bradikardia relatif
Pemeriksaan Penunjang
Darah tepi perifer
Anemia, terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus
Leukopenia, Limfositosis reaktif, Trombositopenia (pada kasus berat)
Pemeriksaan serologis
Serologi widal : kenaikan titer S.typhi O 1:160 atau kenaikan 4x titer fase akut ke
konvalesens, banyak positif-negatif palsu. Bahkan kadar baku normal di berbagai tempat
endemis cenderung berbeda-beda dan perlu penyesuaian
Kadar IgG-IgM (Typhi-dot)
Tubex Test
Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (kecurigaan pneumonia)
Foto polos abdomen (kecurigaan perforasi)
MDR
Resisten kuinolon
Obat
Dosis (mg/kg/hari)
Kloramfenikol
Amoksisilin
Florokuinolon (tidak boleh pada anak)
Sefiksim
Azithromisin
Seftriakson
50-75
75-100
15
15-20
8-10
75
Ampisilin
Seftriakson
Florokuinolon (tidak boleh pada anak)
Seftriakson
100
60-75
15
60-75
Lain lain: Tirah baring, isolasi memadai, cukupi kebutuhan cairan dan kalori, terapi
simptomatik lain
Komplikasi :
Intraintestinal : perforasi usus atau perdarahan saluran cerna
Ekstraintestinal : Tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia, syok septik,
pielonefritis, osteomielitis dll
139. Epiglotitis
Organism
Haemophilus influenzae type B: most
common (bacil gram -, needs factor X
and V for growth)
Also caused by
Age
Location
Purely supraglottic lesion
Cough is unusual
Epiglotitis
Diff Diagnosis: Croup
Imaging
Enlargement of epiglottis
Tx:
Secure airway
May require intubation or
emergency tracheostomy
Some use IV steroids
Empiric antibiotic therapy
484
485
H-H EQUATION
[HCO3-]
pH
[Base]
[metabolik]
Acid
[respiratorik]
d CO2
Respiratory
Acidosis
Respiratory
Alkalosis
Metabolic
Acidosis
Metabolic
Alkalosis
Normal value
HCO3-
PCO2
PH
PCO2
HCO3-
NORMAL
Metabolic Acidosis
PH
Normal value
PCO2
HCO3-
PH
Metabolic Acidosis
HCO3-
PCO2
PH
Normal value
HCO3-
PCO2
PH
Metabolic alkalosis
HCO3-
PCO2
PH
Normal value
PCO2
HCO3-
HCO3-
PH
Respiratory Acidosis
PCO2
PH
Normal value
PH
PH
HCO3-
PCO2
HCO3-
PCO2
http://classes.midlandstech.edu/carterp/Courses/bio211/chap26/table_26_03_l
abeled.jpg
Denver II
Mencakup usia 0-6 tahun
Ada 4 bidang perkembangan
Personal-sosial: berhubungan dengan orang lain dan
pemenuhan kebutuhan sendiri
Motorikhalus: koordinasimata- tangan, manipulasi
objek kecil
Motorik kasar: meliputi gerakan yang menggunakan
otot-otot besar secara keseluruhan (duduk, berjalan,
melompat)
Bahasa-dengar: mengerti dan menggunakan bahasa
Interpretasi Denver II
Skor Penilaian
P (Pass) : Anak dapat melakukan ujicoba dengan baik, atau terdapat
laporan yang dapat dipercaya
F (Fail) L : Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik
No (No opportunity) : Tidak ada kesempatan untuk ujicoba karena ada
hambatan
R (Refusal) : Anak menolak melakukan ujicoba
Interpretasi
Lebih (advanced) : bila anak Pass pada uji coba yang terletak di kanan
garis umur
Normal : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba di sebelah kanan garis
Caution/peringatan : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba yang dilewati
garis umur pada persentil 75-90
Delayed/keterlambatan : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba yang
terletak lengkap di sebelah kiri garis umur
Sumber:
http://www.gynob.co
m/fh.htm
Uterotonika
1 menit setelah bayi
lahir
Oksitosin 10 unit IM di
sepertiga paha atas
bagian distal lateral
Dapat diulangi setelah
15 menit jika plasenta
belum lahir
Peregangan Tali
Pusat Terkendali
Tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke
arah dorso-kranial secara
hati-hati
Massase
Uterus
Letakkan telapak
tangan di fundus
masase dengan
gerakan melingkar
secara lembut hingga
uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
Kala III
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan
retroplasenter pecah saat plasenta lepas
Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen
uterus yang lebih bawah atau rongga vagina
Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
(bulat): Disebabkan oleh kontraksi uterus
Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam
abdomen: Sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal
ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke
segmen uterus yang lebih bawah
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
Pelepasan Plasenta
Pelepasan Plasenta
145.
145.
148.
DIAGNOSIS
SERVIKS
BESAR UTERUS
Tertutup lunak
Sesuai
kehamilan
Abortus insipiens
Sedang-banyak
Terbuka lunak
Terbuka lunak
Abortus komplit
Sedikit-tidak ada
Tertutup
atau Lebih kecil dari Sedikit atau tanpa
terbuka lunak
usia kehamilan
nyeri perut
Jaringan keluar
Uterus kenyal
Abortus septik
Perdarahan
berbau
Lunak
Missed abortion
Tidak ada
Tertutup
150.
PERDARAHAN
GEJALA LAIN
Abortus Imminens
Abortus Komplit
Abortus Insipiens
Abortus Inkomplit
Missed Abortion
Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 2+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam; atau disertai
keterlibatan organ lain:
Tatalaksana Preeklampsia-eklampsia
Tatalaksana umum
Semua ibu dengan preeklampsia maupun eklampsia harus dirawat masuk
rumah sakit
Tatalaksana Preeklampsia-eklampsia
Antihipertensi
Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapat terapi antihipertensi
Ibu dengan terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk
melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan.
Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pasca persalinan berat
Antihipertensi yang diberikan nifedipin, nikardipin, dan metildopa. Jangan
berikan ARB inhibitor, ACE inhibitor dan klortiazid pada ibu hamil
Tatalaksana Khusus
Edema paru
Edema paru dapat diketahui dari adanya sesak napas,
hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada basal
paru pada ibu dengan preeklampsia berat.
Tatalaksana
152.
154. TORCH
Infeksi TORCH
T=toxoplasmosis
O=other (syphilis)
R=rubella
C=cytomegalovirus
(CMV)
H=herpes simplex
(HSV)
Diagnosis
IgG maternal bisa akibat
imunisasi atau infeksi
lampau tidak dapat
dipegang
Virus dapat diisolasi dari
sekret nasal
Terapi
Pencegahan: Imunisasi
Perawatan suportif dengan
mengedukasi orangtua
Manifestasi Klinis
Toksoplasma
Diagnosis
Gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas AntiToxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk
golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya,
virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan
salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang
berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko
tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning,
pengkapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi
akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang
lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV
IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Progestin
Cara kerja
Kontra indikasi
Efek samping
Cara Kerja
Efek Samping
Perubahan pola haid, sakit kepala,
pusing, perubahan suasana perasaan,
nyeri payudara, nyeri perut, dan mual
Kontra Indikasi
Serupa dengan kombinasi
157. Spermatogenesis
Pada gangguan sperma, dapat dipikirkan telah
terjadi kerusakan pada testis. Hormon yang
kemungkinan mengalami penurunan adalah
testosteron yang dihasilkan di Sel Leydig testis
Akibat kerusakan testis, maka testis tidak
dapat menggunakan hormon FSH yang
dikeluarkan oleh hipofisis anterior kadar
FSH darah meningkat
158. PCOS
Etiologi
hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin
Gejala PCOS
Gangguan siklus haid yaitu siklus haid jarang dan tidak teratur
Gangguan kesuburan dimana yang bersangkutan menjadi sulit hamil
(subfertile)
Tumbuh bulu yang berlebihan dimuka, dada, perut, anggota badan
dan rambut mudah rontok (hirsutisme)
Banyak jerawat
kegemukan (obesitas)
Pada USG ditemukan banyak kista di ovarium
PCOS: Terapi
Sasaran pengelolaan
tatalaksana
Pola hidup sehat dengan diet, olahraga teratur untuk kendalikan
berat badan (obesitas) dan tidak merokok
Obat2an/medikamentosa
Untuk melancarkan haid : dengan pil KB. PIl KB juga dapat mengurangi
resiko perdarahan abnormal dan kanker rahim
Untuk memicu ovulasi : dengan Clomiphene citrate dan FSH
Untuk menghilangkan hirsutism dan jerawat : dengan pil KB
(Cyproterone acetate), Spironolactone dan flutamide
Untuk menurunkan insulin darah : dengan Metformin
Faktor Predisposisi
Penyulit Lainnya
Diagnosis
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Syok/takikardia
Hilangnya gerak dan DJJ
Bentuk uterus
abnormal/kontur tidak jelas
Nyeri raba/tekan dinding
perut
Bagian anak mudah dipalpasi
Ruptura Uteri
Hipertensi
Versi luar
Trauma abdomen
Polihidramnion
Gemelli
Defisiensi nutritif
Pernah SC
Partus lama
CPD
Kelainan
letak/presentasi
Persalinan traumatik
Kehamilan multipara
Genetik
Solusio plasenta
Janin mati dalam rahim
Eklampsia
Emboli air ketuban
Perdarahan gusi
Gambaran memar bawah kulit
Perdarahan dari tempat
suntikan/infus
Gangguan
pembekuan darah
Vasa Previa
Plasenta Previa
Perdarahan awal ringan, perdarahan ulangan lebih berat sampai
syok,umumnya perdarahan awal terjadi pada 33 minggu. Pada
perdarahan <32 minggu waspada infeksi traktus uri &
vaginitis, servisitis
Klasifikasi:
Plasenta letak rendah : plasenta pada segmen bawahuterus
dengan tepi tidak mencapai ostium internum.
Plasenta previa marginalis: tepi plasenta letak rendahmencapai
ostium internum tetapi tidak menutupi ostiuminternum
Plasenta previa partialis: plasenta menutupi sebagianostium
internum
Plasenta previa totalis (komplit): plasenta menutupiseluruh
ostium internum
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan Berharga
Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
Gemelli
Kelelahan ibu
Partus tak maju
Gawat janin yang ringan
Toksemia gravidarum
Rupture uteri iminens
Ibu: memperpendek persalinan
kala II, penyakit jantung
kompensasi, penyakit fibrotik.
Janin: adanya gawat janin
Waktu: kala persalinan lama
KONTRA INDIKASI
Ibu: dengan resiko tinggi rupture
uteri
Kondisi ibu tidak boleh mengejan
Panggul sempit (disproporsi
kepala panggul)
Janin: letak lintang, presentasi
muka, presentasi bokong,
preterm, kepala janin menyusul
Rigor mortis
Occurs at 2-4 hours post-mortem started at small muscle
Complete (involving all muscles) at 8-10 hours postmortem
Disappearing after 24 hours post-mortem
Decomposition
Starts with greenish spot at right abdominal area at 18
hours post-mortem
168. Toksikologi
Untuk penentuan COHb secara kualitatif
dilakukan uji dilusi alkali.
Uji kertas saring, reaksi prussian blue, dan
reaksi Guajacol merupakan pemeriksaan
toksikologi untuk keracunan HCN.
Uji Reinsch dilakukan pada kasus keracunan
arsenik.
Rigor mortis
Occurs at 2-4 hours post-mortem started at small muscle
Complete (involving all muscles) at 8-10 hours postmortem
Disappearing after 24 hours post-mortem
Decomposition
Starts with greenish spot at right abdominal area at 18
hours post-mortem
171. PERMENKES No
290/MENKES/PER/III/2008 pasal 12
Berdasarkan PERMENKES No
290/MENKES/PER/III/2008 pasal 12 yang
berhak memberikan persetujuan tindakan
medis adalah pasien yang kompeten, atau
oleh wali, atau keluarga terdekat, atau
pengampunya.
172. Euthanasia
Berdasarkan siapa yang memberikan consent:
Voluntary
: pasien
Nonvoluntary : bukan pasien (pasien koma, anak kecil)
Involuntary : bukan pasien; pasien telah menyatakan
sebaliknya
Berdasarkan metode:
Euthanasia aktif: menyebabkan kematian dengan
tindakan tertentu (death by action)
Euthanasia pasif: menyebabkan kematian dengan
tidak melakukan tindakan tertentu (death by
omission)
Referensi:
Garrard E, Wilkinson S. Passive euthanasia. J Med Ethics 2005;31:64-68.
Manninen BA. A case for justified non-voluntary active euthanasia: exploring the ethics of the Groningen Protocol. J
Med Ethics 2006;32(11):643-651.
Tulloch, Gail. Euthanasia, choice and death. Edinburgh University Press, 2005. pp.100.
Luka Tembak
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak
masuk, karena:
Akibat deformitas anak peluru
Bergoyangnya anak peluru
Terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari luka
tembak keluar
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak
masuk jika terjadi pada luka tembak tempel/ kontak atau
pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat
akan keluar meninggalkan tubuh
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung.
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik
menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri.
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang terdiri dari
pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung
jawab serta memiliki kekayaan bersama.
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku,
utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin. Beri label
Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang
sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label Dibekukan.
Biarkan contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku sampai mencair
seluruhnya.
Kocok contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku secara bersamaan.
Amati contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku bersebelahan untuk
membandingkan waktu Pengendapan (umumnya 5-30 menit)
Bila terjadi:
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih lambat dari contoh Dibekukan: vaksin dapat
digunakan.
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih cepat dari contoh Dibekukan: vaksin jangan
digunakan, vaksin sudah rusak.
Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis
vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.
Description
188. ANOVA
Exposure and
outcome analyzed at
the same time (+)
Cross
sectional
THT-KL
191. Rhinosinusitis
Diagnosis
Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis
Chronic sinusitis
Dentogen sinusitis
Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Rhinosinusitis
Rhinosinusitis
Terapi rhinosinusitis
Tujuan:
Mempercepat penyembuhan
Mencegah komplikasi
Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip:
Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) drainasi &
ventilasi pulih
Farmakologi:
AB amoksisilin 10-14 hari
Dekongestan
Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl
Operasi
untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau
kelainan ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita,
intrakranial, osteomielitis, kelainan paru), sinusitis jamur.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Rhinosinusitis
Foto
Deskripsi
Waters
Schedel PA &
lateral
Schuller
Lateral mastoid
Towne
Caldwell
Frontal sinus
Rhese/oblique
192. Rhinitis
Vasomotor Rhinitis:
Idiopathic condition which is diagnosed per exclutionam
Triggers: strong smells, cold air, change in temperature,
humidity, strong emotions, alcohol, smoke/cigarrete,
spicy food, fatigue.
Symptoms: nasal congestion influenced by position,
rhinorrea, sneezing.
Signs: mucosal edema, konka: dark red/pale, konka:
smooth or hypertrophy.
Management: avoid trigger, symptomatic (oral
decongestan, nasal wash with saline, topical CS, topical
anticolinergic)
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Rhinitis
Rhinitis
Diagnosis
Karakteristik
Rinitis alergi
Sinusitis kronik
Kronik: > 3 bulan. Gejala tidak spesifik, bisa 1 atau 2 gejala berikut
sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan
tenggorok, gangguan telinga, sinobronkitis.
Rinitis akut
(rhinovirus)
Rinitis atrofi /
ozaena
Rinitis
Hidung tersumbat yang memburuk terkait penggunaan
medikamentosa vasokonstriktor topikal. Perubahan: vasodilatasi, stroma
edema,hipersekresi mukus. Rinoskopi: edema/hipertrofi konka
dengan sekret hidung yang berlebihan.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
193. Keganasan
History
Male in 5th decade,
exposed with nickel,
chrom, formalin,
terpentin.
Diagnosis
Treatment
Ca
sinonasal
Surgery
KNF
Radiotherapy,
chemoradiation,
surgery.
Ca tonsil
Surgery
Juvenile
angiofibro
ma
Surgery
Physical Exam.
timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Media
Otitis Media Akut
Th:
Oklusi tuba: dekongestan topikal
(ephedrin HCl)
Presupurasi: AB minimal 7 hari
(ampicylin/amoxcylin/
erythromicin) & analgesik.
Supurasi: AB, miringotomi.
Perforasi: ear wash H2O2 3% & AB.
Resolusi: jika sekret tidak
berhenti AB dilanjutkan hingga 3
minggu.
Hyperaemic stage
Suppuration stage
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
197. Rhinitis
Diagnosis
Karakteristik
Rinitis alergi
Sinusitis kronik
Kronik: > 3 bulan. Gejala tidak spesifik, bisa 1 atau 2 gejala berikut
sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan
tenggorok, gangguan telinga, sinobronkitis.
Rinitis akut
(rhinovirus)
Rinitis atrofi /
ozaena
Rinitis
Hidung tersumbat yang memburuk terkait penggunaan
medikamentosa vasokonstriktor topikal. Perubahan: vasodilatasi, stroma
edema,hipersekresi mukus. Rinoskopi: edema/hipertrofi konka
dengan sekret hidung yang berlebihan.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
198. Tonsillitis
Acute tonsillitis:
Viral: similar with acute rhinits +
sore throat
Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
Detritus follicular tonsillitits
Detritus coalesce lacunar tonsillitis.
Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
Th: penicillin or erythromicin
Chronic tonsillitis
Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Tonsillitis
Komplikasi tonsillitis akut:
Pada anak sering menimbulkan otitis media
akut, sinusitis, abses peritonsil (Quincy
throat), abses parafaring, bonkitis,
glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis
serta septikemia. Hipertrofi tonsil
menyebabkan pasien bernapas lewat
mulut, tidur mendengkur, gangguan tidur
karena obstructive sleep apnea.
Sumber Infeksi
Abses peritonsil
Abses parafaring
Abses Retrofaring
Submandibular
abscess
Ludwig/ludovici
angina
1) Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007. 3) Cummings otolaryngology. 4th ed. Mosby; 2005.
Clinical Features
Abses peritonsil
Abses parafaring
Abses Retrofaring
Submandibular
abscess
Ludwig/ludovici
angina
1) Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007. 3) Cummings otolaryngology. 4th ed. Mosby; 2005.
Therapy
Needle aspiration: if pus (-) cellulitis antibiotic. If pus (+) abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.
Parapharyngeal abscess
Retropharyngeal abscess
200. Vertigo
Peripheral Vertigo
Central Vertigo
Brainstem, cerebellum,
cerebrum
Onset
Sudden
Gradual
Nausea, vomitting
Severe
Varied
Hearing symptom
Often
Seldom
Often
Compensation/resolution
Fast
Slow
Spontaneous nystagmus
Horizontal, rotatoir
Vertical
Paresis
Normal
Involving
Neurologic symptom
Positional nystagmus
Calory nystagmus
Vertigo
Vertigo of peripheral origin
Condition
Details
BPPV
Menieres disease
Vestibular neuronitis
Acute labyrinthitis
Labyinthine infarct
Vertigo
Vertigo of central origin
Condition
Details
Migraine
Vascular disease
Multiple sclerosis
Vestibular epilepsy
Cerebellopontine tumours
Vertigo
Vertigo
Symptomatic treatment:
Antivertigo (vestibular suppressant)
Ca channel blocker: flunarizin
Histaminic: betahistine mesilat
Antihistamin: difenhidramine, sinarisin
Antiemetic:
prochlorperazine, metoclopramide
Psycoaffective:
Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack
Vertigo
Treatment for spesific conditions:
BPPV: canalith repositioning maneuvre (BrandtDaroff, Epley, Semont maneuvre)
Menieres disease: low salt diet, diuretic, surgery,
transtympanic gentamycin
Labyrinthitis: antibiotics, removal of infected
tissue, vestibular rehabilitation
Migraine: beta blocker, Ca channel blocker
Vascular disease: control of vascular risk factors,
antiplatelet/anticoagulant agents