Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, Laporan Evaluasi Kegiatan Tahun 2014
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dapat terselesaikan.
Laporan Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan disusun sebagai
bagian dari proses monitoring dan evaluasi tahunan terhadap pelaksanaan kegiatan di lingkup
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Evaluasi terhadap pencapaian kegiatan mengacu kepada
Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang Pertanahan Tahun 2014.
Pada Tahun 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelesaikan beberapa
kegiatan strategis: (a) Melaksanakan Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan
Pertanahan Nasional 20152019; (b) Merumuskan Isu Strategi Kebijakan dan Sasaran Penataan
Ruang Wilayah Nasional dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria; (c)
Melakukan Identifikasi Kinerja Pelaksanaan Prioritas Nasional dalam Penyelenggaraan Penataan
Ruang dan Reforma Agraria; (d) Melaksanakan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019;
(f) Koordinasi Strategis Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN); serta
(g) Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (RAN).
Laporan ini mengulas pencapaian dan juga pembelajaran dari pelaksanaan kegiatan, yang
menjadi masukan bagi penyusunan Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun
2015.
Tersedianya laporan ini sekaligus merupakan wujud aktualisasi penerapan prinsip good
governance (kepemerintahan yang baik), terutama transparansi dan akuntabilitas.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang positif dalam meningkatakan kualitas
perencanaan maupun kinerja Kementerian PPN/Bappenas.
Jakarta, Februari 2015
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................viii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
2.2
2.3
2.4
2.5
2.7
2.8
Realisasi Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 ................. 89
2.6.1 Pencapaian ............................................................................................................................ 89
2.6.2 Evaluasi .................................................................................................................................. 91
2.6.3 Rekomendasi........................................................................................................................ 94
Pencapaian dan Evaluasi Umum Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan 2014 ................................................................................................................................ 94
Absensi Staf Non-PNS Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 ............ 97
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18
Tabel 2.19
Sasaran dan Indikator Kinerja Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan ... 4
Rincian Struktur Organisasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ........................ 5
Rencana Kerja Subdit Tata Ruang Tahun 2014 ........................................................... 7
Kesesuaian Muatan RT RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025 ..................... 9
Kesesuaian RKP 2015 dengan RT RPJMN 2015-2019 ............................................... 10
Kesesuaian Renja K/L dengan Indikator Outputdalam RKP 2015 ........................... 10
Kesesuaian Indikator Output Rancangan RKA K/L 2015 Indikator Output dalam
RKP 2015....................................................................................................................... 11
Pencapaian Kajian Pendukung Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi dengan
Lingkup Bidang Tata Ruang Dan Pertanahan ............................................................ 12
Rencana Kerja Subdit Pertanahan Tahun 2014 ......................................................... 27
Analisis Kesesuaian RPJPN dengan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan ........... 28
Analisis Kesesuaian RKP 2015 Dengan RT- RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan
....................................................................................................................................... 30
Analisis Kesesuaian RKA-K/L-RKP BPN Tahun Anggaran 2015 .............................. 32
Analisis Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Bidang Pertanahan ............................ 33
Rencana Kerja Subdit Informasi dan Sosialisasi Bidang TRP Tahun 2014 .............. 44
Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014 ........................................................ 57
Kontribusi Kegiatan Sekretariat BKPRN Terhadap Pencapaian IKU 7 .................... 59
Kontribusi Kegiatan Terhadap Pencapaian IKU 8 ..................................................... 59
Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN Tahun 2014 ...................................... 76
Pencapaian Anggaran dengan IKU Direktorat TRP Tahun Anggaran 2014............. 92
Matriks Pencapaian Kinerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 95
Rata-Rata Kehadiran Karyawan Non-PNS Tahun 2014 ............................................ 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
DAFTAR ISTILAH
APBD
APBN
ATR/BPN
Bappenas
BIG
BNPB
BKPRN
DPR RI
FB
FGD
GEF
Ha
ICPEU
IKU
IKK
IRSA
K/L
KAK
KBI
KM
KP2B
KSPPN
KTI
LKIP
LP2B
Musrenbangnas
P2KH
P2KPB
P3KP
P4T
Perda
Permenko
Perpres
PNS
PP
PPG
PPN
PPNS
PRODA
PRSCO
PRUN
Rakorbangpus
RAN
Renja
: Rencana Strategis
: Rencana Kerja dan Anggaran
: Rencana Kerja Pemerintah
: Rencana Pembangunan
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
: Rencana, program dan kegiatan
: Rencana Rinci Tata Ruang
: Rancangan Teknokratik
: Rencana Tata Ruang
: Rencana Tata Ruang Wilayah
: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
: Sumber Daya Manusia
: Sistem informasi manajemen pertanahan nasional
: Standard Operating Procedure
: Sistem Perencanaan Pembangunana Nasional
: Forum Pengembangan Wilayah dan Perdesaan Berkelanjutan
: Teknologi Informasi dan Komputerisasi
: Tanah obyek reforma agraria
: Tata Ruang dan Pertanahan
: Tugas dan fungsi
: Universitas Brawijaya
: Unit Kerja Eselon
: Undang-undang
: Undang-Undang Penataan Ruang
BAB 1. PENDAHULUAN
Bagian ini akan menguraikan tugas pokok dan fungsi, indikator kinerja, kelembagaan dan
sumber daya manusia Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan tahun 2014. Pembahasan tugas
pokok dan fungsi Direktorat tata Ruang dan Pertanahan dijabarkan ke dalam tugas pokok tiap
unit kerja.Sementara untuk indikator kinerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
diterjemahkan dari Renstra Kedeputian Bidang Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah
Tahun 2010-2014.Untuk kelembagaan dan sumber daya manusia Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan berisi pembagian unit kerja beserta sumber daya yang ada di dalamnya.
1.1
Sub Direktorat Tata Ruang memiliki tugas melaksanakan pengkajian kebijakan dan penyiapan
penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang tata ruang serta melaksanakan
pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaanya. Dalam melaksanakan
tugas, Sub Direktorat Tata Ruang menyelenggarakan fungsi:
1.1.2
Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan memiliki tugas
mengumpulkan data dan informasi tata ruang dan pertanahan, melaksanakan inventarisasi
kebijakan di bidang tata ruang dan pertanahan serta melakukan sosisalisasi dalam
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi
Tata Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan sosialisasi hasil pengkajian kebijakan di bidang tata ruang dan pertanahan;
b. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang
informasi tata ruang dan pertanahan;
c. Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang informasi tata ruang dan
pertanahan;
d. Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang informasi tata ruang dan
pertanahan;
e. Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan
dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang informasi tata ruang dan
pertanahan; dan
f. Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan,
dan program-program pembangunan di bidang informasi tata ruang dan pertanahan.
Sekretariat BKPRN
Sekretariat BKPRN merupakan salah satu unit kerja di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
yang menjalankan penugasan khusus. Dalam hal ini Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas)
berkedudukan sebagai Sekretaris merangkap Anggota BKPRN yang bertugas memberikan
dukungan kesekretariatan dalam pelaksanaan tugas-tugas BKPRN (Permenko No. PER02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPRN Pasal 2 Ayat (4)). Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dibentuk sebagai respon atas kebutuhan
berbagai instansi pemerintah dalam menangani isu-isu penataan ruang bagi kepentingan
pembangunan yang terkoordinasi.
Pelaksanaan Menteri PPN/Kepala Bappenas sebagai Sekretaris BKPRN dibantu oleh Sekretariat
BKPRN yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
sebagai Penanggung Jawab Sekretariat BKPRN, sedangkan pelaksanaan harian Sekretariat
BKPRN diketuai oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan.Tugas Sekretariat BKPRN, antara lain
sebagai berikut.
a. Menyusun jadwal dan rencana kerja tahun BKPRN berdasarkan hasil Sidang BKPRN;
b. Menyusun agenda dan menyiapkan bahan Sidang BKPRN;
c. Mengumpulkan dan mengolah bahan, data dan informasi untuk mendukung
pelaksanaan tugas-tugas BKRPN;
d. Memfasilitasi pelaksanaan koordinasi yang dilakukan oleh Ketua BKPRN (Menko
Perekonomian), Wakil Ketua I (Menteri Pekerjaan Umum) dan Wakil Ketua II (Menteri
Dalam Negeri);
e. Menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional untuk
disampaikan oleh Ketua BKPRN kepada Presiden RI;
f. Mendistribusikan hasil-hasil Sidang BKPRN kepada seluruh Anggota BKPRN dan pihak
terkait;
g. Melaksanakan fungsi administratif dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas BKPRN;
h. Menyusun jadwal dan rencana kerja kegiatan Sekretariat BKPRN;
i. Menyusun laporan tentang pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN dan
menyampaikannya kepada Ketua BKPRN;
j. Melakukan kegiatan kehumasan, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi.
1.1.5
Sekretariat RAN
Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional bertujuan untuk melakukan
koordinasi dan penyusunan kebijakan serta rencana program dan kegiatan dalam mengawal
pelaksanaan Reforma Agraria di Indonesia. Adapun tujuan khusus pembentukan Tim
Koordinasi Strategis RAN, antara lain:
a. Melaksanakan pengkajian, perumusan dan pengembangan kebijakan pertanahan
nasional yang mendukung pelaksanaan reforma agraria;
b. Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program dan kegiatan (RPK) terkait
reforma agraria nasional serta pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan RPK tersebut;
c. Melaksanakan diseminasi kebijakan pertanahan, membangun konsensus, dan
mendapatkan dukungan komitmen dari pelaku terkait pelaksanaan reforma agraria.
1.2
Berdasarkan Renstra Kedeputian Bidang Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah Tahun
2010-2014 tujuan pelaksanaan tugas dan fungsi Kedeputian Bidang Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah Tahun 2014 adalah: Terwujudnya rencana pembangunan nasional (RPJMN
dan RKP) yang berkualitas.Tujuan tersebut kemudian dirinci lebih lanjut ke dalam sasaran
strategis dan indikator kinerja utama Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah.Uraian mengenai sasaran, indikator, serta target-target kinerja Kedeputian Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut.
Tabel 1.1Sasaran dan Indikator Kinerja Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan
Sasaran Strategis
No.
1.
1.
Tercapainya
perencanaan yang
terintegrasi, sinkron dan
sinergis antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi
pemerintah dengan
penganggarannyaBidang
Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah
2.
3.
4.
5.
2.
6.
7.
3.
Meningkatnya peran
Kementerian
PPN/Bappenas terkait
koordinasi kebijakan
pembangunan nasional
lainnya Bidang
Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah
Kegiatan
100%
100%
1.
2.
Koordinasi
perencanaan
Kajian
background
study RPJMN
2015- 2019
75%
50%
100%
3.
4.
Pemantauan
dan evaluasi
pembangunan
Koordinasi
strategis
Sekretariat
BKPRN
Koordinasi
strategis
Sekretariat
RAN
5.
Persentase K/L/P yang
menindaklanjuti programprogram penugasan khusus
Bidang TRP
Sumber: Rencana Strategis Deputi Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah 2010-2014
8.
Target
50%
100%
50%
1.3
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan kegiatan Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan maka dibentuk struktur organisasi direktorat yang terdiri dari tiga Sub Direktorat
yaitu: (i) Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan; (ii)
SubDirektoratTataRuang; dan (iii) Sub Direktorat Pertanahan. Selain itu, terdapat 2 (dua)
sekretariat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tata ruang dan pertanahan. Secara detail,
struktur organisasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dapat dilihat pada diagram di bawah
ini.
Direktur Tata Ruang dan
Pertanahan
Fungsional Perencanaan
Madya
Sekretariat Badan
Koordinasi Penataan
Ruang Nasional (BKPRN)
Administrasi
Sekretariat Koordinasi
Reforma Agraria Nasional
(RAN)
Tenaga Pendukung
Jabatan/Posisi
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Fungsional Perencana
Administrasi
Staf
Nama Pegawai
Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP
1. Ir. Rinella Tambunan, MPA
2. Ir. Nana Apriyana, MT
3. Hernydawaty, SE, ME
1.
2.
Sylvia Krisnawati
Cecep Saryanto
Staf Teknis:
1. Pratiwi Khoiriyah, SS
3. Sukino
4
Jabatan/Posisi
Staf
Nama Pegawai
Aswicaksana, ST, MT, MSc
Staf Teknis: Riani Nurjanah, ST
Staf
2.1
2.1.1
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Subdit Direktorat Tata Ruang yang telah ditetapkan,
rencana kerja Subdit Tata Ruang Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Rencana Kerja Subdit Tata Ruang Tahun 2014
No.
Kegiatan
2014
6 7 8
1 2 3 4 5
FGD RPJMN dengan mitra K/L terkait
Penulisan RT RPJMN 2015-2019
Workshop RPJMN 2015-2019
Penyusunan RKP 2015
Pemantauan dan Evaluasi
FGD Evaluasi RPJMN II
Penyusunan Lampiran Pidato
Presiden
8.
Penyusunan Pedoman Sinkronisasi
RTR dengan RP
9.
Penyusunan Profil Penataan Ruang
Daerah
10. Penyusunan Konsep Pembinaan
BKPRD
11. Penyusunan Masukan PK PP RTRWN
12. Penyusunan Masukan Revisi Perpres
No. 54 Tahun 2008 tentang
Jabodetabekpunjur
Sumber: Laporan Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2014
10
11
12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.1.2
Kegiatan penyusunan RPJMN 2015-2019 mendukung IKU 1 yaitu persentase kesesuaian antara
muatan RT RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025. Target IKU 1 sebesar 100% dan
pencapaian selama tahun 2014 adalah 100%. Dengan demikian pencapaian IKU 1 sudah
memenuhi target yang telah ditentukan. Kesesuaian RT RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 20052025 dapat dilihat pada Tabel 2.2.Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam rangka
mendukung pencapaian IKU 1 yaitu FGD RPJMN dengan mitra K/L terkait, Penulisan RT RPJMN
2015-2019, dan Workshop RPJMN 2015-2019.
Kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung yaitu Penyusunan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019, Musrenbang Regional 2015-2019, Penelaahan Renstra K/L
2015-2019, Internalisasi rencana sektoral (RAN API, ARG, KSPPN, dsb), Internalisasi antar
Bidang (Pengembangan Wilayah, KKDT, Perkotaan dan Perdesaan, Kelautan dan Perikanan,
Pertanian, Otonomi Daerah, Lingkungan Hidup), dan penyusunan prolegnas dan kerangka
regulasi. Pencapaian pada tahun 2014adalah sebagai berikut:
Penulisan Rancangan Teknokratik, Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RPJMN 20152019;
FGD dan diseminasi RT RPJMN 2015-2019 dengan Mitra KL dan dengan bidang lain; dan
Internalisasi Nawacita, masukan dari Musrenbangreg dan Musrenbangnas.
Pencapaian
100% Sesuai
100% Sesuai
100% Sesuai
100% Sesuai
100%
Beberapa evaluasi dari kegiatan yang dapat teridentifikasi antara lain perlunya identifikasi
lebih awal materi apa saja pada Buku I, II, dan III RPJMN 2010-2014 sebelum melakukan
penulisan RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang, perlunya penyusunan outline terpadu yang
merepresentasikan nawacita secara keseluruhan; dan perlunya SOP komunikasi antarbidang
dalam melakukan kegiatan penyusunan RPJMN.Berdasarkan evaluasi tersebut maka
rekomendasi yang diusulkan adalah penyusunan outline terpadu antarbuku dan untuk
internalisasi Nawacita/Arahan Presiden, penyusunan SOP komunikasi antarbidang perlu masuk
ke dalam Permen PPN/Kepala Bappenas tentang penyusunan RPJMN; dan diseminasi RPJMN
2015-2019 pada Tahun 2015, salah satunya dalam bentuk buku saku RPJMN 2015-2019 Bidang
Tata Ruang.
B.
Kegiatan penyusunan RKP 2015 mendukung IKU 2 yaitu persentase kesesuaian muatan RKP
2015 dengan RT RPJMN 2015-2019. Target IKU 2 sebesar 100% dan pencapaian yang telah
selama tahun 2014 adalah 100%. Dengan demikian pencapaian IKU 2 sudah memenuhi target
yang telah ditentukan. Kesesuaian muatan RKP 2015 dengan RT-RPJMN 2015-2019 dapat
dilihat pada Tabel 2.3.Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam rangka mendukung
pencapaian IKU 2 yaitu Penulisan RKP 2015, Rakorbangpus RKP 2015, Rangkaian
Musrenbangnas RKP 2015, dan Pembukaan trilateral meeting RKP 2015.
Kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung kegiatan penyusunan RKP
Tahun 2015 adalah pembahasan program tematik mitra kerja K/L, penyesuaian dengan
quickwins Presiden terpilih, dan perbaikan RKP 2015. Pencapaian yang dihasilkan antara lain
penyusunan RKP Bidang Tata Ruang yang sesuai dengan RT RPJMN 2015-2019 serta terpadu
dengan bidang lain yang berkaitan, diskusi dengan bidang yang berkaitan, sosialisasi
mekanisme trilateral meeting kepada Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PU, dan
penyesuaian dengan quickwins Presiden terpilih.
Pencapaian
100% Sesuai
100% Sesuai
100% Sesuai
100% Sesuai
100%
Temuan dari evaluasi kegiatan antara lain sebagai berikut: antara lain perlunya SOP komunikasi
antarbidang dalam melakukan kegiatan penyusunan RPJM dan perlunya menentukan kriteria
untuk penetapan dana dekonsentrasi yang akan diberikan ke provinsi. Berdasarkan evaluasi,
direkomendasikan yang diusulkan adalah penyusunan kriteria untuk penetapan dana
dekonsentrasi yang akan diberikan ke provinsi, penyusunan SOP komunikasi antarbidang perlu
masuk ke dalam Permen PPN/Kepala Bappenas tentang penyusunan RPJMN; dan perlu
melakukan evaluasi penggunaan dana dekonsentrasi.
C.
Kegiatan pembahasan Renja K/L Tahun 2015mendukung IKU 3 yaitu persentase kesesuaian
muatan Renja K/L 2015 dengan RKP 2015. Target IKU 3 sebesar 75% dan pencapaian yang
telah dicapai selama tahun 2014 adalah 87%. Dengan demikian pencapaian IKU 3 sudah
memenuhi target yang telah ditentukan. Kesesuaian muatan Renja K/L 2015 dengan RKP 2015
dapat dilihat pada Tabel 2.4.Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam rangka
mendukung pencapaian IKU 3 yaitutrilateral meeting Renja K/L dan Penyusunan rekomendasi
untuk perbaikan Renja K/L.
Adapun kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung kegiatan
Pembahasan Renja K/L tahun 2015 adalahpenyesuaian Renja K/L 2015 dengan perbaikan RKP
2015. Pencapaian pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tersusunnya Dokumen Trilateral meeting Renja K/L dengan Kementerian PU dan
Kementerian Dalam Negeri
Rekomendasi perbaikan Renja dan Renstra Kementerian ATR dan Kementerian Dalam
Negeri disesuaikan dengan target quickwins dan Nawacita; dan
Kesepakatan perbaikan Renja Kementerian ATR dan Kementerian Dalam Negeri.
Tabel 2.4Kesesuaian Renja K/L dengan Indikator Outputdalam RKP 2015
Jumlah Indikator Output RKP DJPR
Kementerian PU 2015 yang harus sesuai
32
Pencapaian
84% Sesuai
100% Sesuai
87%
Kegiatan pembahasan RKA K/L Tahun 2015 mendukung IKU 4 yaitu persentase kesesuaian
rancangan RKA K/L 2015 dengan target dan sasaran RKP 2015. Target IKU 4 sebesar 50% dan
pencapaian yang telah dicapai selama tahun 2014 adalah 46%. Dengan demikian pencapaian
IKU 4masih belum memenuhi target yang telah ditentukan. KesesuaianRKA K/L 2015 dengan
target dan sasaran RKP 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.5 Kegiatan yang dilakukan sesuai
rencana kerja dalam rangka mendukung pencapaian IKU 4 yaitu Trilateral meeting RKA K/L dan
Penyusunan rekomendasi untuk perbaikan RKA K/L.
Adapun kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung kegiatan
pembahasan RKA K/L tahun 2015 adalah Penyesuaian RKA K/L 2015 dengan perbaikan RKP
2015. Pencapaian yang dihasilkan antara lain sebagai berikut:
Tersusunnya Dokumen Kesepakatan Trilateral meeting RKA K/L dengan Kementerian PU
dan Kementerian Dalam Negeri;
Rekomendasi perbaikan RKA K/L KementerianATR dan Kementerian Dalam Negeri yang
telah disesuaikan dengan target quickwins dan Nawacita; dan
Kesepakatan perbaikan RenjaKementerian ATR dan Kementerian Dalam Negeri.
Tabel 2.5Kesesuaian Indikator OutputRancangan RKA K/L 2015 Indikator Outputdalam
RKP 2015
Jumlah Indikator Output RKP DJPR
Kementerian PU 2015 yang harus sesuai
32
Jumlah Indikator Output RKP Dit FPRLH
Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam
Negeri 2015 yang harus sesuai
7
Persentase Total Kesesuaian
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Pencapaian
34 %Sesuai
100% Sesuai
46%
Beberapa temuan hasil evaluasi antara lain perbaikan RKA K/L KementerianATR dan
Kementerian Dalam Negeri perlu disesuaikan dengan target quickwins dan Nawacita dan
perlunya kesepakatan perbaikan Renja KementerianATR dan Kementerian Dalam Negeri.
Sehingga direkomendasikan perlunya kesepakatan penggunaan nomenklatur dan indikator
target dalam RPJMN dan RKP untuk kegiatan prioritas dan perlu dilakukan pertemuan lanjutan
setelah Biro Perencanaan KementerianATR terbentuk.
Kegiatan penyusunan laporan hasil pemantauan dan evaluasi mendukung IKU 5 yaitu
persentase kesesuaian kajian pendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi dengan lingkup
Bidang TRP. Target IKU 5 sebesar 50% dan pencapaian selama tahun 2014 adalah 100%.
Dengan demikian pencapaian IKU 5 sudah memenuhi target yang telah ditentukan. Pencapaian
Kajian Pendukung Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi dengan Lingkup Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan dapat dilihat dalam Tabel 2.6. Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam
rangka mendukung pencapaian IKU 5 yaitu Pemantauan RKP 2014 dan evaluasi RKP 2013 dan
Pemantauan dan evaluasi RPJMN 2010-2014 (masukan untuk penyusunan RPJMN 2015-2019).
Pencapaian pada tahun 2014 antara lain:
Tersusunnya KAK Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan;
Tersusunnya Kuesioner Pemantauan Bidang Tata Ruang;
Telah dilaksanakan pemantauan di Provinsi Jawa Timur;
Telah tersusunnya identifikasi Isu Tata Ruang di Provinsi Jawa Timur;
Telah tersusunnya Draft Laporan Pemantauan Bidang Tata Ruang;
Tersusunnya laporan: Evaluasi RPJMN 2010-2014 yang merupakan bagian dari RT RPJMN
2015-2019; dan Pencapaian Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan II termasuk untuk
Bidang Tata Ruang;
Telah disusun Masukan Bidang Tata Ruang untuk Lampiran Pidato Presiden;
Telah disusun kajian awal;
Telah diidentifikasi sumber data dan indikator yang dapat digunakan; dan
Telah disusun perbaikan kerangka acuan Kegiatan Evaluasi Tahun 2015.
Tabel 2.6Pencapaian Kajian Pendukung Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi dengan
Lingkup Bidang Tata Ruang Dan Pertanahan
No
Kegiatan
Rapat Teknis
Desk Study
Penyusunan
Laporan
Proses Pencapaian
(berdasarkan proses)
Penyusunan KAK
Penyusunan Rencana Kerja
Rencana Pengambilan Data Lapangan
Review Hasil Pemantauan dan Evaluasi Tahun
2013
Perbaikan Perangkat Survey
Pengiriman Surat dan Kuesioner
FGD/Wawancana di Provinsi Jawa Timur
Rekapitulasi Hasil Kuesioner dan Wawancara
Persentase
Pencapaian
20%
Pencapaian
Tercapai
80%
Tercapai
100%
Tercapai
100%
Temuan dari hasil evaluasi antara lain perlunya perbaikan mekanisme pemantauan melalui
perumusan indikator monev penyelenggaraan penataan ruang. Oleh karena itu,
direkomendasikan perlunya penyusunan monev outcome penyelenggaraan penataan ruang
yang terpadu dan penyusunan Lampid 2014 untuk mendukung PN 10.
Kegiatan penyusunan Lampid 2014 untuk PN 10 mendukung IKU 6 yaitu persentase kesesuaian
kajian pendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi dengan lingkup Bidang TRP. Target IKU 6
sebesar 50% dengan target IKU adalah Penetapan RTR KSN Perbatasan pada Agustus 2014 dan
pencapaian selama tahun 2014 adalah 0%. Hal ini dikarenakan hingga akhir Tahun 2014, RTR
KSN Perbatasan hanya berupa Draft Perpres dan sebagian sedang di proses di Setkab. Dengan
demikian, pencapaian IKU 6 belum memenuhi target yang telah ditentukan karena terkendala
pada proses penetapan yang memakan waktu cukup lama. Disarankan untuk target IKU tidak
berupa penetapan perpres tetapi sebatas Rancangan RTR saja. Kegiatan yang dilakukan sesuai
rencana kerja dalam rangka mendukung pencapaian IKU 6 yaitu Rapat Pembahasan RTR KSN
Perbatasan, Rapat Finalisasi RTR KSN Perbatasan NTT dan Kalimantan, dan Penyusunan
Lampid 2014 untuk mendukung PN10.
Pencapaian pada tahun 2014 adalah menghadiri dan memberikan masukan dalam Rapat
Pembahasan RTR KSN Perbatasan, tersusunnya Lampid 2014 untuk mendukung PN10, dan
tersusunnya 8 Rancangan RTR KSN Perbatasan dari 9 KSN Perbatasan dalam RTRWN. Temuan
dari hasil evaluasi diantaranya perlunya perbaikan target pencapaian IKU 6(penetapan Perpres
RTR KSN Kawasan Perbatasan). Sehingga ke depannya perlu melakukan perbaikan target
pencapaian IKU 6 yaitu menjadi penyusunan Rancangan Akhir Perpres RTR KSN Kawasan
Perbatasan.
2.1.3
Berdasarkan sasaran strategis dan indikator yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya,
maka evaluasi kegiatan yang telah dilakukan Subdit Tata Ruang pada tahun 2014
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) Evaluasi rencana kerja dan kegiatan di luar
rencana kerja kerja yang mendukung IKU; (2) Evaluasi rencana kerja yang tidak mendukung
IKU; serta (3) Evaluasi kegiatan di luar rencana kerja yang tidak mendukung IKU.
2.1.3.1 Evaluasi Rencana Kerja dan Kegiatan di Luar Rencana Kerja yang Mendukung IKU
Kegiatan utama Tahun 2014 sub direktorat tata ruang yang mendukung IKU yaitu Penyusunan
RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang; Penyusunan RKP 2015; Pembahasan Renja K/L 2015;
Pembahasan RKA K/L 2015; Penyusunan laporan hasil pemantauan dan evaluasi; dan
Penyusunan Lampid 2014 (materi: penyusunan RTR KSN Perbatasan). Kegiatan utama tersebut
didukung oleh beberapa sub kegiatan utama, berikut di bawah ini penjabaran target,
pencapaian, evaluasi masing-masing kegiatan.
A.
Kegiatan penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dilakukan melalui beberapa sub
kegiatan yaitu FGD RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dengan Mitra KL; Workshop RPJMN
III; Musrenbang Regional 2015-2019; Penelaahan Renstra K/L 2015-2019; Internalisasi
Rencana Sektoral: Penyusunan KSPPN, Rapat Lintas Bidang, Koordinasi Lintas Bidang yang
Berkaitan; dan Penyusunan Kerangka Regulasi.
Sub Kegiatan 1 adalah FGD RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dengan Mitra K/L dengan
target kegiatan adalah terlaksananya FGD RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dengan Mitra
Penyusunan RKP Tahun 2015 Bidang Tata Ruang dilakukan melalui beberapa sub kegiatan
yaitu Rakorbangpus RKP Tahun 2015, Rangkaian Musrenbangnas RKP Tahun 2015,
Pembahasan Renja K/L Tahun 2015 Bidang Tata Ruang dilakukan melalui beberapa sub
kegiatan yaitu Trilateral meeting Renja K/L, Penyusunan rekomendasi perbaikan Renja K/L, dan
Penyesuaian Renja K/L 2015 dengan perbaikan RKP 2015. Sub Kegiatan 1 adalah trilateral
meeting Renja K/L dengan target tercapainya kesepakatan muatan Renja K/L. Selama tahun
2014 telah dilaksanakan trilateral meeting Renja K/L dengan Kementerian PU dan Kementerian
Dalam Negeri dan telah tersusunnya Berita Acara Kesepakatan antara Kementerian Keuangan,
Bappenas dengan Kementerian PU dan Kementerian Keuangan, Bappenas dengan Kementerian
Dalam Negeri.
Sub Kegiatan 2 adalah penyusunan rekomendasi perbaikan Renja K/L dengan target
tersusunnya rekomendasi perbaikan Renja K/L. Pencapaian pada tahun 2014 yaitu telah
disusun rekomendasi dari Bappenas berdasarkan pada RKP 2015 dan dituangkan dalam bentuk
berita acara trilateral meeting. Dari evaluasi diketahui bahwa terdapat penambahan alokasi
pagu untuk DJPR Kementerian PU melalui DPR yang dilakukan tanpa menginformasikan ke
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas. Sehingga rekomendasi ke depannya adalah
perlu mekanisme pemberitahuan kepada mitra kerja di Bappenas tentang kesepakatan di DPR.
Sub Kegiatan 3 adalah Penyesuaian Renja K/L 2015 dengan perbaikan RKP 2015 dengan target
adanya kesesuaian Renja K/L 2015 dengan RKP 2015. Pencapaiannya adalah telah disusun
rekomendasi perbaikan Renja Kementerian ATR dan Kementerian Dalam Negeri (dan Renstra
Kementerian ATR dan Kementerian Dalam Negeri) yang disesuaikan dengan target quickwins
dan Nawacita serta tersusunnya kesepakatan perbaikan Renja Kementerian ATR dan
Kementerian Dalam Negeri. Evaluasi dari kegiatan antara lain perlu dilakukan perubahan
nomenklatur indikator yang bersifat rancu seperti jumlah laporan, jumlah kegiatan dll menjadi
yang lebih terukur dan kegiatan prioritas bidang perlu menjadi indikator terpisah. Sehingga
rekomendasi ke depannya adalah Perlu dilakukan pertemuan lanjutan setelah Biro Perencanaan
Kementerian ATR terbentuk.
D.
Pembahasan RKA K/L Tahun 2015 Bidang Tata Ruang dilakukan melalui beberapa sub kegiatan
yaitu Trilateral meeting Renja K/L, Penyusunan rekomendasi perbaikan RKA K/L, dan
Penyesuaian RKA K/L 2015 dengan perbaikan RKP 2015.
Sub Kegiatan 1 adalah trilateral meeting RKA K/L dengan target tercapainya kesepakatan
muatan RKA K/L. Pencapaian kegiatan yaitu telah dilaksanakan trilateral meeting RKA K/L
dengan PU dan Kementerian Dalam Negeri dan telah tersusun Berita Acara Kesepakatan antara
Kementerian Keuangan, Bappenas dengan PU, dan antara Kementerian Keuangan, Bappenas
dengan Kementerian Dalam Negeri.
Sub Kegiatan 2 adalah penyusunan rekomendasi perbaikan RKA K/L. Pencapaiannya adalah
telah disusun rekomendasi dari Bappenas berdasarkan pada RKP 2015 dan dituangkan dalam
bentuk berita acara trilateral meetingRKA K/L. Berdasarkan evaluasi masih banyak indikator
output yang belum sesuai dengan target RKA K/L. Sehingga rekomendasi ke depannya adalah
perlu kesepakatan penggunaan nomenklatur dalam RPJMN dan RKP untuk kegiatan prioritas.
Sub Kegiatan 3 adalah Penyesuaian RKA K/L 2015 dengan perbaikan RKP 2015 dengan target
adanya kesesuaian RKA K/L 2015 dengan RKP 2015. Pencapaian pada tahun 2014 yaitu telah
disusun rekomendasi perbaikan RKA K/L DJPR PU (ATR) dan Kementerian Dalam Negeri,
Penyusunan laporan pemantauan dan evaluasi bidang tata ruang dilakukan melalui beberapa
sub kegiatan yaitu Pemantauan RKP Tahun 2014 dan Evaluasi RKP Tahun 2013, Evaluasi
RPJMN 2010-2014, Penyusunan Lampiran Pidato (Lampid) Presiden 2014 Bidang Tata Ruang,
dan Penyusunan rancangan sistem evaluasi outcome bidang tata ruang.
Sub Kegiatan 1 adalah Pemantauan RKP Tahun 2014 dan Evaluasi RKP Tahun 2013 dengan
target terlaksananya Pemantauan dan Evaluasi Bidang TR di Provinsi yang telah ditentukan.
Pencapaiannya adalah tersusunnya KAK Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan,
tersusunnya Kuesioner Pemantauan Bidang Tata Ruang, telah dilaksanakan pemantauan di
Provinsi Jawa Timur, telah tersusunnya identifikasi Isu Tata Ruang di Provinsi Jawa Timur, dan
telah tersusunnya Draft Laporan Pemantauan Bidang Tata Ruang.Temuan evaluasi
menunjukkan perlu perbaikan mekanisme pemantauan melalui perumusan indikator
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang.Sehingga rekomendasi ke depannya
adalah perlu dilakukan perumusan indikator pemantauan dan evaluasi outcome
penyelenggaraan penataan ruang.
Sub Kegiatan 2 adalah Evaluasi RPJMN 2010-2014 dengan target tersusunnya Laporan Evaluasi
RPJMN 2010-2014. Pencapaiannya yaitu telah disusun laporan berupa: evaluasi RPJMN 20102014 yang merupakan bagian dari RT RPJMN 2015-2019 dan pencapaian Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) I dan II termasuk untuk Bidang Tata Ruang. Dari evaluasi diketahui terdapat
beberapa backlog yaitu penetapan Perpres RTR KSN, penetapan Perda RTRW provinsi,
kabupaten, kota, dan penyelesaian NSPK. Sehingga rekomendasi ke depannya adalah perlu
mengakomodir backlog dalam RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang.
Sub Kegiatan 3 adalah penyusunan Lampid Presiden Tahun 2014 Bidang Tata Ruang dengan
target tersusunnya Lampid Presiden Tahun 2014 Bidang Tata Ruang. Pencapaiannya adalah
telah tersusunnya masukan untuk laporan Lampid Presiden Tahun 2014 Bidang Tata Ruang.
Sub Kegiatan 4 adalah Penyusunan rancangan sistem evaluasi outcome bidang tata ruang
dengan target tersusunnya perbaikan rancangan sistem evaluasi outcome bidang tata ruang
untuk Tahun 2015. Pencapaiannya adalah telah disusun kajian awal, telah diidentifikasi sumber
data dan indikator yang dapat digunakan, dan telah disusun perbaikan kerangka acuan kegiatan
Evaluasi Tahun 2015 untuk meneruskan kegiatan ini. Ke depannya diperlukan kajian lanjutan
untuk menghasilkan ranking provinsi dan ranking pencapaian outcome kegiatan di K/L.
F.
Subdit Tata Ruang turut serta dalam memberikan masukan untuk penyusunan lampiran pidato
presiden tahun 2014 untuk mendukung target kedeputian regional yaitu penetapan RTR KSN
Perbatasan pada Agustus 2014. Pencapaiannya adalah tersusunnya Lampid 2014 untuk
mendukung PN10. Dapat dilihat bahwa target dan capaian tidak sesuai.Berdasarkan evaluasi
Kegiatan penulisan profil penataan ruang daerah ditargetkan pada Tahun 2014 telah selesai
melakukan penyusunan kuesioner untuk diisi oleh 34 Provinsi di Indonesia dan rekapitulasi
data dan informasi untuk penyusunan buku profil. Pencapaian hingga Desember 2014 antara
lain tersusunnya kuesioner untuk profil penataan ruang daerah dan terkirimnya kuesioner ke
15 provinsi, dan jawaban atas kuesioner dari 2 provinsi. Evaluasi dari kegiatan adalah belum
seluruh data terkumpul, karena keterbatasan sumber daya manusia yang fokus untuk
pengumpulan data.Sehingga ke depannya diperlukan penugasan khusus kepada mahasiswa
kerja praktek.
B.
Penyusunan konsep pembinaan BKPRD dilakukan dengan 2 (dua) target yang harus dicapai
yaitu penyusunan konsep pembinaan BKPRD dan terlaksananya FGD best practices
BKPRD.Pencapaian yang telah dilakukansesuai kewenangan, kegiatan pembinaan BKPRD
dilakukan berupa Rakornas BKPRD di Bandung dan Denpasar oleh Bangda Kementerian Dalam
Negeri dan best practiceBKPRD dilakukan berupa sharing dilakukan dalam Rakornas BKPRD.
Subdit Tata Ruang juga telah menyusun bahan paparan untuk Bapak Deputi Pengembangan
Regional dan Otonomi Daerah serta telah menyusun bahan sidang komisi dalam Rakornas
BKPRD. Untuk memperkaya pembinaan oleh Bangda Kementerian Dalam Negeri, akan dijaring
konsep pembinaan BKPRD yang dibutuhkan di dalam kuesioner profil tata ruang daerah,
sehingga perlu berkoordinasi dengan Direktorat FPRLH, Kementerian Dalam Negeri.
2.1.3.3 Evaluasi Kegiatan di Luar Rencana Kerja yang Tidak Mendukung IKU
A.
Sub kegiatan yang dilakukan selaku Pokja I BKPRN selama Tahun 2014 antara lain Peninjauan
Kembali (PK) RTRWN, Peninjauan Kembali Perpres Rencana Penataan Ruang Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur), Proses Persetujuan Substansi
(Persub) RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, Keikutsertaan dalam Rapat Pembahasan KSN,
Persub Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR), Keikutsertaan dalam Acara Sosialisasi RTR
Pulau/Kepulauan, Kegiatan Tim Penelitian Terpadu untuk NTT, Penyusunan Raperpres
Sempadan Pantai,Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK), dan Penyusunan
Raperpres KAPET.Berikut di bawah ini penjabaran target, pencapaian, dan evaluasi masingmasing kegiatan.
Sub kegiatan yang dilakukan selaku Pokja II BKPRN selama Tahun 2014 antara lain
Keikutsertaan dalam Rapat Evaluasi Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, Keikutsertaan
dalam Rapat Evaluasi Perda RRTR Provinsi dan Kabupaten/Kota, Keikutsertaan dalam Rapat
Klarifikasi Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, Keikutsertaan dalam Hari Tata Ruang
Nasional 2014, dan Keikutsertaan dalam Sosialisasi Permendagri No. 72 Tahun 2013. Berikut di
bawah ini penjabaran target, pencapaian, dan evaluasi masing-masing kegiatan.
Sub Kegiatan 1 adalah Keikutsertaan dalam Rapat Evaluasi Perda RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan target tersusunnya masukan dari TRP Bappenas untuk catatan
penyempurnaan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pencapaiannya adalah telah hadir
dan memberikan masukan untuk evaluasi: RTRWP Sulawesi Barat; RTRWP Sulawesi Tenggara;
Sub kegiatan yang dilakukan selaku Pokja III BKPRN selama Tahun 2014 antara lain Koordinasi
penyelesaian RZWP3K, Koordinasi pelaksanaan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan),
Koordinasi inisiasi regulasi PRUN (Penataan Ruang Udara Nasional), Rapat Kerja Regional
BKPRD; Koordinasi Kelembagaan KAPET; Koordinasi Kelembagaan Kawasan Perbatasan;
Koordinasi Penanggulangan Bencana; dan Koordinasi Penyusunan roadmap RRTR (+peta skala
besar). Berikut di bawah ini penjabaran target, pencapaian, evaluasi masing-masing kegiatan.
Sub Kegiatan 1 adalah Koordinasi penyelesaian RZWP3K dengan target hadir dan memberikan
masukan dalam koordinasi penyelesaian RZWP3K. Pencapaiannya adalah telah disusun
paparan Direktur Tata Ruang dan Pertanahan dalam Bimtek RZWP3K di Kupang dan Surabaya
tentang Penyerasian, Penyelarasan, dan Penyeimbangan RZWP3K dengan RTRW, menghadiri
Kegiatan Bimtek RZWP3K di Yogyakarta, dan menghadiri serta memberikan masukan dalam
kegiatan penyusunan Protokol RZWP3KFasilitasi Penyelarasan Implementasi RZWP-3-K.
Sub Kegiatan 2 adalah Koordinasi pelaksanaan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan)
dengan target turut hadir dan memberikan masukan dalam koordinasi pelaksanaan LP2B.
Pencapaiannya adalah telah disusun masukan mengenai Keterkaitan RTRW dengan
Pengembangan Kawasan Pertanian Fasilitasi Penyelarasan Implementasi LP2B.Berdasarkan
Kegiatan yang dilakukan selaku pokja IV BKPRN adalah Penyusunan Fatwa Penyelesaian
Konflik dengan target turut hadir dan memberikan masukan dalam kegiatan Penyusunan Fatwa.
Pencapaiannya adalah tersusunnya masukan dari TRP Bappenas dan bahan brief notes untuk:
Pembahasan Proyek MP3EI di Wonogiri; Pembahasan Pengembangan Industri Agro (Kelapa
Sawit) di Kota Dumai; Pembahasan Pembangunan Pabrik Pengecoran di Trowulan Mojokerto;
Rencana Pembangunan Pelabuhan dan Bandara Karawang; Pembahasan Peninjauan Kembali
dan Revisi RTR KSN Sarbagita; Pembahasan SK Menhut untuk Provinsi Kepri dengan
Ombudsman; Pembahasan FS Highspeed railway. Berdasarkan evaluasi, pembahasan konflik
sebagian hanya untuk mengakomodasi kebijakan MP3EI dalam RTR.Sehingga
direkomendasikan diperlukan kehati-hatian dalam menyusun masukan serta memberikan
kesepakatan dalam rapat.
E.
Target kegiatan adalah turut hadir dan memberikan masukan dalam kegiatan workshop.
Pencapaian yang dilakukan yaitu telah menghadiri dan memberikan masukan kegiatan
workshop: Blue Economy Lombok; Kolokium Hasil Kegiatan PDAir dan Geologi Lingkungan
Tahun 2013; Public Private Partnership in Investing in Heritage Precinct; dan Kongres Maritim
Indonesia. Hasil workshop Blue Economy Lombok akan diinternalisasikan ke dalam RTR. Hasil
workshop Kolokium Hasil Kegiatan PDAir dan Geologi Lingkungan Tahun 2013 akan
diinternalisasikan ke dalam RTR. Hasil dari workshop Public Private Partnership in Investing in
Heritage Precinct akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi daerah. Hasil Kongres
Maritim Indonesia sebagai bahan masukan untuk kebijakan bidang kemaritiman Tahun 20152019.
Target dari kegiatan ini adalah tersusunnya KAK Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang
(RTR) dengan Rencana Pembangunan (RP). Pencapaiannya adalah telah disusun KAK Kajian
Pedoman Sinkronisasi Berdasarkan evaluasi, diketahui bahwa Ditjen Bina Bangda Kementerian
Dalam Negeri juga melakukan kegiatan serupa sehingga direkomendasikan perlunya melakukan
koordinasi: mendudukkan siapa yang bertanggung jawab melakukan penyusunan (dijadikan
satu pedoman agar tidak membingungkan daerah)
H.
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan juga turut serta dalam berbagai kegiatan Kelompok
Kerja (Pokja) yang berkaitan dengan substansi tata ruang.Berikut di bawah ini penjabaran
target, pencapaian, evaluasi masing-masing kegiatan. Sub Kegiatan 1 adalah Kegiatan Pokja
Rawa Berkelanjutan dengan target menghadiri dan memberikan masukan dalam rapat yang
diselenggarakan Pokja Rawa Berkelanjutan. Pencapaiannya adalah hadir dan memberikan
masukan dalam: Pembahasan perkembangan pengelolaan lahan rawa dan diskusi masukan
RPJMN 2015-2019; dan Pembahasan dan sinkronisasi Rencana Kerja (Renja) 2014: SNI
pemetaan lahan rawa dan fasilitasi pemetaan rawa Diskusi Perkembangan Pengelolaan Lahan
Gambut dalam Rangka Indonesia Water Learning Week (IWLW). Berdasarkan evaluasi, tim
teknis Pokja akan melakukan Pilot project pemetaan gambut dan rawa diusulkan akan
dilakukan di: Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dan Kabupaten Kubu Raya di Provinsi
Kalimantan Barat.Sehingga direkomendasikan perlu pemetaan lahan rawa dan gambut yang
telah selesai dilakukan oleh Tim Pokja sebaiknya menjadi salah satu dasar Pola Pemanfaatan
ruang didalam RTR.
Sub Kegiatan 2 adalah Kegiatan Pansus III Sumber Daya (SD) Air dengan targetmenghadiri dan
memberikan masukan dalam rapat yang diselenggarakan oleh Pansus III SD Air. Pencapaiannya
adalah hadir dan memberikan masukan dalam: Hearing Dengar Pendapat Narasumber;
Konsolidasi Pansus III; FGD Pansus III; dan Pembahasan Tabel Rekomendasi Pansus
III.Berdasarkan evaluasi,
tabel rekomendasi telah selesai disusun dan direncanakan
disampaikan kepada Presiden RI.
Sub Kegiatan 3 adalah Kegiatan yang berkaitan dengan Pokja Lingkungan Hidupdengan
targetmenghadiri dan memberikan masukan dalam rapat. Pencapaiannya adalah telah hadir
dan memberikan masukan dalam rapat yang diselenggarakan oleh: REDD+; GEF Rimba; Karbon
Papua; RAN API; dan GGGI.
I.
Terdapat kegiatan penyusunan paparan yang dilakukan subdit tata ruang dalam mendukung
Direktur TRP menjadi narasumber kegiatan terkait tata ruang.Target kegiatan adalah
tersusunnya paparan Direktur TRP Bappenas. Pencapaian yang telah dilakukan yaitu telah
disusun paparan Dir TRP mengenai: Agraria dan Tata Ruang; dan Keterkaitan RTRW dengan
Pengembangan Kawasan Pertanian.
2.2
Subdit Pertanahan
2.2.1
Pada awal tahun 2014 Subdit Pertanahan telah menyusun dan menyepakati rencana kegiatan
yang akan dilakukan dalam periode waktu TA. 2014. Rencana kerja tersebut telah disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi subdit Pertanahan sebagai salah satu sub unit kerja dalam
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
Tahun 2014
1
10
11
12
6.
2.2.2
Kegiatan penyusunan Draft RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan mendukung IKU 1 yaitu
persentase kesesuaian antara muatan RT RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025.
Pencapaian pelaksanaan kegiatan ini terhadap IKU adalah 100% sesuai dengan target
pencapaian IKU 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penyusunan RPJMN
2015-2019 Bidang Pertanahan telah sesuai dengan RPJPN 2005-2025.
Tabel 2.8 Analisis Kesesuaian RPJPNdengan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan
No
1.
2.
3.
RPJPN 2005-2025
Sasaran Pokok dalam RPJPN
2005-2025 yang terkait
pertanahan adalah
Sasaran Butir E :
Terwujudnya
pembangunan yang
lebih merata dan
berkeadilan.
RT-RPJMN 2015-2019
1. Meningkatnya kepastian
hukum hak atas tanah
2. Semakin baiknya proporsi
kepemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan
tanah dan meningkatnya
Kesejahteraan Masyarakat
3. Meningkatnya Kepastian
Ketersediaan Tanah bagi
Pembangunan untuk
Kepentingan Umum
4. Meningkatnya Pelayanan
Pertanahan
Arah pembangunan jangka
1. Membangun Sistem
panjang tahun 2005-2025
Pendaftaran Tanah Publikasi
terkait bidang pertanahan :
Positif;
2. Reforma agraria melalui
Arah butir IV.5 :
redistribusi tanah, pemberian
Mewujudkan
tanah dan bantuan
pembangunan yang
pemberdayaan masyarakat;
lebih merata dan
3. Pencadangan tanah bagi
berkeadilan.
pembangunan untuk
kepentingan umum;
4. Pencapaian proporsi
kompetensi SDM ideal bidang
pertanahan untuk mencapai
kebutuhan minimum juru
ukur pertanahan.
Prioritas Tahap 3 (2015- 1. Membangun Sistem
2019):
Pendaftaran Tanah Publikasi
Positif
Memantapkan
Dalam rangka menjamin
pembangunan secara
Analisis Kesesuaian
Secara
umum
sasaran
bidang pertanahan dalam
RPJMN
2015-2019
merupakan prakondisi dari
pencapaian sasaran pokok
dan prioritas tahapan 3
(2015-2019) pada RPJPN
2005-20015.
RPJPN 2005-2025
menyeluruh dengan
menekankan
pembangunan
keunggulan kompetitif
perekonomian yang
berbasis SDA yang
tersedia, SDM yang
berkualitas, serta
kemampuan IPTEK
RT-RPJMN 2015-2019
kepastian hukum hak atas
tanah perlu dikembangkan
sistem pendaftaran tanah
publikasi positif.
2. Reforma agraria melalui
redistribusi tanah, pemberian
tanah dan bantuan
pemberdayaan masyarakat
3. Pencadangan tanah bagi
pembangunan untuk
kepentingan umum
4. Pencapaian proporsi
kompetensi SDM ideal bidang
pertanahan
Analisis Kesesuaian
prakondisi dari strategi
pembangunan jangka
panjang 2015-2019 pada
RPJPN 2005-20015.
Beberapa pencapaian dalam penyusunan Draft RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan meliputi:
FGD RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan dengan mitra K/L terkait;
FGD RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan dengan Pemerintah Daerah;
Penulisan RT RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan;
Internalisasi Nawacita kedalam RPJMN 2015-2019;
Penyusunan Naskah Draft RPJMN 2015-2019;
Penyusunan kerangka kelembagaan, pendanaan dan regulasi RPJMN 2015-2019 Bidang
Pertanahan; dan
Pelaksanaan Workshop RPJMN 2015-2019.
Disamping itu terdapat kegiatan lain dalam penyusunan RPJMN yang mendukung penyusunan
dan sosialisasi kebijakan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan, meliputi:
Penyusunan RA RPJMN 2015-2019;
Musrenbang Regional RPJMN 2015-2019;
Penelaahan Renstra K/L 2015-2019.
Secara umum dalam penyusunan RPJMN 2015-2019 bidang pertanahan tidak terdapat kendala
berarti karena telah dilakukan penyusunan background study sebelumnya sehingga fokus
pembahasan yang diangkat dalam kebijakan pertanahan pada RPJMN 2015-2019 telah sesuai
dengan isu strategis di bidang pertanahan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam
penyusunan RPJMN meliputi:
Perubahan struktur kementerian khususnya untuk bidang pertanahan dimana terjadi
perubahan dari Badan Pertanahan menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
Perubahan struktur tersebut menjadi kendala dalam penyusunan kerangka
kelembagaan dan pendanaan RPJMN 2015-2019.
Perubahan outline buku RPJMN dalam waktu yang relatif singkat sehingga
membutuhkan penyesuaian secara terus menerus. Diperlukan koordinasi yang lebih
intensif untuk meningkatkan keterpaduan antar sektor dalam RPJMN sehingga dokumen
RPJMN lebih mudah dipahami oleh berbagai pihak.
B.
Kegiatan penyusunan RKP 2015 mendukung IKU 2 yaitu persentase kesesuaian muatan RKP
2015 dengan RT RPJMN 2015-2019. Target IKU 2 sebesar 100% telah dicapai dalam tahun
2014. Kesesuaian muatan RKP 2015 dengan RT-RPJMN 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Analisis Kesesuaian RKP 2015 Dengan RT- RPJMN 2015-2019 Bidang
Pertanahan
No.
RT-RPJMN 2015-2019
RKP 2015
1.
Reforma Agraria
2.
3.
Reforma Agraria
Analisis Kesesuaian
Sama dan sesuai
Sama dan sesuai
RT-RPJMN 2015-2019
mencapai kebutuhan
minimum juru ukur
pertanahan.
1) Meningkatnya kepastian
hukum hak atas tanah
2) Semakin baiknya proporsi
kepemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah dan
meningkatnya
kesejahteraan masyarakat
3) Meningkatnya kepastian
ketersediaan tanah bagi
pembangunan untuk
kepentingan umum
4) Meningkatnya pelayanan
pertanahan
5
1) Meningkatnya kepastian
hukum hakatas tanah
2) Semakin baiknya proporsi
kepemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah dan
meningkatnya
kesejahteraan masyarakat
3) Meningkatnya kepastian
ketersediaan tanah bagi
pembangunan untuk
kepentingan umum
4) Meningkatnya
pelayanan
pertanahan
Sumber: Hasil Analisis, 2014
RKP 2015
Analisis Kesesuaian
mencapai kebutuhan
minimum juru ukur
pertanahan.
1) Semakin baiknya proporsi
kepemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah dan
meningkatnya Kesejahteraan
Masyarakat
2) Meningkatnya Kepastian
Ketersediaan Tanah bagi
Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
3) Meningkatnya Pelayanan
Pertanahan
1) Meningkatnya kepastian
hukum hakatas tanah
2) Semakin baiknya proporsi
kepemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah dan
meningkatnya kesejahteraan
masyarakat
3) Meningkatnya kepastian
ketersediaan tanah bagi
pembangunan untuk
kepentingan umum
4) Meningkatnya pelayanan
pertanahan
Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam rangka mendukung pencapaian IKU 2
yaitu:
Penulisan RKP 2015
Rakorbangpus RKP 2015
Rangkaian Musrenbangnas RKP 2015
Pembukaan Trilateral meeting RKP 2015
Adapun kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung pencapaian IKU 2
sebagai berikut:
Pembahasan program tematik mitra kerja K/L
Penyesuaian dengan quickwins Presiden terpilih
Perbaikan RKP 2015
Kegiatan pembahasan RKA K/L Tahun 2015 mendukung IKU 4 yaitu persentase kesesuaian
rancangan RKA K/L 2015 dengan target dan sasaran RKP 2015. Target IKU 4 sebesar 50% dan
pencapaian selama tahun 2014 yaitu 93.33%. Dengan demikian pencapaian IKU 4 telah
memenuhi target yang telah ditentukan. Kesesuaian RKA K/L 2015 dengan target dan sasaran
RKP 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.10.Dalam RKA-K/L BPN terdapat beberapa kegiatan yang
tercantum dalam RKA-K/L namun tidak terdapat dalam RKP sehingga menurunkan tingkat
kesesuaiannya. Beberapa indikator kegiatan, target dan anggaran tidak sesuai dengan
RKP.Secara ringkas analisis kesesuaian RKA-K/L 2015 dengan RKP 2015 dapat dilihat
padaTabel 2.10 berikut.
Tabel 2.10 Analisis Kesesuaian RKA-K/L-RKP BPN Tahun Anggaran 2015
No.
RKA-K/L
RKP 2015
Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Target
1.
2.
3.
Laporan
Evaluasi/Koordinasi/Kerjasama/Monitoring/Publikasi Bidang
Penelitian (16 Laporan)
6 Laporan
983.224 Informasi
-
RKA-K/L
RKP 2015
4.
5.
6.
Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Teknis bagi
pegawai di lingkungan BPN RI
(706 orang)
Kegiatan yang dilakukan telah sesuai rencana kerja dalam rangka mendukung pencapaian IKU 4
yaitu Trilateral meeting RKA K/L dan penyusunan rekomendasi untuk perbaikan RKA K/L.
Adapun kegiatan lain yang dilakukan di luar rencana kerja untuk mendukung pencapaian IKU 4
adalah penyesuaian RKA K/L 2015 dengan perbaikan RKP 2015.
Dalam pelaksanaan pembahasan RKA-K/L terdapat usulan BPN yang menginginkan kenaikan
anggaran disertai dengan penurunan target.Namun hal tersebut tidak disetujui baik oleh
Bappenas maupun oleh Kementerian Keuangan.Dari hasil kesepakatan, penurunan target dan
penaikan anggaran tidak disepakati sehingga BPN tetap harus menjalankan program dengan
capaian target yang telah tertuang dalam RKP 2014.
Dalam penyusunan RKA-K/L perlu dilakukan penekanan kepada Badan Pertanahan Nasional
untuk mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini diupayakan agar target kegiatan prioritas
yang telah ditetapkan dalam RPJMN dapat tercapai.
D.
Kegiatan penyusunan laporan hasil pemantauan dan evaluasi mendukung IKU 5 yaitu
persentase kesesuaian kajian pendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi dengan lingkup
Bidang TRP. Target IKU 5 sebesar 50% dan pencapaian selama tahun 2014 yaitu 95%. Dengan
demikian pencapaian IKU 5 sudah memenuhi target yang telah ditentukan. Pencapaian Kajian
Pendukung Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi dengan Lingkup Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan dapat dilihat dalam Tabel 2.11.
Tabel 2.11Analisis Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Bidang Pertanahan
Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
Koordinasi bersama mitra K/L
Pengumpulan data sekunder
Kunjungan ke kanwil dan kantah BPN
Penyusunan laporan pemantauan
Penyusunan laporan evaluasi
Presentase Capaian
20%
40%
60%
80%
100%
Pencapaian
Tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
Penyusunan Draft Laporan,
menunggu pengiriman data
BPN
Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kerja dalam rangka mendukung pencapaian IKU 5
yaitu:
Pemantauan RKP 2014 dan evaluasi RKP 2013
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun 2014 memiliki target tersusunnya
dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Badan Pertanahan Nasional Tahun Anggaran 2015.
Beberapa pencapaian pada tahun 2014 terkait dengan target tersebut meliputi:
Penulisan draft rancangan awal RKP BPN Tahun Anggaran 2015;
Pembahasan bilateral meeting RKP 2015 dengan Deputi Pendanaan Pembangunan
Bappenas;
Penyepakatan usulan inisiatif baru dalam RKPTahun Anggaran 2015;
Trilateral meeting RKP bersama dengan Kementerian Keuangan dan BPN; dan
Pelaksanaan Musrenbang RKP 2014.
Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun Anggaran 2015 Badan Pertanahan Nasional terdapat program dan sasaran serta
indikator yang tidak sesuai sehingga tidak dapat diukur kemajuan pencapaiannya.Adanya
indikator yang tidak sesuai dengan sasaran dan program menurunkan tingkat akuntabilitas
perencanaan anggaran di Badan Pertanahan Nasional.Menanggapi hal tersebut telah dilakukan
upaya untuk merubah indikator namun pihak BPN tidak menyetujui hal tersebut.
Menindaklanjuti hasil evaluasi yang ada, maka terdapat rekomendasi atas pelaksanaan kegiatan
tersebut di tahun 2015.Rekomendasi tersebut adalahperlu dilakukan pendekatan kepada pihak
Badan Pertanahan Nasional yang sekarang telah bergabung dengan Dirjen Penataan Ruang
Penyusunanan Lampiran Pidato Kenegaraan Bidang Pertanahan Tahun 2014 memiliki target
tersusunnya dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Bidang Pertanahan Tahun 2014.
Berdasarkan target tersebut telah dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan dalam penyusunan
Lampiran Pidato. Adapun tahapan pelaksanaan beserta capaian, meliputi:
Tersampaikannya surat permohonan data dan informasi ke Badan Pertanahan Nasional.
Dalam penyusunan lampiran pidato kenegaraan dilakukan permohonan data evaluasi
pelaksanaan kegiatan bidang pertanahan kepada Badan Pertanahan Nasional selaku
pelaksana teknis.
Terkumpulnya data dan informasi. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui
surat yang disampaikan kepada BPN. Namun, pengumpulan data selalu terkendala
ketersediaan data di BPN sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Finalisasi lampiran pidato. Finalisasi lampiran pidato dilakukan dengan menyusun
narasi lampiran pidato, sambil melengkapi data yang belum terkumpul. Lampiran pidato
kenegaraan bidang pertanahan berhasil disusun dan dikompilasi pada bulan Agustus
2014.
Penyusunanlampiran pidato kenegaraan bidang terkendala ketersediaan data yang terdapat di
BPN.Terbatasnya data dan informasi dari BPN menyebabkan penyusunan naskah lampiran
pidato tidak dapat selesai dalam waktu yang cepat. Adapun data pertanahan yang menjadi
bahan penyusunan lampiran pidato meliputi: data kasus pertanahan, data bidang bersertipikat,
dan lain-lain terkait dengan target RPJMN pada periode tahun 2014.
Menindaklanjuti hal tersebut, dalam penyusunan lampiran pidato bidang pertanahan sebaiknya
dilakukan pengiriman surat lebih awal sehingga penyelesaian narasi tidak terhambat
pengumpulan data. Proses surat menyurat sebaiknya dilakukan di bulan Februari.
C.
Pembahasan RKA-K/L Badan Pertanahan Nasional Tahun Anggaran 2014 memiliki target
pelaksanaan tersusunnya RKA-K/L Badan Pertanahan Nasional yang sesuai dengan prioritas
pelaksanaan kegiatan BPN. Untuk mencapai target tersebut telah dilakukan beberapa tahapan
kegiatan dengan pencapaian sebagai berikut.
Penelaahan target RKA-KL. Dalam rangka penelaahan target telah dilakukan rapat
koordinasi untuk menyesuaikan target RKA-K/L 2014 BPN dengan prioritas pencapaian
target RPJMN 2010-2014. Penelaahan target dilakukan karena seringkali yang menjadi
prioritas pelaksanaan program BPN tidak sesuai dengan RPJMN berjalan.
Penelaahan Anggaran. Hal ini telah dilakukan dalam rangka melihat proporsi
penggunaan anggaran sesuai dengan target yang ditentukan setiap tahunnya.
Penelahaan anggaran dilaksanakan bersamaan dengan penelaahan target melalui rapat
koordinasi bersama dengan pihak BPN dan Kementerian Keuangan. Melalui penelaahan
anggaran diharapkan terjadi keseimbangan antara penganggaran masing masing
program kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan melalui target yang ditetapkan.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi bidang pertanahan merupakan kegiatan rutin Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan yang dilaksanakan setiap tahun.Pada tahun 2014 terdapat target
tersusunnya laporan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terkait capaian, hambatan dan
kendala dalam rangka mencapai target RKP dan RPJMN di beberapa provinsi yang menjadi
sample pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan target tersebut telah dilakukan beberapa kegiatan
dengan capaian sebagai berikut:
Koordinasi bersama mitra K/L. Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan
evaluasi tahun 2014 telah dilakukan koordinasi bersama dengan mitra K/L dalam hal ini
Badan Pertanahan Nasional untuk mensosialisasikan dan menunjuk daerah yang akan
dijadikan sampel. Dengan adanya kegiatan koordinasi ini BPN pusat dapat
menginformasikan BPN Kanwil dan Kantah yang akan menjadi target pemantauan dan
evaluasi agar dapat menyiapkan data yang diminta.
Pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan dalam rangka
melihat capaian target yang telah dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Kantor
Wilayah BPN. Pengumpulan data sekunder memudahkan dalam pelaksanaan
pemantauan khususnya pada saat melakukan kunjungan lapangan.
Kunjungan ke Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan Badan Pertanahan
Nasional. Pemantauan dan evaluasi RKP Bidang Tata Ruang dan Pertanahan pada tahun
2014 dilaksanakan melalui kunjungan lapangan ke Provinsi Jawa Timur. Kunjungan
lapangan dilakukan dan disertai dengan kunjungan instansi meliputi Bappeda Provinsi,
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur dan Kantor
Pertanahan setempat.
Penyusunan Laporan Pemantauan. Dalam rangka pelaporan pelaksanaan kegiatan
pemantauan telah dilakukan penyusunan laporan pemantauan berupa analisis hasil
pemantauan berdasarkan kunjungan lapangan dan pengumpulan data sekunder.
Penyusunan Laporan Evaluasi. Sebagai pelaporan disusun pula laporan pelaksanaan
kegiatan evaluasi RKP Bidang Pertanahan berdasarkan data sekunder dan kunjungan
lapangan. Namun penyusunan laporan terhambat terbatasnya ketersediaan data
evaluasi yang diberikan oleh BPN.
Tahun 2014 merupakan periode akhir berlakunya RPJMN 2010-2014, untuk itu pada tahun ini
dilakukan penyusunan dokumen RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. Telah dilakukan
beberapa upaya dengan capaian sebagai berikut:
Penulisan Draft RPJMN Bidang Pertanahan. Kegiatan penulisan Draft RPJMN Bidang
Pertanahan dilakukan berdasarkan kajian background study RPJMN Bidang Pertanahan
yang telah disusun pada tahun 2013. Berdasarkan pembahasanbackground study
tersebut terdapat kebijakan yang dihapus/ditunda. Dalam penulisan draft RPJMN juga
dimasukan beberapa sub pembahasan baru sesuai dengan outline yang disepakati yaitu
penulisan kerangka kelembagaan, pendanaan dan regulasi.
Pertemuan dengan BPN untuk pembahasan substansi. Dalam penyusunan RPJMN
2015-2019 Bidang Pertanahan dilakukan pertemuan dalam rangka koordinasi dengan
BPN selaku pelaksanaan teknis kegiatan bidang pertanahan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menyesuaikan backgroundstudy RPJMN yang telah disusun dengan sumber daya
yang ada di BPN sehingga target yang ditetapkan dalam RPJMN realistis untuk dicapai.
Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan melalui beberapa rapat koordinasi
pembahasan masing masing kebijakan maupun pembahasan bersama direktorat teknis
di BPN.
FGD Internal Bappenas. FGD internal Bappenas dilakukan dalam rangka pembahasan
isu-isu yang diangkat dalam RPJMN dan terkait dengan bidang lainnya. Dalam FGD
internal Bappenas telah dilakukan pelibatan beberapa direktorat sektor seperti
Polhukam, Infrastruktur, Pertanian, Kelautan, Kehutanan dan Analisa Peraturan
Perundangan.
FGD K/L Sektor. FGD K/L sektor dilakukan dalam rangka mensosialisasikan dan
mendapatkan masukan terhadap isu bidang pertanahan yang diangkat sebagai
kebijakan dalam RPJMN Bidang Pertanahan. Beberapa K/L sektor yang terlibat
diantaranya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PU,
Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri
dan beberapa kementerian terkait lainnya.
FGD Daerah. Pelaksanaan FGD daerah untuk penyusunan RPJMN Bidang Pertanahan
dilakukan secara bersamaan dengan FGD Bidang Tata Ruang. Adapun dalam
pelaksanaan FGD tersebut beberapa provinsi yang dilibatkan meliputi Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Gorontalo, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Maluku Utara, dan
Provinsi Sumatera Barat. Dari hasil FGD tersebut didapatkan masukan dalam
penyusunan RPJMN Bidang Pertanahan. FGD tersebut juga sekaligus mensosialisasikan
kepada daerah mengenai gambaran kebijakan yang akan menjadi fokus pembangunan
di bidang pertanahan dalam periode 2015-2019.
Penyusunan Draft Rancangan RPJMN dan Rencana Pendanaan, Regulasi serta
Kelembagaan. Dalam penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang
Pertanahan terdapat penambahan baru sub bagian dalam penulisan yaitu penulisan
Kegiatan koordinasi pelaksanaan sertipikasi tanah lintas K/L merupakan salah satu kegiatan
untuk mendukung penyusunan RKP Badan Pertanahan Nasional yang sesuai dengan prioritas
penyelesaian permasalahan di bidang pertanahan. Kegiatan koordinasi pelaksanaan sertipikasi
lintas K/L memiliki target disepakatinya target sertipikasi tiap K/L terkait pada TA. 2015-2019.
Pada tahun 2014, dalam rangka mencapai target tersebut dilakukan upaya untuk melaksanakan
rapat koordinasi Finalisasi Target Sertipikasi Tanah Lintas K/L. Target pelaksanaan sertipikasi
tanah lintas K/L mengikuti target yang telah ditetapkan dalam Trilateral meeting RKP 2015,
karena pelaksanaan koordinasi sertipikasi lintas K/L tidak dapat dilakukan secara khusus.
Keterbatasan waktu menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan koordinasi penetapan
target tersebut
2.2.3.2 Evaluasi Rencana Kerja yang tidak mendukung IKU
A.
Penulisan buku profil pertanahan merupakan salah satu kegiatan subdit pertanahan yang tidak
mendukung IKU. Target pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya buku profil pertanahan
pada bulan Desember 2014. Dalam pelaksanaannya telah dilakukan bebera tahapan kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan persiapan pengumpulan data dan informasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dalam upaya persiapan pelaksanaan seluruh kegiatan di Subdit Pertanahan. Target kegiatan
tersebut adalah tersusunnya rencana kerja subdit pertanahan dan perbaikan TOR terkait
pelaksanaan kegiatan di bidang pertanahan. Beberapa capaian yang telah diraih meliputi:
Evaluasi kegiatan subdit pertanahan tahun 2013. Kegiatan persiapan diawali dengan
kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan subdit pertanahan. Kegiatan evaluasi dilakukan
agar diketahui kegiatan yang terhambat dan membutuhkan perhatian lebih untuk
dilaksanakan di tahun 2014.
Penyusunan rencana kerja TA. 2014. Telah dilakukan penyusunan rencana kerja
sebagai garis kerangka pelaksanaan kegiatan subdit pertanahan di tahun 2014.
2.2.3.3 Evaluasi Kegiatan di luar Rencana Kerja yang Mendukung IKU
A.
Kajian pembentukan bank tanah memiliki target pelaksanaan tersusunnya kajian pembentukan
bank tanah dengan fokus struktur kelembagaan yang tepat bagi pembentukan bank tanah di
Indonesia. Pada pelaksanaan kegiatan tesebut telah dilakukan beberapa tahapan kegiatan
dengan pencapaian sebagai berikut:
Teridentifikasinya model dan struktur bank tanah di berbagai negara. Kegiatan ini
dilakukan melalui identifikasi data melalui internet dan literatur yang ada. Melalui
kegiatan ini telah diketahui beberapa model dan struktur bank tanah di beberapa
Penyusunan input kebijakan terkait adat ulayat yang dilaksanakan oleh UN-Habitat memiliki
target pelaksanaan tersusunnya dokumenmasukan kebijakan adat ulayat untuk RPJMN 20152019 yang disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas. Beberapa pencapaian dalam
pelaksanaan kegiatan ini meliputi:
Workshop terkait kebijakan adat ulayat. Dalam penyusunan masukan draft RPJMN
telah dilakukan workshop yang dihadiri kalangan Pemerintah, Akademisi dan LSM.
Workshop tersebut menjelaskan kriteria pengakuan hak adat ulayat dari sudut pandang
pertanahan. Dalam workshop yang dilaksanakan juga diceritakan pengalaman
pemerintah daerah NTT dalam pelaksanaan pengadaan tanah terkait dengan tanah adat
ulayat.
Penyusunan draft masukan kebijakan adat ulayat. Hasil workshop menjadi bahan
masukan bagi penyusunan draft masukan kebijakan adat ulayat. Dalam upaya
penyusunannya UN-Habitat mengadakan diskusi intensif dengan Direktorat Tata Ruang
Pertanahan di Yogjakarta. Draft masukan tersebut kemudian diberikan kepada ahli
bahasa untuk kemudian diperbaiki tata bahasanya.
Penyampaian hasil workshop dan masukan kebijakan adat ulayat kepada Menteri
PPN/Bappenas. Masukan kebijakan terkait adat ulayat yang telah disusun kemudian
disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas pada pertengahan tahun 2014.
Dalam penyusunan masukan kebijakan terkait adat ulayat perlu pandangan ahli sosial
(antropolog) yang mengetahui sudut pandang dan tipikal masyarakat adat yang ada di
Indonesia sehingga masukan dapat lebih mudah dilaksanakan.
C.
Kegiatan IRSA merupakan kegiatan rutin yang diikuti oleh Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan Bappenas namun berada diluar rencana kegiatan subdirektorat. Target pelaksanaan
IRSA meliputi tersampaikannya makalah background study RPJMN 2015-2019 Bidang
Pertanahan dalam Forum IRSA 2014. Dalam pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan
penyampaian pemaparan terkait makalah hasil kajian background study RPJMN Bidang
Pertanahan 2015-2019.
2.2.3.4 Evaluasi Kegiatan di luar Rencana Kerja yang Tidak Mendukung IKU
Kegiatan di luar rencana kerja yang dilaksanakan oleh Subdit Pertanahan pada tahun 2014
adalah koordinasi pemanfaatan tanah wakaf untuk perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR). Koordinasi Pemanfaatan Tanah Wakaf Untuk Perumahan Bagi MBR merupakan
kegiatan koordinasi lintas sektor yang melibatkan subdit pertanahan terkait dengan mekanisme
pengadaan tanah.Kegiatan ini berada dibawah koordinasi Direktorat Permukiman dan
Perumahan. Subdit Pertanahan berada dalam kegiatan ini sebagai anggota POKJA dengan target
mengikuti dan berperan aktif dalam setiap pelaksanaan koordinasi POKJA Pemanfaatan tanah
Wakaf yang dibentuk oleh Deputi Sarana Prasarana. Adapun pencapaian dalam pelaksanaan
kegiatan ini meliputi:
Ikut berperan aktif dalam disepakatinya pemanfaatan tanah wakaf untuk pembangunan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan bentuk
memberikan masukan dan saran terhadap rencana pemanfaatan tanah wakaf.
2.3
2.3.1
Tahun 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melakukan 2 (dua) kajian kebijakan,
yakni Kajian Background Study(BS) RPJMN 2015-2019 Bidang TRP; dan Kajian Tinjauan
Kebencanaan KSN Jabodetabekpunjur. Sesuai tupoksinya, di tahun 2014 Direktorat TRP akan
melakukan sosialisasi mengenai dua kajian tersebut. Sosialisasi kajian dilakukan pertama kali
pada Bulan Januari melalui workshop yang merupakan rangkaian dari kegiatan kajian tersebut.
Sosialisasi kedua dilakukan melalui partisipasi Direktorat TRP dalam konferensi IRSA-PRSCO.
Konferensi ini merupakan konferensi international yang rutin setiap tahun dilaksanakan.
Konferensi tersebut dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Makasar.
Selain menyosialisasikan kajian, Direktorat TRP melalui Subdit Infosos juga memiliki media
informasi dan sosialisasi baik cetak maupun online. Media cetak yang direncanakan diterbitkan,
meliputi: i) Buletin TRP yang terbit setiap semester, pada bulan Juli dan bulan Desember; ii)
Leaflet ringkasan peraturan dengan target sebanyak 8 peraturan; dan iii) Buku saku peraturan
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan.Sedangkan media online yang dikembangkan adalah situs
TRP (trp.or.id) dan facebook TRP. Dalam media tersebut, secara rutin Direktorat TRP
mengkliping berita bidang TRP dari sejumlah surat kabar nasional.
Pada tahun 2014, telah dibangun Portal TRP dan situs Reforma Agraria Nasional (RAN). Portal
TRP direncanakan berisi beragam informasi dan pengetahuan seputar tata ruang dan
pertanahan, dengan hasil akhir portal ini dapat dikelola oleh para pemangku kepentingan di
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Portal ini merupakan bagian dari kegiatan Manajeman
Pengetahuan yang akan diinisiasi di Tahun 2014. Situs RAN (Reforma Agraria Nasional) adalah
media informasi seputar kebijakan reforma agraria nasional, yang sifatnya lintas sektor.
Nantinya, situs ini akan dikelola oleh Sekretariat Tim Koordinasi RAN dibawah koordinasi
Direktorat TRP.
Dalam struktur BKPRN, Direktur TRP berperan sebagai Kepala Sekretariat BKPRN. Dalam
menjalankan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, Direktorat TRP telah
mengembangkan sistem informasi, yaitu eBKPRN dan eTRP. Tahun ini, Direktorat TRP sudah
melaksanakan sosialisasi ke-II eBKPRN pada Bulan Februari dengan harapan eBKPRN mulai
digunakan secara intensif. Selain eBKPRN, Direktorat TRP telah mengembangan eTRP, yaitu
sistem informasi di internal Direktorat TRP. Di tahun 2014, sistem ini akan terus
dikembangkan, salah satunya dengan penambahan fitur peta .shp yang dapat diolah.
C.
Inventarisasi dan Analisa Berbagai Kebijakan dan Informasi Bidang Tata Ruang
dan Pertanahan
Setiap tahunnya, Direktorat TRP melakukan inventarisasi dan analisis kebijakan Bidang TRP.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi konflik dan merekomendasikan alternatif
resolusi konflik antarkebijakan. Tahun ini, analisa dilakukan untuk proses harmonisasi UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut Direktorat TRP
Kementerian PPN/Bappenas bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri menyusun Project
Preparation Grand (PPG)RIMBA melalui hibah GEF hingga 2017, yang pada tahun 2014 mulai
disusun proposal untuk harmonisasi materi teknis.
Selain itu, sebagai lanjutan dari kegiatan harmonisasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana melalui hibah Strategic Centre for Disaster Risk
Reduction-UNDP(SCDRR-UNDP) di Tahun 2013, hingga pertengahan tahun 2014 ini Direktorat
TRP bekerjasama dengan UNDP akan melakukan pemetaan stakeholders dan menyusun materi
teknis pengintegrasian pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam RTRW Provinsi dan KSN.
Dalam meningkatkan pengelolaan data dan informasi bidang tata ruang dan pertanahan untuk
mendukung proses inventarisasi dan analisa kebijakan, telah diinisiasi pembangunan
Manajemen Pengetahuan Bidang TRP. Kegiatan ini telah menghasilkan sebuah sistem informasi,
berupa aplikasi KM TRP.
D.
Di tahun 2013, selain melakukan pemantauan pelaksanaan RKP 2013 dan evaluasi pelaksanaan
RKP 2012, Direktorat TRP juga melakukan kajian pelengkap evaluasi, yaitu Pemetaan antara
Indikasi Program dalam RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan dengan RPJMN 2010-2014 dan RKP
2014. Sama halnya dengan tahun lalu, di tahun 2014akan dilakukan pemantauan pelaksanaan
RKP 2014 dan evaluasi pelaksanaan RKP 2013 dengan kajian pelengkap, yakni penyusunan
indikator outcome dan mekanisme evaluasi, serta penetapan baseline penyelenggaraan
penataan ruang nasional.
Kegiatan
Bulan
1
10
11
12
2.3.2
Pencapaian pelaksanaan fungsi sosialisasi hasil pengkajian kebijakan di Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan oleh Subdit Infosos, meliputi: i) pembangunan Portal TRP; ii) penambahan fitur
RAN di dalam situs TRP; iii) penerbitan Buletin TRP sebanyak 2 (dua) edisi; iv) penerbitan
newsletter sebanyak 11 edisi; v) penyusunan brosur publikasi media TRP; dan vi) sosialisasi
kajian Background Study RPJMN 2015-2019 Bidang TRP di konferensi IRSA tahun 2014.
Berdasarkan rencana kerja yang telah disusun di awal tahun 2014, penyusunan leaflet
ringkasan peraturan tidak terlaksana. Kondisi ini terkendala penugasan lain di luar rencana
kerja yang juga penting untuk dilaksanakan. Sementara, untuk pembangunan situs RAN,
terdapat penyesuaian target karena keterbatasan materi dan SDM di sekretariat RAN untuk
bidang kehumasan. Untuk bidang informasi dan sosialisasi, keberadaan tenaga teknis bidang
komunikasi dan tenaga ahli bidang KM, sangat diperlukan. Terlebih lagi didukung oleh
tersedianya alokasi dana yang cukup dalam pelaksanaan kegiatan.
Ke depan, untuk perbaikan kegiatan sosialisasi informasi Bidang TRP diharapkan seluruh staf
dapat meningkatkan kemauannya untuk berbagi substansi materi dan memanfaatkan sosial
media TRP dalam mendukung pelaksanaan tugas. Untuk pengembangan situs RAN, sekretariat
RAN dapat menunjuk staf untuk mengelola fitur RAN di dalam situs TRP. Partisipasi dalam
konferensi internasional untuk mensosialisasikan kebijakan pembangunan dapat dilanjutkan di
tahun 2015. Selain itu, dengan telah berkembangnya media informasi TRP, diharapkan TRP
dapat menjalin kerjasama pengelolaan bersama portal TRP dengan Kementerian terkait.
B.
Inventarisasi dan Analisa Berbagai Kebijakan dan Informasi Bidang Tata Ruang
dan Pertanahan
Dalam pelaksanaan inventarisasi dan analisa kebijakan berbagai kebijakan dan informasi
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, pencapaian subdit Infosos, antara lain: i) Pengembangan
dan implementasi manajemen pengetahuan secara menyeluruh di lingkup TRP, serta
penyelesaian laporan kegiatan KM; ii) Tersusunnya Laporan Kajian Materi Teknis
pengarusutamaan PRB ke dalam RTR (Kajian SCDRR-II); dan iii) Penyusunan dan penyampaian
masukan terhadap dokumen rencana implementasi pendekatan ekonomi hijau di kawasan
koridor RIMBA (GEF).
Pengembangan KM TRP memberikan manfaat bagi staf TRP, terutama bagi fungsional
perencana, karena data dan informasi lebih terorganisasi/sistematis dan rapi.Kegiatan kajian
Rekomendasi
Tahun 2014, Direktorat TRP telah menyosialisasi dua kajian, yaitu: i) Kajian background study
RPJMN 2015-2019; dan ii) Kajian Tinjauan Kebencanaan KSN Jabodetabekpunjur. Sosialisasi
dilakukan melalui lokakarya dengan mengundang K/L dan Pemerintah Daerah. Selain itu,
khusus untuk kajian BS RPJMN 20152019, sosialisasi juga dilakukan melalui partisipasi
Direktorat TRP dalam konferensi IRSA. Untuk tahun ini, konferensi dilaksanakan di Makasar
pada 9 Maret 2014. Dua kajian tersebut juga telah disosialisasikan dalam Buletin TRP; situs
TRP; portal TRP; dan FB TRP.
Kegiatan sosialisasi kajian terlaksana sesuai rencana. Materi kajian yang sudah siap di tahun
sebelumnya memudahkan keikutsertaan dalam konferensi IRSA. Ke depan, sebaiknya
Direktorat TRP dapat meningkatkan partisipasi dalam konferensikonferensi baik nasional dan
internasional, dan seluruh staf secara bergilir dapat mengikuti konferensi tersebut.
2.
Buletin TRP telah terbit 2 (dua) edisi di tahun 2014, pada bulan Juli dan Desember. Tema edisi I,
yaitu Menyusun Babak Baru Pembangunan Bidang TRP: RPJMN 2015 -2019. Tema edisi II, yaitu
Pengelolaan Ruang untuk Ketahanan Pangan. Buletin Edisi I dan II, terlambat terbit 1 bulan
dikarenakan terlambatnya pengumpulan materi dari para narasumber dan terkendala
kesibukan kepanitian pameran Musrenbang 2014.Untuk Buletin Edisi II, hanya 2 (dua) artikel
yang dapat diterbitkan, dikarenakan 2 (dua) narasumber lainnya belum mengumpulkan hingga
batas waktu yang telah ditentukan.
Kedua buletin telah didistribusikan kepada anggota BKPRN, Pemerintah Daerah, Perpustakaan
AUS, perpustakaan nasional, dan perguruan tinggi, baik melalui pos maupun penyampaian
langsung dalam rapatrapat koordinasi dan kunjungan lapangan.
Ke depan, selain materi dari para narasumber pihak eksternal, diharapkan Buletin TRP dapat
juga diisi oleh hasil tulisan seluruh staf Direktorat TRP secara bergilir. Selain itu, buletin dapat
dibuat dalam bentuk flipbook di dalam situs sehingga lebih menarik. Dalam pengerjaannya,
dibutuhkan ahli komunikasi yang dapat menyusun materi Buletin TRP yang lebih ringanuntuk
dipahami.
3.
Pengembangan dan Pengelolaan Situs TRP, Facebook TRP, dan Milis TRP
Selama tahun 2014, situs TRP (trp.or.id)terus dikembangkan, dengan memperbaharui materi,
serta menambah fitur sesuai kebutuhan. Konten berita diupdate setiap hari,dengan materi
yangdiperoleh dari mengolah laporan rapat-rapat koordinasi (BTOR) seluruh staf Direktorat
TRP. Fitur yang ditambahkan adalah fitur produk dan fitur RAN. Fitur produk merupakan hasilhasil laporan yang telah disusun Direktorat TRP yang diklasifikasikan menjadi laporan bidang
tata ruang, bidang pertanahan, dan umum (seperti laporan kegiatan bulanan). Selain menambah
fitur, situs TRP juga menampilkan link yang akan tersambung dengan situs K/L Bidang TRP dan
Sumber: www.trp.or.id
Jumlah
10000
8000
6000
4000
2000
0
Feb
Jumlah Halaman
508
Jumlah Pengunjung 361
Pengunjung Unik
208
Mar
891
392
183
Apr
775
383
196
Mei
429
346
247
Jun
Jul Agust Sep
891 2402 2920 4343
412 2541 1263 1868
276 847 1090 1593
Okt
5618
2025
1606
Nov
6717
2378
1980
Des
5463
1931
1623
Di tahun 2014, Subdit Infosos telah membangun Portal Tata Ruang dan Pertanahan
(tataruangpertanahan.com). Portal ini dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan
informasi bidang tata ruang dan pertanahan. Sitemap portal dapat dilihat para gambar di bawah
ini. Sitemap tersebut merupakan sitemap akhir dari sitemap yang telah disusun sebelumnya
karena ada penyesuaian sesuai kebutuhan dan ketersediaan data. Fitur berita dan kliping selalu
diperbaharui setiap hari, dan fitur lainnya diperbaharui secara reguler setiap ada materi baru.
Secara lebih jelas, pengembangan portal TRP dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.
Hingga Desember 2014, jumlah pengunjung portal TRP terus meningkat, tapi mengalami
penurunan pada bulan terakhir (Desember 2014), seperti dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Jumlah pengunjung terbanyak terjadi pada bulan November 2014, sebanyak 2378 pengunjung.
Beranda
Tentang kami
Berita
Pustaka
Profil
Siaran
pers
Buku/Jurnal/Karya
Ilmiah
Kliping
CD
Artikel
Laporan/Kajian
Data Spasial
Peraturan
UU/PP
Data
Fakta
Perpres/Keppres/Inpres
Data
Statistik
Permen: pedoman
Status
RTRW
Perda
Status
RRTR
Hari
Penting
Kliping
Sumber: www.tataruangpertanahan.com
Jumlah
8000
6000
4000
2000
0
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
508
Jumlah Pengunjung 361
Pengunjung Unik
208
891
775
429
392
383
346
183
196
247
276
Jumlah Halaman
Jul
Agust Sep
Okt
Nop
Des
Sama halnya dengan tahun sebelumnya, tahun ini direncanakan akan disusun leaflet ringkasan
peraturan sebanyak 8 peraturan, meliputi: a) UU 26/ 2007 tentang Penataan Ruang; b) UU
4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; c) UU 41/ 1999 tentang Kehutanan; d)
UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B); e) PP
26/2008 tentang RTRWN; f) PP 16/ 2004 tentang Penatagunaan Tanah; g) PP 10/ 2010 tentang
Tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan Hutan dan PP 60/2012 tentang
Perubahan PP 10/2010 tentang Perubahan Kawasan Hutan; h) PP 24/2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan dan PP 6/2012 tentang Perubahan PP 24/2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan. Dari 8 peraturan tersebut, hanya PP 24/2010 tentang penggunaan
kawasan hutan jo PP 6/2012 tentang perubahan PP 24/2010 yang telah tersusun draf
leafletnya.
Penyusunan leaflet ringkasan peraturan tidak terlaksana sesuai rencana karena hanya tersusun
1 (satu) ringkasan peraturan. Kegiatan ini terkendala penugasan lain, beberapa di luar rencana
kerja. Untuk itu, penyusunan leaflet ringkasan peraturan harusnya dapat menjadi prioritas.
Seluruh staf diharapkan dapat membantu penyusunan leaflet, karena terkait substansi regulasi
masingmasing bidang. Selain itu, seluruh staf diharapkan aktif menginformasikan regulasi
terbaru bidang TRP agar dapat segera disosialisasikan.
6.
Pada tahun 2014, telah disusun rancangan sitemap untuk situs RAN. Dalam pelaksanaannya,
pembangunan situs RAN tidak dapat dilaksanakan, dikarenakan keterbatasan materi dan SDM
di sekretariat RAN untuk bidang kehumasan/publikasi. Untuk itu, dilakukan penyesuaian
terhadap target kegiatan ini, yakni penambahan fitur RAN dalam situs TRP. Target tersebut
telah tercapai.
Fitur RAN diisi dengan informasi kegiatan Tim Koordinasi RAN.Di Tahun 2015, Sekretariat
RAN disarankan dapat menunjuk staf untuk mengelola fitur RAN di dalam situs TRP, atau
mengembangkan situs RAN di bawah koordinasi Sekretariat RAN.
Beranda
Tentang kami
Berita
Publikasi
Galeri
Majalah/newsletter/leaflet
CD
Presentasi
Iklan
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Kontak
Tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi diturunkan ke dalam 2 (dua) kegiatan utama,
sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Kerja 2014, meliputi: i) pengembangan eBKPRN; dan ii)
penggunaan dan pemutakhiran eTRP.
1.
Pengembangan eBKPRN
Pada bulan Juli 2014, telah dilakukan sosialisasi II eBKPRN kepada 4 Kementerian, anggota
BKPRN, yaitu Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kemen PU, dan
Bappenas. Dalam mendukung sosialisasi, Subdit Infosos telah melakukan pembaharuan
modul/panduan penggunaan eBKPRN. Modul ini telah disebarkan kepada 4 Kementerian
tersebut, untuk dilakukan ujicoba selama 4 bulan. Pada bulan Desember, telah dilaksanaan
evaluasi eBKRPN di bawah koordinasi sekretariat BKPRN.
Dalam implementasinya, pemanfaatan e-BKPRN belum maksimal digunakan oleh para K/L,
terutama 4 (empat) Kementerian yang menjadi proyek percontohan. Selain itu, pelaksanaan
sosialisasi tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Hal ini terkendala sulitnya
menemukan jadwal yang cocok antarK/L. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan optimalisasi
penggunaan eBKPRN oleh sekretariat BKPRN. Di samping itu, sekretariat BKPRN perlu
mendorong penggunaan eBKPRN melaluifocal point masing-masing Pokja.
2.
Di tahun 2014, ditargetkan untuk implementasi skala penuh eTRP dan penambahan komponen
database peta dalam bentuk .shp yang dapat dianalisis. Dalam pelaksanaannya, terdapat
perubahan realisasi kegiatan. Dengan adanya pengarusutamaan penggunaan naskah dinas
(naskahdinas.bappenas.go.id) yang disusun oleh Pusdatin, Dit TRP melakukan migrasi dari
eTRP ke naskah dinas. Migrasi ini lebih difokuskan pada kegiatan persuratan.
Ke depan, perlu dilakukan optimalisasi penggunaan naskah dinas. Sementara untuk target
menambah komponen database dan seluruh peta dalam bentuk .shp yang dapat dianalisis
dalam eTRP, dapat ditindaklanjuti dengan mengaplikasikannya dalam aplikasi Manajemen
Pengetahuan TRP, yang dalam perwujudannya membutuhkan tenaga ahli.
C.
Inventarisasi dan Analisa Berbagai Kebijakan dan Informasi Bidang Tata Ruang
dan Pertanahan
Tugas dan fungsi inventarisasi dan analisa kebijakan diturunkan ke dalam 3 (tiga) kegiatan
utama, sebagaimana telah dijelaskan dalam Rencana Kerja 2014, meliputi: i) Pengembangan
manajemen pengetahuan TRP; ii) Kajian pengarusutamaan pengurangan risiko bencana (PRB)
ke dalam Rencana Tata Ruang (RTR); dan iii) Penyusunan Project Preparation Grand.
1.
Pada tahun ini, Direktorat TRP mulai mengembangkan MP Bidang TRP di lingkup internal.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan MP TRP dibantu oleh tenaga ahli dan Subdit Infosos
menjadi tim MP. Tim MP ini bertugas mengoordinasikan kegiatan MP dan mengawal
pelaksanaan kegiatan. Hasilnya, Direktorat TRP telah memiliki aplikasi KM TRP
(landspatial.bappenas.go.id/km). Aplikasi ini disusun berdasarkan K-Map TRP yang dihasilkan
dari beberapa pertemuan koordinasi internal dan workshop. Dalam mendorong implementasi,
Kajian pengarusutamaan PRB ke dalam RTR merupakan bagian dari kegiatan harmonisasi dan
analisis terhadap UU 26/2007, UU 24/2007, UU 27/2007, dan UU 32/2009. Kajian yang
dilaksanakan di tahun 2014 adalah kajian materi teknis revisi pedoman penyusunan RTR
berbasis PRB. Kajian dilaksanakan selama 5 bulan, mundur 1 bulan dari rencana.
Hasil yang telah dicapai adalah tersampaikan pentingnya pengarusutamaan PRB ke dalam RTR,
khususnya kepada anggota BKPRN. Dalam prosesnya, penyelesaian kajian ini telah melalui
pertemuan rutin dengan stakeholders bidang tata ruang dan kebencanaan, FGD, dan lokakarya
yang dihadiri Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Pada bulan Juni, laporan kajian
telah selesai disusun, dan selesai dicetak pada bulan Desember. Hasil kajian ini telah disebarkan
kepada stakeholders terkait dan menghasilkan beberapa rekomendasi yang perlu
ditindaklanjuti oleh BKPRN.
Kegiatan kajian materi teknis sedikit mundur dari jadwal pelaksanaan dikarenakan kepadatan
aktivitas direktorat. Namun, pemilihan tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman
memudahkan proses pelaksanaan dengan hasil akhir yang memuaskan. Dalam pelaksanaan
kajian, diupayakan subdit tata ruan, dan sekretariat BKPRN mengikuti proses karena terkait
substansi. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan dan ditindaklanjuti oleh sekretariat
BKPRN sesuai rekomendasi yang diusulkan.
3.
Kajian Ekonomi Hijau dalam Ekosistem Terpadu Rimba merupakan bagian dari kegiatan
harmonisasi dan analisis terhadap UU 26/2007, UU 32/2009, dan UU 25/2004. Di tahun 2014,
kajian berada pada tahap penyusunan Project Preparation Grand (PPG) untuk hibah GEF
(2017). Hingga akhir 2014, telah dilakukan identifikasi kegiatan K/L yang melaksanakan
kegiatan di Ekosistem Terpadu Rimba, review kegiatan yang dilakukan disetiap komponen,
rapat koordinasi hasil identifikasi dan sinergitas kegiatan K/L di wilayah koridor Rimba, dan
workshopnasional membahas draf logframe setiap komponen. Pada pembahasan draf logframe,
Direktorat TRP telah banyak memberikan masukan perbaikan.
Pemantauan RKP 2014 dan evaluasi RKP 2013 secara umum terlaksana sesuai rencana. Dalam
pengumpulan data dan informasi, hanya 2 dari 3 lokasi yang dapat pantau langsung melalui
kunjungan lapangan, yaitu Prov. Jawa Timur dan Kab/Kota Malang. Dari hasil kunjungan ini,
telah terkumpul data pemantauan dan evaluasi, serta telah tersusun laporan pemantauan dan
evaluasi. Selain itu, sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini dilakukan kajian
pendukung evaluasi yakni kajian mekanisme evaluasi outcome Bidang Tata Ruang.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi kurang mencapai target, karena adanya penyesuaian anggaran
sehingga kunjungan lapangan hanya dilakukan di 2(dua) lokasi dalam satu waktu. Di sisi lain,
penyusunan laporan evaluasi juga terkendala lambatnya penyampaian data dari BPN
Ke depan, diharapkan penyusunan mekanisme evaluasi outcome Bidang Tata Ruang melalui
ujicoba indikator dan perhitungan baseline bidang TR dapat dilanjutkan di kegiatan monev
2015, dan dilakukan hal yang sama untuk bidang pertanahan. Selain itu, kick off kegiatan
evaluasi harus dilaksanakan setiap awal tahun karena membantu juga dalam pengumpulan dan
klarifikasi data pemantauan dan evaluasi.
2.3.3.2 Kegiatan Lain di Luar Rencana Kerja 2014
Sepanjang tahun 2014, terdapat 8 (delapan) kegiatan di luar rencana kerja yang telah selesai
dilaksanakan, yaitu: i) pameran musrenbangnas 2014; ii) penyusunan laporan triwulan
kegiatan Direktorat TRP; iii) penerbitan eNewsletters; iv) penyusunan memori akhir jabatan; v)
penyusunan LAKIP 2013 Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah; vi)
penyusunan Renstra 2010-2014 Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah; vii) kordinator penyusunan Bab VII Bidang Wilayah dan Tata Ruang Buku II RPJMN
2015-2019; viii) penyusunan brosur/leaflet publikasi media informasi dan sosialisasi TRP; dan
ix) koordinator substansi musrenbang regional Sulawesi.
A.
Sebagai bentuk pelaporan hasil kegiatan, pada tahun 2014 mulai disusun laporan kegiatan
Direktorat TRP berkala, setiap tiga bulan. Hingga Desember 2014, telah tersusun laporan
triwulan II (April-Juni) dan triwulan III (Juli-September). Hasil laporan tersebut telah
dimasukan ke dalam situs TRP. Ke depan, diharapkan penyusunan laporan triwulan sebaiknya
juga disusun oleh sekretaris sehingga terintegrasi dengan laporan bulanan dan laporan tahunan
sehingga pengerjaan lebih efisien.
C.
Penerbitan eNewsletters
Pada tahun 2014, mulai disusun eNewsletter sebagai bentuk baru dari media informasi dan
sosialisasi. eNewsletter ini terbit setiap bulan, dan telah dimulai sejak Februari 2014. Dalam
pelaksanaannya, eNewsletter ini bukan hanya dapat dilihat secara online melalui media online
TRP, tapi dicetak dan telah didistribusikan kepada seluruh direktorat di Kementerian
PPN/Bappenas. Dengan telah terbitnya eNewsletter secara rutin, saat ini Newsletter TRP sudah
memiliki ISSN.
Pengerjaan eNewsletter sudah sesuai rencana dan telah melampui target. Namun, dalam
prosesnya, terkendala dalam pencarian buku sebagai bagian dari materi eNewsletter. Untuk
pengembangan ke depan, Direktorat TRP melalui Subdit Infosos mengadakan pertemuan
redaksi untuk materi newsletter setiap awal bulan dan evaluasi setiap 3 (tiga) bulan. Selain itu,
eNewletters akan dibuat flipbook di dalam situs sehingga lebih menarik dan diharapkan seluruh
staf memberikan rekomendasi materi eNewsletter.
D.
Mengingat tahun 2014 merupakan akhir periode pelaksanaan pembangunan 5 tahun (20102014), dan dalam rangka memasuki periode baru 2015, maka telah disusun laporan memori
akhir jabatan Direktur TRP 2010-2015. Laporan ini menjadi kaleidoskop kegiatan Direktorat
TRP selama 5 tahun. Ini merupakan dokumen pembelajaran sehingga diharapkan laporan ini
sebaiknya diinvetarisasi di perpustakaan mini TRP. Ke depan, untuk memudahkan penyusunan
laporan serupa, sebaiknya pencapaian akhir masing-masing unit kerja disusun setiap tahun.
E.
Pada tahun 2014, Direktorat TRP dalam hal ini Subdit Infosos, ditunjuk sebagai koordinator
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2013
Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Penyusunan LAKIP 2013
telah selesai dilaksanakan di April 2014, tapi dalam pelaksanaannya, terdapat banyak evaluasi
dari Inspektorat Utama sebagai Tim Penilai, sehingga dilakukan perbaikan laporan, yang baru
selesai pada Juli 2014. Berdasarkan hasil penilaian, LAKIP 2013 Kedeputian Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dianggap cukup baik dengan nilai akhir 84,5
persen.
Dalam prosesnya, perbaikan LAKIP 2013 terkendala koreksi/arahan perbaikan dari Tim Penilai
yang kurang jelas, serta sempitnya waktu koordinasi antardirektorat di lingkup Kedeputian
Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Untuk itu, perlu arahan yang jelas dari
Sesuai arahan dari Sekretaris Menteri PPN/Sestama Bappenas dan merujuk pada aturan dari
Menteri PAN - RB, agar setiap UKE I memiliki Rencana Strategis, maka Kedeputian Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah diminta untuk menyusun Rencana Strategis
2010-2014. Ini dilakukan untuk menyempurnakan laporan kinerja tahun 2014 yang akan mulai
disusun pada Januari 2015.
Dalam hal ini, Subdit Infosos telah selesai menyusun draf dokumen Renstra 2010 - 2014
Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, sesuai arahan Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah.Penyusunan renstra ini terkendala dengan tidak
adanya format yang jelas untuk dokumen Renstra 2010-2014 dari Biro Renortala sebagai
koordinator utama yang bertanggungjawab. Selain itu, dalam pembahasan perubahan
penetapan kinerja tahun 2014, prosesnya berlangsung alot dan kurang terarah.
Untuk perbaikan ke depan, perlu adanya koordinasi antardirektorat di dalam lingkup UKE I
untuk penajaman penetapan kinerja, serta perlunya perhatian dan arahan pimpinan yang jelas
dari pimpinan. Secara umum, Renstra ini seharusnya disusun di awal tahun perencanaan dan
terintegrasi dengan Renstra Bappenas, karena sejauh ini tidak ada pengaturan yang jelas. Draf
Renstra 2010-2014 Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah yang
telah disusun Subdit Infosos harus difinalisasi dan disetujui oleh Deputi Bidang Pengembangan
Regional dan Otonomi Daerah.
G.
Kordinator Penyusunan Bab VIII Bidang Wilayah dan Tata Ruang Buku II RPJMN
2015-2019
Sesuai arahan Bapak Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Direktorat
TRP ditunjuk sebagai koordinator penyusunan Bab VIII Bidang Wilayah dan Tata Ruang Buku II
RPJMN 2015-201. Dalam hal ini, Subdit Infosos yang ditunjuk sebagai pelaksana. Selama
Desember 2014 hingga Minggu II Januari 2015, Subdit Infosos telah mengoordinasikan
pengumpulan hasil revisi bab tersebut, baik narasi maupun matriks, dari seluruh direktorat di
lingkup Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Proses tersebut,
termasuk turut serta dalam buka warung yang diselenggarakan oleh Direktorat Alokasi
Pendanaan Pembangunan dan Pusdatin. Hasil akhir bab tersebut, telah diparaf oleh Deputi
Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah pada 7 Januari 2015, dan dikumpulkan
kembali ke Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan untuk disampaikan kepada Menteri
PPN/Bappenas dan dibahas di Sidang Kabinet pada 8 Januari 2015.
H.
Mulai awal tahun 2014, Subdit Infosos telah menyusun brosur-brosur publikasi media informasi
TRP, meliputi: i) milis TRP; ii) portal TRP; dan iii) situs TRP. Brosur tersebut telah dicetak dan
dibagikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan para pemangku
kepentingan terkait.
2.4
Sekretariat BKPRN
2.4.1
Pada awal tahun 2014 Sekretariat BKPRN telah menyusun dan menyepakati rencana kegiatan
yang akan dilakukan dalam periode waktu TA. 2014. Rencana kerja tersebut mengacu pada
tugas pokok dan fungsi Sekretariat BKPRN serta Agenda Kerja BKPRN tahun 2014-2015.
Berikut ini merupakan rencana kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014 yang telah disepakati pada
awal tahun.
Tabel 2.13 Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014
No.
Kegiatan
1.
Fasilitasi Penyelarasan
Implementasi RZWP-3-K
Fasilitasi Penyelarasan
Implementasi LP2B
Fasilitasi Penyusunan Pedoman
Tata Batas Kehutanan
Fasilitasi Penyusunan Tata Cara
Pembuatan SOP BKPRD
2.
3.
4.
2014
1
10
11
12
Kegiatan
2014
1
10
11
12
5.
Fasilitasi Monitoring
Implementasi Mekanisme
Holding Zone
6.
Fasilitasi Penyusunan Pedoman
Penyelesaian Konflik
PenataanRuang
7.
Fasilitasi Penyusunan Pedoman
Pengawasan Penataan Ruang
8.
Fasilitasi Integrasi kawasan
Hutan dalam Pola Ruang RTRW
Prov/Kab/Kota
9.
Pengumpulan danpengolahan
bahan, data dan informasi untuk
mendukung pelaksanaan tugastugas BKPRN dalam rangka
pengembangan e-BKPRN
10. Pelaksanaan kegiatan
kehumasan melalui
pengembangan website BKPRN
(www.bkprn.org)
11. Mengoordinasikan penyusunan
media sosialisasi tentang BKPRN
dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan
12. Penyiapan Penyampaian Agenda
Kerja BKPRN 2014-2015 dari
Menteri PPN/Kepala Bappenas
kepada Menko Perekonomian
13. Penyusunan jadwal dan rencana
kerjasekretariat BKPRN 2014
14. Evaluasi pelaksanaan Rencan
Kerja Sekretariat BKPRN 2014
15. Penyusunan agenda dan bahan
sidang BKPRN I dan sidang
BKPRN II
16. Keikutsertaan dalam Rapat Kerja
Regional (Rakereg) BKPRN 2014
17. Penyusunan Laporan BKPRN
Tahun 2014
18. Penyusunan dan penyampaian
laporan tentang pelaksanaan
tugas Sekretariat BKPRN
Sumber: Laporan Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2014
2.4.2
Kegiatan
1.
Persentase
Pencapaian IKU
100%
50%
7
7
100%
100%
70%
100%
IKU
86.67%
Realisasi indikator kinerja sebesar 86,67% berada di bawah target (100%) terutama
disebabkan Sidang BKPRN yang ke-II pada tahun 2014 tidak terlaksana karena sulitnya
menyelaraskan waktu para Menteri Anggota BKPRN. Selain itu kedudukan Menko
Perekonomian selaku Ketua Harian Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) cukup menyita waktu sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan
fungsinya sebagai Ketua BKPRN. Proses pemantauan pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN 20142015 tetap dilaksanakan melalui pertemuan koordinasi pada tingkat Eselon II BKPRN dan
pengumpulan data kemajuan pelaksanaan Agenda Kerja 2014-2015 dari K/L koordinator
kegiatan. Selain itu, masih terdapat laporan yang tengah dalam proses finalisasi yaitu Laporan
Evaluasi Rencana Kerja Sekretariat BKPRN 2014 dan ditargetkan selesai pada Minggu ke-IV
bulan Januari 2015. Secara lebih rinci, evaluasi untuk kegiatan yang menyumbang IKU 7 akan
dijelaskan pada pada Sub Bab 2.4.3 khususnya pada Subsub Bab 2.4.3.1.
Tabel 2.15 Kontribusi Kegiatan Terhadap Pencapaian IKU 8
No.
1.
2.
3.
Kegiatan
Fasilitasi Penyelarasan Implementasi RZWP3K
Fasilitasi Penyelarasan Implementasi LP2B
Fasilitasi Penyusunan Pedoman Tata Batas Kehutanan
IKU
8
8
8
Persentase
Pencapaian IKU
100%
70%
30%
Persentase
Pencapaian IKU
0%
8
8
0%
50%
8
8
0%
0%
75%
65%
80%
100%
No.
4.
5.
6.
Kegiatan
IKU
47,5%
Pada tahun 2014, Sekretariat BKPRN telah melaksanakan fasilitasi-fasilitasi terkait dengan
penataan ruang yang menghasilkan gagasan atau kesepakatan yang bersifat terobosan atau
penyelesaian pending issues terkait dengan penataan ruang, diantaranya:
1. Terkait dengan RZWP3-K, tercapai kesepakatan Bappenas-KKP-Kementerian Dalam
Negeri terhadap prinsip-prinsip mengintegrasikan RTRW dan RZWP3-K:
Pengaturan wilayah pesisir mengikuti pengaturan RTRW
Pengaturan pulau-pulau kecil mengikuti pengaturan RZWP3-K
Penyusunan RZWP3-K melalui forum BKPRD
2. Dalam rangka percepatan penyusunan RRTR telah tersusun Roadmap Perkiraan Lokasi
Penyusunan RRTR Provinsi, Kabupaten dan Kota dan Identifikasi Kebutuhan Peta Skala
Besar (1:5000) Tahun 2015-2019 yang telah disampaikan secara resmi kepada BIG
melalui surat tertanggal 3 Desember 2014. Selain itu disepakati BIG berperan sebagai
koordinator penyediaan peta dalam skala besar dan sudah menyusun draft NSPK untuk
penyediaan peta skala besar (akan ditetapkan melalui Perka BIG).
3. Fasilitasi proses penetapan Raperda RTRW Kalimantan Selatan menghasilkan
kesepakatan berikut:
Penggambaran peta pola ruang Raperda RTRW Kalimantan Selatan menggunakan
mekanisme outlinepada kawasan hutan yang masih dalam proses pelepasan sesuai
PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Ruang, dan diselesaikan sesuai
peraturan perundang-undangan (proses perubahan parsial, dsb).
Melaksanakan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan,
Menteri Pekerjaan Umum, dan Kepala Badan Pertanahan Nasional tertanggal 17
Oktober 2014tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah.
Proses evaluasi Raperda RTRW Kalimantan Selatan ditargetkan selesai pada Januari
2015
4. Terkait dengan sosialisasi KLHS, disepakati bahwa KLHS embedded dalam dokumen
RTRW yang ditindaklanjuti dengan pembahasan internal antara Kementerian LH dan
Kementerian PU, yang tengah menyusun pedoman pelaksanaan KLHS dalam
penyusunan dan peninjauan kembali RTR.
5. Inisiasi penyusunan regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN) sebagai amanat
dari Pasal 6 ayat 5 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang melalui beberapa
pertemuan lintas K/L dan kajian internal Bappenas, dengan beberapa kesepakatan
berikut:
Regulasi PRUN bersifat melengkapi regulasi yang sudah ada
Disepakatipengaturan regulasi PRUN dalam rangka menaga kedaulatan dan
penindakan terhadap pelanggaran wilayah udara nasional diatur melalui UU.
Aspek terpenting yang menjadi urgensi utama PRUN adalah pelanggaran wilayah
batas udara
Perlu disepakati: a) Apakah perlu menentukan batas atas ruang udara? ; b) Definisi
pengelolaan; c) Apakah pengaturan akan difokuskan pada aspek pemanfaatan atau
pengaturan?
Mempertimbangkan sifatnya yang spesifik, kajianCost Benefit Analysis(CBA)
sepatutnya dilaksanakan oleh sektor yang bersangkutan.
Kementerian Pertahanan diusulkan sebagai pemrakarsa. Namun, sehubungan
dengan dibentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang, diusulkan bahwa
Pada tahun 2014, pelaksanaan Sidang BKPRN yang hanya terlaksana sekali dari yang
ditargetkan sebanyak 2 kali, terutama terkendala sulitnya menentukan jadwal yang disepakati
oleh anggota BKPRN.Selain itu, kegiatan BKPRN bisa dikatakan belum menjadi kegiatan
prioritas bagi Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN, yang juga menjabat sebagai Ketua
Harian Komite Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI). Menyikapi
kondisi tersebut, direkomendasikan bahwa perlu dievaluasi kembali ketentuan
penyelenggaraan sidang BKPRN yang ditargetan setidaknya 2 (dua) kali setahun, mengingat
padatnya jadwal Menteri untuk agenda lain yang lebih diprioritaskan.
C.
Sesuai dengan target, pelaksanaan Rakereg BKPRN pada tahun 2014 terlaksana dua kali, yaitu
Rakereg BKPRN Wilayah Barat pada 22-24 Juni 2014 dan Rakereg BKPRN Wilayah Timur pada
3-5 September 2014. Dalam Rakereg disepakati beberapa rekomendasi, diantaranya:
Akselerasi penyelesaian RRTR Kab/Kota;
Akselerasi penyelesaian RZWP-3-K;
Integrasi LP2B kedalam RTRW;
Akselerasi penyelesaian penetapan KSN; dan
Integrasi dokumen RTR dengan Rencana Pembangunan.
Dalam Rakereg tersebut diketahui bahwa masih belum optimalnya koordinasi antara K/L
anggota BKPRN dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sebagai tindak lanjut, kesepakatan
dalam Rakereg BKPRN 2014 dikoordinasikan oleh masing-masing K/L terkait dan difasilitasi
oleh Sekretariat BKPRN
D.
Sebagai bentuk evaluasi terhadap keberadaan BKPRN selama 5 tahun serta menyikapi kondisi
terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang dengan salah satu tugas koordinasi dalam
penyelenggaraan penataan ruang, Sekretariat BKPRN menginisiasi dilakukannya review
kelembagaan BKPRN. Review dilakukan terhadap pelaksanaan peran dan kelembagaan BKPRN
selama 25 tahun ini. Sebagai bentuk inisiasi, dilakukan Pilot Survei Penjajakan Ekspektasi
BKPRN ke Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu BKPRD terbaik pada 22-24
Desember 2014. Melaui pilot survei diketahui bahwa forum BKPRN masih diperlukan terutama
dalam pengoordinasian proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang bersifat multisektor.
Hasil dari kegiatan pilot survei akan disampaikan oleh Sekretariat BKPRN kepada K/L anggota
BKPRN lainnya dalam forum BKPRN. Pilot survei akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan
survei ke beberapa daerah lainya pada tahun 2015 dengan berdasar pada hasil pengolahan data
pilot survei serta pematangan metode dan instrumen survei.
Selain kegiatan-kegiatan yang direncanakan, terdapat beberapa kegiatan di luar Rencana Kerja
Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Sekretariat BKPRN pada tahun ini.Kegiatan-kegiatan
tersebut tidak dimasukkan ke dalam perhitungan pencapaian IKU. Kegiatan Sekretariat BKPRN
di luar Rencana Kerja tahun 2014 meliputi:
1. Inisiasi Penyusunan Regulasi PRUN
2. Fasilitasi Diseminasi KLHS
3. Keikutsertaan dalam Peringatan Hari Tata Ruang Nasional
4. Fasilitasi Percepatan Penyusunan RRTR
5. Harmonisasi Undang-undang Bidang Penataan Ruang
6. Fasilitasi Pengenalan Geopark dalam Tata Ruang
7. Fasilitasi Pembahasan Penyelesaian Raperda RTRW Provinsi Kalimantan Selatan
8. Fasilitasi Pengenalan Smart Planning Approach
9. Pilot Survei Penjajakan Ekspektasi BKPRN
Kegiatan di luar rencana kerja ini secara lebih lanjut akan dijabarkan pada Sub Bab 2.4.3
khususnya pada Subsub Bab 2.4.3.2.
Secara umum, pencapaian fasilitasi penyelerasan implementasi LP2B ini belum mencapai target
yang diharapkan yaitu terselenggaranya fasilitasi advokasi implementasi LP2B ke daerah.
Pencapaian yang diraih selama proses fasilititasi ini antara lain: (1) Sosialisasi draft peta
indikasi kawasan pertanian nasional dan LP2B yang dilaksanakan pada Februari 2014; (2)
Penyampaian peta indikasi kawasan pertanian nasional dan LP2B kepada Kementerian PU
sebagai masukan untuk peninjauan kembali RTRWN; dan (3) Penyampaian Surat Menteri
pertanian kepada Bupati/Walikota seluruh Indonesia perihal Penetapan LP2B dalam RTRW
Kabupaten/Kota. Selain itu dalam rangka memperkuat implementasi LP2B, Kementerian
Pertanian tengah menyusun NSPK pedoman insentif-disinsentif penetapan LP2B serta modul
penetapan LP2B dalam RTRW.
Terkait dengan pelaksanaan fasilitasi yang belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan target,
temuan evaluasi adalah sebagai berikut:
Peta indikasi kawasan pertanian nasional dan LP2B baru tersedia pada skala 1:250.000
dan hanya meliputi lahan sawah
Dalam rangka penyusunan pedoman tata batas kehutanan oleh Kementerian Kehutanan,
Sekretariat BKPRN memfasilitasi kegiatan ini dengan target pencapaian berupa tersosialisasikannya konsep dan mekanisme penetapan tata batas kawasan hutan dalam forum BKPRN
tingkat Eselon II. Namun dalam pelaksanaan fasilitasi, diketahui bahwa Kemenhut melalui
Direktorat Pengukuhan Kawasan Hutan telah memiliki pedoman penetapan tata batas kawasan
hutan sehingga kegiatan penyusunan pedoman sebagai tahap awal dari proses fasilitasi tidak
perlu dilakukan.
Meskipun pedoman tata batas kawasan hutan telah disusun, diseminasi terhadap hasil
penetapan tata batas kawasan hutan oleh Kemenhut kepada K/L lain terkait dirasa masih
sangat kurang, terutama dalam rangka mendukung penyelesaian konflik pemanfaatan ruang di
daerah.Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi teknis dalam pelaksanaan penetapan tata batas
kawasan hutanantar K/L terkait, terutama antara Kementerian Kehutanan dan BPN.Selain itu
kegiatan sosialisasi hasil penetapan tata batas kawasan hutan perlu untuk dilakukan kepada
K/L terkait pada tahun berikutnya.
D.
Sebagai tindak lanjut dari implementasi mekanisme holding zone dalam menyelesaikan
persoalan kehutanan, perlu dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan mekanisme tersebut
.Disepakati bahwa kegiatan monitoringini dikoordinatori oleh Kemenko Perekonomian dan
difasilitasi oleh Sekretariat BKPRN. Namun, dalam pelaksanaannya kegiatan fasilitasi
Salah satu agenda kerja penting BKPRN pada tahun 2014 adalah penyusunan pedoman tata
kerja BKPRN dalam penyelesaian konflik pemanfaatan ruang dengan penanggungjawab utama
kegiatan Kemenko Perekonomian.Seperti beberapa kegiatan BKPRN sebelumnya, Sekretariat
BKPRN berupaya memfasilitasi penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam Penyelesaian
Konflik Pemanfaatan Ruang tersebut.
Sebagai langkah inisiasi penyusunan pedoman, pada tahun 2014 telah dilakukan dua kali FGD
dalam rangka identifikasi potensi konflik dan rekomendasi penyelesaian konflik pemanfaatan
ruang oleh Kemenko Perekonomian di Solo pada 19 Juni 2014 dan di Medan pada 11 September
2014. Namun, pelaksanaan kegiatan ini masih terfokus kepada pengumpulan informasi dan
masukan dari daerah terhadap penanganan permasalahan pemanfaatan ruang.Perlu dilakukan
pemetaan tipologi penanganan konflik horizontal dan vertikal berdasarkan hasil FGD dan
evaluasi pelaksanaan penyelesaian konflik oleh Kemenko Perekonomian. Sebagai tindak lanjut,
penyusunan draft pedoman perlu dilakukan pada tahun 2015 yang dikoordinasikan oleh
Kemenko Perekonomian selaku Ketua Pokja 4 BKPRN.
G.
Pada tahun 2014 disepakati bahwa Kementerian PU akan menyusun pedoman pengawasan
penataan ruang demi meningkatkan kualitas pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagai
fasilitator, Sekretariat BKPRN berperan dalam memfasilitasi fasilitasi penyusunan pedoman
pengawasan penataan ruang tersebut.Dalam pelaksanaannya, tidak ada pelibatan Sekretariat
BKPRN dalam penyusunan pedoman tersebut hingga dihasilkannya draft pedoman.
Seperti halnya penyusunan tata cara pembuatan SOP BKPRD, Kementerian PU memandang
penyusunan pedoman pengawasan penataan ruang dalam konteks melaksanakan tugas sebagai
kementerian yang berwenang terkait hal ini. Pelibatan K/L anggota BKPRN dalam penyusunan
pedoman pengawasan penataan ruang ini sebatas pada permohonan tanggapan oleh
Kementerian PU melalui surat yang disertai dengan draft pedoman. Sebagai langkah kedepan,
Sekretariat BKPRN mendorong Kementerian PU untuk menyampaikan status perkembangan
penyusunan pedoman pengawasan penataan ruangkepada K/L anggota BKPRN lainnya.
H.
Fasilitasi Integrasi Kawasan Hutan dalam Pola Ruang RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan integrasi kawasan hutan dalam pola RTRW
provinsi/kabupaten/kota oleh Kementerian Kehutanan, Sekretariat BKPRN menargetkan
kegiatan fasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut pada tahun 2014. Namun, integrasi kawasan
hutan tersebut dalam pelaksanaannya kurang melibatkan forum BKPRN, dimana Kementerian
Kehutanan sebagai penanggungjawab utama kegiatan hanya melaporkan progress kegiatan
Pada 8 Januari 2014, telah disampaikan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 melalui surat Menteri
PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua
BKPRN tertanggal 8 Januari 2014. Penyampaian surat ini ditindaklanjuti dengan penetapan
Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dalam Sidang BKPRN tanggal 13 Januari 2014 oleh Menko
Perekonomian selaku Ketua BKPRN. Kemudian, Sekretariat BKPRN menyampaikan draft surat
penyampaian Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 kepada K/L anggota BKPRN melalui surat.
Penetapan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 melalui Sidang BKPRN terlaksana tepat
waktu.Namun, koordinasi penyelenggaraan Sidang BKPRN sulit dilakukan dengan padatnya
agenda kegiatan Menteri Anggota BKPRN terutama Menko Perekonomian.Selain itu, kegiatan
BKPRN bisa dikatakan belum menjadi kegiatan prioritas bagi Menko Perekonomian selaku
Ketua BKPRN, yang juga menjabat sebagai Ketua Harian KP3EI.Menyikapi kondisi tersebut,
direkomendasikan bahwa Sidang BKPRN dengan agenda penetapan Agenda Kerja BKPRN 2
tahunan diharapkan menjadi agenda rutin Ketua BKPRN agar koordinasi penyelenggaraannya
lebih mudah dan tepat waktu.
Dalam rangka mengoptimalkan peran Sekretariat BKPRN serta sebagai acuan arah gerak pada
tahun 2014, dilakukan penyusunan jadwal dan rencana kerja Sekretariat BKPRN yang
dijadwalkan tersusun pada awal Januari 2014.Namun, penyusunan rencana kerja ini terlambat
dari jadwal yang ditentukan dikarenakan masih menunggu finalisasi agenda kerja BKPRN 20142015 yang baru rampung pada bulan Januari 2014.Menindaklanjuti hal tersebut, diusulkan ke
depannya agar penyusunan rencana kerja ini dapat selesai pada awal tahun sehingga dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan kerja sekretariat BKPRN.Selain itu, dengan adanya arahan
IKU kedeputian yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, sebaiknya
penyusunan agenda kerja juga disesuaikan dengan IKU yang telah dirumuskan.
N.
Sebagai bentuk evaluasi terhadap pelaksanaan rencana kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014,
Sekretariat BKPRN (bersama dengan unit kerja lainnya di Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan) menyusun laporan evaluasi rencana kerja Sekretariat BKPRN 2014 yang
ditargetkan selesai pada akhir tahun 2014. Dalam pelaksanaannya, penyusunan laporan ini
tidak dapat rampung pada akhir Desember 2014 dikarenakan Konsinyering Evaluasi Akhir
Tahun 2014 tidak dapat direalisasikan Desember 2014.
O.
Berdasarkan kesepakatan K/L anggota BKPRN, akan dilaksanakan sidang BKPRN setidaknya
dua kali dalam satu tahun, dimana Sekretariat BKPRN berperan dalam penyusunan agenda dan
bahan sidang, baik sidang BKPRN I maupun sidang BKPRN. Agenda dan bahan Sidang BKPRN I
telah tersusun tepat waktu dimana bahan tersebut telah disampaikan dalam Sidang BKPRN I
pada tanggal 13 Januari 2014 di Kemenko Perekonomian.Namun, untuk agenda sidang BKPRN
II belum tersusun karena padatnya jadwal Menteri di akhir tahun 2014. Sedangkan bahan
sidang BKPRN II telah terkumpul melalui surat permohonan penyampaian data kepada K/L
selama 5 tahun.
Jika merujuk pada Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN, bahan sidang BKPRN harus tersedia
paling lambat 6 (enam) hari kerja sebelum hari pelaksanaan Sidang. Hal ini sulit terlaksana
karena waktu penyelenggaraan Sidang BKPRN sangat fleksibel (mengingat padatnya kegiatan
pada tingkatan Menteri). Selain itu kesepakatan penyelenggaraan sidang BKPRN setidaknya dua
kali setahun perlu dievaluasi kembali, mengingat padatnya jadwal Menteri untuk agenda lain
yang lebih diprioritaskan. Penyusunan agenda dan bahan sidang BKPRN berkaitan erat dengan
waktu penyelenggaraan Sidang BKPRN.Untuk itu, diusulkan Sidang BKPRN perlu menjadi
agenda rutin Menteri anggota BKPRN terutama Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN agar
pelaksanaan koordinasi penyelenggaraannya lebih mudah dan tepat waktu.
P.
Sebagai agenda rutin BKPRN, diselenggarakan dua kali Rapat Kerja Regional BKPRN pada tahun
2014. Keikutsertaan dalam rakereg ini menjadi salah satu rencana kerja dari Sekretariat
BKPRN, dimana Sekretariat BKPRN telah mengikuti Rakereg BKPRN Wilayah Barat pada 22-24
Juni 2014 di Bandung dan juga Rakereg BKPRN Wilayah Timur telah pada 3-5 September 2014
di Surabaya. Meskipun terlaksana sesuai dengan target yaitu dua kali, pelaksanaan Rakereg II
mundur dari jadwal yang ditentukan SOP pada bulan Mei. Dalam Rakereg BKPRN 2014 kali ini
Pada tahun 2014, Sekretariat BKRPRN menginisiasi penyusunan regulasi Pengelolaan Ruang
Udara Nasional. Insiasi ini didasari oleh adanya amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dimana dalam Pasal 6 ayat (5) disebutkan bahwa ruang laut dan ruang udara,
pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri. Sebelumnya telah dilakukan
penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional
(RUU PRUN) oleh LAPAN pada tahun 2006, namun penyusunan RUU PRUN ini masih mengacu
kepada UU Penataan Ruang sebelumnya yaitu UU No. 24 Tahun 1992. Karena itu perlu adanya
penyesuaian dengan substansi UU Penataan Ruang yang baru.
Dalam rangka meningkatkan fungsi koordinasi publikasi informasi di bidang penataan ruang,
Sekretariat BKPRN mencanangkan fasilitasi kegiatan sosialisasi terintegrasi lintas K/L. Sebagai
langkah awal fasilitasi, telah disusun KAK Acara Sosialisasi Terintegrasi BKPRN yang
ditindaklanjuti dengan penyampaian surat permohonan materi kepada 3 K/L yang akan mengisi
kegiatan sosialisasi terintegrasi yaitu Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, serta Kementerian Pertanian tertanggal 9 Juni 2014. Namun, K/L yang
menyampaikan materi terkait sosialisasi terintegrasi hanya Kementerian Lingkungan Hidup.
Belum teralokasikannya anggaran untuk sosialisasi pada tiap K/L terkait menjadi kendala
utama belum terselenggaranya sosialisasi terintegrasi.Menyikapi kondisi tersebut, sebagai
rekomendasi, diusulkan perlunya dukungan anggota BKPRN terkait aspek pendanaan dan
persiapan teknis lainnya. Apabila disepakati oleh seluruh anggota BKPRN, kegiatan ini dapat
dimasukan pada Renstra K/L dan RAB tahun 2015.
C.
Pada tahun 2014 ini, Sekretariat BKPRN memfasilitasi pelaksanaan kegiatan diseminasi KLHS
dalam forum BKPRN.Kegiatan fasilitasi ini didasari adanya kebutuhan untuk memahami lebih
mendalam mengenai KLHS terutama jika dikaitkan dengan penataan ruang, dikarenakan masih
minimnya informasi terkait KLHS yang diketahui oleh K/L anggota BKPRN lainnya.Pelaksanaan
deseminasi KLHS dilaksanakan melalui Rakor BKPRN Es. II pada 2 April 2014 bertempat di
Tanggal 8 November diperingati sebagai Hari Tata Ruang Nasional. Sehubungan dengan hal
tersebut, Sekretariat BKPRN telah mengikuti rangkaian kegiatan Hari Tarunas 2014 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dimana puncak peringatan
diselenggarakan di TMII pada tanggal 9 November 2014. Adapun bentuk dukungan Sekretariat
BKPRN dalam peringatan Hari Tata Ruang Nasional Tahun 2014 ini berupa: (1)
Penyelenggaraan Rapat Teknis BKPRN pada tanggal 27 Okt dengan agenda Review Status
Persiapan Kegiatan Sosialisasi Bersama dan konfirmasi hal teknis lainnya; (2) Pemasangan
spanduk di lingkungan Bappenas; dan (3) Membantu koordinasi terkait kegiatan Sosialisasi
Bersama antar K/L anggota BKPRN.
Sebagai evaluasi umum, penyelenggaraan Hari Tata Ruang Nasional Tahun 2014 ini tidak
memiliki kejelasan susunan kepantitian dankonsep acara.Selain itu tidak adanya kejelasan
deskripsi pembagian tugas dalam susunan kepanitian dan komitmen pendanaan setiap K/L
khususnya dalam acara Sosialisasi Bersama. Kedepan, perlu disusun konsep acara dan kejelasan
pembagian tugas kepanitiaan rangkaian acara Hari Tarunas (jika kepanitiaannya akan dibagi
rata kepada seluruh anggota BKPRN) sehingga penyelenggaraannya lebih terorganisir.
E.
Dalam rangka harmonisasi undang-undang bidang penataan ruang, pada tahun 2014
Sekretariat BKPRN mencoba untuk melakukan kajian pelaksanaan UU bidang penataan ruang
terhadap implementasi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pada tahun 2014,
kajian harmonisasi UU ini dibatasi 5 UU, yaitu: (1) UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No.1 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; (2) UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan; (3) UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan; (4) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara; dan (5)
UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Sebagai langkah awal pelaksanaan kajian, telah disusun daftar potensi disharmoni terhadap
pelaksanaan UU bidang Penataan Ruang dan keterkaitannya dengan pelaksanaan UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.Namun demikian, hasil desk study yang dilakukan belum
memberikan rekomendasi konkrit terhadap penyelesaian, masih terbatas pada tahapan
identifikasi potensi disharmoni.Oleh karena itu direkomendasikan agar kegiatan ini dilanjutkan
pada tahapan mengkonfirmasi hasil potensi disharmoni kepada K/L terkait sehingga hasil
kajian mampu memberikan usulan penyelesaian permasalahan secara lebih konkrit.
G.
Sebagai badan yang berperan dalam melakukan koordinasi lintas sektor, BKPRN melalui
Sekretariat BKPRN melakukan fasilitasi di bidang penataan ruang terkait dengan pemanfaatn
ruang yang bersifat lintas sektor, salah satunya fasilitasi pengenalan geopark dalam tata
ruang.Pelaksanaan kegiatan ini didasarkan pada adanya permintaan dari Badan Geologi,
Kementerian ESDM untuk mengadakan sosialisasi terkait dengan geopark, mengingat konsep
pengembangan ini semakin marak berkembang di Indonesia.
Kegiatan fasilitasi dilaksanakan pada tanggal 12 November 2014 dengan mengundang K/L
terkait. Dalam pertemuan tersebut disepakti beberapa hal, diantaranya: (1) Diperlukan payung
Selain fasilitasi pengenalan geopark, pada tahun 2014 Sekretariat BKPRN juga memfasilitasi
penyelenggaraan Sosialisasi Smart PlanningApproach dan Keterkaitannya dengan Penataan
Ruang.Fasilitasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap permintaan dari Dana Mitra
Lingkungan (DML).Kegiatan sosialisasi diselenggarakan pada 27 November 2014. Adapun yang
dimaksud dengan Smart Planning Approach adalah konsep masa depan yang fokus pada
keterbukaan informasi. Berdasarkan pembahasan dalam kegiatan sosialisasi, disepakati bahwa:
(1) Masih perlu digali keterkaitan smart planning approach dengan penataan ruang terutama
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sistem informasi pemantauan perizinan; dan (2)
Pemda Kota Semarang mengindikasikan kebutuhan pendampingan untuk menyusun tahapan
konkrit dalam mengembangkan smart planning approach. Menindaklanjuti pertemuan tersebut,
tim dari DML akan melakukan pertemuan dengan Sekretariat BKPRN untuk membahas lebih
lanjut mengenai keterkaitan smart planning approach dengan penataan ruang.
J.
BKPRN telah terbentuk sejak tahun 1989 dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 57
tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.Dengan keberadaannya yang telah
menginjak 25 tahun, patut dilakukan review terhadap pelaksanaan peran dan kelembagaan
BKPRN. Di sisi lain, terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang dengan salah satu tusi
koordinasi di bidang penataan ruang juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk
dilakukannya review. Dalam rangka menginisiasi review tersebut, Sekretariat BKPRN melakukan
Pilot Survei Penjajakan Ekspektasi BKPRN ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 22-24
Desember 2014. Pemilihan Provinsi NTB sebagai lokasi survei didasarkan pada penilaian
Kementerian Dalam Negeri terhadap keberjalanan BKPRD di Prvinsi NTB yang dipandang baik
dan cukup aktif dalam pelaksanaan penataan ruang di daerah.
Survei dilaksanakan menggunakan metoda Focus Group Discussion (FGD) dengan BKPRD
Provinsi NTB (termasuk di dalamnya uji coba kuisioner), dengan fokus pembahasan pada: (1)
Review pelaksanaan peran BKPRN dari sudut pandang BKPRD; dan (2) Ekspektasi peran dan
fungsi kelembagaan BKPRN serta keterkaitannya dengan BKPRD (paska terbentuknya
Kementerian Agraria dan Tata Ruang).
Pembahasan dalam FGD tersebut menghasilkan kesimpulan: (1) BKPRN telah melaksanakan
fungsi yang diemban namun belum optimal diantaranya lambatnya proses penetapan RPerpres
KSN Rnjani dan belum adanya pedoman penyusunan RTRW Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Berdasarkan tugas pokok Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria untuk menyelenggarakan
fungsi koordinasi dan sinkronisasi serta perumusan kebijakan yang diperlukan dalam
pelaksanaan reforma agraria nasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga terkait,
disusunlah rencana kerja 2014 sebagaimana berikut.
Tabel 2.16 Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN Tahun 2014
No
Kegiatan
2014
7
10
11
12
Kegiatan
2014
7
10
11
12
2.5.2
Sasaran strategis kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2014 adalah
terlaksananya program-program pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan sesuai
dengan rencana, dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) 5 yaitu presentase kesesuaian kajian
pendukung perencanaan, pemantauan, dan evaluasi dengan lingkup Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan. Berdasarkan sasaran strategis dan indikator tersebut, maka presentase dinilai
berdasarkan kesesuaian kegiatan koordinasi strategis reforma agraria nasional dengan arah
kebijakan pada dokumen White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional.Pencapaian
kesesuaian kegiatan koordinasi strategis reforma agraria nasional memenuhi target yaitu
100%, karena substansi kegiatan koordinasi strategis reforma agraria nasional yang meliputi
fokus prioritas/isu strategis, substansi inti/arahan kebijakan, sasaran, dan indikator kerja
merupakan penjabaran serta merupakan prakondisi dan tahapan pencapaian arah kebijakan
pada dokumen White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional.
A.
Sistem publikasi tanah yang dianut oleh Indonesia saat ini adalah sistem pendaftaran tanah
publikasi negatif atau dikenal juga dengan sistem stelsel negatif, sistem ini teridentifikasi tidak
dapat memberikan kepastian hukum bagi pemilik sertipikat atau pemilik hak atas tanah karena
masih terdapat peluang pembatalan hak atas tanah akibat pemberian hak yang tumpang tindih.
Dalam sistem stelsel negatif negara tidak menjamin kebenaran informasi yang tercantum di
dalam sertipikat hak atas tanah.Informasi dianggap benar sampai terbukti sebaliknya.
Untuk meningkatkan kepastian hukum diperlukan perubahan sistem pendaftaran tanah
nasional dari sistem pendaftaran tanah stelsel negatif menuju sistem pendaftaran tanah stelsel
positif.Pada sistem stelsel positif setiap informasi dijamin kebenarannya oleh negara sehingga
jika terjadi kesalahan informasi yang dilakukan oleh negara, negara sebagai bentuk tanggung
jawabnya mengganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan.Data dan informasi dalam sistem
stelsel positif dijamin kebenarannya oleh Negara. Oleh karena itu, perlu adanya validasi dan
evaluasi kesiapan data dan informasi terkait beberapa prakondisi bidang pertanahan sebelum
beranjak menuju sistem stelsel positif.Beberapa prakondisi tersebut, diantaranya adalah
Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Luar Kawasan Hutan, Cakupan Bidang Tanah Bersertipikat,
dan tata batas kawasan hutan.
Perubahan sistem pendaftaran tanah stelsel positif dapat dilakukan apabila ketersedian
Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Luar Kawasan Hutan dan Cakupan Wilayah yang
Bersertifikat telah mencapai 80% dari luas wilayah Indonesia di luar kawasan hutan. Dengan
demikian diperlukan upaya untuk menyusun rencana identifikasi sebaran lokasi ketersediaan
peta pertanahan dan cakupan wilayah yang telah bersertifikat. Bebeberapa langkah yang
diperlukan untuk mencapai pre-requisitecondition perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi
Kebijakan redistribusi tanah dan access reform atau yang lebih dikenal sebagai reforma agraria
merupakan kebijakan yang dirancang oleh Pemerintah untuk mengurangi ketimpangan
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan reforma agraria merupakan amanat
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945, Pasal 33 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat; kemudian
lebih lanjut UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria bahwa negara
menjamin hak-hak masyarakat atas bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya; serta TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam yang selanjutnya menetapkan prinsip-prinsip dan arah kebijakan
pembaruan agraria dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Pelaksanaan reforma agraria telah dilaksanakan sejak tahun 1961 hingga saat ini, namun pada
periode tersebut pelaksanaan reforma agraria dinilai belum berhasil dilaksanakan karena pada
tahun 1960-1963 baru dilakukan studi persiapan, dengan uji coba (pilot project) pada skala
kecil pada Tahun 1964-2965 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pelaksanaan
redistribusi tanah tersebut terhenti pada Tahun 1965 karena terjadi tragedi G 30 S PKI.
Beberapa kendala dalam pelaksanaan reforma agraria diantaranya: (1) Kelangkaan sumber
tanah objek landreform (TOL) dimana sebagian besar tanah berasal dari tanah kawasan hutan
yang dapat dikonversi dan tanah terlantar; (2) Pengukuran kadastral dan identifikasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) belum mencakup seluruh
wilayah Indonesia; (3) Data subjek (by name by address) penerima redistribusi tanah yang
belum tersedia dengan baik; dan (4)Pelaksanaan reforma agraria hanya dilakukan sebatas
pemberian tanah atau yang lebih dikenal dengan redistribusi tanah, sehingga beberapa
masyarakat penerima tanah tersebut yang sangat miskin tidak memiliki potensi dan akses
terhadap sumberdaya yang cukup untuk mengolah dan memanfaatkan tanah tersebut.
Reforma agraria melalui redistribusi tanah yang dilaksanakan oleh BPN (Badan Pertanahan
Nasional) perlu dilengkapi dengan kegiatan pemberdayaan (access reform) sehingga
masyarakat yang sangat miskin sekalipun dapat mengelola lahan dengan memanfaatkan
program pemberdayaan sebagai modal.Penyediaan access reform sebagai pelengkap dari
Kasus dan sengketa terkait dengan bidang pertanahan di Indonesia sejauh ini dapat
diselesaikan melalui 3 jalur pengadilan berbeda, diantaranya melalui Pengadilan Umum,
Pengadilan Tata Usaha dan Pengadilan Agama. Keseluruhan pengadilan tersebut secara teknis
dapat melakukan acara peradilan terhadap kasus dan sengketa pertanahan yang sama namun
diputuskan dengan keputusan yang berbeda. Hal ini menyebabkan proses peradilan berjalan
lebih panjang dan tidak memberikan kepastian hukum dalam penyelesaian kasus pertanahan.
Mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan upaya mendasar di sektor kebijakan
untuk menyelesaikan permasalahan pertanahan pada acara peradilan dengan memperhatikan
praktek yang dilakukan selama ini. Secara logis Indonesia seharusnya memiliki pengadilan
pertanahanan dengan beberapa kriteria teknis seperti: (i) Pelibatan hakim khusus yang
menguasai permasalahan teknis pertanahan; (ii) Pembatasan jenis pengadilan bagi
penyelesaian kasus pertanahan;dan (iii) Pembatasan banding yang boleh dilakukan.
Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di Pengadilan Negeri menjadi salah satu arah
kebijakan dalam Draft Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan.Dalam
draft rancangan tersebut juga ditargetkan penyusunan pembentukan peraturan perundangan
dalam rangka Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di Pengadilan Negeri, sehingga perlu
dilakukan identifikasi.Untuk menyepakati hal tersebut dilakukan rapat dengan stakeholder
terkait untuk menyepakati kebutuhan tersebut.
Namun muncul sebuah pemikiran baru yang disepakati dalam forum bahwa pembentukan
kamar khusus pertanahan tidak perlu dilakukan, hal ini dikarenakan 70% kasus perdata yang
ada di Indonesia merupakan kasus pertanahan. Sehingga apabila dibentuk kelembagaan baru
untuk menangani hal tersebut yang harus diperkuat dengan penguatan SDM akan
membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk meningkatkan pencapaian penyelesaian kasus
pertanahan yang terjadi maka dilakukan optimalisasi pada program penyelesaian kasus dan
sengketa pertanahan BPN. Selain itu akan dilakukan optimalisasi terhadap pelatihan dan
pembekalan materi pertanahan terhadap Hakim dan Jaksa untuk peningkatan penyelesaian
sengketa dan kasus pertanahan.
D.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) secara umum memiliki tugas dan fungsi pokok sebagai
instansi pemerintah yang melakukan penataan dan pengelolaan bidang pertanahan di seluruh
wilayah Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Wilayah
kewenangan BPN meliputi wilayah nasional daratan bukan hutan seluas kurang lebih
65.051.051 Ha (BIG, Tahun 2013).Sebagai instansi vertikal, BPN memiliki Kantor Wilayah di 34
Provinsi dan Kantor Pertanahan di 539 Kabupaten/Kota, sehingga dalam melaksanakan seluruh
program dan kebijakan pengelolaan pertanahan diperlukan dukungan sumber daya manusia
bidang pertanahan yang memadai baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Pada Tahun 2014 teridentifikasi BPN RI memiliki jumlah SDM (pegawai negeri sipil) sebanyak
19.493 orang, dengan rincian 3.013 orang merupakan juru ukur atau 15% dari total SDM BPN
dan 16.480 orang merupakan non juru ukur atau 85% dari total SDM BPN. Selain itu
teridentifikasi pula pada Tahun 2014 jumlah penerimaan SDM BPN RI sebanyak 513 orang yang
Persiapan dan pengumpulan data informasi dilaksanakan dengan target tersusunnya dokumen
rencana kerja koordinasi strategis reforma agraria nasional 2014. Penyusunan rencana kerja
koordinasi strategis reforma agraria nasional 2014 dilakukan dengan melakukan review dan
evaluasi pada pelaksanaan koordinasi strategis reforma agraria pada tahun anggaran
sebelumnya (TA. 2013). Review dan evaluasi tersebut menghasilkan rencana kerja koordinasi
strategis reforma agraria nasional 2014 yang terdiri dari beberapa kegiatan yang mendukung 4
rencana kebijakan dan 2 kegiatan koordinasi lintas sektor dan daerah, dengan rincian sebagai
berikut:(i) Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Stelsel Positif; (ii) Kebijakan Redistribusi Tanah
dan Access Reform; (iii) Kebijakan Pengadilan Tanah; (iv) Kebijakan Sumber Daya Manusia
Bidang Pertanahan; (v) Koordinasi Lintas Sektor : Sertipikasi Tanah Transmigrasi; dan (vi)
Koordinasi Lintas Sektor : Program Agraria Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Penyusunan
hingga finalisasi rencana kerja dilakukan hingga Bulan April karena dokumen rencana kerja
harus disepakati terlebih dahulu oleh seluruh anggota tim sebelum disampaikan kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional sebagai pengarah.
Dalam rangka meningkatkan kepastian hukum atas tanah diperlukan perubahan sistem
pendaftaran tanah nasional dari sistem publikasi negatif menjadi sistem publikasi posifit. Pada
sistem publikasi positif setiap informasi dijamin kebenarannya oleh negara, bahkan jika terjadi
kesalahan informasi yang telah dijamin maka negara akan mengganti kerugian kepada pihak
yang dirugikan tersebut. Perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi publikasi positif
diperkirakan dapat dilakukan dengan beberapa syarat dan asumsi, diantaranya adalah
terpenuhinya jumlah luasan keseluruhan wilayah Indonesia yang telah dipetakan dalam peta
dasar pertanahan dan jumlah luasan wilayah Indonesia yang bersertipikat hingga mencapai
80%.Dalam rangka memantau jumlah luasan wilayah Indonesia yang telah dipetakan dalam
peta dasar dan jumlah luasan bidang tanah yang telah bersertipikat maka dilakukan pembaruan
cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang tanah bersertipikat.
Pembaruan cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang tanah bersertipikat memiliki
tahapan kegiatan sebagai berikut:(i) Pengumpulan data dan informasi peta dasar pertanahan
dan bidang tanah bersertipikat; (ii) Penyusunan data dan informasi; (iii) Verifikasi data dan
informasi; dan (iv) Penyepakatan dan penandatanganan peta cakupan peta dasar dan bidang
tanah bersertipikat. Target dari pembaruan cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang
tanah bersertipikat adalah penyepakatan dan penandatanganan peta cakupan peta dasar
pertanahan dan bidang tanah bersertipikat. Capaian pelaksanaan pembaruan cakupan peta
dasar pertanahan dan cakupan bidang tanah bersertipikat pada Tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
Data spasial cakupan peta dasar pertanahan seluas 25,74 juta hektar (13,62% dari luas
NKRI seluas 189,07 juta hektar);
Cakupan peta dasar di luar kawasan hutan (kawasan budidaya) seluas 14,96 juta hektar
(23,26% dari luas kawasan budidaya NKRI yaitu 64,32 juta hektar);
Jumlah bidang tanah bersertipikat yang telah terdigitasi Geo Komputerisasi Kantor
Pertanahan (KKP) seluas 92,42 juta hektar (14,11 % dari luas wilayah budidaya NKRI).
Evalusi pelaksanaan pembaruan cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang tanah
bersertipikat adalah:
Data dan informasi mengenai bidang tanah bersertipikat yang diberikan oleh Pusdatin
BPN, tidak semuanya dapat diolah karena terdapat beberapa bidang yang terdigitasi
memiliki proyeksi salah dan tidak sesuai;
Data dan informasi (citra) untuk pemetaan dasar pertanahan yang tersedia di LAPAN
sebagian besar merupakan kawasan hutan sehingga tidak dapat digunakan BPN sebagai
dasar peletakan bidang tanah yang telah disertipikasi.
Rekomendasi dari pelaksanaan pembaruan cakupan peta dasar pertanahan dan cakupan bidang
tanah bersertipikat adalah:
Pembaruan cakupan peta dasar pertanahan pada Tahun 2015;
Pembaruan cakupan peta wilayah bersertipikat pada Tahun 2015.
C.
Terkait dengan perubahan sistem pendaftaran tanah publikasi negatif menjadi sistem
pendaftaran tanah publikasi positif, sebagai konsekuensi logis penjaminan kebenaran informasi
Kebijakan redistribusi tanah dan access reform atau yang lebih dikenal sebagai reforma agraria
merupakan kebijakan yang dirancang oleh Pemerintah untuk mengurangi ketimpangan
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Reforma agraria melalui redistribusi tanah yang
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) perlu dilengkapi dengan kegiatan
pemberdayaan (access reform) sehingga masyarakat yang sangat miskin sekalipun dapat
mengelola lahan dengan memanfaatkan program pemberdayaan sebagai modal.
Kasus dan sengketa terkait dengan bidang pertanahan di Indonesia sejauh ini dapat
diselesaikan melalui 3 jalur pengadilan berbeda, diantaranya melalui Pengadilan Umum,
Pengadilan Tata Usaha dan Pengadilan Agama. Keseluruhan pengadilan tersebut secara teknis
dapat melakukan acara peradilan terhadap kasus dan sengketa pertanahan yang sama namun
diputuskan dengan keputusan yang berbeda. Hal ini menyebabkan proses peradilan berjalan
lebih panjang dan tidak memberikan kepastian hukum dalam penyelesaian kasus pertanahan.
Mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan upaya mendasar di sektor kebijakan
untuk menyelesaikan permasalahan pertanahan pada acara peradilan dengan memperhatikan
praktek yang dilakukan selama ini. Secara logis Indonesia seharusnya memiliki pengadilan
pertanahanan dengan beberapa kriteria teknis seperti (i) Pelibatan hakim khusus yang
menguasai permasalahan teknis pertanahan, (ii) Pembatasan jenis pengadilan bagi
penyelesaian kasus pertanahan, serta (iii) Pembatasan banding yang boleh dilakukan.
Koordinasi pembentukan pengadilan tanah memiliki tahapan pelaksanaan sebagai berikut:(i)
Badan Pertanahan Nasional (BPN) secara umum memiliki tugas dan fungsi pokok sebagai
instansi pemerintah yang melakukan penataan dan pengelolaan bidang pertanahan di seluruh
wilayah Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Wilayah
kewenangan BPN meliputi wilayah nasional daratan bukan hutan seluas kurang lebih
65.051.051 Ha (BIG, Tahun 2013).
Sebagai instansi vertikal, BPN memiliki Kantor Wilayah di 34 Provinsi dan Kantor Pertanahan di
539 Kabupaten/Kota, sehingga dalam melaksanakan seluruh program dan kebijakan
pengelolaan pertanahan diperlukan dukungan sumber daya manusia bidang pertanahan yang
memadai baik dalam kualitas maupun kuantitas. Penyepakatan proporsi SDM Bidang
Pertanahan memiliki tahapan pelaksanaan sebagai berikut:(i) penyepakatan proporsi ideal SDM
bidang pertanahan; dan (ii) penyepakatan mekanisme penyediaan SDM bidang pertanahan.
Target yang dicapai dalam pelaksanaan penyepakatan proporsi SDM bidang pertanahan adalah
kesepakatan proporsi SDM bidang pertanahan.Pada tahun anggaran (TA) 2014 telah dicapai
kesepakatan bahwa dalam 10 tahun mendatang proporsi juru ukur berbanding non juru ukur
adalah 40:60. Evaluasi dari pelaksanaan penyepakatan proporsi SDM bidang pertanahan
adalah:
Kegiatan sertipikasi tanah transmigrasi merupakan bagian dari pelaksanaan sertipikasi lintas
K/L. Pelaksanaan sertipikasi lintas K/L yang memiliki fokus pada tanah transmigrasi belum
berjalan optimal karena beberapa permasalahan sebagai berikut:(i) Peraturan perundangundangan yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukannya sertipikasi pada tanah
transmigrasi yang dilakukan sebelum Tahun 1998; (ii) Minimnya data dan kelengkapan
persyaratan untuk pelaksanaan sertipikasi; dan (iii) Permasalahan tanah transmigrasi di
kawasan hutan. Koordinasi lintas sektor dan daerah terkait dengan sertipikasi tanah
transmigrasi memiliki tahapan pelaksanaan sebagai berikut:(i) penyepakatan alternative
diskresi tanah transmigrasi; dan (ii) penyusunan roadmap pembentukan diskresi sertipikasi
tanah transmigrasi.
Target dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya roadmap pembentukan diskresi
sertipikasi tanah transmigrasi.Hingga akhir Tahun 2014 tidak berhasil menyepakati alternatif
diskresi maupun mengidentifikasi data objek by name by address. Evaluasi dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah:
Berdasarkan rapat koordinasi yang telah dilaksanakan dengan pihak Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Hukum dan HAM, Badan Pertanahan
Nasional, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, usulan diskresi belum dapat
disepakati dan diterima.
Menindaklanjuti tidak disepakatinya alternatif diskresi maka dilaksanakan rapat
koordinasi dengan Direktorat Perkotaan dan Perdesaan untuk melaksanakan klasifikasi
permasalahan tanah transmigrasi by name by address.
Hingga ahir tahun 2014 tidak berhasil didapatkan data dan informasi klasifikasi
permasalahan tanah transmigrasi by name by address, data dan informasi yang didapat
adalah klasifikasi permasalahan tanah transmigrasi secara garis besar.
Rekomendasi dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Pelaksanaan percepatan sertipikasi tanah transmigrasi dapat dilakukan dengan
alternatif sebagai berikut:(i) Peraturan Menteri Bersama tentang Tata Cara
Penyelesaian Penguasaan Tanah yang Berada di dalam Kawasan Hutan; dan (ii) Diskresi
atau pengecualian syarat-syarat tertentu untuk proses pelaksanaan sertipikasi pada
tanah-tanah transmigrasi yang dilakukan sebelum Tahun 1998;
Pelaksanaan koordinasi perlu melibatkan Kementerian Kehutanan khususnya untuk
permasalahan sertipikasi tanah tranmigrasi yang berada pada kawasan hutan.
Program Agraria Daerah (PRODA) merupakan program bantuan pemerintah daerah untuk
warga di wilayahnya yang memiliki lahan tetapi belum memiliki sertipikat.Bantuan ini
menggunakan alokasi anggaran APBD yang diperuntukan bagi mereka yang kurang mampu
atau berpenghasilan rendah.Salah satu daerah yang memiliki program tersebut adalah Provinsi
Kalimantan Timur.
Kegiatan PRODA di Provinsi Kalimantan Timur difokuskan pada sertipikasi lahan pertanian,
untuk mengembangkan usaha pertanian di Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan ini telah
dimulai sejak Tahun 2011, pada Tahun 2012 PRODA dilaksanakan di 10 Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur, namun pada Tahun 2013 kegiatan ini terhenti karena terkendala beberapa
masalah.
Tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: (i) Koordinasi pembahasan permasalahan; dan
(ii) Pemantauan kegiatan pra sertipikasi. Target dari kegiatan tersebut adalah tercapainya
target kegiatan sertipikasi tanah melalui mekanisme PRODA di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2015. Hasil yang telah dicapai adalah:
Tercapainya kesepakatan target sertipikasi PRODA pada Tahun 2015 sebesar 921
bidang.
Terdapat 6 Kabupaten yang berpartisipasi pada kegiatan sertipikasi PRODA yaitu :
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Evaluasi kegiatan tersebut adalah:
Terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan PRODA yaitu : (i) Keterbatasan juru
ukur yang ada di kantor wilayah BPN baik di kabupaten maupun di provinsi; (ii) Belum
disepakatinya mekanisme pengalokasian anggaran kegiatan sertipikasi apakah
menggunakan Bantuan Keuangan (Bankeu), hibah, atau kerjasama dngan instansi pusat;
dan (iii) Kriteria subjek dan objek sertipikasi tanah tidak jelas (tidak cleanandclear).
Data target sertipikasi PRODA Tahun 2015 telah teridentifikasi dalam format by name by
address.
Penetapan target bidang yang disepakati sebagai target PRODA 2015 disepakati dan
ditandatangani oleh Bappeda dan atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang
menyampaikan target dilengkapi dengan tanda tangan Asisten 1 Bidang Pemerintah
Setda Provinsi Kalimantan Timur.
Rekomendasi dari kegiatan tersebut adalah:
Perlu disusun petunjuk teknis (Juknis) yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
sertipikasi adalah untuk kawasan pertanian dan tidak berdasarkan pada subjek
(penerima)
Perlu diadakan seminar pelaksanaan PRODA dengan narasumber Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur, untuk mendorong pelaksanaan PRODA pada provinsi lainnya.
I.
2.6 Realisasi Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014
2.6.1
Pencapaian
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan bidang tata ruang dan pertanahan Tahun
Anggaran 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) mempunyai 6 (enam) kegiatan
yaitu:
1. Kajian Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan;
2. Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Bidang Penyelenggaraan
Penataan Ruang dan Reforma Agraria;
3. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Bidang Penyelenggaraan Penataan
Ruang dan Reforma Agraria;
4. Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan) Tata Ruang dan Pertanahan;
5. Koordinasi Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN); dan
6. Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (RAN).
Dalam Tahun Anggaran 2014, Direktorat TRP mempunyai anggaran sebesar Rp. 4.190.409.000,(rincian kegiatan dan besaran anggaran terlampir). Pada bulan Juli 2014, terjadi penghematan
anggaran sebesar Rp. 170.779.000,- sehingga total anggaran Direktorat TRP berubah menjadi
sebesar Rp. 4.019.630.000,-.
Berdasarkan target dan realisasi penyerapan anggaran dari tahun 2013 sampai dengan 2014,
Direktorat TRP merupakan direktorat yang telah mencapai target dan realisasi tertinggi di
lingkungan Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Hal ini dapat dilihat
dalam perbandingan realisasi penarikan (pencairan) anggaran seperti Gambar 2.7 di bawah ini.
100
78
75
80
63
60
38
40
20
0
01
53
Jan
Feb
1715
11 12
Mar
April
9999
83
59
44
40
46
Juli
Agust Sept
2013
42
2014
28
2324
Mei
Juni
Okt
Nov
Des
100
90
80
68.5
60
40
20
0
19.5
11
1
12
26
30
42.5
38
46
40
56
42
59
79
77
100
99
83
% Rencana
% Realisasi
24
15
Gambar 2.8 Grafik Rencana dan Realisasi Anggaran Direktorat TRPTahun Anggaran
2014
Pencapaian tertinggi tersebut merupakan kontribusi dari masing-masing kegiatan yang cukup
baik serta kerja keras dari seluruh staf dengan dukungan pimpinan dalam hal ini Direktur
dalam melaksanakan semua kegiatan secara konsisten, terencana dan dapat
dipertanggungjawabkan secara administrasi keuangan. Tahun 2014 ini, Direktorat TRP
mencapai realisasi sebesar 99% atau sebesar Rp. 3.968.759.335,-.
Secara keseluruhan pencapaian kegiatan di Direktorat TRP telah dilaksanakan dengan baik
dimana setiap kegiatan dalam menyusun rencana dan target kegiatan menyesuaikan
ketersediaan alokasi anggaran dan jadwal penarikan anggaran yang ditetapkan. Namun
Evaluasi
Untuk mendukung kegiatan yang sudah ditetapkan, Direktorat TRP telah melaksanakan
pengukuran kinerja dari setiap kegiatan sebagai bagian akuntabilitas pertanggungjawaban
kinerja pelaksanaan kegiatan.IKU pada Tahun 2014, merupakan turunan dari sasaran strategis
yang dimiliki oleh Kementerian Bappenas dengan 7 (tujuh) IKU serta target yang telah
ditetapkan (seperti telah dijelaskan pada Sub Bab 1.2).Pengukuran hasil kegiatan yang terkait
dengan pencapaian dari penggunaan anggaran ini merupakan salah satu pertanggungjawaban
akuntabilitas keuangan direktorat dan sebagai evaluasi untuk pelaksanaan anggaran pada
tahun berikutnya.Terkait dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut, telah dilakukan
perhitungan pencapaian anggaran yang dikaitkan dengan IKU tersebutsebagaimana tertuang
pada Tabel 2.17 dibawah ini.
Nama Kegiatan
IKU
Pagu
Realisasi
Sisa anggaran
Pencapaian
(target) (%)
Anggaran
1.
4.
5.
6.
2.
3.
TOTAL
560.000.000
559.227.300
772.700
100%
2,3,4
79.415.000
79.413.375
1.625
100%
106.439.000
106.268.575
170.425
100%
125.288.000
124.568.350
719.650
99%
7, 8
2.058.488.000
2.055.394.835
3.093.165
100% (*)
1.090.000.000
1.043.886.900
54.491.200
96%
4.019.630.000
3.968.759.335
50.870.665
100%
Catatan (*): pencapaian Anggaran memberikan kontribusi untuk kegiatan operasional Direktorat di bidang Tata Ruang.
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Rekomendasi
Menjelang akhir Tahun Anggaran 2014, ada beberapa kegiatan Prioritas dari Kementerian
PPN/Bappenas diantaranya:
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam rangka
Penyusunan Rancangan Akhir RPJMN 2015 -2019 (Musrenbang RPJMN 2015 -2019)
Finalisasi Penyusunan RPJMN 2014
Penelaahan Rancangan Teknokratik Renstra K/L
Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur Perencana Pemerintah Pusat
dan Daerah
Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka proses percepatan penarikan anggaran pun perlu
dilakukan sebelum Desember 2014. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya:
a. Menyegerakan melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan
memperhatikan efiesiensi dan efektifitas;
b. Tidak melaksanakan kegiatan yang menurut jadwal waktu sudah tidak efektif untuk
dilaksanakan; serta
c. Melakukan pencairan anggaran (UP, TUP, GUP) secara tepat waktu, sehingga tidak
terjadi penumpukan pengajuan berkas ke KPPN di akhir tahun anggaran.
Oleh karena itu, Direktorat TRP juga telah melakukan beberapa hal sebagai tindak lanjut dan
bentuk pertanggungjawaban administrasi keuangan selama tahun anggaran 2014 diantaranya:
a. Menyiapkan dan menyelesaikan semua berkas termasuk proses UP, TUP dan GUP
(Nihil);
b. Penyiapan dokumen pelaksanaan semua kegiatan dalam rangka pemeriksaan awal baik
internal maupun eksternal;dan
c. Menyusun Laporan Akhir setiap kegiatan yang telah dilaksanakan.
2.7 Pencapaian dan Evaluasi Umum Rencana Kerja Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan 2014
Secara umum, pencapaian rencana kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan jika dikaitkan
dengan IKU adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 2.18 berikut ini.
Sasaran
Tercapainya
perencanaan yang
terintegrasi, sinkron
dan sinergis
antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi
pemerintah dengan
penganggarannya
2
3
4
5
Terlaksananya
program program
pembangunan
Bidang TRP sesuai
dengan rencana
Meningkatnya peran
Kementerian
PPN/Bappenas
terkait koordinasi
kebijakan
pembangunan
nasional lainnya
Kegiatan
100
Direktorat
TRP
100
100
100
100
100
80
92,06
87
97,12
50
73
46
100
100
100
100
100
100
100
60
100
100
100
100
86,67
86,67
50
47,5
47,5
Indikator
1
Target
(%)
RAN
-
Koordinasi penyusunan
perencanaan Bidang Tata
Ruang dan Pertanahan
Koordinasi strategis
Sekretariat BKPRN
2.8 Absensi Staf Non-PNS Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014
Secara keseluruhan absensi staf non-PNS Direktorat TRP telah dilaksanakan dengan baik,
dimana setiap staf harus hadir dibawah jam 10.00 WIB, jam kehadiran harus mencapai minimal
8,5 jam/hari, dan setiap karyawan dapat mengambil cuti maksimal 12 kali/tahun. Rata-rata
kehadiran karyawan non-PNS setiap harinya sudah melampaui angka minimal yang ditentukan.
Berikut adalah gambaran pencapaian absensi karyawan non-PNS yang dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok (staf dan non-staf) dalam rata-rata setiap bulannya yang telah melebihi 8,5 jam/hari.
Tabel daftar rata-rata kehadiran karyawan non-PNS tahun 2014.
Tabel 2.19Rata-Rata Kehadiran Karyawan Non-PNS Tahun 2014
KaryaJumlah
wan
(orang)
Staf
16
Non5
staf
Rata-rata
1
10.74
2
10.63
3
10.35
4
9.95
5
9.69
(I) Bulan/Jam
6
7
8
9.66
9.38
10.37
9
9.83
10
9.32
11
10.37
12
10.35
9.75
9.99
11.63
9.53
9.22
9.95
10.42
11.63
9.22
9.68
9.66
9.75
10.27
10.31
10.99
9.74
9.45
9.80
9.90
11.00
9.52
9.50
10.01
10.05
Realisasi absensi karyawan non-PNS dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014,
dapat dilihat pada gambar statistik dibawah ini.
14
12
Jam
10
8
6
4
Staf
Non Staf
2
0
Gambar 2.9Grafik Kehadiran Karyawan Non-PNS Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Tahun 2014
BAB 3. PENUTUP
Laporan Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 ini merupakan salah satu bentuk nyata dari monitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan di lingkup Direktorat tata Ruang dan
Pertanahan.Melalui dokumen ini dapat diketahui kegiatan strategis yang telah dilakukan dalam
menunjang kinerja capaian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan pada tahun 2014, berikut
dengan pencapaian, evaluasi dan rekomendasi. Laporanevaluasi ini diharapkan dapat
memberikan pembelajaran serta menjadi acuan bagi perencanaan kegiatan Direktorat Tata
Ruang dan Pertanahan di tahun 2015.
Secara keseluruhan seluruh unit kerja di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah
merealisasikan rencana kerja tahun 2014, serta juga melakukan kegiatan-kegiatan lain di luar
rencana kerja untuk menyikapi perkembangan. Salah satu pembelajaran penting yang patut
dicatat adalah perlunya komunikasi dan koordinasi secara intensif dengan unit kerja terkait di
bappenas dalam rangka mendukung realisasi rencana kerja maupun mencapai Indikator Kinerja
Utama (IKU).