Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing
dr. Harie, Sp.M
Disusunoleh
Klarissa Chrishalim 2014-061-181
Jessica Yulianti
2014-061-187
Sharon Issabel
2014-061-189
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
PERIODE 19 Maret 2016 23 April 2016
RSUD R. SYAMSUDIN, SH - SUKABUMI
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
: Tn. P
: 80 tahun
: Sukabumi
Pekerjaan
Pendidikan
Status pernikahan
Agama
Tanggal Pemeriksaan
: Sudah Pensiun
: SMA
: Sudah Menikah
: Islam
: 4 April 2016
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan pusing disertai dengan mual muntah
B. Keluhan Tambahan
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamsudin SH untuk
meminta surat rujukan kontrol ke Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC).
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli bagian mata untuk meminta surat rujukan kontrol ke
RSMC, Bandung, karena sudah waktunya pasien untuk kembali kontrol
semenjak pasien kontrol terakhir pada bulan december 2015.
Saat datang ke poli bagian, pasien mengatakan bahwa sudah semenjak 2 hari
SMRS pasien merasa pusing disertai dengan muntah. Pusing lebih dirasakan
saat pasien membuka mata dan dalam sehari pasien bisa 2 kali muntah. Pasien
mengaku tidak memiliki keluhan seperti demam, diare, ataupun adanya
gangguan pendengaran.
Pada saat pasien terakhir memeriksakan diri bulan December 2015, ditemukan
pada pemeriksaan Tonometri Schiotz mata kanan pasien meningkat yaitu 8/10
atau 23,1 mmHg. Setelah ke Bandung pasien diberikan 4 macam obat dan
diminta kontrol 3 bulan kemudian.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
meminum obat.
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat operasi
- Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan bulan November 2011,
dan operasi glaukoma pada mata kiri pada bulan December 2011.
B. Pemeriksaan Oftalmologi
Variabel
Visus
Kedudukan Bola Mata
Gerakan Bola Mata
Konjungtiva
Tarsalis Superior
Tarsalis Inferior
Bulbi
Subkonjungtiva
Kornea
Oculus Dextra
5/20 (5/15)
Ortoforia
Normal ke segala arah
Oculus Sinistra
5/20F (5/6F)
Ortoforia
Normal ke segala arah
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-)
Perdarahan
subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
subkonjungtiva (-)
Jernih
Edema (-)
Infiltrat (-)
Iris
Pupil
Refleks Pupil
Lensa
Sekret
Tekanan Intraokular
IV.
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 4 mm (tanpa
Jernih
Kedalaman : sedang
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat kehitaman
Kriptus (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
Isokor
Bulat
Diameter 4 mm (tanpa
midriatikum)
Direk (+) dan indirek (+)
Jernih
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
8/5,5 (10,2 mmHg) N
midriatikum)
Direk (+) dan indirek (+)
Jernih
(-)
Tonometri digital : N
Tonometri Schiotz :
8/5,5 (10,2 mmHg) N
Resume
Pasien datang ke rumah sakit pada Senin, 4 April 2016 dengan keluhan
pusing disertai muntah, dan pasien meminta rujukan untuk kontrol ulang ke RSMC
Bandung karena pada pemeriksaan sebelumnya terdapat peningkatann TIO pada
mata kanan (Desember 2015). Dari bandung, 4 jenis obat yaitu glaucon,
glucophage, timolol meleate 0,5%, dan liters. Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi terkontrol dan diabetes mellitus tidak terkontrol.
Pada bulan November tahun 2011, pasien telah menjalani operasi katarak
pada mata sebelah kanan, dan pada bulan Desember tahun 2011 pasien menjalani
operasi glaukoma (iridektomi) pada mata sebelah kiri.
Pada pemeriksaan umum, pasien tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital, ditemukan pasien memiliki hipertensi Grade I. Pada
pemeriksaan oftalmologi mata kanan pasien ditemukan visus 5/20 (tanpa koreksi)
dengan koreksi 5/15 dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan lain. Pada
pemeriksaan oftalmologi mata kiri pasien 5/20F (tanpa koreksi) dengan koreksi
5/6F, ditemukan adanya bekas iridektomy pada pemeriksaan slit lamp dan tidak
ditemukan kelainan pada pemeriksaan lain.
V. Diagnosis Kerja
- Open-Angle Glaukoma dan Pseudofakia oculus dextra
- Post-iridektomi oculus sinistra.
VI. Penatalaksanaan
Acetazolamide tab 250 mg, 3 dd 1
Timolol maleate 0,5 % eye drop, 2 dd gtt II OD
KSR tab 600 mg, 2 dd 1
VII. Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : malam
Quo ad sanationam : malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
1. Definisi
4. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Herediter, dimana dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara multifaktorial.
2. Umur, dimana tekanan intraokular meningkat sesudah usia 40 tahun disebabkan
penurunan aliran humor aqueous.
3. Jenis kelamin, pada usia 20-40 tahun prevalensi glaukoma adalah sama, namun
pada kelompok usia lebih tua peningkatan intraokular lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita.
4. Variasi diurnal tekanan intraokular, pada umumnya tekanan intraokular
meningkat pada pagi hari dan menurun pada sore hari, disebabkan oleh kadar kortisol
plasma. Pada mata normal, perubahan tekanan ini <5 mmHg namun pada mata yang
glaukoma dapat >8 mmHg.
5. Variasi postural, dimana tekanan intraokular meingkat ketika berubah posisi dari
duduk ke berbaring.
6. Tekanan darah, dimana prevalensi glaukoma lebih banyak pada hipertensi
dibandingkan normotensi.
7. Tekanan osmotik darah, dimana peningkatan osmolaritas plasma yang terjadi
setelah pemberian manitol IV, gliserol oral maupun pasien dengan uremia
berhubungan dengan turunnya tekanan intraokular, dan sebaliknya.
8. Anestesi umum dan obat-obatan lainnya dapat memengaruhi tekanan intraokular,
seperti alkohol menurunkan tekanan intraokular, rokok, kafein, dan steroid
menaikkan tekanan intraokular.
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering
5. Klasifikasi
Berdasarkan dari patofisiologinya, glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Glaukoma
a.
Glaukoma primer sudut terbuka (Primary Open Angle Glaucoma / POAG) merupakan
tipe glaukoma dengan peningkatan tekanan intraokular yang tidak jelas penyebabnya,
baik penyebab ocular maupun sistemik, terjadi pada mata dengan sudut terbuka pada
bilik mata depan. Glaukoma primer sudut terbuka juga disebut sebagai glaukoma
simple kronis yang terjadi pada usia dewasa dan memiliki karakteristik peningkatan
tekanan intraokular secara progresif dan perlahan (>21 mmHg) berkaitan dengan
cupping diskus optikus dan defek lapang pandang.
Etiopatogenesis
Etiopatogenesis POAG tidak diketahui secara pasti. Beberapa fakta yang telah
diketahui berkaitan sebagai berikut :
1. Faktor risiko
Herediter : POAG melibatkan berbagai gen. Pada pasien POAG, risiko
yang lebih parah pada orang kulit hitam dibandingkan kulit putih.
Lainnya : myopia, hipertensi, diabetes mellitus, tirotoksikosis (contoh :
1. Pada awalnya, gejalanya biasanya tidak terasa dan asimptomatik. Pasien akan
menyadari saat kehilangan lapang pandang secara signifikan. Maka dari itu,
pemeriksaan mata secara periodik dibutuhkan pada usia lanjut.
2. Pasien dapat mengalami nyeri kepala dan nyeri pada mata, namun dalam derajat
yang ringan.
3. Pasien biasanya juga mengeluhkan mengganti kacamata presbiopia secara
berkala. Pasien mengalami kesulitan dalam membaca dan bekerja, hal ini
disebabkan karena kegagalan akomodasi lensa akibat tekanan konstan yang
terjadi pada otot siliaris dan persarafannya.
4. Mata pasien lama beradaptasi dalam kegelapan, terutama pada tahap lanjut.
Tanda
1. Tanda pada segmen mata anterior. Pemeriksaan pada mata seperti dengan
biomikroskop lampu celah dapat memberikan gambaran yang normal.
2. Perubahan tekanan intraokular. Pada tahap inisial, tekanan intraokular dapat
meningkat secara tidak permanen, namun dapat terjadi variasi diurnal yang
berlebihan. Maka dari itu, dibutuhkan observasi berulang tekanan intraokular
(setiap 3-4 jam) selama 24 jam (diurnal variation test). Pada kebanyakan pasien
POAG, tekanan intraokular menurun pada malam hari, berlawanan dengan
glaukoma sudut tertutup. Pola variasi diurnal pada tekanan intraokular dapat
dilihat pada gambar. Dengan pemeriksaan tonometer Schiotz, variasi di atas 5
mmHg mengarah kepada kecurigaan diagnosis, sedangkan variasi di atas 8
mmHg mengonfirmasi diagnosis glaukoma. Pada tahap lanjut, tekanan
intraokular dapat meningkat secara permanen > 21 mmHg, dan berkisar antara
30-45 mmHg.
Terapi obat tunggal / kombinasi. Obat antiglaukoma tunggal dapat menajdi terapi
inisiasi. Terapi kombinasi diindikasikan jika obat tunggal tidak efektif dalam
mengontrol tekanan intraokular.
Golongan Farmako Reduksi
Efek samping
Kontraindikasi
Contoh
obat
Analog
dinamik
Mening
obat
Latano
prostagla
katkan
edema
Riwayat
ndin
aliran
Injeksi
herpes
keluar
konjungtiva
1x/hari
uveoskle
Peningkatan
Travop
ra
pertumbuhan
rost
trabekul
bulu mata
0,004%
ar
Hiperpigmentasi
1x/hari
TIO (%)
25-33
atau
keratitis prost
0,005%
periokular
Perubahan warna
iris
Uveitis
Kemungkinan
aktivasi
virus
herpes
Toksisitas kornea PPOK (nonselektif)
Timolo
nkan
Reaksi alergi
Asma (nonselektif)
l 0,25%
produksi
Bronkospasme
CHF
dan
aqueous
Bradikardi
Bradikardia
0,5%
humor
Depresi
Hipotensi
2x/hari
Impotensi
Beta
Menuru
blocker
20-25
dari derajat 1
Agonis
Non
alfa
20-25
ol 0,5%
2x/hari
monoamine Brimon
Injeksi
Terapi
selektif:
konjungtiva
oksidase penyekat
idine
adrenergi
memper
Reaksi alergi
0,2%
baiki
Kelelahan
2x/hari
aliran
Somnolen
Apracl
aqueous
Nyeri kepala
onidine
Selektif:
1%
Menuru
atau
nkan
0,5%
produksi
untuk
aqueous,
jangka
menurun
pendek
kan
tekanan
vena
episkler
a
atau
meningk
atkan
aliran
keluar
uveoskle
Agen
ra
Mening
parasimp
20-25
Peningkatan
Glaukoma
Pilokar
katkan
miopia
atomimet
aliran
ik
keluar
atau dahi
trabekul
penglihatan
Katarak
Dematitis kontak
periokuler
Toksisitas kornea
Penutupan sudut
Penyekat
Menuru
15-20
paradoksal
Topikal:
Alergi sulfonamid
Dorzol
karbonik
nkan
Sensasi
anhidrase
produksi
metalik
aqueous
Dermatitis
humor
konjungtivitis
Anemia aplastik
atau Trombositopenia
Anemia sel sabit
amide
2%
3x/hari
(tungga
alergi
l),
Edema kornea
(kombi
Oral:
nasi)
SJS
Brinzol
Malaise,
amide
anoreksia,
1%
depresi
2x/hari
Ketidakseimban
Sistemi
gan
k:
elektrolit
2x
serum
Azetaz
Batu ginjal
olamid
Diskrasia darah
250-
(anemia aplastik,
1000
trombositopenia)
mg
Rasa metalik
2x/hari
Terapi kombinasi : kombinasi obat yang menurunkan produksi aqueous humor
dan obat lainnya yang meningkatkan aliran keluar aqueous humor.
-
B. Trabekuloplasty
Trabekuloplasti dengan metode laser dipertimbangkan pada kasus tekanan
intraokular tidak terkontrol dengan obat-obat kombinasi.Trabekuloplasty dapat
menurunkan 8-10 mmHg pada pasien yang telah menjalani terapi medis dan 12-16
mmHg yang tidak menjalani terapi medis.
C. Pembedahan filterasi
Pembedahan filterasi diindikasikan pada kasus yang tidak efektif dengan terapi
medis dan trabekuloplasty.
Hipertensi okular
Hipertensi okular ataupun suspek glaukoma adalah keadaan dimana pasien memiliki
tekanan intraokular lebih dari 21 mmHg tanpa adanya perubahan pada lapang pandang
maupun diskus optikus.Pasien dengan hipertensi okular harus dimonitor oleh dokter
spesialis mata atau diterapi seperti POAG jika memiliki faktor risiko tinggi.
Faktor risiko tinggi:
Terapi:
Pasien dengan faktor risiko tinggi dapat diterapi sama dengan POAG, dengan
Diduga merupakan hasil dari vaskular perfusi kronis yang rendah, yang menyebabkan
tekanan intraokular tetap normal. Terdapat hubungan dengan kondisi berikut:
Gejala klinis
Gejala klinis dari glaukoma ini mirip dengan POAG, hanya saja tekanan intraokular pada NTG
<21 mmHg. Karakteristik lain dari NTG adalah asosiasi yang sudah disebutkan pada
patogenesis.
Diagnosis banding
POAG: pada stadium awal, POAG dapat memiliki tekanan intraokular yang
normal karena lebarnya variasi diurnal. Tes variasi diurnal umumnya
menunjukkan tekanan intraokular >21 mmHg pada jam-jam tertentu pada pasien
POAG.
Anomali diskus optikus kongenital: seperti besarnya celah diskus optikus atau
koloboma dapat disalahartikan sebagai kerusakan akibat glaukoma. Diperlukan
pemeriksaan yang teliti untuk mencegah hal ini.
Penanganan
vasospasme perifer.
Monitor tekanan darah sistemik harus dilakukan dalam 24 jam. Jika terjadi
nocturnal dip, dapat dihindari pemberian dosis malam untuk antihipertensi.
b.
o Mata dengan sudut bilik mata depan yang sempit, diakibatkan oleh
bola mata kecil, ukuran lensa relatif besar dan diameter kornea yang
-
Appositional angle
closure
Pada mata dengan glaukoma sudut tertutup primer laten tanpa terapi, dapat
terjadi kondisi berikut:
o Tekanan intraokular normal
o Glaukoma sudut tertutup subakut atau akut dapat terjadi sewaktu-waktu
o Glaukoma sudut tertutup kronik dapat terbentuk tanpa harus melewati
stadium akut atau subakut
Diagnosis
Terapi:
o Iridektomi laser profilaksis harus dilakukan untuk kedua mata pasien yang
didiagnosis sebagai glaukoma sudut tertutup laten. Jika tidak ditangani,
risiko kenaikan akut dalam 5 tahun mencapai 50%.
televisi atau film di ruangan gelap, atau saat cemas (overaktivitas simpatis)
Perubahan pada bilik mata depan secara fisiologis setelah berbaring
Gejala klinis
Gejala: PACG subakut ditandai dengan pengalaman penglihatan kabur unilateral tiba-tiba, sakit
kepala, halo berwarna di sekitar cahaya, dan nyeri pada mata yang terkena. Serangan rekuren
tidak sering terjadi.Diantara serangan rekuren, pasien tidak merasakan gejala papun.
Tanda
Pada pemeriksaan, mata terlihat putih dan tidak terkongesti.
Mata yang mengalami PACG subakut tanpa diterapi dapat terjadi serangan akut glaukoma sudut
mata tertutup primer, maupun dapat menjadi kronis tanpa melewati fase akut.
Diagnosis dan terapi
Diagnosis sama dengan PACG laten.
Diagnosis banding dari halo berwarna pada PACG
Halo berwarna terjadi karena akumulasi cairan pada epitel kornea dan alterasi dari kondisi
refraksi pada lamela kornea. Pasien akan mengeluhkan adanya warna terdistribusi seperti warna
pelangi saat melihat cahaya. Halo berwarna ini harus dapat dibedakan dengan yang terjadi di
konjungtivitis akut purulen maupun katarak imatur. Pada konjungtivitis, halo dapat hilang ketika
sekret dibersihkan. Pada glaukoma dan katarak imatur, halo dapat dibedakan dengan melakukan
tes Fincham, yaitu menyorotkan stenopaeic slit melewati pupil. Pada tes ini, halo pada glaukoma
tetap intak sedangkan pada katarak menjadi bersegmen.
Serangan PACG akut terjadi karena penutupan sudut mendadak yang mengakibatkan
kenaikan tekanan intraokular secara tiba-tiba.PACG akut adalah keadaan emergensi.
Gejala klinis
Gejala
Nyeri, nyeri yang dialami berupa nyeri hebat yang menjalar sepanjang cabang
persarafan N.V
Mual dan muntah yang dapat berhubungan dengan nyeri
Perburukan penglihatan secara cepat dan progresif, mata merah, fotofobia, dan
lakrimasi
Riwayat adanya serangan PACG subakut pada 5% penderita
Tanda
dan akomodasi
Tekanan intraokular naik secara signifikan, umumnya 40-70 mmHg
Diskus optikus edema dan hiperemis
Pada mata sebelahnya dapat terjadi PACG laten
Diagnosis
Terapi
Medikamentosa
o Agen hiperosmotik, seperti manitol 1 gram per kgBB
o Asetazolamid 500 g IV diikuti 250 mg tablet 3 kali sehari
o Analgesik dan antiemetik
PACG postsurgical postkongestif, yaitu status klinis pada mata setelah terapi
Creeping synechial angle closure, yang terjadi mulai dari superior dan
progresif bertahap secara sirkumferens sampai tercapai sudut 360 derajat
Gejala klinis
Terapi
3. Enukleasi bola mata. Dapat dipertimbangkan pada kondisi nyeri tidak dapat
diatasi dengan metode lainnya.
Komplikasi
Tekanan intraokular yang meningkat berkepanjangan dapat menimbulkan komplikasi :
1. Ulserasi kornea diakibatkan edema epithelial dam insenstivitas. Ulser dapat
menimbulkan perforasi.
2. Pembentukan stafiloma.
Peningkatan
tekanan
intraokular
menyebabkan
tekanan
intraokular,
peningkatan
kedalaman
kamera
anterior,
Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, yang
disebabkan oleh :
Kelainan Lensa
o
Luksasi
Luksasi lensa ke depan atau ke belakang, lensa yang membengkak karena
katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan uveitis yang
o
dikeluarkan.
Fakoanafilaktik
Pada katarak yang terlalu matang
Kelainan Uvea
o
Uveitis
humor terhambat.
Penyebab Glaukoma Sekunder lainnya :
o
Rubeosis iridis (akibat thrombosis vena arteri sentral)
Menyebabkan pembentukan pembuluh darah iris. Dimana pada bagian
perifer iris dapat terjadi perlekatan sehingga sudut balik mata depan
tertutup. Biasanya glaukoma yang ditimbulkan akan memberikan keluhan
o
memiliki
bakat
6. Pemeriksaan penunjang
- Iluminasi oblik dari COA
COA diiluminasi dengan sinar dari lampu tangensial menuju bidang
iris.Pada mata dengan kedalaman COA yang normal, iris tampak seragam
saat diiluminasi.Pada mata dengan COA yang dangkal dan sudut yang
Gonioskopi
Sudut dari COA dievaluasi dengan gonioskop yang diletakkan secra
langsung pada kornea. Gonioskopi dapat membedakan beberapa
kondisi:
Sudut terbuka : glaukoma sudut terbuka
Sudut tertutup : glaukoma sufut tertutup
Akses sudut menyempit : konfigurasi dengan risiko glaukoma akut
sudut tertutup
Sudut teroklusi : glaukoma sekunder sudut tertutup, sebagai contoh
disebabkan neovaskularisasi pada rubeosis iridis.
Sudut terbuka tetapi disertai deposit sel inflamasi, eritrosit atau
pigmen pada jalinan trabekular : glaukoma sekunder sudut terbuka
Gonioskopi merupakan pemeriksaan pilihan untuk mengidentifikasi
bentuk respektif dari glaukoma.
Perubahan
glaukoma
7. Pengobatan
Prinsip dari pengobatan glaukoma yaitu untuk mengurangi produksi humor
aqueous dan meningkatkan sekresi dari humor aqueous sehingga dapat menurunkan
tekanan intra okuler.
KATARAK
I.1 Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering
dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh
dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga
factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik
(mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani
katarraktes yang berarti air terjun.. Katarak bisa terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.
Kekeruhan pada katarak umumnya mulai tampak kecil dan terlokalisasi, namun
akhirnya seluruh lensa akan mengalami kekeruhan dimana kekeruhannya biasa
terjadi mengenai dua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
I.2 Epidemiologi
Katarak tercatat sebagai penyakit kebutaan nomor satu di dunia dengan
angka 51% menyebabkan kasus kebutaan di seluruh dunia. Seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, maka meningkat pula jumlah orang yang
mengalami katarak. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis.
Katarak biasanya ditemukan pada pasien di atas umur 50 tahun, dimana 50% terjadi
pada usia 65 74
tahun
pasien di atas
70
Perkiraan
tahun.
insiden
katarak
antara
1.000
dan
adalah satu di
orang
setiap
tahunnya
terdapat
seorang
penderita
baru. Penduduk
Indonesia
juga
memiliki
antikolinesterase topikal.
Penyakit predisposisi baik dari penyakit sistemik maupun metabolik seperti
2. Diplopia monokular atau polypia terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan
dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah
ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak
ini kadang-kadang menyebabkan diplopia monokular atau polypia. Hal ini bisa terjadi
pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh
karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan pada katarak menyebabkan penurunan penglihatan
progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya
langsung tepat sasaran, dan pasien menceritakan kepada dokter mata, aktivitas apa saja
yang terganggu. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan
penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai
gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil
dan derajat miopia. Setelah didapat riwayat penyakit, maka pasien harus dilakukan
pemeriksaan penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi. Perkembangan katarak
nuklear sklerotik dapat meningkatkan dioptri lensa, sehingga terjadi miopia ringan
hingga sedang.
5. Myopic shift, Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik,
sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi.
Perubahan ini disebut second sight
Namun, seiring dengan perubahankualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya
hilang juga.
I.5 Patogenesis
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul
lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul
lensa. Pada anak dan remaja, nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua
nukleus ini menjadi keras. Bertambah tuanya seseorang membuat lensa mata
menjadi kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada
bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang,
lensa mulai mengeruh, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya
katarak.
Selain itu, oksidasi dari protein lensa juga merupakan salah satu faktor
penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri
bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman
penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam
lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat
bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar
dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah lensa tampak mengeruh dan terjadilah
penurunan penglihatan.
I.6 Klasifikasi
Klasifikasi katarak berdasarkan usia terbagi menjadi :
- Katarak kongenital : katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
- Katarak juvenil : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
- Katarak senilis : Katarak setelah usia 50 tahun
Katarak berdasarkan tempat terjadi (morfologi):
-
Katarak inti (nuclear) : lokasi terletak pada nukleus atau bagian tengah lensa
Katarak kortikal : biasanya di korteks dan kekeruhan mulai dari tepi lensa dan
Katarak insipien : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
Lain lain :
-
Katarak rubela : rubela pada ibu menyebabkan katarak pada lensa fetus
Katarak komplikata : katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra
okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat trauma dan
Insipien
Ringan
Cairan Lensa
Normal
Iris
Bilik
Mata
Depan
Sudut
Bilik
Mata
Shadow Test
Penyulit
Hipermatur
Masif
Berkurang (air +
Normal
Imatur
Matur
Sebagian
Seluruh
Bertambah (
Normal
air masuk)
Terdorong
Normal
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
-
Positif
Glaukoma
Negatif
-
Pseudopositif
Uveitis+Glaukoma
Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan
mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
( katarak kortikal ). Vakuol
mulai
terlihat
di
dalam
korteks.
Katarak
subkapsular
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan
korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
Katarak Intumesen. Kekeruhan
lensa
disertai
pembengkakan
lensa
dan
besar
yang
akan
dangkal
dibanding
dengan
berhubungan
dengan
katarak
dan
menghindari
faktor-faktor
yang
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
elsevier.
Gerstenblith AT, Rabinowitz MP. 2011. The wills eye manual : office and
emergency room diagnosis and treatment of eye disease.edisi 6. Lippincott williams
& wilkins.