You are on page 1of 57

BAB 1

ARTI DAN RUANG LINGKUP PERENCANAAN


Apakah Yang Dimaksud dengan Perencanaan
Definisi perencanaan yang sangat sederhana mengatakan bahwa
perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Kemudian Perencanaan dapat pula didefinisikan menetapkan suatu
tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas
dalam mencapai tujuantersebut memilih serta mentapkan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya, dapat kita katakan perencanaan ialah menetapkan suatu
tujuan setelah memperhatikan pembatas internal dan pengaruh eksternal,
memilih, serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Namun definisi ini belum memasukkan pengertian perencanaan yang rumit
karena yang diramalkan bukan faktor eksternal saja akan tetapi faktor
internalpun harus menjadi perhatian. Dengan demikian perencanaan dapat
berarti :

mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan

perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan


faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan
dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.
Dengan demikian definisi Perencanaan Wilayah adalah mengetahui dan
menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor
noncontrollable

yang

relevan,

menetapkan

tujuan

dan

menetapkan

langkah-langkah

memperkirakan

sasaran
untuk

yang

faktor-faktor

diperkirakan

mencapai

tujuan

pembatas,

dapat

dicapai,

tersebut,

serta

menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.


Berdasarkan definisi diatas, terdapat empat elemen dasar perencanaan,
yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan


4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Kaitan Perencanaan dengan Pengambilan Keputusan


Perencanaan terkait dengan penyelesaian permasalahan dimasa yang
akan datang sehingga berisikan tindakan yang akan dilakukan dimasa yang
akan datang dan dampaknya juga baru terlihat dimasa depan. Hal ini tidak
berarti perencanaan tidak memperhatikan apa yang terjadi saat ini, karena
permasalahan dimasa yang akan datang adalah produk dari apa yang terjadi
saat ini dan pengaruh dari faktor luar.
Secara singkat, pengambilan keputusan ditujukan untuk menyelesaikan
suatu masalah sedangkan perencanaan ditujukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dimasa yang akan datang. Bahwasanya tujuan dalam
perencanaan untuk menyelesaikan masalah, hanya pada umumnya masalah
bersifat jangka panjang. Oleh karena itu faktor-faktor yang harus diperhatikan
pun menjadi lebih banyak.
Urutan Langkah-langkah Dalam Perencanaan Wilayah
Langkah-langkah dalam perencanaan wilayah menurut Glasson sebagai
berikut :
1. The identification of the problem
2. The formulation of general goals and more sfecific and measurable
objectives relating to the problem
3. The identification of possible constraints
4. Projection of the future situation
5. The generation and evaluation of alternative courses of action and the
production of a refered plan, wich in generic form may include and policy
statement or strategy as well as a definitive plan.
Sedangkan untuk kebutuhan perencanaan wilayah di Indonesia perlu
diperluas lagi, setidaknya diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
2. Tetapkan visi, misi dan tujuan umum yang didasarkan pada kesepakatan
bersama,
3. Identifikasi pembatas dan kendala.
4. Proyeksikan berbagai variabel terkait.
5. Tetapkan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.
6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif.
7. Memilih alternatif yang terbaik.
8. Menyusun strategi dan dan kebijakan agar perencanaan tetap berjalan
sesuai yang diharapkan.

Mengapa Perencanaan Wilayah Diperlukan


Dalam hal perencanaan wilayah, pentingya perencanaan dikuatkan oleh
berbagai faktor sebagai berikut :
1. Potensi wilayah
2. Kemampuan

teknologi

dan

cepatnya

perubahan

dalam

kehidupan

manusia.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi dilapangan sering tidak
dapat diubah atau diperbaiki kembali.
4. Kebutuhan lahan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya.
5. Tatanan wilayah yang bersangkutan.
6. Potensi alam.

Tujuan dan Manfaat Perencanaan Wilayah


Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaatnya,
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari
berbagai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut
dimasa yang akan datang.

2. Dapat memandu atau membantu para pelaku ekonomi untuk memilih


kegiatan yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang.
3. Sebagai

bahan

acuan

bagi

pemerintah

untuk

mengndalikan

dan

mengawasi arah pertukbuhan ekonomi dan penmanfaatan lahan.


4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya.
5. Lokasi itu sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan
kegiatan haruslah bernilai tambah bagi masyarakat.

Bidang-Bidang yang Tercakup Dalam Perencanaan Wilayah


Melihat luasnya bidang yang tercakup didalam perencanaan wilayah
maka ilmu perencanaan wilayah dapat dibagi atas berbagai sub bidang
seperti berikut ini :
1. Subbidang perencanaan ekonomi sosial wilayah, dapat diperinci lagi atas :
a. Ekonomi sosial wilayah
b. Ekonomi sosial perkotaan
c. Ekonomi sosial perdesaan
2. Subbidang perencanaan tata ruang, dapat diperinci lagi atas :
a. Tata ruang tingkat nasional
b. Tata ruang tingkat provinsi
c. Tata ruang tingkat kabupaten/kota
d. Tata ruang tingkat kecamatan atau desa
e. Detailed design penggunaan lahan untuk wilayah yag lebih sempit.
3. Subbidang perencanaan khusus seperti :
a. Perencanaan lingkungan
b. Perencanaan pemukiman atau perumahan
c. Perencanaan transportasi
4. Subbidang perencanaan proyek
a. Perencanaan lokasi proyek pasar
b. Perencanaan lokasi proyek pendidikan
c. Perencanaan lokasi proyek rumah sakit

d. Perencanaan lokasi proyek real esteat


e. Perencanaan lokasi proyek pertanian
f.

Dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis Perencanaan
Dalam suatu negara terdapat berbagai jeni perencanaan tergantung
kondisi lingkungan dimana perencanaan tersebut diterapkan.
Glasson (1974) menyebutkan tipe-tipe perencanaan adalah :
1. Physical planning and economic planning
2. Allocative and innovative planning
3. Multi or single objective planning
4. Indicative or imperative planning
Di Indonesia juga dikenal jenis top-down and bottom-up planning,
vertical and horizontal planning, dan perencanaan yang melibatkan dan atau
tanpa masyarakat secara langsung.
1. Perencanaan Fisik versus Perencanaan Ekonomi
2. Perencanaan Alokatif versus Perencanaan Inovatif
3. Perencanaan Bertujuan Jamak versus Perencanaan Bertujuan Tunggal
4. Perencanaan bertujuan Jelas versus Perencanaan Bertujuan Laten
5. Perencanaan Indikatif versus Perencanaan imperative
6. Top Down versus Bottom up Planning
7. Vertical versus Horizontal Planning
8. Perencanaan

yang

melibatkan

masyarakat

Secara

Langsung

Perencanaan yang Tidak Melibatkan Masyarakat Secara langsung.

Tingkat-Tingkat Perencanaan Wilayah


1. Tingkat Perencanaan dan Sumber Dana
2. Perencanaan Wilayah Tingkat Provinsi
3. Perencanaan Wilayah Tingkat Kabupaten atau Kota
4. Perencanaan Wilayah Tingkat Kecamatan

versus

5. Perencanaan Pada Level Proyek


Kelompok Permasalah yang Dihadapi Perencanaan Wilayah
Perencanaan yang terkandung dalam perencanaan wilayah utamanya
penentuan kegiatan apa dan dimana lokasinya, dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Permasalahan Mikro
Permasalahan mikro adalah permasalahan yang berkaitan dengan
pembangunan proyek itu sendiri, baik ditinjau dari sudut pandang
pengelola maupun dari pemberi izin proyek. Permasalahan mikro dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Permasalahan teknis
b. Permasalahan manjerial (pengelolaan)
c. Permasalahan finasial (keuangan)
d. Permasalahan ekonomi
e. Permasalahan dampak lingkungan
f.

Sikap sosial masyarakat

g. Permasalahan keamanan
2. Permasalahan Makro
Permaslahan makro adalah murni permasalahan pemerintah untuk
melihat kegiatan proyek dengan program pemerintah secara keseluruhan
(makro). Dan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kesesuaian lokasi
b. Strategi pengembangan ekonomi wilayah
3. Sistem Transportasi
4. Sistem Pembangunan di Daerah

Keahlian yang Dibutuhkan untuk Menjadi Perencanaan wilayah


Keahlian dalam perencanaan wilayah dapat diabagi atas dua kelompok,
yaitu :
a. Keahlian dibidang substansi/metode/teknik dalam perencanaan wilayah

b. Kelahlian dibidang ilmu sektoral sesuai dengan bidang/sektor yang ikut


direncanakan.
Dengan demikian, perencana wilayah harus menguasai substansi
(materi)/metode/teknik analisis perencanaan wilayah dan satu atau lebih ilmu
sektoral, yang diantaranya adalah :
a. Teori lokasi
b. Dasar-dasar ekonomi
c. Teknik analisis
d. Metode perencanaan wilayah
e. Menguasai peralatan analisis
f.

Menguasai penegtahuan system dan pengelolaan ekonomi

g. Pengetahuan tentang keuangan daerah


h. Pengatahuan tentang kelembagaan daerah
i.

Memahami karakteristik dan sikap sosial masyarakat

j.

Rencana tata ruang/wilayah.

BAB 2
PENDEKATAN SEKTORAL DAN REGIONAL DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Pendahuluan
Perencanaan wilayah merupakan perencanaan penggunaan wilayah
(termasuk

perencanaan

pergerakkan

didaalam

ruang

wilayah)

dan

perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan


ruang

wilayah

diatur

dalam

bentuk

perencanaan

tata

ruang

wilayah,

sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan


pembangunan wilayah.
Dalam perencanaan daerah maupun nasional terdapat dua arah
pendekatan yang dapat ditempuh, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan
regional (wilayah).
Dalam

pendekatan

sektoral,

pengelompokkan

sektor-sektor dapat

dilakukan berdasarkan kegiatan yang seragam yang lazim dipakai dalam


literatur atau pengelompokkan berdasarkan administrasi pemerintahan yang
mengenai sektor tersebut.
Sedangkan, dalam pendekatan regional (wilayah) pengelompokkan
dapat dilakaukan atas dasar batas administrasi pemerintahan, seperti
kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa, atas dasar wilayah dari suatu
pusat pertimbuhan (growth centre).

Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Wilayah


Perencanaan pembangunan wilayah sebaiknya menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan
sektoral biasanya less-spatial (kurang memperhatikan aspek ruang secara
keseluruhan), sedangkan pendekatan regional lebih bersifat spatial dan
merupakan jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan
rencana tata ruang. Rencana tata ruang berisikan kondisi ruang/penggunaan
lahan saat ini (saat penyusutan) dan kondisi ruang yang dituju, misalnya 25
tahun yang akan datang.

Pendekatan Sektoral
Pendekatan sektoral adalah dimana seluruh kegiatan ekonomi didalam
wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap
sektor dianalisis satu persatu. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya,
menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi dari peningkatan
tersebut.
Dalam pendekatan sektoral, untuk setiap sektor/komoditi, semestinya
dibuat analisis sehingga dapat member jawaban tentang :
1. Sektor/komoditi

apa

yang

memiliki

competitive

advantagediwilayah

tersebut, artinya komoditi tersebut dapat bersaing di pasar global;


2. Sektor/komoditi apa yang basis dan non basis;
3. Sektor/komoditi apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi;
4. Sektor/komoditi apa yang memiliki forward linkage dan backward linkage
yang tinggi;
5. Sektor/komoditi apa yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
minimal wilayah tersebut;
6. Sektor/komoditi apa yang dapat menyerap tenaga kerja.

Pendekatan Regional
Pendekatan regional sangat berbeda dengan pendekatan sektoral
walaupun tujuan akhirnya adalah sama. Dalam pendekatan sektoral terlebih
dahulu memperhatikan sektor/komoditi yang kemudian setelah dianalisis,
menghasilkan proyek-proyek yang diusulkan untuk dilaksanakan. Pendekatan
regional dalam pengertian lebih luas, selain memperhatikan penggunaan ruang
untuk kegiatan produksi/jasa juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan dan
memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta
merencanakan jaringan-jaringan penghubung sehingga berbagai konsentrasi
kegiatan dapat dihubungkan secara efisien.
Pendekatan regional semestinya diharapkan dapat menjawab berbagai
pertanyaan yang belum terjawab diantaranya sebagai berikut :
1. Lokasi yang akan berkembang

2. Penyebaran penduduk dimasa yang akan dating


3. Adanya struktur perubahan ruang wilayah tersebut
4. Perlunya penyediaan fasilitas sosial.
5. Perencanaan jaringan penghubung.

Memedukan Pendekatan sektoral dan Regional dalam Perencanaan


Pembangunan Wilayah
Atas dasar pertimbangan pendekatan regional dan pendekatan sektoral,
pendekatan pembnagunan wilayah haruslah gabungan antara pendekatan
sektoral dan pendekatan regional.
Langkah-langkah penggabungan kedua pendekatan tersebut, misalnya
dalam penyusunan RPJM secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tetapkan visi misi serta tujuan umum
2. Lakukan pendekatan sektoral
3. Uraian komoditi
4. Tentukan parameter setiap komoditi tersebut
5. Proyeksi kebutuhan dan pemasaran
6. Minat investor
7. Perubahan produktifitas pertahun
8. Rekapitulasi kebutuhan lahan
9. Gabungkan setiap input kebutuhan komoditi
10.Kebutuhan sumber daya
11.Penetapan lokasi untuk setiap komoditi
12.Spesialisasi komoditi untuk menghindari tumpang tindih komoditi
13.Volume realisitis komoditi dan lahan
14.Proyeksi dalam lima tahun kedepan
15.Perkiraan pertumbuhan sektor lainnya
16.Pertumbuhan PDRB dimasa yang akan datang
17.Proyeksi jumlah penduduk masa akan dating
18.Proyeksi penggunaan lahan mendatang
19.Perkembangan wilayah kedepan

10

20.Kebutuhan berbagai fasilitas


21.Perluasan lokasi
22.Total kebutuhan investasi
23.Proyeksi kekampuan keuangan pemerintah
24.Perbandingan anggaran tersedia dengan rencana pembangunan
25.Perencanaan jangka menengah
26.Evaluasi kemampuan kelembagaan pemerintah.

11

BAB 3
DASAR-DASAR PERENCANAAN RUANG WILAYAH
Arti dan Ruang Lingkup Perencanaan Ruang Lingkup Wilayah
Dalam pelaksanaannya, perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan
dengan hasil taksir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang. Dengan demikian
kegiatan itu disebut perencanaan atau penyusunan tata ruang wilayah.
Berdasarkan materi yang dicakup, perencanaan ruang wilayah ataupun
penyusunan tata ruang wilayah dapat dibagi menjadi kedalam dua katergori,
yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhan wilayah perkotaan dan non
perkotaan. Perencanaan yang menyangkut keseluruhan wilayah perkotaan
dan non perkotaan (wilayah belakang) dan perencanaan yang khusus untuk
wilayah perkotaan.

Landasan dan Manfaat Pengaturan Penggunaan Ruang


Di wilayah Republik Indonesia hak negara jelas diatur dalam UUD 1945
pasal 33 ayat (3) yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
untuk kemakmuran rakyat.

Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk

campur tangan dalam pengaturan lahan dengan beberapa alas an diantaranya


yang dikemukakan oleh Whitehead sebagai berikut :
1. Perlu tersedianya lahan untuk kepentingan umum
2. Adanya faktor eksternalitas
3. Informasi yang tidak sempurna
4. Daya beli masyaralat yang tidak merata
5. Perbedaan penilaian masyarakat antara manfaat jangka pendek dengan
manfaat jangka panjang.

Bentuk Campur Tangan Pemerintah


Bentuk campur tangan pemerintah dapat dikategorikan atas kebijakan
yang bersifat :

12

1. Menetapkan atau mengatur


Kebijakan ini bersifat menetapkan atau mengatur, artinya pemerintah
menetapkan penggunaan lahan pada suatu wilayah (zona) atau lokasi hanya
boleh untuk kegiatan/penggunaan tertentu (kegiatan tersebut bias hanya
satu atau lebih), yang dinyatakan secara sfesifik.
2. Mengarahkan dan,
Kebijakan yang bersifat menagrahkan adalah apabila pemerintah
tidak menetapkan ketentuan yang ketat tetapi mengeluarjan kebijakan yang
bersifat mendorong masyarakat kearah penggunaan lahan yang diinginkan
pemerintah.
3. Membebaskan
Kebijakan yang bersifat membebaskan, artinya

penggunaan lahan pada

lokasi tersebut tidak diatur atau diarahkan. Dalam hal ini pemerintah
membiarkan mekanisme pasar bekerja untuk menentukan kepemilikan dan
penggunaan lahan tersebut, misalnya untuk persawahan irigasi atau
kawasan peternakan.

Gambaran Umum Perencanaan Tata Ruang Wilayah


Dalam setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakan
makro pemanfaatan ruang berupa :
1. Tujuan pemanfaatan ruang
2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang, dan
3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang
Tingkat kedalaman dan kerincian dari ketiga perencanaan tersebut
berbeda, perencanaan ruang pada tingkat nasional hanya mencapai kedalaman
penetapan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
nasional, yang berisikan antara lain :
1. Penggambaran ruang struktur tata ruang nasional
2. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi
3. Pemberian indikasi penggunaan ruang
4. Penentuan kawasan prioritas

13

5. Penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional


6. Perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional.
Sedangkan perencanaan ruang pada tingkat provinsi adalah penjabaran
RTRWN berupa :
1. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budi daya
2. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan dan kawasan tertentu
3. Arahan

kawasan

pemukiman,

pertanian,

perhutanan,

pariwisata, partambangan, perindustrian, dan kawasan lainnya


4. Arahan pengembahan sistem prasarana wilayah
5. Sistem pemukiman
6. Kawasan prioritas
7. Arahan kebijakan penggunaan ruang.
Selanjutnya, pada tingkat kabupaten/kota adalah penjabaran dari
penggunaan tata ruang wilayah pada tingkat provinsi, disertai strategi
pengelolaan kawasan tersebut.
Gambaran Umum Perencanaan Tata Ruang Perkotaan
Perencanaan tata ruang perkotaan berbeda dengan perencanaan tata
ruang wilayah karena intensitas kegiatan diperkotaan jauh lebih tinggi dan
lebih cepat berubah dibanding dengan intensitas wilayah diluar perkotaan,
dengan maksud dan tujuan penegmbangan kota dalam jangka panjang yang
diantaranya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan pengembangan penduduk kota
2. Rencana pemanfaatan ruang kota
3. Rencana struktur pelayanan kegiatan kota
4. Rencana sistem transportasi
5. Rencana sistem utilitas kota
6. Rencana kepadatan bangunan
7. Rencana ketinggian bangunan
8. Rencana pemanfaatan air baku
9. Rencana penanganan lingkungan kota

14

10.Tahapan pelaksanaan pembangunan


11.Indikasi unit pelayana kota.

Langkah-Langkah dalam Pelaksanaan Perencanaan


Perencanaan pemanfaatan ruang wilayah menyangkut kepentingan
seluruh masyarakat. Dengan demikian harus melibatkan banyak pihak yang
berkompeten diantaranya para tokoh masyarakat, pemerintah, para ahli dan
disetujui oleh DPRD.

15

BAB 4
BERBAGAI TEORI LOKASI

Pendahuluan
Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi atau atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya
terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi
maupun sosial.
Sistem K=3 Dari Christaller
Christaller mengembangkan model untuk suatu wilayah abstrak dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua adalah datar dan sama
2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata
4. Konsumen bertindak rasional.
Berdasarkan model K-3, pusat hierarki yang lebih rendah pada sudut
hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada pada
pengaruh dari tiga hierarki yang lebih tinggi darinya. Christaller melihat ini
tidak realistis kemudian dia menggunakan K=7 dimana pusat dari beberapa
wilayah yang lebih rendah berada didalam heksagonal dari pusat yang lebih
tinggi. Walaupun heksagonalnya hanya menggambarkan wilayah pemasaran
dari barang dari orde yang berbeda teapai Christaller mengaitkan teorinya
dengan susunan orde perkotaan.

Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang Dari Berbagi Jenis Barang


Dalam hal ini bahwa barang apapun yang diproduksi atau dijual maka
apabila produsen hanya menghasilkan satu jenis barang yang biaya tetap dan
biaya variabelnya untuk setiap barang adalah sama seperti telur. Apabila
setiap produsen menjualnya satu jenus barang adalah sama maka threshold

16

dari komoditas itu tidak berubah. Akan tetapi threshold akan berubah apabila
seorang produsen menjual lebih dari satu komoditas.
Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang Dari barang Sejenis
Uraian tentang range and threshold dapat menjelaskan mengapa terjadi
konsentrasi dari berbagai jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak
dapat menjelaskan mengapa di pasar juga ada kecenderungan bahwa
pedagang dari komoditas sejenis juga memilih untuk berlokasi secara
berkonsentrasi/berdekatan.
Konsep threshold tidak memungkinkan produsen/pedagang sejenis
berada berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu
produsen/pedagang. Untuk dapat menjelaskan adanya kecenderungan di kota
bahwa pedagang sejenis juga memilih lokasi berdekatan perlu pendekatan
makro. Dalam kosep kota, untuk kegiatan yang memiliki pasar sempurna
maka range and threshold seluruh kota. Range and threshold mikro
(individual) bergabung dan berubah menjadi range and threshold makro.

Terjadinya Orde Produsen/Penjual


Dalam hal ini jenis barang dikelompokan menjadi :
1. Yaitu barang kebutuhan sehari-hari atas dibeli setiap hari/hamper setiap
hari.
2. Yang dibeli rata rata setiap 3 bulan sekali,
3. Rata rata dibeli harganya mahal atau barang mewah.
Dari susunan seperti ini masing masing jenis barang memiliki orde
sesuai dengan kelompoknya . makin tinggi ordenya, range pemasaranya
makin luas dan threshold nya juga makin luas. Pengelompokan seperti ini
seakan-akan mengatakan bahwa komoditi itu tidak mungkin berubah orde.
Range dan threshold nya karena terkait dengan jenis barangnya, tidak bisa
berubah. Ditinjau dari jenis barangnya, ordenya tidak berubah, artinya barang
itu tetap masuk kelompok 1, kelompok 2, dan seterusnya akan tetapi, apabila
ditinjau dari produsennya maka orde produsen dapat berubah caranya adalah

17

apabila

produsen

memproduksi

seccara

besar-besaran

dan

menjual

barangnya untuk pasar yang lebih luas.


Dalam dunia nyata harga pokok masih dapat diturunkan dengan
menerapkan teknologi produksi yang lebih efisien atau jumlah produksi
mencapai skala berproduksi yang ekonomis (economic of scale). Economi of
scale

mendorong

menciptakan
meningkatkan

terciptanya

specialisasi

efisiensi

dalam

jumlah

produksi

dna

berproduksi.
dan

sebaliknya.

Walaupun

menggunakan

Specialisasi

udaha

untuk

distributor

dapat

memperluas jangkauan pemaaran (range), tetapi jangkauan pemasaran tetap


ada batasanya. Range pemasaran dibatasi oleh berbagai faktor seperti ongkos
transportasi yang semakin mahal, barang yang tidak tahan lama diperjalanan,
terbatasnya jumalh yang dapat diangkut dalam sekali jalan, dan adanya
pkrodusen/distributor ditempat lain yang melakukan hal yang sama.
Hubungan perdagangan antara kota dengan orde yang sama atau kota
orde lebih tinggi membeli dari kota orde lebih rendah (untuk produsen
tertentu) mungkin terjadi, karena perbedaan konsentrasi/specialisasi produk
dimasing-masing kota. Hal ini dijelaskan oleh A. Losch dalam bukunya (setelah
diterjemahkan kedalam bahasa inggris oleh Gustav Fischer) the economics of
location. Losch menjelaskan dengan cara yang sangat rumit dan sulit
dimengerti karena menggunakan gambar abstrak (mengikuti cara Christaller).
Kesimpulanya

sama

dengan

yang

dikemukakan

diatas

yaitu

selain

perdagangan mengikuti model Christaller juga aka nada perdagangan antar


kota pada haeraki yang sama dan bahwa kota dengan hieraki lebih tinggi
terkadang juga membeli produk yang dihasilkan oleh kota dengan hierarki
lebih rendah.

Bentuk Kurva Permintaan Sebagai Akibat Faktor jarak


Teori ekonomi murni mengajarkan bahwa bentuk kurve permintaan
berbeda untuk jenis pasar yang berbeda. Jenis pasar utama adalah monopoli,
oligopoly, dan pasar sempurna.
Faktor lain menyebabkan dapat terjadi perbedaan harga adalah jarak.
Apabila antara lokasi satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak

18

dan untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya maka salah satu
pedagang

dapat

menaikan

sedikit

harga

tanpa

kehilangan

seluruh

pembelinya. pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang


lainnya yang tidak menaikan harga tetapi pelanggan yang dekat dengannya
tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut
masih lebih besar dari pada perbedaan harga jual diantara pedagang. Dengan
demikian bentuk kurve permintaan adalah mirip kurve permintaan pasar
monopoli atau oligopoly tetapi lebih datar. Dan faktor lain yang menyebabkan
perbedaan

harga

adalah

product

differentiation.

Termasuk

pelayanan,

promosi, pelayanan purna jual dan pembelian secara kredit.

Model Von Thunen


Johann heinrich von thunen seorang ekonom dan tuan tanah di jerman
menulis buku berjudul der isolierta staat in beziehung auf land wirtschaft pada
tahun 1826, ia mengupas tentang perbedaan loksi dari berbagai kegiatan
pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah ( pertimbangan ekonomi ). Von
thunen membuat asumsi sebagai berikut.
1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat
pengaruh pasar dari kota lain.
2. Tipe pemukiman adalah padat dipusat wilayah (pusat pasar) dan makin
kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam
4. Fasilitas pengangkutan adalah primitive (sesuai dengan zaman) dan
relative seragam.
5. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.
6. Kecuali perbedaan jarak pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi
penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
Berdasarkan asumsi diatas von thunen membuat kurve hubungan sewa
tanah dengan jarak kepasar sebagai berikut :
Perkembangan teori von thunen adalah selain harga tanah tinggi
dipusat kota dan akan makin menurun apabila makin menjauh dari pusat kota:

19

harga tanah adalah tinggi pada jalan-jalan utama (akses keluar kota) dan akan
makin rendah bila menjauh dari jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama
itu, makin mahal sewa tanah disekitarnya.
Teori Lokasi Biaya Minimum Weber
Alfred weber seorang ahli ekonomi jerman menulis buku berjudul
uberden standort der industrien pada tahun 1909. Weber menganalisis lokasi
kegiatan industry. Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi
industry didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industry tergantung pada totoal biaya transportasi dan tenaga
kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum.
Weber bertitik tolak pada asumsi bahwa :
1. Unit telahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen,
konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah
persaingan sempurna.
2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir dan batu tersedia
dimanamana dalam jumlah yang memadai.
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadic dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi
berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas.
Menurut weber dari ketiga asumsi diatas ada tiga faktor yang
mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi, biaya upah tenaga
kerja, dan kekuatan agglomerasi atau deagglomerasi. Weber memberi contoh
3 arah sebagai berikut. Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau
locational triangle seperti gambar :
Untuk menunjukan lokasi optimum tersebut lebih dekat kelokasi bahan
baku atau pasar, weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut.
IM = bobot bahan baku local/ Bobot produk akhir
Apabila IM >1, perusahanan akan berlokasi dekat ke bahan baku dan apabila
IM < 1 perusahan akan berlokasi dekat pasar.

20

Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch


Losch melihat persoalan dari sis permintaan (pasar). Lorch mengatakan
bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumalah konsumen makin
enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan
terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Pandangan ini adalah
mengikuti pandangan Christaller seperti diuraikan terdahulu. Atas dasar
pandangan diatas Losch cendrung menyarankan agar lokasi produksi berada
dipasar atau didekat pasar.

Teori Lokasi Memaksimumkan Laba


D.M. Smith (dikutip dari glasoon, 1974) dengan menitrodusir konsep
average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata)
yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumalah produksi adalah sama
maka dapat dibuat kurve average cost (per unit produksi) yang bervariasi
dengan lokasi. Dilain sisi dapat pula dibuat kurve average revenue yang
terkait dengan lokasi . kemudian kedua kurve itu digabung dan dimana
terdapat selisih average revenue dikurngi average cost adalah tertinggi maka
itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.
Mr. grone (1969) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidak pastian
yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Menurut isard (1956) masalah lokasi
merupakan penyeimbang antara biaya dengan pendapatan yang diharapkan
pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Keuntungan relative
dari lokasi bisa saja sangat dipengaruhi pada tiap waktu oleh faktor dasar :
a. Biaya input atau bahan baku
b. Biaya transportasi
c. Keuntungan agglomerasi
Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktifitas ekonomi atau
perusahaan cendrung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha
mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminumkan
resiko. Dan sedangkan Klaasen (1972) menekankan peranan preferensi lokasi

21

seperti peranan amenitas dama menarik industry-industri saling mendekat


dimana lokasi perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan penyediaan
input dan besarnya pasar yang dihadapi. Ia menyatakan bahwa semakin besar
suatu kota, tidak hanya penyediaan input yang semakin besar melainkan juga
daerah pasarnya pun lebih besar.

Model Gravitasi untuk Menaksir Kecendrungan Lokasi


Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk
melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.
Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan
besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.
Pada abad ke-19 Carey dan Ravenstein (dikutip dari Lioyd, 1977) melihat
bahwa jumlah migrasi ke suatu kota sangat erat terkait dengan hukum
gravitasi newton. Artinya banyak nya migrasi masuk kesuatu kota sangat
terkait dengan besarnya kota tersebut dan jauhnya tempat asal migrant
tersebut. Barulah pada abad ke -20 John Q. Stewart dan kelompoknya pada
school of social physics menerapkan secara sistematik model grafitasi untuk
menganalisis interakasi social ekonomi.
Rumusan grafitasi secaram umum :
Keterangan
I
Pi
Pj
dij
b

= jumlah trip antara kota I dengan kota j


= penduduk kota i
= penduduk kota j
= jarak antara kota I
dengan kota j
= pangat dari dij menggambarkan cepatnya jumlah trip menurun
seiiring dengan pertambahan jarak, nilai b dapat dihitung tetapi
apa bila tidak maka yang sering digunakan b = 2

k = sebuah bilangan konstranta berdasrkan pengalaman, juga


dapat di hitung seperti b

22

Teori Pemilihan Lokasi secara Komprehensif


Tidak ada sebuah teiru yang bisa menetapkan dimana lokasi suatu
kegiatan produksi (industry) itu sebaiknya dipilih. Untuk menentukan lokasi
suatu industry (skala besar) secara komprehensif, diperlukan gabungan dari
berbagai pengetahuan dan disiplin. Pengusaha bertarap internasional pada
umumnya memilih lokasi yang memungkinkan menjangkau pasar yang seluas
mungkin. Namun, mereka tidak bisa lepas dari tindakan para pengusaha lain
yang telah atau akan beroperasi pada lokasi tertentu. Para pengusaha
internasional

mempertimbangkan

ketersediaan

bahan

baku,

upah

beberapa
buruh,

faktor
jaminan

antara

lain

keamanan,

adalah
pasilitas

penunjang, daya serap pasar local, dan aksebilitas dari tempat produksi ke
wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas pemasaran ke luar
negeri). Dan belakangan ini faktor stabilitas politik juga penting.
Pada tingkat pemilihan lokasi, penetapan lokasi industry terkait dengan
dua sudut pandang, yaitu sudut pandang pengusaha dan sudut pandang
pemerintah. Pengusaha melihat lokasi di situ juga memperhatikan efisiensi
pemakian ruang, artinya untuk setiap lahan yang tersedia, dipilih kegiatan apa
yang paling cocok di situ yang menjamin keserasian pemakaian lahan yang
secara nasional akan memberikan nilai tambah yang optimal.
Dari kacamata perusahaan, perusahaan harus menetapkan lokasi
industrinya

melalui

berbagai

pertimbangan.

Sehingga

memanfaatkan

beberapa keahlian, mulai dari keahlian yang menyangkit teknis, seperti ahli
dibidang teknis banguanan, ahli daya dukung lahan, ahli permesinan, dan
beberapa ahli lain-lainnya. Sehinggap apabila hendak membangun atau
mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus
melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial.
Menetapkan lokasi sebuah usaha, pertama-tama harus mempelajari
peraturan yang ada, yaitu di mana saja usaha seperti itu boleh dibangun.
Terkadang ada pilihan antara berlokasi pada industrial estate (kawasan
industry) yang sudah mendapakan izin dari pemerintah atau luar industrial
estate. Kedua pilihan itu harus dihitung terlebih dahulu kerugian dan
keuntungannya, bukan hanya dari sudut keuangan tapi juga dari sudut

23

keamanan/sikap masyarakat. Dalam menganalisi masing-mansing faktor


diatas, tidak cukup hanya berdasarkan pada keadaan masa kini. Artinya harus
dapat diramalkan perubahan yang bakal terjadi dimasa yang akan dating, baik
perubahan yang disebabkan oleh faktor yang dating dari luar maupun
perubahan karena perusahaan mulai beroperasi didaerah tersebut. Hal ini
terutama penting diperhatikan oleh perusahaan yang bersekala besar karena
akan langsung mengubah kondisi ekonomi dari social disekitar lingkungannya.
Contoh perubahan yang berasal dari luar, termasuk perubahan kebijakan
pemerintah. Jadi diperlukan kerja sama antara berbagai keahlian untuk dapat
membuat suatu perhitungan yang tepat.

BAB 5
RUANG DAN PERWILAYAHAN
Pengertian Wilayah
Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi,
pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi yang

24

dilihat secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya


dengan kata daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu
kesatuan

ruang

yang

mempunyai

tempat

tertentu

tanpa

terlalu

memperhatikan soal batas dan kondisinya. Atau juga wilayah dapat diartikan,
suatu areal yang memiliki karakteristik arela bisa sangat kecil maupun sangat
besar, suatu

wilayah

diklasifikasikan berdasarkan

satu atau beberapa

karekteristik, misalnya berdasarkan iklim, relief dipebatuan, pola pertanian,


tumbuhan alami, kegiatan ekonomi dan sebagainya.
1. Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk
lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya.
2. Imanuel Kaant (1982) mengatakan wilayah adalah sesuatu ruang di
permukaan bumi yang mempunyai spesifik dan dalam aspek tertentu
berbeda antara dua titik dalam garis lurus.

Wilayah Formal dan Wilayah Fungsional


Glasson (1974), Budi Harsono (1996), dan Huesmen (1986) mengatakan
bahwa wilayah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu wilayah formal (formal
region atau mogenous regoins) dan wilayah fungsional (Functional region atau
nodul region).
a. Wilayah formal adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek tertentu
yang mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang relatif sama. Kriteria pokok
yang digunakan antar wilayah dapat berbeda tergantung dasar atau
tujuan pengelompokannya. Kriteria tersebut dapat berupa aspek fisik
seperti ketinggian, bentuk lahan, dan curah hujan, kegiatan ekonomi
(daerah pertanian), peternakan, industri dan sebagainya. Jadi pada
wilayah seragam terdapat keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
tertentu.
b. Wilayah fungsional adalah suatu wilayah yang mempunyai ketergantungan
antara daerah pusat dengan daerah belakangnya atau suatu wilayah yang
dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling
dihubungkan dengan garis melingkar (daerah belakangnya). Oleh karena
itu, pada wilayah gundul terdapat pengertian tentang kaitan fungsional

25

antara pusat kegiatan. Wilayah seperti ini disebut wilayah fungsional.


Contohnya wilayah kota dengan wilayah belakangnya. Lokasi produksi
dengan wilayah pemasarannya, susunan orde perkotaan dan jalur
transportasi.

Perwilayahan secara Formal dan Fungsional


Perwilayahan ialah suatu proses dilineasi atau pembatasan suatu
wilayah. Apabila kriteria yang dijasikan dasar mendelineasi sederhana
misalnya kepadatan penduduk, maka pendelineasian akan mudah. Jika kriteria
yang digunakan berpariasi, perwilayahan menjadi agak rumit.
Perwilayahan dibagi menjadi dua :
a. Perwilayahan secara formal
Tujuan perwilayahan formal adalah untuk mengetahui wilayah mana yang
homogen atau seragam. Teknik yang bisa digunakan pendelineasian
wilayah formal adalah metode nilai bobot indeks. Metode ini digunakan
untuk mendelineasi wilayah berdasarkan lebih dari satu criteria
b. Perwilayah secara fungsional
Pembatas suatu wilayah secara fungsional menyangkut pengelompokan
beberapa unit wilayah yang memiliki tingkat kepentingan hubungan.
Dengan

demikian

wilayah

fungsionallebih

menekankan

pada

arus

hubungan dengan titik pusat. Pendekatan untuk perwilayah fungsional


dilakukan dengan analisis aliran barang atau orang. Pada analisis ini
wilayah fungsional berdasar pada arah dan intensitas aliran barang atau
orang antara titik pusat dan wilayah sekitarnya. Pada umumnya aliran
lebih intensif untuk wilayah yang jauh dari pusat. Luas daerah pengaruh
pusat adalah sampai pada tempat arus aliran. Aliran itu bisa dalam
beberapa bentuk. Dalam bidang ekonomi bisa berupa barang, penumpang
atau jalan. Dalam bidang sosial seperti arus siswa atau pasien di rumah
sakit. Bidang politik terutama arus belanja negara. Bidang informasi
seperti surat telegram, surat kabar, telepon dan lain-lain. Variasi dari
analisis aliran barang atau orang adalah teori grafik. Pendekatan ini masih

26

sederhana tapi merupakan cara yang lebih berstruktur dan sistematis


untuk identifikasi wilayah fungsional atau wilayah modal.

Contoh Menidentifikasi Wilayah Formal dan Fungsional


a. Contoh mengidentifikasi wilayah formal
Sesuai dengan pengertian di atas, wilayah formal adalah wilayah yang
dipandang dari suatu aspek tertentu mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri
yang relatif sama. Kriteria pokok yang digunakan antar wilayah dapat
berbeda bisa berupa spek fisik, iklim dan ekonomi, untuk membuat
perwilayahan diperlukan data atau atlas dengan data tertentu dari wilayah
tersebut. Hal ini desibebkan peta tanpa disertai suatu data tidak akan
dapat untuk membuat peta tematik perwilayahan. Misalnya untuk dapat
membuat peta ekonomi wilayah diperlukan data kegiatan ekonomi.
Demikian pula untuk membuat peta topografi wilayah diperlukan data
kantor.
b. Contoh mengidentifikasi wilayah fungsional
Wilayah

fungsional

adalah

suatu

wilayah

yang

memopunyai

ketergantungan antara daerah pusat dengan daerah belakangnya. Dengan


kata lain, suatu wilayah fungsional dalam banyak hal diatur oleh beberapa
pusat

kegiatan

yang

saling

dihubungkan

dengan

garis

melingkar.

Contohnya wilayah kota dengan wilayah belakangnya, lokasi produksi


dengan wilayah pemasarannya dan sebagainya.
Perwilayahan Berdasarkan Penomena Geografis di Lingkungan
Setempat
Perwilayahan berdasarkan penomena geografis dapat dilihat dari
beberapa aspek :
a. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia dikenal
pembagian wilayah kekuasaan pemerintahan, seperti propinsi, kabupaten,
kecamatan, desa dan dusun.
b. Berdasarkan kesamaan kondisi di sini yang paling umum adalah kesamaan
kondisi

fisik.

Contohnya Jawa Tengah

pegunungan dan pantai barat.

27

di

bagian

atas

pantai

timur

c. Berdasarkan ruang limgkup pengaruh ekonomi perlu ditetapkan terlebih


dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang ciri-ciri sama besarnya dan
rankingnya. Kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat
pertumbuhan. Contohnya batas pengaruh satu kota dengan kota lainnya
hanya dapat dilakukan untuk kota yang sama rankingnya.
d. Berdasarkan wilayah perencanaan atau program dalam pembagian ini
ditetapkan batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu
program atau proyek. Contohnya DAS Bengawan Solo, DAS Berantas dan
DAS Serayu.

28

BAB 6
KOTA DAN DAERAH BELAKANGNYA
Hubungan Perkotaan Pedesaan dan Pembangunan Daerah
Transformasi Perkotaan Pedesaan di Asia
Ketidaksetaraan Perkotaan dan Pedesaan dan Kemiskinan
Kebijakan

pembangunan

didominasi

oleh

pertumbuhan

industri,

menghasilkan paradoks karena dalam beberapa kasus produk nasional bruto


(PDB) meningkat tetapi peningkatan kesejahteraan tidak terjadi di semua
kalangan (hanya di sektor industri). Akibatnya terjadi polarisasi antara perkotaan
(pusat industri) dan pedesaan.
Strategi industri berbasis perkotaan belum dapat memberikan peningkatan
kesejahteraan pedesaan secara signifikan, sehingga diperlukan pengembangan
alternatif berdasar kemandirian, kebutuhan dasar, pengembangan lingkungan.
Tingkat ketimpangan pendapatan.
Sekarang ini tren yang terjadi adalah peningkatan persentase penduduk
dan rumah tangga jatuh di bawah garis kemiskinan, sementara orang-orang di
atas garis telah meningkatkan pendapatan dari waktu ke waktu. Akibatnya
kelompok berpenghasilan rendah tidak mendapatkan keuntungan pembangunan
seperti apa yang diperoleh kelompok berpenghasilan tinggi.
Pola-pola

nasional

menunjukkan

pertumbuhan

pendapatan

dan

distribusi,

akuntansi agregat dari koefisien Gini tidak mendeteksi arah redistribusi dengan
mengacu

pada

kelompok

pendapatan

tertentu,

terutama

kelompok

berpenghasilan rendah.
Hubungan Perkotaan Pedesaan dalam Kerangka Pembangunan Makro
Spasial

29

Kerangka
pembangunan

pembangunan
dan

harus

memungkinkan

menjelaskan

disagregasi

dimensi-dimensi

untuk

menjelaskan

utama
kondisi

nasional seperti kekayaan alam, sumber daya kepadatan penduduk, adopsi


teknologi dan hubungan sosial institusional.
Kerangka Pembangunan Makro-Spasial hal 7-8
Komponen

penting

dari

model

makro-spasial

adalah

(a)

hubungan

eksternal yang mengakibatkan dualisme Utara-Selatan, (b) dualisme antara


formal dan informal kegiatan ekonomi juga tercermin dalam (c) dualisme antara
daerah pedesaan dan daerah-daerah pedesaan.
Lima komponen yang membentuk kerangka makro spasial:
1. Pasar dunia/global (WM), terdiri dari negara-negara berkembang
2. Sektor formal perkotaan (UF) didominasi oleh perusahaan manufaktur
modern dengan dana asing dan domestik dan bisnis

korporasi yang

sejenis.
3. Sektor informal perkotaan (UI) yang terdiri dari berbagai kegiatan
tradisional, skala kecil ,seperti pekerjaan buruh harian, penyedia jasa.
4. Ekspor pedesaan (RX), eksploitasi sumber-sumber alam seperti mineral,
minyak,
5. Petani pedesaan (RP), ekonominya masih terisolasi dari pasar nasional dan
pasar global, hanya mengandalkan hasil-hasil panen pertanian.
Percepatan industrialisasi dan pembangunan daerah kantong
Interaksi antara ekspor sektor primer, industri modern dan pasar global
adalah proses dari substitusi import perindustrian yang diadopsi negara dunia
ketiga dari Perang Dunia II. Pada masa kolonial lalu, pendapatan ekspor agrikultul
digunakan untuk mengimpor produk-produk konsumsi. Untuk meningkatkan
pendapatan nasional, hasil ekspor agrikultur digunakan untuk membiayai
kebutuhan substitusi impor industri.
Polarisasi dan Dualisme Perkotaan
Struktur kota-kota besar, meteropolitan di Asia menghasilkan dualistik
antara industri-industri modern dan ekonomi tradisional. Dualisme ini ditunjukkan
dalam hal dikotomi sektor formal/informal.

30

Di era modern ini banyak industri yang meninggalkan cara-cara tradisional


untuk produksi, akibatnya banyak pekerja yang kehilangan kesempatan bekerja.
Pekerja sektor formal banyak yang beralih menjadi pekerja sektor informal. Di
kota metropolitan banyak pekerja yang bekerja di sektor informal, misalnya di
bidang perdagangan dan pelayanan.
Ekonomi Petani di Sektor Pedesaan
Mayoritas masyarakat di pedesaan Asia bermatapencaharian sebagai
petani. Para petani relatif masih menggunakan cara-cara tradisional dalam
pengelolaan lahan mereka. Petani di pedesaan masih terisolasi dari berkembang
pesatnya ekonomi yang ada di perkotaan. Negara-negara agraris terutama Asia
Timur dan Asia Selatan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi namun
perbandingan lahan dan pekerja semakin kecil. Tanah dan lahan pertanian lebih
terkonsentrasi di suatu daerah.

Pola-pola Asia dari pembangunan dan Transformasi Pedesaan Perkotaan


Dualistik struktur kerangka pengembangan makro spasial menimbulkan
peningkatan ketidaksetaraan dalam kelompok. Hubungan dualistik utara-selatan,
perkotaan pedesaan, formal informal tergantung dari 4 faktor:
a. sumber daya alam: agrikultur, mineral
b. karakteristik demografi: kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk,
tingkat urbanisasi.
c. teknologi: teknologi yang diadopsi dan tingkat SDM
d. perkembangan ideologi : misal orientasi kebutuhan dasar, pandangan
hidup.
Pola/model umum pengembangan:
1. Model I Asia Tenggara

31

Pasar bebas mempunyai karakteristik mengejar efisiensi ekonomi dengan alokasi


sumber daya internal, ditunjukkan oleh ekonomi dari negara-negara Asia
Tenggara.

32

2. Model II Asia Selatan

Strategi pengembangan berorientasi pada pedesaan, seperti di negara-negara


Asia Selatan, dicirikan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan
daerah/tanah yang relatif miskin.
3. Model III - Chinese

Ekspansi model II menghasilkan model III model China yang memiliki ideologi
politik yang sangat kuat, ekonomi diatur oleh pusat.

33

4. Model IV - Jepang, Korea, Taiwan

Model IV mempunyai karakteristik kepadatan penduduk tinggi, sumber daya alam


rendah, tingkat teknologi tinggi, ekonomi modern. Contohnya Jepang, Korea,
Taiwan.

34

BAB 7
MODEL GRAVITASI
A.Pendahuluan
Suatu sistem wilayah merupakan sistem yang rumit, hanya sebagian
saja parameter-parameter yang dapat diamati oleh manusia, atau yang
mampu diamati dengan "mikroskop" perencana. Beberapa parameter yang
dapat diamati antara lain: hubungan antar manusia atau masyarakat,
perusahaan industri, aparat pemerintahan dan lainnya. Berbagai sistem
pendekatan telah dilakukan dalam usaha menghayati

sistem wilayah yang

rumit tersebut. Misalnya dengan pendekatan analisis kependudukan, analisis


ekonomi, analisis input-output, program linear dan lainnya.
Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk melihat atau menilai
hubungan antar daerah adalah Model Gravitasi.
dianggap sebagai suatu massa.

Dalam model ini, daerah

Huungan antar daerah disamakan dengan

hubungan antar massa. Massa wilayah juga mempunyai daya tarik, sehingga
terjadi pengaruh mempe ngaruhi antar daerah sebagai perwujudan kekuatan
tarik-menarik antar daerah. Karena kenyataan ini maka model gravitasi dapat
diterapkan sebagai salah satu model analisis. Sudah barang tentu dengan
modifikasi tertentu sesuai dengan karakter massa yang dihadapi.

Model

graviotasi diambil dari konsepsi fisika yang menyatakan daya tarik-menarik


antar dua kutub magnet. Dalam analisis daerah, pengemolpokkan penduduk,
pemusatan kegiatan, atau potensi sumberdaya alam, dianggap mempunyai
daya tarik yang dapat dianalogikan dengan daya tarik magnet. Penggunaan
model ini dalam analisis daerah tentu saja mengandung beberapa kelemahan
yang harus diperhatikan.

Model ini lebih banyak digunakan dalam analisis

pengangkutan untuk menilai besarnya interaksi antar dua kutub yang diukur
melalui besarnya arus lalu lintas.
Kelemahan model ini dalam analisis

daerah terutama terletak pada

variabel yang digunakan sebagai ukuran. Dalam ilmu fisika, setiap molekul
suatu zat mempunyai

sifat homogen, tetapi tidak demikian halnya unsur

(yang dianalogikan dengan molekul zat) pembentuk suatu daerah, misalnya


unsur penduduk. Untuk menutupi kelemahan ini model gravitasi telah banyak

35

dikem-bangkan dengan memasukkan tidak hanya variabel massa, tetapi juga


gejala sosial sebagai faktor yang disebut "bobot".
B.Asal Mula dan alur Pikir model Gravitasi
Dalam mdoel gravitasi, daerah dimisalkan sebagai suatu massa. Massa
tersebut dibentuk sesuai dengan beberapa prinsip yang menentukan bentuk
keseluruhan (Isard, 1969). Sebagai ilustrasi sederhana adalah berikut ini.
Suatu daerah X terbagi menjadi beberapa sub daerah. Jumlah penduduk
daerah X, yaitu P jiwa. Jumlah perjalanan yang dilakukan penduduk X ialah T.
Perbedaan yang ada dalam setiap subdaerah (pendapatan, pembagian
penduduk berdasarkan umur, dan lainnya) diabaikan.
Pembagian daerah X menjadi sub daerah i, j, k dan seterusnya
disesuaikan dengan kepentingan analisis. Jumlah perjalanan (trips) yang
dimulai dari sub daerah i dan berakhir di sub daerah j, secara teori atau
harapan hipotetis adalah Pj/P (jarak, waktu dan biaya diabaikan).

Jumlah

perjalanan rata-rata yang dilakukan oleh setiap individu yang mewakili daerah
adalah T/P = k (yaitu angka jumlah perjalanan rata-rata). Jadi jumlah
eperjalanan yang dilakukan oleh individu yang berakhir di j adalah k . P j/P per
individu.

Apabila P i merupakan jumlah penduduk sub daerah i, jumlah

perjalanan secara teori yang dilaukan penduduk sub-daerah i ke j adalah:


Pi . Pj
Tij = k . ----------- , ini disebut perjalanan hipotetis.
P
Tij
Sub daerah i
Til
Sub daerah l

-------------------->-

sub daerah j

Tik
Sub daerah k

Apabila diketahui jumlah perjalanan dari i ke j ialah I ij (diperoleh dari


hasil survei), dan jarak dari i ke j adalah d ij, maka dari ketiga faktor tersebut di
atas, Iij, Tij, dan dij dapat dicari hubungan fungsinya dalam bentuk model
matematika.

36

Hubungan ini diperoleh dengan mencari hubungan fungsi antara I ij/Tij


dengan dij, yang disusun dalam sumbu Cartesius. Sumbu tegaknya adalah log
(Iij/Tij), sedangkan sumbu mendatarnya adalah dij.
Dengan persamaan regresi linear diperoleh hubungan:
log (Iij/Tij) = a - b . log dij.
apabila a = log c, maka log (Iij/Tij) = log c - b. log dij
Iij/Tij = c/(dij)b -------> Iij = (c.Tij)/(dij)b
c.k.Pi.Pj
Iij = -------------------- apabila (c.k) / p = G,
P.(dij)b
P i. Pj
maka: Ij = G . ---------------(d ij)b
C.Pengembangan Model Gravitasi
Penerapan model Gravitasi ini untuk kepentingan analisis daerah
mengharuskan kita untuk memperhatikan beberapa masalah yang muncul.
Masalah pertama, ialah masalah pengukuran variabel massa dan jarak.
Berdasarkan pengalaman, pengukuran massa dilakuan dengan berbagai cara.
Dalam perumusan di depan, massa yang digunakan sebagai ukuran adalah
jumlah penduduk.

Tetapi dalam studi migrasi metropolitan, jumlah tenaga

kerja atau pendapatan daerah lebih tepat digunakan sebagai ukuran massa
daripada ukuran jumlah penduduk. Kalau masalah pemasaran yang akan
dikaji maka jumlah arus uang lebih tepat digunakan sebagai ukuran.
Jarak dapat diukur dengan beberapa cara, jarak yang dimaksud adalah
jarak geografis.

Cara lain untuk menyatakan jarak adalah dengan satuan

waktu, misalnya apabila yang ditelaah adalah lalu lintas dalam kota
metropolitan.

Kalau yang ditelaah adalah masalah lokasi industri, maka

satuan ongkos angkutan akan lebih tepat untuk menyatakan ukuran jarak.
Seperti halnya

ukuran atau satuan massa, maka ukuran atau satuan jarak

yang digunakan tergantung pada masalah yang ditelaah, data yang tersedia,
dan kepentingan kajian.

Ukuran lain yang mungkin dipakai sebagai satuan

37

jarak ialah penggunaan bahan bakar, jumlah pergantian gigi (persneling) atau
berhenti, dan banyaknya pengaruh berbagai kesempatan, dan bentuk "jarak
sosial" yang lain (Isard, 1969). Masalah dasar yang lain ialah pemberian
"bobot" pada massa.

Dalam perumusan I ij =

G (Pi.Pj)/(dijb), anasir massa

dianggap homogen, sedang pada kenyataannya tidak demikian. Anasir dalam


sub daerah i tidak sama dengan anasir dalam sub daerah j, oleh karena itu
pemberian bobot yang berbeda bagi sub daerah i dan j patutu dilakukan.
Bobot yang dapat dipakai, misalnya pendapatan rata-rata per kapita di setiap
sub daerah. Salah satu cara untuk menyempurnakan rumus model gravitasi
adalah menggunakan massa dengan bobot. Jadi model gravitasi menjadi:
(wi.Pi)(wj.Pj)
Iij = G -------------------, dan potensi kependudukan menjadi
(dij)b
wj.Pj
V = G -------(dij)b
wi, wj adalah pendapatan per kapita rata-rata di sub daerah i dan j.
Penggunaan bobot pendapatan ini misalnya apabila volume lalu lintas
masyarakat golongan atas ingin ditelaah. Selain itu, tingkat pendidikan atau
besarnya keluarga rata-rata dapat pula dipakai sebagai bobot.
Masalah pokok lainnya yang lebih sulit daripada penentuan bobot atau
ukuran massa dan jarak, ialah penentuan pangkat bagi variabel, baik dalam
konsepsi potensial demografi maupun dalam konsepsi potensial energi
demografi. Stewart menggunakan pangkat 1 atau 2 untuk jarak, tetapi banyak
studi empiris menolaknya.
Misalnya, Carroll mendapatkan angka pangkat 3, Ikle memperoleh
angka pangkat berkisar antara 0.689 hingga 2.6. Hammer dan Ikle dalam
studi hubungan telepon dan perjalanan udara mendapatkan batas 1.3 - 1.8
untuk pangkat jarak (Isard, 1969).

38

Kesukaran lainnya ialah pemberian

pangkat untuk mengukur massa.

Pada model gravitasi yang sudah diberikan, pangkat massa adalah satu.
Tetapi dalam studi lain, Anderson dan Carrothers mencatat bahwa pangkat
massa mungkin lebih besar dari satu. Carrothers mencatat bahwa beberapa
faktor seperti

aglomerasi atau deglomerasi ekonomi, integrasi sosial dan

kemantapan politik mempengaruhi pangkat massa.


D.Transisi Model Gravitasi
Model gravitasi memberi gambaran pola perjalanan di daerah tertentu
pada saat tertentu. Oleh karena itu tidak dapat dipastikan bahwa model yang
sama, dengan parameyter yang sama, dapat diterapkan bagi daerah lain atau
pada saat lain, misalnya untuk peramalan.
Jika jumlah penghuni dipakai untuk menyatakan ukuran massa suatu
zone, model gravitasi ialah :
Ii . I
Tij = k . ------------(dij)
Model ini menunjukkan bahwa

peningkatan penghuni duakali lipat di

kedua daerah berarti meningkatkan perjalanan sebanyak 400%, yang pada


kenyataannya mungkin tidak sebesar itu. Dalam hal ini mungkin nilai k harus
menjadi lebih kecil.
Perkiraan lalu-lintas jalan raya menunjukkan daftar angka rasio (ti)/(Ii.Ij) dari 19 kota di USA. t i-j merupakan jumlah perjalanan menuju pusat
kota, dan Ii, Ij adalah jumlah penghuni di daerah pinggiran dan di pusat kota.
Nilai rasio ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel ini disusun dengna anggapan
bahwa pengaruh jarak di semua kota relatif sama. Kolom ke dua pada Tabel 1
menunjukkan bahwa frekuensi ti-j tidak proporsional terhadap Ii.Ij.
Dengan perhitungan lain, kolom ketiga memberikan ko-efisien variasi
j

28%, dibandingkan dengna kolom ke dua yang memberikan koefisien variasi


104%.
Penyelesaian di atas menurunkan model gravitasi versi lain, yaitu :
Ii . Ij

39

Ti-j = k . -----------------(Ii + Ij) (dij)


Ii + Ij = jumlah penghuni seluruh kota yang dikaji. Kalau kota dibagi
menjadi beberapa zone, maka:
I i . Ij
Ti-j = k . -----------------(dij) Ix
Rumus ini memberikan petunjuk perlunya memperhitungkan daerah
sekeliling kota kalau kita menghitung jumlah perjalanan antara dua zone,
dengan anggapan bahwa kualitas penghuninya sama.

BAB 8
PROYEKSI PENDUDUK
A.Pendahuluan
Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan
informasi mengenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran
penduduk, dan susunan penduduk menurut umur. Informasi yang harus
tersedia tidak hanya menyangkut keadaan pada saat perencanaan disusun,
tetapi juga informasi masa lalu dan masa kini sudah tersedia dari hasil sensus
dan survei-survei, sedangkan untuk masa yang akan datang, informasi
tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah penduduk dan
komposisinya di masa mendatang.

B.Pengertian proyeksi penduduk


Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut
komposisis umur dan jenis kelmain) di masa yang akan datang berdasarkan
asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Data penduduk
Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk keperluan proyeksi adalah

40

berasal dari sensus penduduk (SP) yang diselenggarakn pada tahun yang
berakhir 0 dan survei antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir S.

C.Kegunaan Proyeksi Penduduk


Hasil

proyeksi

penyediaan

beras,

penduduk
fasilitas

sangat

bermanfaat

kesehatan,

fasilitas

untuk

perencanaan

pendidikan,

fasilitas

perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja.

D.Publikasi BPS tentang Proyeksi Penduduk Indonesia :


a. Proyeksi Penduduk Indonesia 1971-1980
b. Proyeksi penduduk Indonesia 1980-1990
c. Proyeksi Penduduk Indonesia per Propinsi 1990-2000
d. Proyeksi Penduduk Indonesia Per Propinsi 1995-2005
E.Sumber Data
a. Sensus Penduduk (SP71, SP80, SP90, SP2000).
b. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS70, SUPAS85, dan SUPAS95).

F.Metode Proyeksi
Ada beberapa cara untuk memproyeksikan jumlah penduduk masa
yang akan datang antara lain :
1. Metode Matematik, ada 2 cara, yaitu:
1) Linear Rate of Growth, ada 2 cara yaitu :
a) Arithmathic Rate of Growth(Pertumbuhan Penduduk Aritmatik ratarata): pertumbuhan penduduk dengan jumlah yang sama setiap
tahun Pn= P0(1+rn).
b) Geometric Rate of Growth(Pertumbuhan Penduduk Geometrik ratarata):

pertumbuhan

penduduk

menggunakan

dasar

bungan

berbunga (bunga majemuk) Pn=P0 (1+r)n.


2) Eksponential Rate of

Growth(Pertumbuhan Penduduk

Eksponensial rata-rata) :

41

Pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan angka


pertumbuhan penduduk yang konstan Pn= P0 ern
Dimana P0 : jumlah penduduk pada tahun awal Pn : jumlah
penduduk pada tahun ke-n r : tingkat pertumbuhan penduduk dari
tahun awal ke tahun ke-n.
n : banyak perubahan tahun.
2. Metode Komponen
Metode ini sering digunakan dalam penghitunag proyeksi penduduk.
Metode ini melakukan tiap komponen penduduk secara terpisah dan untuk
mendapat proyeksi jumlah penduduk total, hasil proyeksi tiap komponen
digabungkan.
Metode ini membutuhkan data-data sebagai berikut :
1) Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah
dilakukan perapihan (smothing).
a) Pola mortalitas menurut umur.
b) Pola fertilitas menurut umur.
c) Rasio jenis kelamin saat lahir.
d) Proporsi migrasi menurut umur.

G. Rumus proyeksi penduduk : Pn = Po


( 1 + r )n
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n (ditanyakan) Po = jumlah
penduduk pada tahun 0/tahun dasar (diketahui) n = jumlah
tahun antara 0 hingga n
r

= tingkat pertumbuhan penduduk pertahun ( dalam % ) Contoh


soal :
Misalkan pada tahun 2000 jumlah penduduk indonesia tercatat 205 juta

jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk pertahun adalah 1,5 %. Berapakah


proyeksi penduduk indonesia pada tahun 2005?
Jawab :

42

Pn = Po ( 1 + r )n
= 205 juta ( 1 + 1,5% ) 5
= 205 juta ( 1 + 0,015 ) 5
= 205 juta ( 1,015 ) 5
= 205 juta ( 1,0773 )
= 220 juta
Jadi poyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2005,dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 1,5% pertahun,adalah 220 juta.
H.Sumber dan data metodologi
Proyeksi penduduk menurut propinsi, umur, dan jenis kelamin dihitung
dengan tehnik komponen. Jenis data yang dibutuhkan untuk keperluan ini
adalah penduduk menurut umur dan jenis kelamin, fertilitas, mortalitas, dan
perpindahan penduduk, yang diperoleh dari hasil sensus penduduk dan survei
rumah tangga. Semua data yang dipakai perlu dievaluasi secara cermat, dan
kalau

perlu

diadakan

adjustment

dengan

maksud

untuk

menghapus

kelemahan yang ditemukan.


Proyeksi penduduk menurut kotamadya yang disajikan di sini tidak
dapat dilakukan dengan teknik komponen seperti diuraikan di atas, karena
data untuk keperluan itu yakni fertilitas, mortalitas, dan perpindahan
penduduk tidak dapat diperoleh dari hasil sensus. Di negara-negara maju,
data

ini

diperoleh

dari

hasil

registrasi

vital

yang

diadakan

secara

berkesinambungan pada setiap wilayah administrasi.


Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan laju pertumbuhan
penduduk

hasil

sensus

yang

terdahulu,

dengan

asumsi

bahwa

laju

pertumbuhan penduduk tersebut juga berlaku pada masa yang akan datang.
Tehnik ini kurang tepat diterapkan untuk menghitung proyeksi yang jangka
waktunya cukup panjang pada masa yang akan datang, karena asumsi yang
dipakai biasanya tidak sesuai lagi.
Perbaikan proyeksi selalu dilakukan, karena sering terjadi asumsiasumsi
yang dibuat mengenai fertilitas (fertility), mortalitas (mortality), dan migrasi
(migration) tidak sesuai lagi dengan keadaan data yang baru.

43

BAB 9
PENGENALAN LINIER PROGRAMMING
Pengertian linier programming merupakan suatu model umum yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal Model yang digunakan dalam memecahkan masalah
alokasi

sumberdaya

perusahaan

adalah

model

matematis,

Semua

fungsi

matematis yang disajikan dalam model haruslah dalam bentuk fungsi linear.
Secara umum Linear Programming ialah salah satu teknik dari Riset
Operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimasi atau minimasi)
dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk

44

mencari

pemecahan

yang

optimum

dengan

memperhatikan

pembatasan-

pembatasan yang ada. Dalam keadaan sumber yang terbatas harus dicapai suatu
hasil yang optimum dengan perkataan lain bagaimana caranya agar dengan
masukan input yang terbatas dapat menghasilkan keluaran output berupa
produksi barang atau jasa yang optimum. Salah satu metoda analisis dalam
teknik operasional riset untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumbersumber

terbatas

adalah

menggunakan

metoda

program

linear.

Linear

programming akan memberikan banyak sekali hasil pemecahan persoalan,


sebagai alternatif pengambilan tindakan, akan tetapi hanya ada satu yang
optimum (maksimum atau

minimum). Memilih keputusan

berarti

memilh

alternatif, tapi yang terpenting adalah pengambilan alternatif terbaik( the best
alternative).
Pokok

pikiran

utama

dalam

menggunakan

program

linier

adalah

merumuskan masalah dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia,


kemudian menerjemahkan masalah tersebut dalam bentuk model matematika.
Sifat linear mempunyai arti bahwa seluruh fungsi dalam model ini merupakan
fungsi yang linear.
Karakteristik yang biasa digunakan dalam persoalan linear programming
adalah sebagai berikut (Siringoringo, 2005):
1. Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa cara. Secara statistik, kita dapat memeriksa kelinearan menggunakan
grafik (diagram pencar) ataupun menggunakan uji hipotesa. Secara teknis,
linearitas ditunjukkan oleh adanya sifat proporsionalitas, additivitas, divisibilitas
dan kepastian fungsi tujuan dan pembatas.
2. Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi
tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap
level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun
jumlah yang dibeli, maka sifat proporsional dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika
pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional
tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah
yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.

45

3. Sifat additivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian


silang diantara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk
perkalian silang pada model. Sifat additivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan
maupun pembatas (kendala). Sifat additivitas dipenuhi jika fungsi tujuan
merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan.
Untuk fungsi kendala, sifat additivitas dipenuhi jika nilai kanan merupakan total
penggunaaan masing-masing variabel keputusan. Jika dua variabel keputusan
misalnya merepresentasikan dua produk substitusi, dimana peningkatan volume
penjualan salah satu produk akan mengurangi volume penjualan produk lainnya
dalam pasar yang sama, maka sifat additivitas tidak terpenuhi.
4.

Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam

sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer


dimungkinkan.
5.

Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa

konstanta. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan


suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu.
Pembentukan Model Matematik
Tahap berikutnya yang harus dilakukan setelah memahami permasalahan
optimasi adalah membuat model yang sesuai untuk analisis. Pendekatan
konvensional riset operasional untuk pemodelan adalah membangun model
matematik yang menggambarkan inti permasalahan. Kasus dari bentuk cerita
diterjemahkan ke model matematik. Model matematik merupakan representasi
kuantitatif tujuan dan sumber daya yang membatasi sebagai fungsi variabel
keputusan. Model matematika permasalahan optimal terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama memodelkan tujuan optimasi. Model matematik tujuan selalu
menggunakan bentuk persamaan. Bentuk persamaan digunakan karena kita ingin
mendapatkan solusi optimum pada satu titik. Fungsi tujuan yang

akan

dioptimalkan hanya satu. Bukan berarti bahwa permasalahan optimasi hanya


dihadapkan pada satu tujuan. Tujuan dari suatu usaha bisa lebih dari satu. Tetapi
pada bagian ini kita hanya akan tertarik dengan permasalahan optimal dengan
satu tujuan.

46

Bagian kedua merupakan model matematik yang merepresentasikan


sumber daya yang membatasi. Fungsi pembatas bisa berbentuk persamaan (=)
atau pertidaksamaan ( atau ). Fungsi pembatas disebut juga sebagai
konstrain. Konstanta (baik sebagai koefisien maupun nilai kanan) dalam fungsi
pembatas maupun pada tujuan dikatakan sebagai parameter model. Model
matematika mempunyai beberapa keuntungan dibandingakan pendeskripsian
permasalahan secara verbal. Salah satu keuntungan yang paling jelas adala
model matematik menggambarkan permasalahan secara lebih ringkas. Hal ini
cenderung membuat struktur keseluruhan permasalahan lebih mudah dipahami,
dan membantu mengungkapkan relasi sebab akibat penting. Model matematik
juga memfasilitasi yang berhubungan dengan permasalahan dan keseluruhannya
dan mempertimbangkan semua keterhubungannya secara simultan. Terakhir,
model matematik membentuk jembatan ke penggunaan teknik matematik dan
komputer kemampuan tinggi untuk menganalisis permasalahan.
Model matematik mempunyai kelemahan. Tidak semua karakteristik sistem
dapat dengan mudah dimodelkan menggunakan fungsi matematik. Meskipun
dapat dimodelkan dengan fungsi matematik, kadang-kadang penyelesaiannya
sulit diperoleh karena kompleksitas fungsi dan teknik yang dibutuhkan. Bentuk
umum linear programming adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan :
Maksimumkan atau minimumkan z = c1x1 + c2x2 + ... + cnxn
Sumber daya yang membatasi :
a11x1 + a12x2 + ... + a1nxn = / / b1
a21x1 + a22x2 + + a2nxn = / / b2

am1x1 + am2x2 + + amnxn = / / bm


x1, x2, , xn 0
Simbol x1, x2, ..., xn (xi) menunjukkan variabel keputusan. Jumlah variabel
keputusan (xi) oleh karenanya tergantung dari jumlah kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Simbol c 1,c2,...,cn merupakan kontribusi
masing-masing variabel keputusan terhadap tujuan, disebut juga koefisien fungsi
tujuan

pada

model

matematiknya.Simbol

47

a11,

...,a1n,...,amn

merupakan

penggunaan per unit variabel keputusan akan sumber daya yang membatasi,
atau disebut juga sebagai koefisien fungsi kendala pada model matematiknya.
Simbol b1,b2,...,bm menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada.
Jumlah fungsi kendala akan tergantung dari banyaknya sumber daya yang
terbatas.
Pertidaksamaan terakhir

(x1, x2, , xn 0) menunjukkan batasan non

negatif. Membuat model matematik dari suatu permasalahan bukan hanya


menuntut

kemampuan

matematik

tapi

juga

menuntut

seni

permodelan.

Menggunakan seni akan membuat permodelan lebih mudah dan menarik.


Kasus linear programming sangat beragam. Dalam setiap kasus, hal yang
penting adalah memahami setiap kasus dan memahami konsep permodelannya.
Meskipun fungsi tujuan misalnya hanya mempunyai kemungkinan bentuk
maksimisasi atau minimisasi, keputusan untuk memilih salah satunya bukan
pekerjaan mudah. Tujuan pada suatu kasus bisa menjadi batasan pada kasus
yang lain. Harus hati-hati dalam menentukan tujuan, koefisien fungsi tujuan,
batasan dan koefisien pada fungsi pembatas.
Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi
optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga
kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi (Heizer,
2005).
Asumsi Linear programming
Model linear programming mengandung asumsi-asumsi tertentu
yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah linear programming
menjadi absah (Ayu, 1996). Membentuk suatu model linear programming perlu
diterapkan asumsi-asumsi sebagai berikut.
1.

Liniearity

Fungsi obyektif dan kendala haruslah merupakan fungsi linier dan variabel
keputusan. Tingkat peubah atau kemiringan hubungan fungsional adalah konstan.
2.

Divisibility

48

Solusi tidak harus bilangan bulat atau bilangan pecahan dengan demikian
variabel keputusan merupakan variabel kontinu sebagai lawan dari variabel
diskrit atau bilangan bulat
3.

Deterministik

Mencerminkan kondisi masa depan maupun sekarang dan keadaan masa


depan sangat sulit untuk diketahui.
4.

Homogeneity

Memiliki arti yaitu sumber daya yang digunakan dalam proses harus sama
5.

Non negativity

Nilai variabel keputusan harus > 0.


6.

Semua konstanta Cj Aj Bj diasumsikan memiliki nilai yang pasti.

Syarat Linear Programming


Menurut Ayu (1996), linear programming dilakukan dengan syarat
yang berlaku. Syarat tersebut ditentukan agar dalam penyelesaian persoalan
dapat ditempuh dengan linear programming, berikut syarat linear programming.
1.

Tujuan harus jelas

2.

Ada benda alternatif yang akan dibandingkan

3.

Sumber daya terbatas

4.

Bisa dirumuskan secara kuantitatif

5.

Adanya keterkaitan peubah (kendala harus sama, bahan baku harus

sama atau keterkaitan)

Metode-Metode Linear Programming


Linear

programming

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

beberapa macam metode sesuai dengan tingkat persoalannya (Siringoringo,


2005). Metode-metode tersebut sama-sama dapat memecahkan persoalan yang
mengandung beberapa permasalahan. Berikut ini metode yang dapat dilakukan
dalam memecahkan persoalan linear programming.

49

1.

Metode aljabar yaitu mempunyai bentuk perhitungan formulasi

standard dengan mengkombinasi dua variabel yang nilainya dianggap nol hingga
diperoleh nilai z terbesar.
2.

Metode grafik yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan

persoalan yang mengandung dua permasalahan.


3.

Metode simpleks dapat digunakan untuk memecahkan persoalan

yang mengandung tiga atau lebih permasalahan dan didasarkan pada proses
perhitungan ulang supaya mendapat hasil yang optimal.
4.

Metode big-m biasanya dipakai untuk memecahkan persoalan yang

memiliki pembatas = atau >


Pengolahan data yang dibuat hanya menggunakan dua metode yaitu
menggunakan metode grafik dan simpleks. Berikut ini penjelasan untuk metode
grafik dan metode simpleks.
Metode Grafik
Metode grafik adalah suatu metode yang ada dalam

linear

programming yang digunakan untuk memecahkan persoalan yang mengandung


dua permasalahan. Prosedur umumnya adalah untuk mengubah suatu deskriptif
kedalam bentuk masalah linear programming dengan menentukan variabel,
konstanta, fungsi objektif dan batasan kendala.

Pada metode grafik dilakukan

beberapa tahapan, yaitu (Ayu, 1996):


1.

Indetifikasi variabel keputusan.

2.

Identifikasi fungsi objektif.

3.

Identifikasi kendala-kendala.

4.

Menggambarkan bentuk grafik dari semua kendala.

5.

Indentifikasi daerah solusi yang layak pada grafik.

6.

Menggambarkan bentuk grafik dari fungsi objektif dan menentukan titik


yang memberikan nilai objektif optimal pada daerah solusi yang layak.

7.

Mengartikan solusi yang diperoleh.


Metode Simpleks
Metode simpleks adalah salah satu metode yang ada dalam linear

programming yang digunakan untuk memecahkan persoalan yang mengandung


tiga permasalahan atau lebih dan didasarkan pada proses perhitungan ulang

50

supaya mendapat hasil yang optimal. Tahap paling awal yang diperhatikan dalam
metode simpleks ini adalah tiga tahap yang dilakukan pada linear programming
yaitu:
1.

Masalah harus dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang dapat

diselesaikan dengan linear programming.


2.

Masalah yang tidak terstruktur harua dapat dirumuskan dalam model

matematika, sehingga menjadi terstruktur.


3.

Model harus diselesaikan dengan teknik matematika yang dibuat

Tahap selanjutnya merupakan tahap teknis yang secara umum ada dalam
linear programming (Ayu, 1996). Tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1.

Menentukan variabel keputusan, dimana maksud dari variabel

keputusan ini merupakan simbol matematika yang menggambarkan tingkatan


aktivitas

perusahaan.

menggunakan

Tahap

metode

ini

sebenarnya

matematik,

dengan

untuk

mempermudah

memutuskan

memakai

dalam
simbol

matematik untuk hal yang ingin dihitung.


2. Membuat fungsi tujuan, yang dimaksudkan dari fungsi tujuan ini adalah
hubungan matematika linier yang menjelaskan tujuan perusahaan dalam
terminologi variabel keputusan. Setelah ditentukan variabel keputusan, kemudian
digunakan dalam membuat fungsi (persamaan matematika) dari tujuan yang
ingin dicapai perusahaan.
3.

Membuat batasan (kendala) model, maksud dari fungsi batasan

adalah hubungan linier dari variabel keputusan yang menunjukkan keterbatasan


perusahaan dalam lingungan operasi perusahaan.
Pemodelan Persoalan Linear Programming
Model LP terdiri dari beberapa Decision Variables, sebuah objective
function dan beberapa constraints. Sebagai langkah awal dalam membuat model
LP harus ditentukan Deecision Variables.

Yang dimaksud dengan decision

variables disini adalah simbol-simbol matematik yang mewakili banyaknya


kegiatan dalam suatu proses operasi.
Sebagai

contoh,

suatu

perusahaan

pembuat

barang

elektronik

memproduksi Radio, TV dan VCD-Player. Jumlah tiap-tiap barang yang diproduksi

51

diberi simbol-simbol X1, X2, dan X3. Simbol-simbol matematik tersebut mewakili
produknya.
X1 = jumlah radio yang diproduksi,
X2 = jumlah TV yang diproduksi, dan
X3 = jumlah VCD-Player yang dihasilkan.
Berdasarkan perubah (decision variables) yang sudah dipilih, semua
constraints

dan

objective

function

kemudian

diekspresikan

menggunakan

perubah-perubah tersebut.
Untuk objective function, selalu ditulis dalam bentuk maximise atau
minimise dari fungsi yang akan di maksimalkan atau dimimalkan.

Sebagai

contoh, apabila keuntungan yang diperoleh dari penjualan satu Radio Rp6000,
satu TV Rp4000, dan satu VCD-Player Rp2000, maka objective function untuk
mencari keuntungan terbesar ditulis
Maximise 6000 X1 + 4000 X2 + 2000 X3 .
Perubah

yang

sama

juga

digunakan

untuk

penulisan

constraints.

Constraints dapat berupa pernyataan keterbatasan sumber daya, bisa juga


berupa panduan. Sebagai illustrasi misalnya setiap Radio memerlukan waktu
pengerjaan 2 jam sementara untuk TV hanya 1 jam, sedangkan untuk VCD-Player
1.5 jam. Adapun sumber daya waktu yang tersedia hanya 40 jam kerja. Dengan
demikian constraint nya dituliskan dalam bentuk
2 X1 + 1 X2 + 1.5 X3 40
Selain itu harus pula dipenuhi bahwa X 1, X2, dan X3 harus merupakan
bilangan bulat (integer) karena produk Radio, TV dan VCD-Player tidak bisa dalam
bentuk angka pecahan (real). Ditulis dengan simbol: X1, X2, X3 bilangan bulat
Dari illustrasi diatas, maka bentuk umum model LP sebagai berikut:
Maximise (or Minimise)
c1 x1 + c2 x2 + + cn xn
Subject to:
a11 x1 + a12 x2 + + a1n xn ( or = or ) b1
a21 x1 + a22 x2 + + a2n xn ( or = or ) b2
an1 x1 + an2 x2 + + ann xn ( or = or ) bn
xi : decision variables,

52

bi : constraint levels,
ci : objective function coefficients,
aij : constraint coefficients

BAB 10
DASAR DASAR EVALUASI PROYEK
Pengertian
Monitoring dan evaluasi partisipatif adalah monev yang dalam pelaksanaannya
mengikutsertakan pembelajaran demokrasi dan partisipasi bagi para pelakunya.
Pelaku monev partisipatif adalah pihak orang luar maupun warga masyarakat
yang menjadi sasaran program tersebut.
Apa konsekuensi dari pendekatan partisipatif terhadap sistem perencanaan dan
monev yang perlu dikembangkan? Tentunya aspek pemberdayaan masyarakat
dalam penilaian perkembangan, kemajuan dan capaian program merupakan
suatu aspek yang luas. Dimensinya bukan hanya ekonomi saja, melainkan juga
aspek sosial, politik lokal, kepemimpinan dan keorganisasian, dan lingkungan.

53

Apa yang perlu dimonev setelah suatu program berjalan, sejak perencanaan
sudah perlu dirumuskan bersama masyarakat. Dengan begitu, arah program akan
dikembangkan sesuai dengan rencana, dan penilaian (monev) dilakukan utuk
melihat apakah rencana itu berjalan atau tidak. Masyarakat menentukan:
perkembangan program apa yang penting dipantau dan apa saja indikator
capaian program yang akan dievaluasi pada suatu jangka waktu tertentu.

Perbedaan Monev Partisipatif dan Non Partisipatif


Monev Non Partisipatif, Pelaku monev adalah pengambil kebijakan atau
pelaksana program, bukan masyarakat

Monev

Partisipatif,

melibatkan

masyarakat,

agar

mereka

berdaya

melakukan pengukuran terhadap hasil, berdaya untuk mendefinsikan


indikator keberhasilan dari Monev, dan berdaya mengupayakan perubahan

Adapun manfaat monev partisipatif adalah potensial untuk menjadi bentuk


baru pengawasan oleh publik yang memberdayakan masyarakat untuk
mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah, termasuk kebijakan
dan praktik dalam perencanaan-penganggaran.

Beberapa kategori monev partisipatif berdasarkan tujuan :

Monev untuk menilai dampak program

Monev untuk menilai kelayakan pengelolaan program

Monev untuk menilai kelayakan kelembagaan program

Monev untuk memperkuat kesetaraan kekuatan negosiasi di antara


stakeholder program (Report Card Survey dan User Based Survey)

Monev untuk mendorong akuntabilitas program

Perbandingan Fokus dalam Monev Partisipatif

Kategori Monev Partisipatif


Menilai Dampak

Fokus Dalam Monev


- Ketercapaian Tujuan/Dampak

Menilai Kelayakan Program

Relevansi tujuan.dampak

Efektivitas

mencapai tujuan
Efektifitas perencanaan

Efektifitas pengalokasian sumber

strategi

untuk

daya
-

54

Efektifitas metode pelaksanaan

Menilai

Kelayakan

Kelembagaan

Pelaksana Program

Efektifitas

mekanisme

pengawasan
Struktur organisasi pelaksana

Mekanisme

pengambilan

keputusan
Menilai berbagai perspektif stakeholder

Mekanisme koordinasi

- Pengelolaan SDM lembaga


Apakah
pengelolaan
kegiatan
memungkinkan stakeholder
-

Secara setara mengartikulasikan


kebutuhan, nilai, kepentingan, dan
harapan

Memahami perbedaan kebutuhan

Bekerja sama

Membuat
dapat

Menilai akuntabilitas publik

pihak-pihak
aktif

marginal

bersuara

dan

bernegosiasi
Kesesuaian penggunaan anggaran
dengan ketentuan/standar

Kesesuaian pengelolaan kegiatan


dengan ketentuan/standar

Kesesuaian

perumusan

tujuan

dengan ketentuan/standar

Meningkatkan rasa percaya diri masyarakat dengan kemampuan


mereka sendiri dalam proses evaluasi.

Seringkali staf program dan masyarakat merasa tidak memiliki kemampuan dan
keterampilan mengevaluasi pekerjaan yang mereka lakukan. Mengembangkan
metode-metode manajemen yang baik akan meningkatkan rasa percaya diri,
keterampilan dan kemampuan mereka.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk membuat masyarakat lokal merasa
dibutuhkan dan memiliki kemampuan dalam proses evalausi program adalah:
-

Merekalah yang paling tahu akan wilayahnya, karakterisitik masyarakat


(kondisi lahan dan musim)

55

Mereka paham bagaimana kehidupannya, hubungan masyarakat satu sama


lain, siapa yang memiliki kekuasan dan kenapa, bagaimana perasaan
masyarakat, nilai-nilai apa yang ada, bagaimana mereka menyelesaikan
masalah, dan apa yang mereka harapkan dan tidak harapkan

Mereka yang paling tahu apa yang dapat dilakukan, apa yang mesti
dihindari, apa yang mesti dipelajari, dan bagaimana mereka menggunakan
apa yang telah dipelajari

Mereka telah tahu banyak tentang program, (seperti, mana program yang
lalu, sekarang, dan masa yang akan datang) sementara staf program
hanya tahu yang bersifat detail seperti pendanaan.

Mereka telah sangat terbiasa dengan program monitoring berkala, seperti


mengumpulkan informasi dan data-data statistik, melakukan survey,
membuat laporan dan mengadakan berbagai pertemuan.

Keuntungan Monev Partisipatif

Menguji isu-isu relevan dengan melibatkan pelaku utama perancangan


sistem monitoring dan evaluasi

Meningkatkan pembelajaran partisipan/pelaku program dan kinerjanya


serta

meningkatkan

pemahaman

mereka

terhadap

sudut

pandang

pemangku kepentingan lainnya.


-

Meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaanmmonitoring dan evaluasi

Memobilisasi kerjasama antar pemangku kepentingan, dan membangun


komitmen

bersama

kepada

tindakan

yang

direkomendasikan

dalam

evaluasi.
-

Meningkatkan kemungkinan dan peluang terhadap informasi dari kegiatan


evaluasi untuk digunakan bagi peningkatan kinerja.

Kelemahan Monev Partisipatif

Dipandang sebagai kurang objektif karena staf program, penerima manfaat


dan pemangku kepentingan lainnya, mungkin, berpartisipasi karena
adanya kepentingan tertentu atas diri atau kelompoknya.

Kurang berguna dalam mengakomodir aspek-aspek yang mempunyai


tingkat teknis tinggi

56

Memerlukan pertimbangan waktu dan sumberdaya untuk mengidentifikasi


dan

melibatkan

pemangku

kepentingan

secara

komperhensif

dan

keseluruhan

Penggunaan waktu staf program untuk kegiatan di luar kegiatan rutinnya.

Didominasi dan disalahgunakan oleh beberapa pemangku kepentingan bagi


kepentingan mereka sendiri di masa depan.

57

You might also like