You are on page 1of 4
482 Trakeostomi pada trauma maksilofasial dewasa (Tracheostomy in adult maxillofacial trauma) anny Kuriawan Darlanto® éan Harry Kalin** 'haasiswa PPDGS Bapian Uns Bedah Molt dan Maksitail Stat Peng Bagin In Bedah Mutat dan Mallia Faklis Kedokteran Gipt Universitas Pajiagaran Bandon ~Indonesa ABSTRACT The management of airway in adult patent with maxillofacial trauma has always been a nightmare for both anesthetist and oral ‘and masilofatal surgeon. Adult patient with trauma of the face and neck or head injury may require tracheastomy because of ‘insay obstruction secondary to trauma or because these patient cannot protect thelr own airways against aspiration. Appropriate management of tracheostomy that requires a siled appracch and safe techniques of assessing patients for decannulation is an inportan task for surgeon . The Complication of rackeostomy is numerous and some can be fatal. Special attention must be paid to prevent, identify, and manage the complication. Key worde: maxilofacie! trouma, wacheostomy Korespondensi (correspondence): Danny Kummiawan Darianto, Mahasiswa PPDGS Bagian Timw Bedah Mulut dan Maksilofaia, Fakults Kedokteran Gigi Universitas Padjjaan, Jin Ekologi No, 10 Bandung, Indonesia. E-mail: ohindshnyapapua@ yahoo.com PENDAMULUAN ‘Trakeostomi merupakan suato teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernapasan bagianatas! Ins yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan membuat stoma yang selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat ‘masuk ke dalam parv-paru dengan menggunaken jalan pinta jalan nafas bagian atasdisebot dengan rakeestomi TTindakan trakeostomi untuk mengatasi keadaan gawat darurat disebut dengan trakeostomi gawat darurat sedangkan tindakan trakeostomi yang terencana dan dilakukan di kamar operasi disebut dengan trakeostomi elektif! Resiko sumbatan jalan napas pada pasien dengan ‘trauma maksilofasial merupakan suatu keadaan yang tidak dapat diduga oleh karena it penilaian jalan nafas sangat penting pada saat survei primer.‘ Indikasi interven jalan nafas definitif pada trauma maksilofasil harus mampu. rmelindungi pasien dari obstruks jalan nafas dan kegagalan, mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Apabila intubasi diindikasikan tetapi trakea tidak dapat diimtubasi maka berturut-turut dilakukan tindakan needle cricothyrotomy, krikotiroidotomi dan trakeostomi+* ‘Trauma maksilofasial dengan risiko sumbatan jalan rnapas merupakan salah satu dari indikasi dasar untuk ‘melakukan suatu tindakan trakeostomi.? Tindakan ‘rakeostomi saat ini lebih dipertimbangkan dibandingkan dengan intubasi endotrakeal jangka panjang yaitu pada pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanis lebih dari 10 ni 2® Indikast dan kontraindikasi Menurut Endean et al. tindakan trakeostomi iindikasikan pada pasien (1) yang memerlukan ventilasi ‘mekanis dalam jangka panjang, (2) dengan keganasan kepala dan leher yang akan dilakukan reseksi yang sult dilakukan intubasi, (3) dengan trauma maksilofasial disertai dengan riko sumbatan jalan napas, (4) dengan ‘sumbatan jalan napas akibat dari trauma, Iuka bakar atau kkeduanya, (5) dengan gangguan neurologis yang disertsi dengan risiko sumbatan jalan napas, (6) dengan severe sleep apnea yang tidak dapat dilakukan intubasi? ‘American College of Surgeons dan Royal College of Surgeons menyatakan bahwa tindakan bedah membebaskan jalan napas diindikasikan bila intubasi endotrakeal tidak dapat membebaskan jalan napas.® ‘Tindakan trakeostomi merupakan kontra indikasi bila tindakan Konservatif membebaskan jalan napas masih dapat dilakukan? Wak CObstruksi saluran pernapasan bagian atas oleh Karena trauma membutuhkan tindakan pembedashan untuk ‘memnbebaskan jalan napas. Krikotioidotomi lebih mudah dilaksanakan pada keadaaan gawat darurat daripada trakeostomi, setelah jalan napas dibebaskan maka kikotiroidotomi dapat dikonversikan dalam trakeostomi clektif, Pasien dengan trauma maksilofasial dengan risiko {gangguan jalan napas memerlukan intubasi translaring yang haus segera diikuti dengan trakeostomi gawat arurat di ruang operasi ‘Waktu untuk melakukan tindakan trakeostomi pada pasien yang memerlukan intubasitranslaring dalam jangka Datianto: Trakeostomi pads trauma maksiofasial dewaea panjang bingga saat ini masih diperdebatkan karena {ntubasitranslaring hanya memiliki sedikit komplikas bila digunakan kurang dari 10 hari.® Stenosis subglotik ‘merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pemakaian, intubasi translaring dalam jangka panjang! akan tetapi Komplikasi jalan napas lain pada saat dilakukan ‘rakeostomi akan meningkat bila intubasi digunakan lebih dari 10 hari Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa (rakeostomawal yatutrakeostomi yang dilakukan kurang dari 7 hari setelah intubasi translaring dapat menurunken jumlab hari penggunaan ventilator mekanis,? sedangkan Johnson? memberikan pernyataan bahwa nilsi glasgow ‘coma scale sebesar 9 atau kurang merupakan salah satu kriteria penilaian pasien trauma yang membutuhkan ventilator mekanis jangka panjang, Penilaian ini dilakukan 48 jam setelah pasien memakai ventilator mekanik sehingga bila sudah diilai pasien memeslukan ventilator dalam jangka panjang maka tindakan trakeostomi dapat, ilakukan Penatalaksanaan trakeostomi Penyediaan oksigen yang cukup bagi otak merupakan prinsip penatalaksanisan tindakan pembebasan jalan nafes, bagi pasien dengan trauma maksilofasial dengan risiko suunbatan jalan napas. Pembebasan jalan nafas pada pasien dengan trauma maksilofasial selalu mengikuti protokol ‘advanced trauma life support atau primary trauma care sehingga tindakan bedah pembebasan jalan napas ‘merupakan pilihan terakhir§ Algoritma penatalaksanaan, tindakan tersebut tampak pada gambar L ——— ee ¥ ¥ “exrmesr_|_[ Surgical airway Gambar 1. Algoritmatindakan pembebasan pasien trauma maksilofasal© napas pada Eyaluasi radiologis pada pasien dengan maksilofasial trauma yang akan dilakukan trakeastomi tidak mutlak hharus dilaksanakan Karena adanya Kemungkinan risiko ‘ersumbatnya kembali jalan napas akibat ekstubasi,* akan, tetapi menurut Weymullr® foto lateral dan anteroposterior pada leher akan sangat membantu melibat daerah tempat, Tindakan rakeostomi untuk membebaskan jalan napas ‘pada trauma maksilofasial dengan risiko sombatan napas sebaiknya dipikirkan Keuntungan dan kerugiannya serta {Komplikasi yang terjadi meskipun tidak ads kontrainikasi yang mutlak DAFTAR PUSTAKA 1. Makar E, Gone eaceosiomy. Annals Long Term Cae, 2002 fo19y 1, 2. Endean ED, Griffen MM, Kearney PA. Tacheotary. General surgery board review mana. Turner White Communications ne ‘Avulble from: ORL: pps uneehiuecom, Accessed December 10,1959 3, WeymilerEA. Acie sire management. fn Cumming Cee. Ovearyaglogyhead and aeck surgery. 7 ed St Lous: Mosby ‘Year Book Company. (999: p 153.62, 2389.91 4. Buehler Cc. Trauma guideline manual. Moons Azea Toma Regions Advisory Comte, 2000; p. 80-125, 5, American Collegeof Sergeons. Raya Coleg of Sorgsons, Royal College of Anaibetit. Advanced trauma ite support. Pinay tenuma care, Available ftom: URL: pps trauma com, ‘Accessed March 10,1998, 6, Chan MTV. Head injury. Management of uaconsious paint Deparment of Ansthsi an! Intensive Care, Chinese Uieri. Prince of Wales, Honghong. Available from: URL: Mp! sev intensiecingcom.Aeseiel Jane 10.2002 7, ReisCE. Cricotyrldotomy racheostomsrway ad wnt, Medstudeot Homepege. Available fom: URL; higpulsau, Madstudencom, Accessed January 15, 1992 Santor PM, Alain A, Weymuler EA. Risk factors sociated ‘eth prolonged intubation and leynges!injry. Journal of Orolatyagolouy-Head and Neck Surgery 1994 0(86): 3463. 9 Jens SB, Keamey PA, Barer DE Early ected redicve of, ‘prolonged mechanical ventilation, Journal of Teauma. 1992; 5399), 95100. 10, Montgomery W. Sergey ofthe wperrspetory assem, 2a, Philadelphia: Lea & Feige. 198: p. 4058

You might also like