Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ARFI BAYU KUSUMA
(11150910000065)
ELDA OKTAVIANI
(11150910000072)
ILHAM
(11150910000088)
A. Pengertian Konstitusi
Penyebutan kontitusi ini pada mulanya dipetik dari istilah Perancis yakni constituer, yang
bererti membentuk. Dalam penafsiran Wirjono Projodikoro, contstituer dalam pemakaian
istilah konstitusi bisa diartikan sebagai peraturan dasar(awal) menegenai pembentukan suatu
negara.
Dalam perkembangan zaman modern ini, pada tahun 1949 yang dipelopori oleh Oliver
Crommwell, ia menyamakan pengertian konstitusi dengan undang undang dasar. Dengan
dasar untuk kepentingan praktis, bahwa baik konstitusi dengan undang undang dasar dibuat
untuk kepentingan ataupun sebagai pegangan pemerintah.
Pendapat dari Oliver ini kemudian diikuti oleh Struycken, C.F.Strong, dan James Bryce.
Menurut Struykey, konstitusi merupakan suatu naskah yang berisikan garis garis besar dan
asas tentang organisasi negara. Selain dari pada itu, Struykey juga menganggap bahwa
konstitusi adalah undang undang yang memuat garis besar dan asas asas tentang orientasi
daripada negara.
Mencermati dikotomi antara istilah constitution dengan grondwet (Undang Undang
Daasar) itu, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di antara keduanya, yang
grondwet(UUD) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan constitution(kontitusi)
memuat
baik
peraturan
tertulis
maupun
yang
tidak
tertulis.
Berangkat dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian konstitusi tersebut, dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan dan tidak
tertulis. Undang undang dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Adapun batas batasnya
menurut Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, dan Nimatul Huda dapat dirumuskan ke dalam
pengertian sebagai beikut:
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan -pembatasan kekuasaan
kepada para penguasa;
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu system
politik;
3. Suatu deskripsi dari lembaga lembaga negara;
4. Suatu deskripsi yang menyangkut malsah hak -hak asasi manusia.
B. Sejarah Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman yunani kuno, namun pada saat itu
konstitusi masih diartikan materil karena konstitusi belum diletakan dalam suatu naskah yang
tertulis. Ini dapat dibuktikan dari pendapat aristoteles yang membedakan politea dengan
nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang undang biasa.
Perbedaan kedua istilah tersebut adalah politea mengandung kekuasaan membentuk,
sedangkan nomoi kekuasaan tidak ada karena ia hanya merupakan materi yang harus
dibentuk agar tidak tercerai berai.
Dalam kebudayaan yunani istilah konstitusi itu berhubungan erat dengan ucapan
Resblica Constituere. Dari sebutan itu lahirlah semboyan yang berbunyi prinsep legibus
solutus est, salus publica supreme lex yang artinya rajalah yang berhak menentukan
organisasi atau struktur dari Negara. Oleh karena itu rajalah satu satunya pembuat konstitusi.
Pada abad pertengahan konstitusi yang dikenal masih bersifat sederhana dan hanya
merupakan suatu perjanjian. Diantaranya adalah hasil perjuangan aliran monarchomachen,
yang terdiri dari golongan calvinis yang membenci kekuasaan absolut raja sehingga
dituntutlah suatu perjanjian dengan raja agar dapat diminta pertanggung jawaban. Perjanjian
tersebut dikenal dengan nama leges fundamentalis yang memuat hak dan kewajiban masing
masing pihak.
Demikian pula hal nya di Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Muhammad Yamin
bahwa asas seperti Negara hukum sudah dikenal sejak abad V pada kerajaan Tarumanegara,
Negara kutai, melayu minangkabau, sriwijaya, keprabuan singasari, dan majapahit sampai
abad XVI, tetapi semuanya berdasarkan hukum adat kenegaraan yang tidak ditulis dalam
suatu naskah undang undang dasar.
Konstitusi yang demikian dinamakan constitution counturniere atau undang undang
dasar secara hukum adat, atau disebut juga unwritten fundamental law yang berarti hukum
dasar yang tidak dituliskan sebagai lawan dari constitution ecrite, yakni undang undang dasar
yang ditulis.
Penyamaan pengertian konstitusi dengan Undang Undang dasar dimulai sejak oliver
Cromwell , yakni lord protector republic inggris pada tahun 1649, menyebut undang undang
dasar itu sebagai instrument of government atau pegangan untuk memerintah. Akan tetapi,
undang undang dasar dalam pengertian sebagai pegangan untuk membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikan rupa sehingga pemerintah tidak bersifat sewenang wenang
sesungguhnya sudah ada jauh sebelum Cromwell. Diantaranya pada tahun1215, yang pada
saat itu raja john dari inggris dipaksa oleh beberapa bangsawan untuk mengakui hak mereka,
yang kemudian di cantumkan dalam magna charta yang disebut juga charter of English
liberties.
Pada tahun 1776 lahirlah Virginia bill of rights yang merupakan tahun penting dalam
sejarah ketatanegaraan di dunia karena tahun itulah merupakan pangkal lahirnya pengertian
konstitusi menurut bentuk dan jiwanya yg baru, yang kemudian disusul oleh lahirnya
konstitusi amerika serikat pada tanggal 17 september 1787 yang mulai berlaku sejak tanggal
21 juni 1788.
Paham paham john locke, Roussesau, dan Montesquieu tampak pengaruhnya dalam
konstitusi amerika serikat ini, selanjutnya, baik paham paham tersebut diatas maupun
perkembangan keadaan di amerika serikat pada tahun 1789 dibawa Lafayette ke perancis
yang kemudian banyak mempengaruhi konstitusi perancis yang lahir pada tahun 1792.
Demikian karena kekhilafan dalam pandangan mengenai konstitusi terutama Negara
Negara modern telah menyamakan arti konstitusi dengan undang undang dasar. Kekhilafan
tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki agar
semua peraturan hukum ditulis untuk memperoleh kesatuan hukum, kesederhanaan hukum
dan kepastian hukum. Sedemikian besarnya pengaruh paham kodifikasi tersebut sehingga
tiap peraturan hukum yang penting harus ditulis dan konstitusi yang ditulis adalah undang
undang dasar.
C. Jenis Jenis Konstitusi
Macam macam konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:
Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga negara.
Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita cita sosial bangsa,
rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.
pemerintahan
yang
demokratis
2.
3.
Pembatasan pemerintahan
4.
b.
c.
proses hukum
d.
E. Perubahan Konstitusi
pula. Prinsip
dasar
Perubahan konstitusi merupakan suatu hal yang menjadi perdebatan panjang terutama
berkaitan dengan hasil hasil yang diperoleh dari perubahan itu sendiri.
Perdebatan itu
menyangkut apakah hasil perubahan itu menggantikan konstitusi yang lama ataukah hasil
perubahan itu tidak menghilangkan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
konstitusi lama.
Dalam system ketatanegaraan modern, paling tidak ada dua hal system yang
berkembang dalam perubahan konstitusi, yaitu renewal (pembaruan) seperti yang dianut oleh
Negara Negara eropa continental dan amandement (perubahan) seperti yang dianut oleh
Negara Negara anglo saxon. System perubahan konstitusi renewal adalah perubahan
konstitusi secara keseluruhan sehingga yang diberlakukan kemudian adalah konstitusi yang
benar benar baru. Negara yang menganut system ini antara lain belanda, jerman, dan
perancis.
Sementara itu, system perubahan konstitusi amandement adalah perubahan konstitusi
dengan tetap memberlakukan konstitusi yang asli. Hasil perubahan tersebut merupakan
bagian dari lampiran yang menyertai konstitusi asli, Negara yang menganut system ini antara
lain Amerika Serikat.
Sementara itu, menurut Miriam Budiarjo, ada 4 macam prosedur dalam perubahan
konstitusi, yaitu :
1) Sidang badan legislative dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan
kourum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan undang undang dasar dan
jumlah minimal anggota legislative untuk menerimanya.
2) Referendum atau plebisit.
3) Negara Negara bagian dalam Negara federal (missal Amerika Serikat) sekitar tiga
perempat Negara bagian harus menyetujui.
4) Musyawarah khusus.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh C.F. Strong. Ia mengatakan ada 4 macam
prosedur dalam perubahan konstitusi, antara lain :
1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislative, namun
menurut pembatasan pembatasan tertentu
2) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh masyarakat melalui referendum
3) Perubahan yang dilakukan oleh sejumlah Negara bagian (bagi bentuk Negara serikat)
4) Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaganegara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Akhirnya, pada sidang umum MPR tahun 1999, mulailah perubahan terhadap UUD
1945 yang selama ini sangat sulit untuk dirubah, angin reformasi yang berhembus salah
satunya adalah perubahan UUD 1945. Hal ini dilakukan sebagai bentuk respon tuntutan
masyarakat atas perkembangan zaman dan kondisi sosial politik yang ada sekaligus untuk
menyempurnakan system penyelenggaraan Negara. Adapun secara umum latar belakang
dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1) Amandemen diperlukan untuk memenuhi dinamika ketatanegaraan dewasa ini karena
banyak masalah dalam pelaksanaan kekuasaan Negara pada umumnya dan
pemerintah pada khususnya.
2) UUD 1945 merupakan ciptaan manusia yang memiliki keterbatasan
3) Dalam waktu yang cukup lama terdapat banyak perkembangan
4) System ketatanegaraan yang bertumpu pada MPR sebagai pemegang kekuasaan
Negara tertinggi dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, berakibat tiadanya
check and balance
5) Kekuasaan presiden terlalu dominan selain memegang kekuasaan pemerintah juga
sebagai kepala Negara, serta sekaligus memiliki kekuasaan membentuk UU,
menyebabkan kecenderungan lahirnya kekuasaan otoriter.
6) Terdapat pasal pasal UUD 1945 yang menimbulkan multitafsir, misalnya adalah pasal
7 yang berbunyi Presiden/wakil memegang jabatannya selama masa 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
7) Konstitusi belum cukup memuat aturan aturan dasar tentang kehidupanyang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat penghormatan HAM dan
otonomi daerah sehingga praktik penyelenggaraan Negara tidak sesuai dengan
pembukaan UUD 1945.
Tujuan amandemen suatu konstitusi Negara diantaranya adalah :
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tata Negara agar lebih mampu mencapai tujuan
nasional.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan demokrasi
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai penyelenggaraan Negara melalui pembagian
kekuasaan yang lebih tegas dengan system check and balance dan pembentukan lembaga
lembaganegara yang baru sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
4. Melengkapi aturan dasar mengenai eksistensi Negara seperti pengaturan mengenai wilayah
dan pemilu.
Lima prinsip dasar yang tidak akan diubah pada saat amandemen UUD 1945 adalah :
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Arya Kresna, Aryaning. Etika Dan Tertib Hidup Berwarga Negara. Jakarta : Salemba
Humanika. 2006.
[2]. Erwin, Muhammad. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung :
Refika Aditama. 2010
[3]. An Nisaa Wichita. Konstitusi Dan Demokrasi. 27 Maret 2016.
http://bitalyfiz.blogspot.co.id/2011/12/konstitusi-dan-demokrasi.html.
[4]. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/