You are on page 1of 25

Radiologi Penyakit

Periodontal
SHARON NATHANIA TIRTADINATA

Radiograf membantu dalam evaluasi kondisi


jaringan periodontal dengan memperhatikan :
1.

Jumlah tulang yang ada

2.

Kondisi alveolar crest

3.

Kehilangan tulang di area furkasi

4.

Lebar ruang ligamen periodontal

5.

Faktor lokal yang menyebabkan atau memperparah penyakit periodontal

Kalkulus
Restorasi yang underkontur atau overkontur

6.

Panjang dan morfologi akar, serta perbandingan mahkota-akar

7.

Pertimbangan anatomis

Posisi sinus maxila, dalam hubungannya dengan kerusakan periodontal


Gigi yang hilang, supernumerary, atau impaksi

8.

Pertimbangan patologis

Karies
Lesi periapikal
Resorpsi akar

9.

Titik kontak

10. Garis oklusi

Kerusakan tulang akibat penyakit periodontal


Radiograf tidak dapat memperlihatkan kerusakan kecil yang terjadi pada
tulang jadi, jika di radiograf terlihat sedikit perubahan maka secara klinis
sudah parah
Perbedaan tinggi tulang alveolar dengan gambaran radiografisnya adalah 01,6 mm, diakibatkan terutama oleh angulasi x-ray.
Radiograf juga dapat digunakan untuk membantu memperkirakan jumlah
bone loss akibat penyakit periodontal memperbandingkan tinggi tulang
yang tersisa dengan tinggi tulang normal

Pola kerusakan tulang


Pada penyakit periodontal, interdental bone mengalami perubahan yang
mempengaruhi lamina dura, radiodensitas crest, bentuk dan ukuran rongga
medula, serta ketinggian dan kontur tulang.
Horizontal bone loss adalah penurunan tinggi interdental bone, dengan crest
berbentuk horizontal dan tegak lurus dengan sumbu panjang gigi

Angular atau vertical bone loss merupakan kerusakan yang sama, namun crest
berbentuk sudut (anguler) atau hampir vertikal

Radiograf tidak mengindikasikan morfologi internal atau kedalaman kerusakan


daerah interdental, walaupun terlihat secara anguler atau vertikal pada radiograf
dan juga tidak memperlihatkan sejauh mana tingkat kerusakan tulang pada
daerah fasial atau lingual akibat tertutup struktur akar yang tebal
Pada sebagian besar kasus, dapat diasumsikan bahwa kerusakan tulang yang
terlihat pada interdental dapat dipastikan menjalar ke daerah fasial atau lingual.
Oleh karena itu, bone loss yang sebenarnya hanya bisa dideteksi secara klinis
melalui probing.

Penggunaan guttapercha yang dimampatkan ke daerah sekeliling gigi


meningkatkan keuntungan radiograf untuk mendeteksi secara keseluruhan
perubahan morfologis daerah tulang sekitar gigi, khususnya daerah fasial
dan lingual
Namun teknik ini cukup bermasalah dan jarang dilakukan. Oleh karena itu,
pembukaan gingiva dengan bedah dan pemeriksaan visual merupakan cara
terbaik untuk melihat secara jelas permukaan tulang yang sudah rusak
akibat penyakit periodontal.

Pada pasien diabetes inflamasi gingiva yang parah, poket periodontal yang
dalam, kehilangan tulang yang cepat, dan abses periodontal sering terjadi
pada pasien diabetes yang tidak terkontrol dengan oral hygiene yang buruk.

Perubahan radiografis pada


periodontitis
Lamina dura terputus dan menjadi kabur di daerah mesial atau distal dari
crest. Ini merupakan tanda yang paling awal dalam periodontitis. Hal ini
diakibatkan inflamasi gingiva yang masuk ke dalam tulang menyebabkan
pelebaran vessel channels dan penurunan jumlah jaringan terkalsifikasi pada
septal margin (gmbr 31-11).
Daerah radiolusen berbentuk wedge yang terbentuk pada aspek mesial atau
distal crest. Apeks pada daerah ini mengarah ke akar gigi, yang dikarenakan
oleh resorpsi tulang dibagian lateral interdental bone dan pembesaran
daerah ligamen periodontal (gmbr 31-11 b).

Proses kerusakan menjalar melebihi batas crest (lamina dura), dan masuk ke
dalam interdental bone. Hal ini mengakibatkan tinggi crest mulai berkurang
(gmbr 31-11 c).
Interdental bone mengalami penurunan ketinggian secara signifikan akibat
penjalaran inflamasi yang makin parah dan resorpsi tulang (gmbr 31-11 d).

Kondisi Perubahan Pola dan


Densitas Tulang Rahang
Pola berubah hanya jika ada kelainan sistemik berubah seluruhnya atau minimal
saturegio. Pola trabekulasi pada rahang atas biasanya bulat-bulat, sedangkan
pada rahang bawah horizontal agak pipih.

1. Pada diabetes mellitus pola trabekulasinya seperti porus-porus, tetapi tidak


terlalu terlihat.
2. Pada thalasemia atau sickle cell pola trabekulasinya pasti berubah menjadi
kasar dan tidak beraturan.
3. Pada osteoporosis pola trabekulasinya padat, dan brittle. Apabila gigi
diekstraksi, gigi bisa patah atau bahkan patah rahang.
4. Pada fibrous dysplasia (kelainan jaringan ikat) pola trabekulasinya juga
berubah.
5. Terjadi penipisan trabekulasi (rarefied).

Radiograf Penderita DM

Pemeriksaan radiografi oleh peneliti telah menunjukan bahwa ada prevalensi


yang lebih besar dari lesi periapikal pada penderita diabetes melitus dibanding
non-diabetes melitus.

DD :
sclerosteosis, infantile cortical hyperostosis, pyknodysostosis, craniometaphyseal dysplasia, diaphyseal
dysplasia, melorheostosis, and osteopathia striata.

You might also like