You are on page 1of 30

Laporan Kasus:

PEB
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Studi Pendidikan Dokter. 2011.
Oleh: Lucky Miftah Saviro, S. Ked
Pembimbing: dr. H. M. Natsir
Nugroho, Sp. OG, M. Kes

BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS

Nama

: Ny. F

Usia

: 34 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Masuk RS tanggal

: 3 Oktober 2011

Dokter yang merawat

: dr. H. M. Natsir S., Sp.OG

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri kepala bagian depan sejak 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Wanita 34 tahun G1P0A0, HPHT 21 Maret 2011 datang dengan keluhan pusing
sejak 2 minggu SMRS. Pusing dirasakan terus menerus, terutama pada dahi,
terasa seperti ditekan-tekan. Ibu juga mengeluh kedua matanya sakit, terasa
seperti ditekan dari dalam. Ibu juga mengeluh nyeri di sekitar ulu hati 4 hari
belakangan ini sehingga ibu tidak nafsu makan dan sering mual dan muntah.
Riwayat pernikahan baru satu kali, lama pernikahan selama 1 tahun
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan:
Os rutin periksa hamil di bidan, setiap bulan dan setiap minggu pada bulan ke 8-9.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat asma disangkal


Riwayat peny. DM disangkal
Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat asma disangkal

Riwayat peny. DM disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Pengobatan:
Os menyangkal minum obat-obatan lain selain obat-obat yang diberikan oleh
bidan
Riwayat Alergi :
Os mengaku tidak memiliki alergi apapun
Riwayat Kebiasaan :
Minum jamu-jamuan (-), kopi (-), alkohol (-), merokok (-)
Riwayat Perkawinan :
Pernikahan pertama, masih menikah, lama pernikahan 2 tahun.

Riwayat Haid :

Menarkhe

: 14 tahun

Siklus Haid

: 28 hari, lama 7 hari, haid teratur, tidak

sakit

HPHT

: 21 Maret 2011

Taksiran persalinan

: 28 Desember 2011

Riwayat Persalinan:
No.

Tempat

01

Bersalin
Hamil

Penolong Tahun Aterm

Jenis
Persalinan

ini

Penyulit

Sex Berat

Keadaan

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital
TD

: 180/110 mmHg

Suhu : 36,4 oC
Nadi : 108 x/menit
Nafas : 20 x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala

: Normocephal

Mata
Konjungtiva

: tidak anemis

Sclera

: tidak ikterik

Palpbrae

: edema (+/+)

Jantung

Iktus cordis tidak terlihat, Bunyi jantung I/II murni reguler,


murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

Bentuk dan gerak simetris normal, perkusi sonor, ronkhi -/-,


wheezing -/-

Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, Edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, Edema (+/+)
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Perut membesar, Striae gravidarum (+), Linea nigra (+)
Palpasi

:
Leopold I

: TFU 24 cm, teraba besar,bulat,lunak,tidak melenting

Leopold II

: teraba bagian rata dan memanjang (punggung) di


sebelah

kanan, dan bagian bagian kecil (ekstremitas) di

sebelah kiri
Leopold III

: Teraba bagian terbawah janin besar, bulat, keras,


melenting

Leopold IV

: bagian terbawah janin sudah masuk PAP, 4/5, divergen

His

: 3 x tiap 10 menit, lamanya 30 detik, kualitas sedang, relaksasi +

Auskultasi

: DJJ 140 x/menit teratur, kuat, punctum maksimum tunggal di


perut kanan bawah

Pemeriksaan Dalam : portio tipis lunak, 3 cm, Ket (+), Kepala H I, BS (+)
DIAGNOSA
Ibu

: G4P3A0, 38 tahun, hamil 28 minggu dengan PEB.

Bayi

: Janin tunggal, hidup intrauterin, letak kepala.

PROGNOSA
- Ibu

: Diharapkan baik

- Anak

: Diharapkan baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 4 Oktober 2011
HEMATOLOGI

Hemoglobin

: 10,3 gr/dl

Leukosit

: 9.93 ribu/dl

Trombosit

: 304

Hematokrit

: 32 %

ribu/dl

Hemostasis (Masa Protombin (PT))

Pasien

: 10.7 detik

PT (kontrol)

: 12 detik

APTT

APTT (pasien)

: 36.1 detik

Kontrol

: 34.0 detik

Kimia klinik ( Glukosa Sewaktu )

GDS

: 131 mg/dl

PENANDA HEPATITIS
HBsAG (kwalitatif)

: Negatif

RENCANA TERAPI

Pasang DC

Infus RA

Nifedipine 10 mg 3x1

MgSO4

Loading dose

: 4 gr IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit

Maintenance dose

: 6 gr dalam RA/6 jam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling sering ditemui dalam
kehamilan. Hipertensi merupakan komplikasi kehamilan kira-kira 7-10% dari
seluruh kehamilan.(1)
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi. Pada hipertensi dalam kehamilan
juga didapati angka mortalitas dan morbiditas bayi yang cukup tinggi. Di
Indonesia preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian
perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah menggeser
perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Untuk itu diperlukan
perhatian serta penanganan yang serius tehadap ibu hamil dengan penyakit ini.(2)
Preeklampsia adalah suatu gangguan multisistem, bersifat spesifik pada
kehamilan dan mempunyai ciri khas yaitu terdapatnya hipertensi dan proteinuria
setelah umur kehamilan mencapai 20 minggu. Gangguan ini terdapat pada
setidaknya 5-7% pada seluruh kehamilan dengan insidensi 23.6 kasus pada 1000
kelahiran bayi di Amerika Serikat1. Komplikasi dari hipertensi adalah penyebab
ketiga terbesar setelah perdarahan dan embolisme yang menyebabkan kematian
pada kehamilan. Preeklampsia dikaitkan dengan peningkatan resiko dari abruptio
plasenta, gagal ginjal akut, komplikasi serebrovaskular dan kardiovaskular,
pembekuan intravaskular meluas ( disseminated intravaskular coagulation ) dan
kematian ibu hamil.

Preeklampsia dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu

preeklampsia ringan dan berat. Angka kejadian rekurensi preeklamsia kategori


berat lebih kurang 20-25% pada kehamilan selanjutnya 2. Karena itu, diagnosa dini
dan penanganan tepat dari preeklampsia berat menjadi hal yang sangat penting
dan tidak dapat dielakkan lagi, dengan tentunya tidak mengesampingkan
diagnosis dan penanganan preeklampsia ringan

KLASIFIKASI
Pada saat ini, untuk lebih menyederhanakan dan memudahkan The
Working Group Report dan High Blood Pressure in Pregnancy (2001)
menyarankan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan sebagai berikut :
1. Hipertensi gestasional
2. Hipertensi kronis
3. Hipertensi kronik + Superimposed Preeklampsia
4. Preeklampsia
5. Eklampsia
Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg dan tekanan darah sistolik > 140 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak : 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika
dijumpai protein dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan
kualitatif minimal positif (+) satu.(2,3)
DEFINISI(4,5,6,7)
1. Hipertensi Gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tetapi
tanpa proteinuria.
- TD mencapai > 140/90 mmHg, tetapi proteinuri (-) untuk pertama kali
dalam masa kehamilan
- Transient hipertension jika tidak berkembang menjadi preeklamsi dan TD
kembali ke normal dalam 12 minggu post partum
- Dengan klasifikasi demikian maka diagnosis bahwa seorang wanita
tidak/bukan preeklamsi dibuat hanya pada postpartum
- Sehingga diagnosisnya hipertensi gestasional
- Yang paling penting ialah bahwa wanita dengan hipertensi gestasional
dapat mengalami tanda-tanda yang berhubungan dengan preeklamsi,
misalnya :

Nyeri kepala

Nyeri ulu hati

Atau trombositopeni

2. Hipertensi Kronis
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu
dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
o Tekanan darah mencapai 140/90 mmHg untuk pertama kalinya
dalam kehamilan
o Proteinuri (-)
o Transient hipertensi jika tidak berkembang menjadi preeklamsi dan
TD kembali ke normal dalam 12 minggu post partum
o Diagnosis terakhir hanya bisa dibuat setelah post partum
Yang paling penting ialah wanita dengan hipertensi gestasional dapat
mengalami tanda tanda yang berhubungan dengan preeklamsi, misalnya
nyeri ulu hati atau trombositopeni.
Pada wanita muda hipertensi terjadi akibat penyakit parenkim ginjal.
Hipertensi kronis yang diperberat preeklamsi terjadi pada 25% risiko
solusio plasenta.
Janin pada wanita hipertensi kronis berisiko IUGR dan kematian. Sering
terjadi superimposed preeklamsi pada wanita lebih cepat daripada preeklamsi
murni. Hipertensi kronis dalam kehamilan tekanan darah meninggi baik
sistole atau diastole setelah 26-28 minggu. Preeklamsi ditandai proteinuria.
3. Hipertensi Kronik + Superimposed preeklamsi
Adalah hipertensi kronis yang disertai dengan gejala preeclampsia
4. Preeklamsi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.

10

Kriteria minimum :
-

tekanan darah 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu

proteinuri 300mg/24 jam atau+1

Kriteria tambahan
-

tekanan darah 160/110 mmHg

proteinuri 2,0 gr/24 jam atau +2

Kreatinin serum > 1,2 mg/dL, kecuali sebelumnya memang telah


meningkat

Trombosit < 100.000 mm3

Mikroangiopati hemolisis (peningkatan LDH)

Sakit kepala yang menetap atau gangguan serebral atau penglihatan

Nyeri ulu hati tetap

Preeklamsi merupakan sindroma spesifik dalam kehamilan akibat


berkurangnya perfusi organ sekunder terhadap vasospasme dan aktivasi
endothelial. Proteinuria merupakan tanda penting pada preeklamsi. Bila tidak
ada maka dipertanyakan.
Proteinuria > 300 mg/24 jam atau persistent 30 mg/dl (+1 dipstick) pada urin
random.
Proteinuria +2 atau lebih atau protein dalam urin 24 jam 2 gr atau lebih
adalah preeklamsi berat, dimana filtrasi glomerulus terganggu dan kreatinin
meningkat.
Nyeri epigastrium/kuadran kanan atas : akibat nekrosis hepatoseluler,
iskemia dan edema karena regangan kapsul Glissons. Sering disertai
meningkatnya enzim liver dan merupakan tanda untuk terminasi kehamilan.
Nyeri akibat infark/perdarahan sama seperti karena ruptur hematoma
subkapsuler. Ruptur hepar jarang dan sering berhubungan dengan hipertensi
pada orang yang lebih tua dan multipara
Trombositopeni, merupakan tanda memburuknya preeklamsi akibat
aktivitas platelet dan agregasi dan hemolisis mikroangiopati akibat vasospame

10

11

hebat.

Gross

hemolisis

hemoglobinemia,

hemoglobinuria,

hiperbilirubinemia merupakan tanda beratnya penyakit.


5. Eklamsi
Ialah kejang pada wanita yang preeklamsi dan bukan akibat etiologi lain.
Kejang bersifat grand mal dan terjadi selama dan setelah persalinan. Kejang
terjadi > 48 jam post partum terutama pada nullipara sampai 10 hari post
partum.
FAKTOR RESIKO
Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada kehamilan / preeklampsia / eklampsia :
a. Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada
wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita
hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
b. Paritas
-

angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua


primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat

c. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai + 25%
d. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan
janin
e. Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian
lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi.
Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight
f. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,
dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus.

11

12

Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya bukan


pre-eklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal / vaskular primer akibat
diabetesnya.
Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan
pre-eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini /
pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga
sesuai dengan pada pre-eklampsia.
g. Penyakit ginjal / hipertensi sebelum kehamilan

PATOFISIOLOGI (4)
Hipertensi dalam kehamilan biasanya terjadi pada wanita :
1. Yang terpapar villi chorian untuk pertama kali
2. Yang terpapar villi chorion yang besar seperti pada gemelli atau mola
hidatidosa
3. Yang sebelumnya mempunyai penyakit vaskuler
4. Yang secara genetis merupakan predisposisi untuk hipertensi dalam
kehamilan
Berbagai teori yang pernah dikemukakan, antara lain : (8)
1. Teori intoleransi imunologik pada ibu dan janin
HLA G ( Human Leukocyte Antigen Protein G ) berperan dalam
modulasi respon imun sehingga imunitas ibu tidak akan menolak hasil konsepsi
dan melindungi trofoblas janin dari lisis oleh NK cell ibu. Selain itu untuk
mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
2. Faktor genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi. Ibu yang mengalami
preeclampsia, 26 % anak perempuannya preeclampsia juga.
3. Faktor nutrisi

12

13

Ada yang mengemukakan bahwa penyakit ini berhubungan dengan adanya


defisiensi kalsium, protein, kelebihan garam natrium atau kekurangan asam
lemak tidak jenuh. Pemberian minyak ikan juga bisa mengurangi resiko
preeclampsia. Minyak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan dan mencegah vasokonstriksi darah.
4.Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, invasi trofoblas ke dalam lapisan otot a.spiralis
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi a.spiralis.
invasi ini masuk ke jaringan a.spiralis sehingga jaringan matrix gembur kemudian
mudah distensi dan dilatasi sehingga dapat menurunkan tekanan darah,
menurunkan resistensi vascular, dan meningkatkan sirkulasi darah terutama ke
plasenta agar perfusi ke janin baik. Hal itulah yang disebut dengan Remodelling a.
spiralis.
Pada hipertensi, tidak terjadi invasi ke trofoblas, dan Remodelling
a.spiralis pun gagal yang menyebabkan tekanan darah uteroplasenta menurun dan
bisa terjadi hipoksia dan iskemia.
5. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Pada mulanya faktor ini dianggap sebagai penyebab dari penyakit ini
karena akan bertanggung jawab langsung pada kejadian vasokonstriksi dan
hipertensi. Meskipun demikian, ternyata kemudian, ada faktor lain yang
mendahuluinya yang menyebabkan dikeluarkannya zat-zat vasoaktif ini.
Endotelin merupakan vasokonstriktor yang kuat yang dihasilkan oleh endotel
pembuluh darah. Plasma endothelin-1 dilaporkan meninggi kadarnya dalam
darah ibu dengan preeklamsi. Sebaliknya nitrit oksida (NO) yang dulunya
dikenal sebagai EDRF (endothelium derived relaxing factor) ditemukan
menurun kadarnya atau menghilang dalam serum penderita preeklamsi .
Nitrit oksida merupakan vasodilator yang kuat yang disintesis dari L-arginine
oleh sel eadotel. Hambatan pada produksi NO akan menyebabkan peninggian
tekanan arteri rata-rata, penurunan frekuensi denyut jantung, dan meningkatkan

13

14

kepekaan pembuluh darah pada zat-zat vasokonstriktor.


6.Teori adaptasi kardiovaskular
Pada kehamilan normal, vascular mempunyai daya refrakter ( tidak peka )
terhadap bahan vasopressor karena dilindungi oleh sintesis PGE2.
Pada hipertensi, daya refrakter hilang.
Preeklamsi ringan
Diagnosis Kriteria Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan dapat ditegakkan diagnosisnya dengan kriteria yaitu :

Desakan darah : 140/90 mmHg -- < 160/110 mmHg


Kenaikan desakan sistolik 30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg
tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklampsia tetapi perlu
observasi yang cermat

Proteinuria 300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick 1 +

Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik


kecuali anasarka3

Preeklampsia Berat
Kriteria Diagnosis
Himpunan

Kedokteran

Feto-Maternal

POGI

dalam

Pedoman

Pengelolaan Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia menyatakan bahwa


termasuk ke dalam preeklampsia berat adalah preklampsia dengan salah satu
atau lebih gejala dan tanda dibawah 3:

Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160


mmHg dan desakan diastolik 90 mmHg

Proteinuria : 5 gr/jumlah urine selama 24 jam. Atau dispstick 4 +

Oliguria : produksi urine < 400 500 cc/24 jam

Kenaikan kreatinin serum

Edema paru dan cyanosis


14

15

Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan


teregangnya kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar
dan biasanya diikuti dengan peningkatan enzim hepar dalam serum,
menunjukkan tanda untuk terminasi kehamilan5

Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran nyeri kepala, scotomata,


dan pandangan kabur

Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino


transferase

Hemolisis makroangiopatik

Tombositopenia < 100.000 sel/mm3

Sindroma HELLP

Pembagian Preeklampsia Berat


Preeklampsia berat dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Preeklampsia berat tanpa Impending Eklampsia
b. Preeklampsia berat dengan Impending Eklampsia, dengan gejalagejala Impending yaitu : nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah,
nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen 3, tekanan darah
meningkat progresif.
PROGNOSIS (4)
Ibu : angka kematian menurun dari 5-10% menjadi < 3%.
Terapi :
1. Kontrol kejang dengan MgSO4 loading dose iv, diikuti dengan infus kontinyu
MgSO4 atau dengan loading dose MgSO4 im dan injeksi im periodik.
2. Pemberian antihipertensi secara iv intermiten atau p.o untuk menurunkan
tekanan darah bila tekanan darah diastol cukup meningkat yaitu 100 mmHg/
105 mmHg/110 mmHg

15

16

3. Jangan memberikan diuretik dan pembatasan pemberian cairan intravena


kecuali bila hilangnya cairan sangat banyak. Jangan memberikan cairan
hiperosmosis.
4. Persalinan
PREEKLAMPSIA RINGAN
Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivasi endotel.
Manifestasi klinik
Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan
berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
Pertambahan berat badan
Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya HDK ialah terjadi
kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu singkat. Kenaikan
berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam batas wajar, tetapi bila
kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg perbulan maka harus
diwaspadai kemungkinan timbulnya HDK. Ciri khas kenaikan berat badan
penderita HDK ialah kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat, bukan
kenaikan berat badan yang merata sepanjang kehamilan, karena berat badan yang
berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada edema
Edema
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada
kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada
hamil normal, 60% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80%
edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria.
Edema disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Menurut Sarwono, edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusaka
sel endotel kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada

16

17

muka dan tangan, atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badan yang cepat.
Peningkatan tekanan darah
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Proteinuria
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus. Vasospasme yang terjadi akan menimbulkan
kerusakan terhadap pembuluh darah.
Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi
tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, gobulin, dan protein dengan berat molekul besar untuk
menembus dinding glomerulus. Akan tetapi jika sawar ini rusak, terdapat
kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus). Protein yang
lebih kecil (<20 kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh
tubulus proksial.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang
menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya. Membran basalis
glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari
epitel/pedosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektif. Pada
pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala gejala
ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsia akan timbul.
Kelainan

Ringan

17

Berat

18

Tekanan darah diastolik


Proteinuria
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan
Nyeri abdomen atas
Oliguria
Kejang
Keratinin serum
Trombositopenia
Peningkatan ezim hati
Pertumbuhan janin terhambat
Edema paru

<100 mmHg
Samar (trace) sampai +1
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
Tidak ada
Tidak ada

110 mmHg atau lebih


+2 peresisten atau lebih
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada (eklamsi)
Meningkat
Ada
Nyata
Jelas
Ada

Tes Diagnostik
Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan
edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
Tes laboratorium dasar

Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit


pada sediaan apus darah tepi).
Pada hamil normal hematokrit menurun karena hipovolemia, kemudian
meningkat lagi pada trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada
preeklamsi

hematokrit

meningkat

karena

hipovolemi

yang

menggambarkan beratnya preeklamsi.

Pemeriksaan

fungsi

hati

(bilirubin,

protein

serum,

aspartat

aminotransferase, dan sebagainya).


Dasar perubahan hepar adalah vasospasme, iskemia, dan pendarahan. Bila
terjadi pendarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis
sel hepar dan peningkatan enzim hati.

Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).


Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan
20minggu.

18

19

Hipertensi: sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik


30mmHg dan kenaikan diastolik 15mmHg tidak dipakai lagi sebagai

kriteria preeklampsia.
Proteinuria: 300mg/24jam atau 1 + dipstik
Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema
pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.

Manajemen umum preeclampsia ringan


Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu
dipertanykan, bagaimana:
-

Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi


medikamentosa.

Sikap terhadap kehamilannya; berarti mau diapakan kehamilan inui

Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?


Disebut perawatan kehamilan konservatif atau ekspektatif

Apakah kehamilan akan diakhiri (terminasi)?


Disebut perawatan kehamilan aktif atau agresif

Tujuan utama perawatan preeklampsia


Mencegah kejang, perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi
organ vital, dan melahirkan bayi sehat.

Rawat jalan (ambulatoir)


Ibu hamil dengan preeclampsia ringa dapat dirawat secara rawat jalan.
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak
harus mutlak selalu tirah baring.
Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilankan tekanan rahim pada v. kava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah baik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke
ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan dieresis.
Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan
19

20

curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah


oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
Pada preeclampsia tidak tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang
dungsi ginjal masih normal. Pada preeclampsia, ibu hamil umumnya
masih muda, berarti fungsi gijal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi
garam.
Diet yang mengandung 2g natrium atau 4-6 g NaCl adalah cukup.
Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam.
Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan
konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah.
Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya, dan roboronsia prenatal.
Tidak diberikan obat-obat diuretic, antihipertensi, dan sedative. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap, dan
fungsi ginjal.

Rawat inap (dirawat di rumah sakit)


Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeclampsia ringan perlu dirawat
di rumah sakit. Kriteria preeclampsia ringan di rumah sakit, ialah (a) bila
tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu; (b)
adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeclampsia berat. Selama
di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorik.
Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi
dengan bagian mata, jantung, dan lain-lain.

Perawatan Obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya


Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu
sampai 37minggu.
Pada kehamilan preterm (<37minggu), bila tekanan darah mencapai
normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
20

21

Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37minggu), persalinan ditunggu


sampai tejadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.
Pengelolaan Preeklampsia Berat
Tujuan pengelolaan preeklampsia6 ialah :

Mencegah terjadinya eklampsi

Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar

Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dan jangan


sampai menyebabkan penyakit pada kehamilan dan persalinan
berikutnya (sectio caesarea menambah bahaya pada perhamilan dan
persalinan berikutnya)
Mencegah hipertensi yang menetap

Pengelolaan preeklampsia dapat berupa pengobatan jalan dan di


Rumah Sakit. Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau
preeklampsia ringan sekali misalnya kalau tensi kurang dari 140/90
mmHg dan edema serta proteinuria tidak ada atau ringan sekali. Anjuran
diberikan pada pasien semacam ini adalah :

Istirahat sebanyak mungkin di rumah

Penggunaan garam dikurangi

Pemeriksaan kehamilan harus 2 kali seminggu

Dapat juga diberikan sedativa dan obat-obat antihipertensi

Mengetahui tanda-tanda bahaya

Pengobatan di Rumah Sakit indikasinya ialah :

Tensi 140/90 atau lebih

Proteinuria positif kuat ( ++ )

Tambah berat 1 kg atau lebih dalam seminggu

21

22

Di Rumah Sakit harus dilakukan pemeriksaan dan observasi yang teliti :

Sakit kepala, gangguan penglihatan dan edema jaringan dan kelopak


mata harus ditanyakan dan dicari, karena merupakan tanda akan
terjadinya impending Eklampsia

Berat badan ditimbang sekali dalam dua hari untuk mengetahui ada
atau tidak perubahan berat badan yang abnormal

Tekanan darah diukur sekali tiap empat jam kecuali pada malam hari
kalau pasien tidur

Cairan yang keluar dan masuk diukur dan dicatat untuk mengetahui
terjadinya retensi urine atau tidak

Pemeriksaan urine tiap hari; proteinuria ditentukan kuantitatif, dari


hasil yang didapat kita akan bisa menentukan seberapa parah
kerusakan filtrasi glomerulus ginjal ( berbanding lurus dengan
kenaikan kreatin plasma )5

Pemeriksaan retina

Pemeriksaan darah

Selanjutnya perawatan dan pengobatan dilakukan sebagai berikut :

Istirahat rebah dalam kamar yang tenang dan tidak silau

Makanan yang sedikit mengandung garam (3 Gram sehari); protein


harus cukup

Cairan yang diberikan 3000 cc

Berikan sedasi kuat selama 24 jam untuk mencegah kejang-kejang,


misalnya dengan menyuntikkan morphine 20 mg disusul dengan
barbiturat (luminal sodium 100 mg tiap 6 jam), walau tindakan ini
sudah ditinggalkan karena ikut menimbulkan efek sedasi pada janin.
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan

pengelolaan dasar sebagai berikut :

22

23

1)

Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi


medikamentosa

dengan

pemberian

obat-obatan

untuk

penyulitnya
2)

Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya


yang tergantung umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya
dibagi dua, yaitu :
a. Ekspektatif; Konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu
artinya : kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil
memberikan terapi medikamentosa.
b. Aktif, agresif, dengan indikasi
bila umur kehamilan 37 minggu artinya kehamilan diakhiri

setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

Adanya gejala impending eklamsi

Laboratorik :

Adanya HELLP syndrome: kenaikan SGOT, SGPT, LDH,


Trombositopenia 150.000/ml.
Janin :

3.4.

Adanya tanda tanda gawat janin

Adanya tanda tanda hipoksia

Terapi Aktif
3.4.1. Pengobatan medisinal
3.4.1.1.Infus larutan Ringer Laktat
3.4.1.2.Pemberian MgSO4

Cara pemberian MgSO4 :


2. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
Dosis awal :

4 gram MgSO4 ( 20 cc MgSO4 40% ) diberikan secara i.v. 15


menit.

Dosis pemeliharaan

23

24

Selanjutnya diberikan MgSO4 4 - 5 gram ( 10 cc MgSO4 40% ) i.m.


Syarat syarat pemberian MgSO4

1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10 % ( 1 gram


dalam 10 cc ) diberikan i.v. dalam waktu 3 5 menit
2. Refleks patella ( + ) kuat
3. Frekuensi pernafasan 16 kali per menit
4. Produksi urin 30 cc dalam 1 jam sebelumnya ( 0,5 cc/Kg bb/jam )

Syarat-syarat penghentian MgSO4


1. Ada tanda tanda intoksikasi
2. Setelah 24 jam pasca salin
3. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan darah
(normotensif)

3.4.1.4. Anti Hipertensi diberikan bila :


1. Tekanan darah : Bila tensi 180/110 atau MAP 126.
2. Obat-obat anti hipertensi yang diperlukan:

Nifedipin : 10mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (max


120mg/24 jam) sampai terjadi penurunan tekanan darah.

Sodium nitroprusside 0,25 ug IV/kgBB/menit.

3.4.2. Pengelolaan Obstetrik


Cara terminasi kehamilan :
A. Belum Inpartu :
1. Induksi persalinan: amniotomi+tetes oksitosin dengan syarat skor
bishop 6.

24

25

Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan mesoprostol. Induksi


persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak,
induksi persalinan dianggap gagal dan harus disusul dengan pembedahan
sesar.
2. Sectio Caesaria
Bila:

Tidak ada indikasi untuk persalinan per vaginam

Induksi persalinan gagal

Terjadi maternal distres

Terjadi fetal distres

Bila umur kehamilan < 33 minggu

B. Sudah Inpartu

Perjalanan persalinan diikuti dengan Grafik Friedman

Memperpendek kala II

Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distres dan fetal


distres

Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar

Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak dianjurkan


anestesia umum

Kala I
Fase Laten :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
Fase Aktif :

Amnoiotomi

Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin

Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,


pertimbangkan S.C.
25

26

Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15


menit setelah pemberian pengobatan medisinal

Kala II
Pada persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan.
3.5.

Pengelolaan Konservatif
3.5.1. Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsi dengan keadaan janin baik.
3.5.2.

Pengobatan medisinal :

Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya dosis


awal Mg SO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja (MgSO4 40% 8 gram i.m).
Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi
ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
3.5.3. Pengelolaan Obstetrik
1.

Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan


evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes
tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan janin7 ,
pemeriksaan air ketuban dengan amniocentesis dan amnioskopi
(dilakukan setelah minggu ke 32 diilangi tiap 2 hari,
cephalometri mengukur diameter biparietalis sehingga induksi
persalinan pada anak yang terlalu kecil dapat dihindarkan ( >9
cm), kardiografi, dan penentuan estrogen dalam urine6

2.

Bila setelah 2 x 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini


dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus
diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.6

Proses terminasi kehamilan aktif diatas masih menuai kontroversi


dikalangan praktikan. Penelitian di Bangladesh membuktikan bahwa pada
26

27

kasus tertentu dengan pengawasan dan observasi yang teliti dan ketat,
kehamilan pada preeklampsia berat dan eklampsia dapat dilanjutkan dengan
tujuan untuk mencapai kematuran janin tanpa meningkatkan resiko pada ibu
janin. Dengan rata-rata mempertahankan kehamilan dalam kurun waktu
13,27 hari (cakupan 3-35 hari), dari 51 bumil yang diteliti terdapat 32 bayi
lahir dengan selamat dengan prosentase 62.75% dan hanya 1 yang
meninggal 5 menit setelah lahir9.

a. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4


b. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Hemoterapi dengan pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
<30.000/mm3 untuk mencegah perdarahan spontan.
2. Terapi konservatif dilakukan apabila umur kehamilan < 34 minggu,
tekanan darah terkontrol < 160/110 mmHg, normourine, kenaikan kadar
enzim hati yang tidak disertai nyeri perut kuadran atas kanan atau nyeri
uluhati.
3. Pemberian kortikosteroid, terutama pada kehamilan 24-34 minggu atau
kadar trombosit < 100.000/mm3. Diberikan dexametason 10 mg IV 2 x
sehari sampai terjadi perbaikan klinis (Trombosit > 100.000/mm 3, kadar
LDH menurun dan diuresis > 100 cc/jam). Pemberian dexametason
dipertahankan sampai pasca salin sebanyak 10 mg IV 2 kali sehari selama
2 hari, kemudian 5 mg IV 2 kali sehari selama 2 hari lagi.
4. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan indikasi
seperti : serviks yang belum matang (bishop score < 6), bayi prematur,
atau ada kontraindikasi.
5. Bila akan dilakukan operasi SC, kadar trombosit < 50.000/mm 3 merupakan
indikasi untuk melakukan transfusi trombosit. Pemasangan drain
intraperitoneal dianjurkan untuk mengantisipasi adanya perdarahan intra
abdominal. Bila ditemukan cairan ascites yang berlebihan, perawatan

27

28

pasca bedah di ICU merupakan indikasi untuk mencegah komplikasi gagal


jantung kongestif dan sindroma distres pernafasan.
Magnesium sulfat untuk mengontrol kejang
Pada PEB juga eklamsi, MgSO4 diberikan perenteral sebagai antikonvulsi
tanpa menimbulkan depresi SSP baik pada ibu maupun anak. Diberikan secara iv
dengan infus kontinyu atau secara im intermiten. Karena persalinan dan partus
dapat menimbulkan kejang, maka pada preeklamsi-eklamsi diberikan MgSO 4
selama parturien dan 24 jam post pastrum. MgSO4 tidak untuk terapi hipertensi.
MgSO4 merupakan antikonvulsi yang bekerja pada korteks serebri. Biasanya
pasien akan berhenti kejang setelah pemberian MgSO4 inisial dan dalam 1 jam
akan pulih.
Dosis pemeliharaan pada terapi eklamsi dilanjutkan 24 jam post partum
sedangkan eklamsi yang terjadi postpartum, MgSO4 diberikan sampai 24 jam dari
onset konvulsi.
Penderita dengan preeklamsi berat dilakukan pengelolaan secara aktif bila
didapatkan keadaan ibu dengan kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda
gejala impending eklamsi, kegagalan terapi pada perawatan konservatif 6 jam
sejak dimulainya pengobatan medisinal terjadi kenaikan tekanan darah atau
setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal tidak ada perbaikan. Pada
janin ditemukan adanya tanda-tanda gawat janin atau PJT, dan secara laboratorik
didapatkan adanya HELLP sindrom. (9)
Seluruh wanita pada usia kehamilan 40 minggu dengan preeklamsi ringan
harus diakhiri kehamilannya. Pada usia kehamilan 38 minggu dengan preeklamsi
ringan dan serviks matang dapat dilakukan induksi persalinan. Pada usia
kehamilan 32-34 minggu dengan preeklamsi berat harus dipertimbangkan untuk
terminasi dengan sebelumnya diberikan kortikosteroid. Pada ibu dengan usia
kehamilan 23-32 minggu dengan preeklamsi berat, persalinan dapat ditunda untuk
mengurangi angka kesakitan dan kematian perinatal. Bila usia kehamilan kurang
dari 23 minggu, disarankan untuk dilakukan terminasi. (10)

28

29

Cara terminasi kehamilan belum inpartu : (10)


1. Induksi persalinan
amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6
2. Seksio sesarea bila :

Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes
oksitosin

8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk kedalam fase aktif
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan

seksio sesarea.
Bila sudah inpartu : (9)
1. Pada kala I fase laten dapat dilakukan amniotomi yang dilanjutkan dengan
pemberian tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6. Pada fase aktif
dilakukan amniotomi. Bila his tidak adekuat diberikan tetes oksitosin dan bila
6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap dilakukan seksio
sesarea. Amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15
menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
2. Pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Dalam persalinan, usaha ibu untuk meneran terbatas karena kemungkinan
terjadinya peningkatan tekanan darah. Apabila syarat-syarat sudah terpenuhi,
hendaknya persalinan diakhiri dengan partus buatan. Meskipun demikian bila
keadaan ibu dan bayi baik, usaha meneran ibu dapat dilanjutkan dan bayi dapat
lahir spontan. (4)

29

30

DAFTAR PUSTAKA
1. James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B. High Risk Pregnancy,
Management Options 2nd ed. London : WB Sounders Company, 2001 : 63951.
2. Roeshadi RH. Hipertensi dalam kehamilan : Bandung, 2000
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom
K.D. William Obstetrics 21th ed.London: McGraw-Hill,2001: 567-618.
5. Report of the Working Group on Research on Hypertension During
Pregnancy (2001). National Heart, Lung and Blood Institute. Retrieved
October 24, 2004 from :
http://www.nhlbi.nih.gov/resources/hyperten-preg/#background

30

You might also like