Professional Documents
Culture Documents
PEB
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Studi Pendidikan Dokter. 2011.
Oleh: Lucky Miftah Saviro, S. Ked
Pembimbing: dr. H. M. Natsir
Nugroho, Sp. OG, M. Kes
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: Ny. F
Usia
: 34 tahun
Pekerjaan
Masuk RS tanggal
: 3 Oktober 2011
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri kepala bagian depan sejak 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Wanita 34 tahun G1P0A0, HPHT 21 Maret 2011 datang dengan keluhan pusing
sejak 2 minggu SMRS. Pusing dirasakan terus menerus, terutama pada dahi,
terasa seperti ditekan-tekan. Ibu juga mengeluh kedua matanya sakit, terasa
seperti ditekan dari dalam. Ibu juga mengeluh nyeri di sekitar ulu hati 4 hari
belakangan ini sehingga ibu tidak nafsu makan dan sering mual dan muntah.
Riwayat pernikahan baru satu kali, lama pernikahan selama 1 tahun
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan:
Os rutin periksa hamil di bidan, setiap bulan dan setiap minggu pada bulan ke 8-9.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Pengobatan:
Os menyangkal minum obat-obatan lain selain obat-obat yang diberikan oleh
bidan
Riwayat Alergi :
Os mengaku tidak memiliki alergi apapun
Riwayat Kebiasaan :
Minum jamu-jamuan (-), kopi (-), alkohol (-), merokok (-)
Riwayat Perkawinan :
Pernikahan pertama, masih menikah, lama pernikahan 2 tahun.
Riwayat Haid :
Menarkhe
: 14 tahun
Siklus Haid
sakit
HPHT
: 21 Maret 2011
Taksiran persalinan
: 28 Desember 2011
Riwayat Persalinan:
No.
Tempat
01
Bersalin
Hamil
Jenis
Persalinan
ini
Penyulit
Sex Berat
Keadaan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
TD
: 180/110 mmHg
Suhu : 36,4 oC
Nadi : 108 x/menit
Nafas : 20 x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala
: Normocephal
Mata
Konjungtiva
: tidak anemis
Sclera
: tidak ikterik
Palpbrae
: edema (+/+)
Jantung
Paru-paru
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, Edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, Edema (+/+)
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Perut membesar, Striae gravidarum (+), Linea nigra (+)
Palpasi
:
Leopold I
Leopold II
sebelah kiri
Leopold III
Leopold IV
His
Auskultasi
Pemeriksaan Dalam : portio tipis lunak, 3 cm, Ket (+), Kepala H I, BS (+)
DIAGNOSA
Ibu
Bayi
PROGNOSA
- Ibu
: Diharapkan baik
- Anak
: Diharapkan baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 4 Oktober 2011
HEMATOLOGI
Hemoglobin
: 10,3 gr/dl
Leukosit
: 9.93 ribu/dl
Trombosit
: 304
Hematokrit
: 32 %
ribu/dl
Pasien
: 10.7 detik
PT (kontrol)
: 12 detik
APTT
APTT (pasien)
: 36.1 detik
Kontrol
: 34.0 detik
GDS
: 131 mg/dl
PENANDA HEPATITIS
HBsAG (kwalitatif)
: Negatif
RENCANA TERAPI
Pasang DC
Infus RA
Nifedipine 10 mg 3x1
MgSO4
Loading dose
Maintenance dose
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling sering ditemui dalam
kehamilan. Hipertensi merupakan komplikasi kehamilan kira-kira 7-10% dari
seluruh kehamilan.(1)
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi. Pada hipertensi dalam kehamilan
juga didapati angka mortalitas dan morbiditas bayi yang cukup tinggi. Di
Indonesia preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian
perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah menggeser
perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Untuk itu diperlukan
perhatian serta penanganan yang serius tehadap ibu hamil dengan penyakit ini.(2)
Preeklampsia adalah suatu gangguan multisistem, bersifat spesifik pada
kehamilan dan mempunyai ciri khas yaitu terdapatnya hipertensi dan proteinuria
setelah umur kehamilan mencapai 20 minggu. Gangguan ini terdapat pada
setidaknya 5-7% pada seluruh kehamilan dengan insidensi 23.6 kasus pada 1000
kelahiran bayi di Amerika Serikat1. Komplikasi dari hipertensi adalah penyebab
ketiga terbesar setelah perdarahan dan embolisme yang menyebabkan kematian
pada kehamilan. Preeklampsia dikaitkan dengan peningkatan resiko dari abruptio
plasenta, gagal ginjal akut, komplikasi serebrovaskular dan kardiovaskular,
pembekuan intravaskular meluas ( disseminated intravaskular coagulation ) dan
kematian ibu hamil.
KLASIFIKASI
Pada saat ini, untuk lebih menyederhanakan dan memudahkan The
Working Group Report dan High Blood Pressure in Pregnancy (2001)
menyarankan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan sebagai berikut :
1. Hipertensi gestasional
2. Hipertensi kronis
3. Hipertensi kronik + Superimposed Preeklampsia
4. Preeklampsia
5. Eklampsia
Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg dan tekanan darah sistolik > 140 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak : 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika
dijumpai protein dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan
kualitatif minimal positif (+) satu.(2,3)
DEFINISI(4,5,6,7)
1. Hipertensi Gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tetapi
tanpa proteinuria.
- TD mencapai > 140/90 mmHg, tetapi proteinuri (-) untuk pertama kali
dalam masa kehamilan
- Transient hipertension jika tidak berkembang menjadi preeklamsi dan TD
kembali ke normal dalam 12 minggu post partum
- Dengan klasifikasi demikian maka diagnosis bahwa seorang wanita
tidak/bukan preeklamsi dibuat hanya pada postpartum
- Sehingga diagnosisnya hipertensi gestasional
- Yang paling penting ialah bahwa wanita dengan hipertensi gestasional
dapat mengalami tanda-tanda yang berhubungan dengan preeklamsi,
misalnya :
Nyeri kepala
Atau trombositopeni
2. Hipertensi Kronis
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu
dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
o Tekanan darah mencapai 140/90 mmHg untuk pertama kalinya
dalam kehamilan
o Proteinuri (-)
o Transient hipertensi jika tidak berkembang menjadi preeklamsi dan
TD kembali ke normal dalam 12 minggu post partum
o Diagnosis terakhir hanya bisa dibuat setelah post partum
Yang paling penting ialah wanita dengan hipertensi gestasional dapat
mengalami tanda tanda yang berhubungan dengan preeklamsi, misalnya
nyeri ulu hati atau trombositopeni.
Pada wanita muda hipertensi terjadi akibat penyakit parenkim ginjal.
Hipertensi kronis yang diperberat preeklamsi terjadi pada 25% risiko
solusio plasenta.
Janin pada wanita hipertensi kronis berisiko IUGR dan kematian. Sering
terjadi superimposed preeklamsi pada wanita lebih cepat daripada preeklamsi
murni. Hipertensi kronis dalam kehamilan tekanan darah meninggi baik
sistole atau diastole setelah 26-28 minggu. Preeklamsi ditandai proteinuria.
3. Hipertensi Kronik + Superimposed preeklamsi
Adalah hipertensi kronis yang disertai dengan gejala preeclampsia
4. Preeklamsi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
10
Kriteria minimum :
-
Kriteria tambahan
-
10
11
hebat.
Gross
hemolisis
hemoglobinemia,
hemoglobinuria,
c. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai + 25%
d. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan
janin
e. Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian
lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi.
Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight
f. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,
dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus.
11
12
PATOFISIOLOGI (4)
Hipertensi dalam kehamilan biasanya terjadi pada wanita :
1. Yang terpapar villi chorian untuk pertama kali
2. Yang terpapar villi chorion yang besar seperti pada gemelli atau mola
hidatidosa
3. Yang sebelumnya mempunyai penyakit vaskuler
4. Yang secara genetis merupakan predisposisi untuk hipertensi dalam
kehamilan
Berbagai teori yang pernah dikemukakan, antara lain : (8)
1. Teori intoleransi imunologik pada ibu dan janin
HLA G ( Human Leukocyte Antigen Protein G ) berperan dalam
modulasi respon imun sehingga imunitas ibu tidak akan menolak hasil konsepsi
dan melindungi trofoblas janin dari lisis oleh NK cell ibu. Selain itu untuk
mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
2. Faktor genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi. Ibu yang mengalami
preeclampsia, 26 % anak perempuannya preeclampsia juga.
3. Faktor nutrisi
12
13
13
14
Preeklampsia Berat
Kriteria Diagnosis
Himpunan
Kedokteran
Feto-Maternal
POGI
dalam
Pedoman
15
Hemolisis makroangiopatik
Sindroma HELLP
15
16
16
17
muka dan tangan, atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badan yang cepat.
Peningkatan tekanan darah
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Proteinuria
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus. Vasospasme yang terjadi akan menimbulkan
kerusakan terhadap pembuluh darah.
Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi
tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, gobulin, dan protein dengan berat molekul besar untuk
menembus dinding glomerulus. Akan tetapi jika sawar ini rusak, terdapat
kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus). Protein yang
lebih kecil (<20 kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh
tubulus proksial.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang
menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya. Membran basalis
glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari
epitel/pedosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektif. Pada
pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala gejala
ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsia akan timbul.
Kelainan
Ringan
17
Berat
18
<100 mmHg
Samar (trace) sampai +1
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
Tidak ada
Tidak ada
Tes Diagnostik
Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan
edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
Tes laboratorium dasar
hematokrit
meningkat
karena
hipovolemi
yang
Pemeriksaan
fungsi
hati
(bilirubin,
protein
serum,
aspartat
18
19
kriteria preeklampsia.
Proteinuria: 300mg/24jam atau 1 + dipstik
Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema
pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.
20
21
21
22
Berat badan ditimbang sekali dalam dua hari untuk mengetahui ada
atau tidak perubahan berat badan yang abnormal
Tekanan darah diukur sekali tiap empat jam kecuali pada malam hari
kalau pasien tidur
Cairan yang keluar dan masuk diukur dan dicatat untuk mengetahui
terjadinya retensi urine atau tidak
Pemeriksaan retina
Pemeriksaan darah
22
23
1)
dengan
pemberian
obat-obatan
untuk
penyulitnya
2)
Laboratorik :
3.4.
Terapi Aktif
3.4.1. Pengobatan medisinal
3.4.1.1.Infus larutan Ringer Laktat
3.4.1.2.Pemberian MgSO4
Dosis pemeliharaan
23
24
24
25
B. Sudah Inpartu
Memperpendek kala II
Kala I
Fase Laten :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
Fase Aktif :
Amnoiotomi
26
Kala II
Pada persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan.
3.5.
Pengelolaan Konservatif
3.5.1. Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsi dengan keadaan janin baik.
3.5.2.
Pengobatan medisinal :
2.
27
kasus tertentu dengan pengawasan dan observasi yang teliti dan ketat,
kehamilan pada preeklampsia berat dan eklampsia dapat dilanjutkan dengan
tujuan untuk mencapai kematuran janin tanpa meningkatkan resiko pada ibu
janin. Dengan rata-rata mempertahankan kehamilan dalam kurun waktu
13,27 hari (cakupan 3-35 hari), dari 51 bumil yang diteliti terdapat 32 bayi
lahir dengan selamat dengan prosentase 62.75% dan hanya 1 yang
meninggal 5 menit setelah lahir9.
27
28
28
29
Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes
oksitosin
8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk kedalam fase aktif
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesarea.
Bila sudah inpartu : (9)
1. Pada kala I fase laten dapat dilakukan amniotomi yang dilanjutkan dengan
pemberian tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6. Pada fase aktif
dilakukan amniotomi. Bila his tidak adekuat diberikan tetes oksitosin dan bila
6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap dilakukan seksio
sesarea. Amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15
menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
2. Pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Dalam persalinan, usaha ibu untuk meneran terbatas karena kemungkinan
terjadinya peningkatan tekanan darah. Apabila syarat-syarat sudah terpenuhi,
hendaknya persalinan diakhiri dengan partus buatan. Meskipun demikian bila
keadaan ibu dan bayi baik, usaha meneran ibu dapat dilanjutkan dan bayi dapat
lahir spontan. (4)
29
30
DAFTAR PUSTAKA
1. James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B. High Risk Pregnancy,
Management Options 2nd ed. London : WB Sounders Company, 2001 : 63951.
2. Roeshadi RH. Hipertensi dalam kehamilan : Bandung, 2000
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom
K.D. William Obstetrics 21th ed.London: McGraw-Hill,2001: 567-618.
5. Report of the Working Group on Research on Hypertension During
Pregnancy (2001). National Heart, Lung and Blood Institute. Retrieved
October 24, 2004 from :
http://www.nhlbi.nih.gov/resources/hyperten-preg/#background
30