You are on page 1of 33

4 SKS ( 2 /0/2)

PUSTAKA :
Fundamentals of anlytical
chemistry , Skoog, west and Holler.
A text book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis.
Vogel.
Quantitative Analysis, Day and
Underwood

TAHAPAN ANALISA
1.

Difinisi masalah Merencanakan analisa,


mempertimbangkan proses dimana informasi
analitik itu diperlukan. Pemilihan
metodeSesuai dengan informasi yang
diperlukan.

2.

SamplingPenseleksian dan mengambil


sejumlah kecil sampel yang representatif.

3.

Perlakuan awal sampel dan Pemisahan yaitu


mengubah ke dalam bentuk yang sesuai untuk
di analisa. Tahapan ini mungkin
memerlukan/tidak proses pemisahan.

4.

Pengukuranmendapatkan data analisa yang


mentah (asli) dari pengukuran pada perlakuan
sampel.

5.

Kalibrasi mendapatkan data analisa asli dari


standar yang disediakan.

6.

Evaluasi mengevaluasi data yang diperoleh


dari pengukuran dan kalibrasi.

7.

Aktionmenganalisa hasil untuk memutuskan


apakah pekerjaan ini sesuai dengan masalah
yang diberikan.

EFISIENSI ANALISA
Metode analisa dipilih sesuai dengan tujuan

analisa serta pretreatment (perlakuan awal )


sampel singkat dan sederhana.

Membandingkan 2 metode dengan memilih

salah satu yang lebih baik.

Tahapan perlakuan awal yg harus

dipertimbangkan:

Hasil analisa harus akurasi dan reliability.


Jumlah total waktu analisa yg diperlukan.
Jumlah minimum perlakuan awal sampel.

PERSIAPAN PERLAKUAN SAMPEL


1. Grinding sampel padat
Buat ukuran butiran yg sesuai (di ayak dengan
ayakan yang berukuran (sieve).
Angka mesh dalam ayakan berarti diameter dari
lubang dalam ayakan, angka mesh tinggi berarti
diameter partikelnya kecil.

Alat yang digunakan:


-Diamond mortar, terbuat dari baja ( sampel yg
sangat keras, dan rapuh)
-Ball Mill , terbuat dari porselin (sampel yang
brittle/
lunak).
Untuk sampel yg tidak brittle (pada temperatur
ruang) seperti plastik & karet, maka sampel
didinginkan & dialiri udara nitrogen cair.

2. Preparasi sampel untuk analisa keadaan

padat.
analisa dengan mikroskop, X-ray fluoresens
spectroskopi, spektroskopi emisi,spektroskopi IR.

Preparasinya:

Cutting /Memotong dengan pisau yg sesuai


(microtome).

Polishing /Menghaluskan / memoles permukaan sampel


(x-Ray fluoresens).

Compression dalam bentuk disc (IR)

Casting of thin film. Untuk plastik dan polimer


(termoplastik) untuk IR dan x_ray.

Chill-casting, sampel dilebur dalam furnace lalu dcetak


dalam bentuk yg sesuai, didinginkan (spektroskopi
emisi)

3. Pengeringan sampel

Sampel biologi : oven pada suhu ~100 ,


catat berat sampel yg hilang.

Vakum desikator dan freeze drying: untuk


sampel yg sensitiv panas dibekukan lalu
dikeringkan dalam keadaan beku (kondisi
vakum)

Simpan sampel dalam desikator, sebelum


analisa cek kembali berat sampel.

4. Leaching (melepaskan) dan ekstraksi

(mengambil) komponen dari sampel


padat.

Leaching: mengambil satu atau lebih komponen


sampel dalam bentuk larutan melalui reaksi kimia
dari sampel padat. Larutan tsb kemudian
dipisahkan dari fase padat melalui penyaringan.

Leaching senyawa logam yg larut dari tanah =>


dilarutkan dengan : air , asam encer, larutan buffer
larutan berair dari zat pengomplek logam organik.

Ekstraksi senyawa organik yg larut dari matrik yg


tak larut (plastik atau karet) mengocok sampel
dg pelarut dan menyaring, atau refluks sampel dg
pelarut panas, atau ekstraksi dg soxhlet.

5. Penyaringan
- Untuk memisahkan partikel padat tersuspensi

(suspended solid), karena:


-

Dapat mengganggu analisa ( memecahkan sinar


dalam larutan pada spektrometry, atau menyumbat
nebulizer pada AAS)

Untuk menghitung total suspended solid pada


analisa air.

Dekomposisi dan pelarutan padatan


anorganik
1. Sampel dalam bentuk larutan digunakan untuk analisa:
Gravimetri, Titrimetri, Spektrofotometri,
Spektrofluorometri, Flame emisi, AAS, Fluoresensi atom,
Emisi plasma, Elektroda ion selektif
Polarografi, Elektrogravimetri, Coulometri, Kromatografi
ion, Kromatografi kertas, KLT, Elektroforesa, Analisa isotop
2. Sampel dalam bentuk padat atau larutan digunakan
untuk:
Analisa aktivasi dan Analisa x-ray
3. Sampel dalam bentuk padat digunakan untuk:
Spektroskopi emisi DC arc, Spektroskopi emisi AC spark,
Teknik microprobe, Teknik pembakaran

Dissolution/ pelarutan sampel langsung diubah


dalam bentuk larutan tanpa perubahan kimia.
Opening out mengubah sampel kedalam bentuk
kimia yg berbeda tetapi masih dalam bentuk
padatan, lalu dilakukan proses pelarutan.
Contoh :
- Sampel kawat kuningan dipanaskan dengan larutan
HNO3 1 : 1 sampai larutan jernihDissolution
- Sampel silikat yg tak larut dipanaskan dengan

Na2CO3 berlebih sampai meleleh jernih, lalu


didinginkan (jadi keras), dilarutkan dengan HCl
encerOpening-out

- Sampel ferrosilikon diperlakukan dengan campuran

larutan HNO3 + HF, dipanaskan /dikeringkan , lalu


ditambah larutan HNO3 + H2O2 hingga larutan
jernihDissolution

TEKNIK PELARUTAN
I. Pelarutan sederhana tanpa reaksi kimia
Digunakan air/pelarut berair / buffer tetapi tidak terjadi

reaksi kimia.
Pelarut tidak boleh menginterferensi analisis
kemurnian tinggi, hilangnya analat dapat diminimalisir,
tidak bereaksi dengan wadah (adsorpsi/ absorpsi), larut
sempurna dan prosedurnya cukup aman.
II. Dekomposisi dan pelarutan sampel dengan asam
A. Penggunaan asam encer.
Jika sampel tak larut dalam air, maka dilarutkan dalam asam

encer : logam yg lebih elektropositif dari pada H (potensial


reduksi positif berarti logam tsb lebih elektronegatif dibanding H,
sebagai reduksi dan reaksi berjalan spontan) , serta yang
berbentuk oksida logam, karbonat, sulfida, misalnya logam Zn,
MgO, CaCO3 dan FeS larut dalam HCl.

Pada proses pelarutan, biasanya anion diubah menjadi

bentuk volatil dan hilang sebagai gas (CO2 dan H2S).


Logam Al dan Cr menjadi passive dengan adanya asam,

karena terbentuk lapisan film tipis pada permukaan logam ,


sehingga mencegah reaksi dengan asam
Asam encer bereaksi dengan sampel dalam cara lainnya
dari pada sebagai asam sederhana. Misal logam Cu dan Ag
lebih larut dalam HNO3 (1:1) dari pada dalam HCl.
Sebagai zat pengoksidasi, HNO3, akan mengoksidasi

CuCu2+, dan HNO3 mengalami reduksi : HNO3H2O,


NO,NO2.

B. Penggunaan asam pekat panas.


Jika pemakaian asam encer tidak dapat melarutkan semua
sampel, maka dapat diganti dengan asam pekat panas

Sampel dididihkan dengan asam dalam beker


yang ditutupi kaca arloji
sampel dididihkan dengan asam secara refluks.
Sampel dididihkan dengan asam dan diikuti
dengan penguapan sampai hampir kering
(dryness). Penambahan lebih dari jenis asam
dapat dilakukan.
Penggunaan teknik bomb.
Asam pekat panas dapat melarutkan logam
yang kurang elektropositif, alloy (stainless
steel), oksida logam, sulfida, fosfat dan silikat.

Jenis asam pekat yang dipakai untuk

pelarutan:

HCl (12 M)
Jika dididihkan, gas HCl akan lepas dan TD akan naik

sampai campuran azeotrop terbentuk (HCl 6M,


TD=109oC).
Beberapa logam klorida larut dalam air, kecuali
Hg2Cl2, AgCl dan TiCl, sedang PbCl2 sedikit larut
dalam air dingin tetapi larut dalam air panas.
HCl melarutkan logam yang lebih elektropositif,
bentuk oksida serta hidroksidanya.
HCl melarutkan beberapa fosfat, borat, karbonat
dan sulfida.

campuran azeotrop : campuran cairan ketika titik


didihnya menghasilkan komposisi uap = cairannya.
Titik didih campuran azeotrop pada tekanan tetap
adalah konstan. Komponen campuran azeotrop
tidak dapat dipisahkan oleh destilasi.

HNO3.65-69%.
HNO3

dalam campuran azeotrop dengan air


terbentuk pada HNO3 67% dengan TD 1210C,
walaupun ini memungkinkan untuk mendapatkan
asam pekat lebih sampai 100%, Td 830C.

HNO3 adalah asam kuat dan zat pengoksidasi paling

kuat, dapat mengoksidasi semua logam kecuali


logam mulia, dan melarutkan sedikit logam Al, Cr, Ti,
Nb dan Ta. Logam-logam tsb menjadi pasif dengan
adanya asam.

Semua logam nitrat larut dalam air, ion nitrat


adalah ion pengompleks yang sangat lemah.
Beberapa ion logam dihidrolisa dalam larutan asam
nitrat, menghasilkan endapan oksida hidrat,
contohnya Sn, W dan Sb.

H2SO4 98%
TD 3300C (TD nya paling tinggi), dapat digunakan pada suhu

tinggi untuk proses pelarutan, termasuk asam kuat dan zat


pengoksidasi kuat ketika dipanaskan. Dapat menghancurkan
bahan organik. Logam sulfat larut dalam air kecuali CaSO 4
(sedikit), SrSO4, BaSO4 dan PbSO4.

Keuntungan logam sulfat adalah volatilitasnya rendah. H 2SO4

dapat menghilangkan HF dari matriks oleh penguapan hingga


mendekati kering logam fluorida membentuk logam sulfat dan
melepaskan HF.

Melarutkan semua logam kecuali logam mulia dan alloy seperti

beberapa oksida, hidroksida, karbonat, sulfida dan biji arsen


serta beberapa senyawa lainnya.

Pemakaian pada TD>3300C dapat dilakukan dengan teknik

bomb, atau dengan menambah Na 2SO4, K2SO4 atu (NH4)2SO4.

HClO4 60 -72%
Bentuk azeotrop dengan air (72% dan TD 203 0C),

jika panas, sangat ekstrem sebagai zat


pengoksidasi dan dapat melarut-kan semua logam
kecuali logam mulia dan alloy serta mengubah
bentuk ionnya dengan bilok paling tinggi.
Semua logam perklorat larut dalam air kecuali KClO 4,
RbClO4 dan CsClO4.
Hati-hati pada pemakaian dalam kondisi panas dan
pekat, karena bersifat explision hazard.
Cara penanganan yang baik:
jangan menggunakan pada konsentrasi di atas 72%.
jangan gunakan pemanasan asam pekat dengan zat yang

mudah dioksidasi.
jika menguapkan asam perklorat, kerjakan pada wadah khusus
yg tidak dibuat dari bahan organik.
terkadang pemakaiannya dilakukan setelah destruksi bahan
dengan HNO3.

HF 36%
Campuran

azeotrop dengan air dan TD 111 0C.


Termasuk asam lemah dan bukan pengoksidasi.
Namun ion F- adalah anion pengomplek yg paling kuat
dan membentuk fluorida yg stabil dan kompleks fluoro
dengan beberapa unsur tetapi khususnya unsur
refraktory yaitu sukar dilarutkan karena membentuk
oksida tak larut yg stabil.
Melarutkan bahan yang mengandung silikat. Silikon
hilang dalam matriks sebagai SiF 4 yang volatil tetapi
membiarkan matrik dalam larutan.
Masalah pemakaian HF:
jangan gunakan wadah dari gelas, karena mengandung silkat,
gunakan dari platinum, PTFE atau yg terbuat dari plastik.
HF dapat membakar kulit, hati-hati gunakan sarung tangan dari
plastik
Ion fluorida dapat dihilangkan dari matriks setelah pelarutan
dengan cara uapkan hingga mendekati kering dg asam sulfat,
ulangi beberapa kali atau dapt juga dengan asam perklorat.

H3PO4 85%
TD 1580C, bukan zat pengoksidasi, melarutkan

sampel anorganik, beberapa fosfat tidak larut


dalam air.
Jika dipanaskan , maka kondensatnya mengandung

H3PO4 100%, tetapi merupakan campuran asam


dipoli-, tripoli- dan tetrapoli-, campuran ini dapat
digunakan pada suhu 250-3000C.
Asam ortofosfat mendidih pada 213 0C.

Asam ini dapat digunakan untuk melarutkan


bentuk sulfida dg melepaskan H 2S, juga untuk
ferrit, kromit (bilok tetap rendah), dan silikat.

C.

Campuran asam.

1.

Asam pengompleks dan asam pengoksidasi: HF + HNO 3 , HF + HClO4, HF


+ H2SO4
HF = zat pengompleks, asam lainnya = zat pengoksidasi.
digunakan untuk baja dan alloy yang mengandung logam refraktory.
asam pengoksidasi ditambahkan dahulu hingga larut lalu HF untuk
menyempurnakan
pelarutan.

2.

Membentuk produk yang reaktif: Akua regia (HCl + HNO 3 = 3 + 1).


Saat HNO3 + HCl maka terbentuk warna kuning dan bau klorin.
HNO3 mengoksidasi HCl klorin dan nitrosil klorida.

3.

Satu asam bersifat moderat terhadap lainnya: HNO 3 + HClO4 .


Daya pengoksidasi HClO4 moderat dibanding HNO3.
Tambahkan HNO3 dulu baru HClO4

4.

Penggantian satu asam dengan asam lain: HF + H 2SO4 (1+10)


Sampel dilarutkan dalam HF kemudian diuapkan hingga dryness
beberapa kali
dengan H2SO4.


1.
2.

3.

4.

Ada 4 proses pelarutan dengan menggunakan


asam campuran yaitu :
Sampel dilarutkan dengan dipanaskan dalam
campuran HCl:HNO3 ( 3:1).
Sampel dipanaskan dengan HNO3 pekat, lalu
dididihkan untuk melepaskan uap HNO3,
kemudian HClO4 ditambahkan dan pemanasan
dilanjutkan sampai pelarutan sempurna,
Sampel dipanaskan dengan HF dan H2SO4 (1:10),
lalu uap SO3 dikeluarkan, kemudian ditambah
sedikit H2SO4
Sampel dipanaskan dengan HCl pekat dan
kemudian HF pekat ditambahkan tetes demi tetes
sampai pelarutan sempurna.

D. Campuran asam dengan reagen lain


1. campuran zat pengoksidasi asam dengan:

2.

Dengan elektrolit inert:

3.

Na2SO4, K2SO4, (NH4)2SO4 untuk menaikkan titik didih


H2SO4

Dengan zat pengompleks:

4.

H2O2 (untuk melarutkan baja)


Br2 (untuk biji yang mengandung Te)
KClO3 ( dengan HCl untuk melarutkan As dan yang
mengandung S).

Ion logam dalam larutan sebagai kompleks, dengan


ditambah anion asam organik yaitu sitrat dan tatrat.

Dengan katalis:

Agar reaksi logam dengan asam cepat dapat ditambah


katalis misalnya Cu2+ dan Hg2+.

Beberapa silikat dapat larut dalam HF, akan tetapi

HF cukup tidak sesuai untuk pelarutan silikat.


HF tidak sesuai untuk melarutkan silikat jika Si
yang ditentukan , sedang bila dipakai HF, maka Si
akan hilang dari matriks sebagai SiF4 yang volatil,
juga untuk Boron yang hilang sebagai BF3.
Alternatinya dipakai metode opening-out,
dasarnya adalah teknik fusion.
Caranya : sampel halus + asam/basa elektrolit /
asam pengoksidasi dalam krus nikel atau platina
dan dipanaskan sampai meleleh, lalu didinginkan.
Kemudian dilarutkan dalam air atau asam encer.

III.Teknik Fusion
Digunakan jika proses pelarutan dengan asam

mungkin kurang sesuai atau kurang stabil


( seperti silikat yang cenderung mengendap).
Ada beberapa bahan yang sering bermasalah jika
pelarutannya dengan asam:
Semen
Aluminat
Silikat
Biji Ti dan Zr
Slags
Campuran biji Be, Si , Al.
Residu yang tak larut dari biji besi
Oksida Cr, Si dan Fe
Campuran oksida w, Si dan Al.

Keunggulan teknik fusion:


1. Elektrolit anorganik yang meleleh (flux)

diketahui sangat mudah larut.


2. Suhu dari fusion ini dapat mencapai
12000C, dan reaktiv, kelarutannya
bertambah dengan tingginya suhu.
3. Lelehan elektrolit bertindak sebagai
asam lewis atau basa lewis tergantung
reaksi dengan sampel.

Contoh elektrolit Na2CO3 (flux) dipilih untuk fusion


pada bahan yang mengandung silika. Pada
pemanasan, Na2CO3 terdekomposisi dan
menghasilkan O2- yang akan bereaksi dengan silika
(SiO2 +O2- SiO32-. Garam ini mudah larut dalam air.
Pada proses ini SiO2 asam lewis dan O2- basa
lewis.
Contoh material flux (elektrolit anorganik) yang
digunakan untuk teknik fusion:
a.

Na2CO3 (TL: 8510C) basa flux untuk silikat dan senyawa


refraktory lainnya. Flux ini dapat ditingkatkan fungsinya
dengan menambah zat pengoksidasi seperti KNO 3, KClO3
atau Na2O2 untuk sampel yang mengandung S, As, Sb atau
Cr. Selain itu K2CO3 (TL=891oC) dapat digunakan sebaik
NaKCO3 (campuran Na2CO3 dan K2CO3 50:50, TL=712oC)

NaOH (TL : 318oC)dan KOH (TL:360oC) untuk

silikat, aluminosilikat, sikon karbida atau senyawa


lain.
Na2O2terdekomposisi pada pemanasan, basa flux
untuk sulfida danalloy yang tak larut asam seperti
Fe, Ni, Cr, Mo, W dan La.
KHSO4, K2S2O7 pada pemanasan dihasilkan SO 3 dan
digunakan untuk Al2O3, Beo,Fe2O3, Cr2O3,MoO3,TeO2,
TiO2, ZrO2. semua oksida diubah dalam bentuk
logam sulfida yang mudah larut .
Borak oksida (TL:450oC) untuk silikat yang dapat
digunakan sebagai alternatif basa flux, jika akan
menentukan logam alkali. Keuntungan flux ini adalah
kelebihan B2O3 dapat dihilangkan dari matriks
dengan distilasi dengan metanol.

CaCO3 + NH4Cl campuran ini dipanaskan

menghasilkan CaO + CaCl2. flux ini khusus untuk


ekstraksi logam alkali dari silikat.
KF dan KHF flux pada suhu rendah (beberapa logam
fluorida volatil) digunakan untuk menahan silikat dan
oksida dari unsur yang membentuk kompleks fluoro
yang stabil seperti Be, Nb, Ta dan Zr. Lelehannya
dapat diuapkan (fume) dengan H2SO4 untuk
menghilangkan F-. Logam fluorida sangat tidak larut,
dan Si serta B dapat hilang sempurna dari matriks
dalam fusion sebagai SiF4 dan BF3 yang volatil
Disodium tetraborat decahydrat (Boraks,
N2B4O7.10H2O) untuk Al2O3, ZrO2 biji Zr, mineral yang
mengandung Ti, Nb atau Ta, atau mengandung Al, Fe
dan slags.
Suhu fusion :1000oC 1200oC.

IV. Teknik pelarutan lainnya.


Dengan menggunakan larutan NaOH pekat dalam air yang
digunakan untuk melarutkan Al atau Be dan alloy tertentu
seperti Al/Mg dan Al/Si). Hidrogen akan dilepaskan dan Al
membentuk sodium aluminat yang mudah larut.
Peralatan yang digunakan:
1.
Wadah dari gelas dapat dipakai asal tidak digunakan HF.
2.
Teflon dapat digunakan dengan HF tetapi suhu tidak lebih dari
250oC, jika suhunya lebih tinggi dapat dipakai krus platinum.
3.
Untuk fusion, krus jenis gelas, silka dan porselin tidak
digunakan, sebab flux akan bereaksi dengan bahan tsb.
Sebaiknya dipakai krus platinum ( fusion untuk karbonat,
sufat, fluorida, borat) sedangkan krus Nikel dipakai untuk
fusion oksida, hidroksida dan peroksida.
4.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu agar bahan dari
wadah/krus tidak bereaksi dengan analat. Misalnya fusion
alkalin dalam krus platinum, dimana bisa mungkin terjadi ion
logam direduksi menjadi logam bebas, kemudian logam bebas
mungkin bercampur dengan platinum dan sampel akan
berkurang.

Komponen yang mungkin hilang seluruhnya atau sebagian


selama pelarutan atau opening-out.
Bentuk perlakuan

Komponen yang hilang

1. Asam (encer, dingin).......

1. CO2,SO2, H2S,H2Se,H2Te,

2. Basa...............................
3. Oksidasi...........................
4. Reduksi............................
5. HF....................................

HCN,HSCN.
2. NH3
3. Cl2, Br2, I2
4. PH3,AsH3, SbH3.
5. SiF4, BF3 (hilang total), logam

fluorida (As, Ti,nb, Ta) hilang


sebagian.
6. Beberapa logam klorida : As, Sb,
7. H2SO4 atau HClO4 panas
Sn,Ge, Hg,Se, Te dan Re
dengan adanya Cl-............... 7. Bi, Mn, Mo, Tl, V, Cr
6. HCl panas........................

8. H2SO4 atau HClO4 panas...8. H3PO4


9. Larutan berair asam
9. H3BO3, HNO3, HCl, HBr, HI,

panas....

10.HF/HClO4 atau

OsO4, RuO4, Re2O7.


10.Si, B,As, Se, Sb, Hg, Ge,

Cr, Re, Os dan Ru.


HF/H2SO4......
11.Si, B, Nb, Ta, Ti
12.Hg, anion dari asam
11.Fusion KF atau KHF2.......... volatil, PO43-.
12.Fusion
13.Tl, Hg, Se, As, halogen
K2S2O7.........................
13.Fusion Na2B4O7 dan

Na2CO3...

You might also like