You are on page 1of 35

UNIT HYDROCRACKING

Makalah ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Pengilangan


Minyak Bumi dan Nabati
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau,
Tahun 2009

Oleh:
Barkatul Aulia (0807121133)
Mahfirani Masyithah (0807121103)
Maulia Rayana (0807121131
Tiara Fitriana (0807121159)
Winny N. Erziza (0807121143)
Benyamin (0507111957)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAK U LTAS TE K N I K
UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat serta
karunia-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul Hydrocracking Unit ini
adalah agar para mahasiswa lebih memahami tentang aplikasi hydrocracking
dalam pengolahan minyak bumi.
Dalam pembuatan makalah ini tentu banyak hambatan dan rintangan,
diantaranya adalah pada pencarian sumber atau bahan serta waktu yang sangat
terbatas dalam menyusun makalah, dan hal-hal lainnya yang mungkin tidak perlu
disebutkan.
Ucapan terima kasih kami untuk pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah, terutama kepada teman-teman yang membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, selanjutnya terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing kami.
Kritik dan saran sangat kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Pekanbaru, 13 November 2009

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.

Definisi Minyak Bumi.........................................................................................1

1.2.

Klasifikasi Minyak Bumi.....................................................................................2

1.3

Kandungan Non Hidrokarbon dalam Minyak Bumi............................................4

1.4

Karakteristik Minyak Bumi.................................................................................5

1.5

Proses Pengolahan Minyak Bumi.........................................................................6

1.6

Ruang Lingkup...................................................................................................7

1.7

Tujuan..................................................................................................................7

BAB II HYDROCRACKING PROSES..................................................................8


2.1 Pengertian Hydrocracking........................................................................................8
2.2 Teori Hydrocracking.................................................................................................8
2.3. Katalis Hydrocracking...........................................................................................13
2.4 Feed, Produk, dan Margin Hydrocracking..............................................................26
2.5 Aliran Proses Hydrocracking..................................................................................27
2.6 Variabel Proses Hydrocracking...............................................................................30
2.7 Troubleshooting......................................................................................................35

BAB III PENUTUP...............................................................................................37


Kesimpulan..................................................................................................................37

Istilah-istilah...........................................................................................................38
Daftar Pustaka........................................................................................................40

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Definisi Minyak Bumi
Minyak Bumi ( Crude Oil ) merupakan hasil tambang yang diperoleh
melalui kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi sehingga dapat dikeluarkan
ke permukaan bumi untuk dimanfaatkan bagi kepentingan yang lebih besar, baik
sebagai sumber energi ataupun bahan baku industri, seperti Petrokimia.
Komponen penyusun minyak bumi terdiri dari Hidrogen dan Karbon, juga
terdapat sejumlah kecil pengotor, antara lain Belerang, oksigen dan nitrogen.
Komposisi kimia dan fisika minyak mentah sangat bervariasi, tetapi komposisi
elementer pada umumnya adalah :
Tabel Komposisi Minyak Bumi
Unsur
Carbon

Persentase
84 87

Hidrogen

11 14

Sulfur

0,04 6

Nitrogen

0,1 2

Oksigen
Sumber : Hardjono, 1987

0;1 2

Dasar unsur unsur utama minyak bumi diatas tersebut hanya dua unsur
yang akan diproses untuk mendapatkan minyak bumi dengan kualitas yang baik.
Unsur tersebut adalah karbon dan hidrogen, sedangkan sulfur dan nitrogen akan
dihilangkan.
1.2 Tujuan
1. Memahami dan dapat menggambarkan keluaran proses

yang mencakup

produk utama, produk samping, energi, dan limbah untuk industri proses
2. Mendapatkan gambaran tentang wujud pengoperasian sistem pemrosesan atau
fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pengolahan minyak dan gas bumi.

BAB II
HYDROCRACKING PROSES
2.1 Pengertian Hydrocracking
Hydrocracking merupakan unit proses kilang minyak bumi yang termasuk
kelompok secondary processing,yaitu proses downstream kilang minyak bumi
yang menggunakan reaksi kimia untuk menghasilkan produk-produknya.
2.2 Teori Hydrocracking
Hydrocracking merupakan proses mengubah umpan berupa minyak berat
menjadi produk-produk minyak yang lebih ringan dengan kehadiran hydrogen
dengan bantuan katalis dan menggunakan tekanan tinggi (hingga 100 s/d 200
kg/cm2; umumnya 175 kg/cm2) dan temperatur medium (290 s/d 454 oC). Katalis
yang digunakan berbasis silika alumina dengan kombinasi nikel, molybdenum,
tungsten. Feed hydrocracking yang umum adalah heavy atmospheric gas oil,
heavy vacuum gas oil, catalytically gas oil, atau thermally cracked gas oil.
Feedstock ini diubah menjadi produk-produk dengan berat molekul yang lebih
ringan dan biasanya dengan memaksimalkan produk naphtha atau distillates
(kerosene atau diesel).
2.2.1 Reaksi Kimia Hydrocracking
Reaksi yang terjadi pada proses hydrocracking adalah :
Reaksi utama :
Hydrogenasi PNA (Poly Nucleic Aromatic)
Ring opening dan pemisahan rantai samping
Reaksi cracking paraffine
Reaksi lain
Isomerisasi (Senyawa cincin, rantai samping, paraffine)
Penjenuhan olefin
Penghilangan sulfur, nitrogen, oksigen
Konversi polynaphthene dan PNA
Akumulasi parafin di unconverted oil/UCO
Bersamaan dengan proses hydrocracking, impurities yang terkandung
dalam feed, seperti senyawa sulfur, nitrogen, oksigen, halide, dan metal juga
dihilangkan. Selain itu senyawa olefin juga dijenuhkan.

Penghilangan sulfur dilakukan dengan cara mengubah senyawa sulfur organik

menjadi hydrogen sulfide dan hydrocarbon.


Penghilangan nitrogen dilakukan dengan cara mengubah senyawa nitrogen

organik menjadi ammonia dan hydrocarbon.


Penghilangan oksigen dilakukan dengan cara mengubah senyawa oksigen

organic menjadi air dan hydrocarbon.


Penghilangan halida dilakukan dengan cara mengubah senyawa halide

menjadi chloride acid dan hydrocarbon.


Penjenuhan olefin dilakukan dengan cara meng-hydrogenasi senyawa olefin
menjadi parafin. Tujuan penjenuhan olefin adalah untuk peningkatan stabilitas

produk saat penyimpanan (warna dan sediment).


Penghilangan metal : senyawa organik metal akan terdekomposisi dan metal
akan secara permanen diserap atau beraksi dengan katalis. Metal ini
merupakan racun katalis yang permanen (tidak dapat dihilangkan).
Semua reaksi di atas bersifat eksotermis sehingga temperatur akan naik

saat feed melewati unggun katalis (catalyst bed). Urutan kemudahan reaksi yang
terjadi di hydrocracking adalah sebagai berikut (mulai dari yang paling mudah
hingga yang paling susah) :
Penghilangan logam
Penjenuhan olefin
Penghilangan sulfur
Penghilangan nitrogen
Penghilangan oksigen
Penjenuhan cincin (heteroaromatic multiring aromatic monoaromatic)
Cracking naphthene (multiring naphthene mono naphthene)
Cracking parafin
Urutan reaksi hydrocracking pada reaktor hydrocracker adalah sebagai
berikut :

Gambar 3. Urutan Reaksi Hydrocracking pada Reaktor Hydrocracker


Reaksi hydrodesulfurization (HDS) yang umum terjadi di hydrocracker
adalah sebagai berikut :

Merkaptan
C - C - C - C - SH H 2 C - C - C - C H 2S

Sulfida
C - C - S - C - C 2H 2 2C - C H 2S

Disulfida
C - C - S - S - C - C 3H 2 2C - C 2H 2S

Sulfida siklik

Thiophane

Sedangkan

untuk

reaksi

hydrodenitrification

(HDN),

sebelum

penghilangan nitrogen, terjadi postulated mechanism sebagai berikut :


a. Aromatic Hydrogenation

b. Hydrogenolysis

c. Denitrogenation

Sedangkan reaksi penghilangan nitrogen yang umum terjadi di hydrocracker


adalah sebagai berikut :
Pyridine

Quinoline

Pyrrole

Reaksi penjenuhan olefin yang umum terjadi di hydrocracker adalah sebagai


berikut :
Olefin linie
C C = C C C C + H2 C C C C C C

Olefin siklik

Reaksi penjenuhan aromatik yang umum terjadi di hydrocracker adalah


sebagai berikut :

Reaksi penghilangan metal terjadi dengan mekanisme sebagai berikut:

Gambar 4. Mekanisme Reaksi Penghilangan Metal oleh Katalis


Reaksi penghilangan oksigen yang umum terjadi di hydrocracker adalah
sebagai berikut :

Organic halides seperti chloride dan bromide terdekomposisi di dalam reaktor


hydrocracker seperti reaksi di bawah ini :
2.3. Katalis Hydrocracking
2.3.1. Catalyst Properties
Katalis yang digunakan dalam proses hydrocracking adalah bi-fungsional
katalis (mempunyai dua fungsi, yaitu metal function dan acid function). Metal
function digunakan untuk sulfur removal, nitrogen removal, olefin saturation, dan
aromatic saturation. Sedangkan acid function digunakan untuk hydrocracking.
Berkaitan dengan katalis hydrocracking, dikenal istilah supports dan promoters.
Supports menyediakan acid function
1

Amorphous

Zeolite

Promoters menyediakan metal function

Grup VI A (Mo/Molybdenum, W/Tungsten)

Grup VIII A (Co/Cobalt, Ni/Nikel, Pd/Palladium, Pt/Platinum)

5
Biasanya promoter berupa Pd, Pt, NiW, NiMo, CoMo, dan CoW. Kekuatan
hydrogenation-nya berturut-turut adalah Pt > Pd > NiW > NiMo > CoMo > CoW

> PdS > PtS. Namun Pd dan Pt sangat tidak toleran terhadap sulfur dan harganya
sangat mahal.
Umumnya katalis hydrocracking dikelompokkan menjadi 2 tipe berdasarkan
support-nya, yaitu amorphous dan zeolite. Tipe amorphous digunakan jika
diinginkan maksimasi produk distilat (kerosene dan diesel), sedangkan tipe zeolite
digunakan jika diinginkan maksimasi produk naphtha. Perbandingan antara tipe
amorphous dan zeolite adalah sebagai berikut :

Table I. Perbandingan Katalis Tipe Amorphous dan Zeolite

Berdasarkan tabel di atas, katalis tipe zeolite mempunyai banyak


keunggulan dibandingkan tipe amorphous. Namun tipe zeolite mempunyai
kelemahan utama, yaitu lebih sedikit memproduksi distilat (kerosene dan diesel).
Oleh karena itu beberapa tahun belakangan ini diproduksi katalis tipe semizeolite, yaitu katalis yang mempunyai keunggulan seperti tipe zeolite dan
mempunyai kemampuan produksi distilat (kerosene dan diesel) mendekati
kemampuan tipe amorphous.
Secara umum pemilihan katalis adalah berdasarkan pada 5 faktor utama
sebagai berikut :

Initial activity (temperature)

Selectivity (produk yang diinginkan)

Stability (deactivation rate)

Product quality (desired specification)

Regenerability (kemudahan untuk diregenerasi)


Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan aktivitas katalis :

Catalyst properties

Meningkatkan acid site strength

Meningkatkan acid site concentration

Meningkatkan metal site strength

Kondisi operasi
Hydrogen partial pressure yang lebih tinggi
CFR/Combined Feed Ratio yang lebih tinggi
End point produk yang lebih tinggi
LHSV/Liquid Hourly Space Velocity yang lebih rendah
Feed components (Aromatic vs Parafinic)
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan selektivitas

katalis :

Catalyst properties
Mengurahi acid site concentration
Metal-acid balance yang sesuai
Struktur pori yang sesuai

Kondisi operasi
Hydrogen partial pressure yang lebih tinggi
CFR/Combined Feed Ratio yang lebih tinggi
End point produk yang lebih tinggi
LHSV/Liquid Hourly Space Velocity yang lebih rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan stabilitas katalis :

Catalyst properties
Metal-acid balance yang sesuai

Initial metal dispersion yang tinggi

Kondisi operasi
PNA/Poly Nucleic Aromatic concentration yang rendah
Metal content yang rendah
Salt concentration yang rendah
Mekanisme deaktivasi katalis hydrocracking dan faktor pengendalinya dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel II. Mekanisme Deaktivasi Katalis Hydrocracking versus Faktor
Pengendalinya

Bentuk katalis hydrocracking bermacam-macam seperti dapat dilihat pada


gambar di bawah ini :

Gambar 5. Bentuk Katalis Hydrocracker


2.3.2. Catalyst Sulfiding
Umumnya katalis hydrocracking yang baru (fresh catalyst) dibuat berbentuk
oksida. Bentuk aktif dari katalis adalah metal sufide, sehingga untuk
mengaktifkan katalis yang berbentuk metal oksida tersebut, maka dilakukan
proses sulfiding. Proses sulfiding adalah proses injeksi senyawa sulfide ke dalam

system reactor sehingga bentuk metal oksida dari katalis akan bereaksi dengan
senyawa sulfide dan berubah menjadi metal sulfide.
Jumlah sulfur yang diinginkan untuk dapat diserap oleh katalis selama
proses sulfiding untuk dapat mengaktifkan katalis adalah sebesar 8%wt katalis
untuk katalis hydrocracking. Sedangkan untuk graded catalyst yang digunakan di
hydrocracker, kebutuhan sulfur bervariasi antara 8 s/d 12%wt katalis.
Kondisi operasi yang penting diperhatikan saat proses sulfiding adalah
sebagai berikut :

Hydrogen atmosphere (suasana hydrogen)

Tekanan operasi normal

Temperatur terkendali

Aliran recycle gas maksimum

Tidak ada quenching kecuali keadaan emergency

Tidak ada injeksi air


Pelaksanaan proses sulfiding dapat dilakukan dengan 2 cara/metode, yaitu

in-situ sulfiding atau ex-situ sulfiding.


In-situ sulfiding adalah proses sulfiding yang dilakukan di hydrocracking plant
setelah katalis di loading ke dalam reactor. Metode in-situ sulfiding merupakan
metode yang paling sering dilakukan.
Variabel operasi yang dimonitor selama pelaksanaan in-situ sulfiding adalah :

Reactor bed temperatures (jangan sampai terjadi temperature runaway)

Recycle gas H2S (untuk mengetahui saat sufur breakthrough)

Injeksi sulfiding agent (untuk mengendalikan kenaikan reactor bed


temperature) dan kecepatan penambahan sulfur (untuk mengetahui jumlah
sulfur yang sudah diserap oleh katalis)

Kandungan sulfur di stream yang keluar sistem


Pelaksanaan in-situ sulfiding dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu

fase liquid atau fase gas. Yang dimaksud dengan fase liquid atau fase gas adalah
fase dari sulfiding agent yang digunakan saat diinjeksikan ke dalam sistem.

Perbadingan antara cara fase liquid dan fase gas dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel III. Perbandingan In-situ Sulfiding Fase Liquid dan Fase Gas

Diantara kedua metode sulfiding ini, in-situ sulfiding fase liquid paling
banyak dilakukan terutama karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
Prosedur in-situ sulfiding fase liquid dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6. Prosedur In-situ Sulfiding Fase Liquid


Prosedur in-situ sulfiding fase gas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 7. Prosedur In-situ Sulfiding Fase Gas

Ex-situ sulfiding adalah proses sulfiding yang dilakukan di luar

hydrocracking plant sebelum katalis di loading ke dalam reactor. Ex-situ sulfiding


biasanya dilaksanakan di tempat yang biasa melakukan regenerasi katalis.
Prosedur yang biasa dilakukan oleh vendor untuk aktivasi dengan cara ex-situ
sulfiding adalah sebagai berikut :
Pressure up dengan hydrogen
Heat up hingga 150 oC
Monitor kenaikan temperatur hingga temperatur tidak mengalami
kenaikan lagi
Heat up hingga 350 oC
Tahan pada temperature 350 oC untuk meyakinkan bahwa proses sulfiding
telah lengkap
Kurangi temperatur
Lakukan prosedur cut in feed

Keunggulan pelaksanaan ex-situ sulfiding dibandingkan in-situ sulfiding


adalah waktu startup yang lebih singkat (karena dilakukan di luar hydrocracking
plant), namun ex-situ mempunyai kelemahan yang cukup mendasar yaitu
pelaksanaan loading harus dilakukan secara inert untuk menghindari reaksi katalis
yang sudah berbentuk metal sulfide dengan udara luar. Loading secara inert
membutuhkan biaya lebih banyak (karena harus menggunakan nitrogen) dan
mempunyai resiko yang lebih tinggi serta waktu yang lebih lama (karena harus
dilakukan dengan sangat hati-hati).
Sulfur balance selama proses sulfiding adalah sebagai berikut :

Gambar 8. Sulfur Balance Selama Proses Sulfiding


Senyawa sulfide yang dapat dipakai dalam proses sulfiding adalah DMDS
(Dimethyl disulfide), Ethyl mercaptan, TBPS (Di-Tertiary Butyl Poly Sulfide),
DMS (Dimethyl Sulfide), DMSO (Dimethyl Sulfide Oxyde), dan n-Butyl
mercaptan (3 senyawa pertama adalah yang paling sering digunakan untuk proses
sulfiding).
Reaksi yang terjadi selama proses sulfiding adalah sebagai berikut :

Ethyl Mercaptan
C2H5SH + H2 C2H6 + H2S

DMDS
CH3SSCH3 + 3H2 2CH4 + 2H2S

DMSO
CH3SOCH3 + 3H2 2CH4 + H2S + H2O

2.3.3. Catalyst Loading


Loading katalis hydrocracker dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu dense
loading dan sock loading. Dense loading dilakukan dengan menggunakan dense
loading machine, sedangkan sock loading dilakukan dengan hanya mencurahkan
katalis melalui sock yang dipasang menjulur dari permanent hopper ke dasar reaktor
atau permukaan katalis (jarak ujung sock ke permukaan katalis tidak boleh melebihi
60 cm untuk menghindari pecahnya katalis). Dense loading method sangat mandatory
dilakukan untuk katalis hydrocracker, sedangkan untuk graded catalyst dan inert
catalyst dapat menggunakan sock loading terutama karena ukurannya yang cukup
besar sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan dense loading machine
untuk me-loading.

Jumlah reaktor hydrocracker bervariasi tergantung kapasitas unit dan jenis


hydrocracker (single stage atau two stage). Jika single stage maka jumlah reaktor
biasanya dua. Reaktor pertama biasanya terdiri dari 2 bed, bed 1 terdiri dari inert
catalyst dan graded catalyst yang terutama berfungsi sebagai particulate trap yang
menangkap partikel-partikel yang dapat menyebabkan tingginya pressure drop
reaktor atau mengakibatkan terjadinya channeling. Pada lapisan setelah inert
catalyst dan graded catalyst adalah hydrotreating catalyst dan kemudian baru
hydrocracking catalyst. Inert catalyst berfungsi sebagai high voidage support
material untuk menahan kotoran-kotoran yang mungkin terikut bersama feed.
Graded catalyst biasanya merupakan katalis yang selain fungsi utamanya sebagai
particulate trap juga berfungsi sebagai demetalization catalyst dan hydrotreating
catalyst (NiMo, CoMo, atau Mo). Bentuk terbaik untuk graded catalyst adalah
ring karena mempunya void fraction yang tinggi. Hydrocracking catalyst
berfungsi untuk hydrocracking, sering juga dilengkapi dengan kemampuan untuk
hydrotreating. Sedangkan reaktor kedua berisi hydrocracking catalyst seluruhnya.
Jika two stage maka jumlah reaktor biasanya tiga. Reaktor pertama dan
kedua seperti pada single stage hydrocracker. Sedangkan reaktor ketiga seperti
pada reaktor kedua, seluruhnya berisi hydrocracking catalyst. Reaktor ketiga ini
berfungsi untuk mengolah recycle feed yang berasal dari main fractionator
bottom.

Quenching

distributor

diperlukan

untuk

mengontrol

reactor

bed

temperature agar tidak terjadi temperature excursion/runaway.


2.3.4. Catalyst Unloading
Sebelum dilaksanakan unloading katalis, agar pelaksanaan unloading dapat
dilaksanakan dengan lancar, maka saat shutdown dilakukan proses sweeping terlebih
dahulu. Sweeping adalah mengalirkan recycle gas semaksimal mungkin ke dalam
reactor untuk mengusir minyak yang masih tertinggal di dalam reactor setelah cut out
feed. Waktu pelaksanaan sweeping disesuaikan dengan perkiraan kondisi katalis.
Biasanya sweeping selama 2 s/d 4 jam sudah cukup membuat katalis di dalam reactor
kering sehingga pelaksanaan unloading dapat dilakukan dengan lancar.

2.3.5. Catalyst Skimming


Catalyst skimming adalah mengambil sejumlah katalis bagian atas yang
banyak mengandung impurities/coke. Proses catalyst skimming biasanya dilakukan
untuk katalis yang performance-nya masih bagus tetapi menghadapi masalah pressure
drop yang tinggi. Pelaksanaan catalyst skimming harus dilakukan secara inert dengan
menggunakan nitrogen untuk mencegah terjadinya flash akibat adanya senyawa pirit
akibat katalis berkontak dengan udara. Pengambilan katalis dilakukan oleh pekerja
yang masuk ke dalam reactor menggunakan breathing apparatus. Pelaksanaan catalyst
skimming harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti kenaikan temperature bed reactor akibat kurangnya supply
nitrogen, atau terputusnya supply oksigen ke breathing apparatus yang akan
mengakibatkan pekerja tidak sadarkan diri. Berdasarkan pengalaman, katalis yang diskimming biasanya seluruh inert catalyst, seluruh graded catalyst, dan 50 cm layer
hydrocracking catalyst (tergantung banyaknya kotoran yang ada pada permukaan
katalis).

2.3.6. Kinerja Katalis


Kinerja katalis dapat diketahui atau diukur dengan beberapa parameter
sebagai berikut :
Peak temperature, yaitu temperature bed maksimum. Peak temperature biasanya
dibatasi oleh desain reactor atau dibatasi oleh kecenderungan kemungkinan

terjadinya temperature runaway. Reaktor yang didesain menggunakan katalis


amorphous mempunyai mechanical design reactor maksimum 454 oC.
T reaktor, yaitu selisih antara temperature bed reaktor tertinggi dengan
temperature inlet reaktor. Untuk katalis amorphous T maksimum agar tidak
terjadi temperature runaway adalah 28 oC (fresh feed reactor) dan 14 oC (recycle
feed reactor). Sedangkan untuk katalis zeolite, T maksimum agar tidak terjadi
temperature runaway adalah 42 oC (fresh feed reactor) dan 21 oC (recycle feed
reactor).
P (pressure drop) reaktor, yaitu penurunan tekanan reaktor akibat adanya
impurities yang mengendap pada katalis.
Jumlah produk gasoline ataupun middle distillate (kerosene atau diesel).

Radial temperature difference, yaitu perbedaan temperature radial. Radial


temperature difference yang tinggi dapat terjadi karena terjadi channeling, yaitu
distribusi aliran dalam reaktor yang tidak merata. Channeling dapat terjadi
prewetting yang kurang sempurna, atau perubahan komposisi feed yang
mendadak yang menyebabkan temperature bed reaktor menjadi lebih tinggi
daripada pelaksanaan loading katalis yang tidak baik, frekuensi start-stop yang
sering, frekuensi emergency stop yang sering (terutama saat depressuring
reaktor), pelaksanaan kebutuhan dan menyebabkan terjadinya coking pada
katalis.

2.3.7. Deaktivasi Katalis


Deaktivasi katalis atau penurunan aktivitas katalis dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :

Umur katalis

Umur katalis hydrocracker diukur berdasarkan kemampuan setiap satuan berat


katalis hydrocracker untuk mengolah feed. Umur katalis hydrocracker dapat
mencapai 18 m3 feed/kg katalis.
Akumulasi senyawa ammonia pada katalis
Reaksi hydrotreating yang terjadi di dalam reaktor hydrocracker akan mengubah
senyawa nitrogen organic yang ada dalam umpan menjadi ammonia. Ammonia akan
berebut tempat dengan umpan untuk mengisi active site katalis. Jika active site katalis

tertutup oleh ammonia maka aktivitas katalis akan langsung menurun. Untuk
menghindari terjadinya akumulasi ammonia pada permukaan katalis, diinjeksikan
wash water pada effluent reactor, sehingga ammonia akan larut dalam air dan tidak
menjadi impurities bagi recycle gas. Ammonia bersifat racun sementara bagi katalis.
Jika injeksi wash water dihentikan atau kurang maka akan terjadi akumulasi ammonia
pada permukaan katalis, namun setelah injeksi wash water dijalankan kembali maka
akumulasi ammonia pada permukaan katalis akan langsung hilang.
Coke
Coke dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :
1. Terjadi reaksi kondensasi HPNA (heavy polynucleic aromatic).
2. Temperature reaksi yang tidak sesuai (temperature terlalu tinggi atau umpan
minyak terlalu ringan).
3. Hydrogen partial pressure yang rendah (tekanan reaktor atau hydrogen purity
recycle gas yang rendah).
4. Jumlah recycle gas yang kurang (jumlah H2/HC yang kurang/lebih rendah
daripada disain).
0

Pembentukan coke dapat dihambat dengan cara menaikkan hydrogen partial

pressure (tekanan reaktor atau hydrogen purity pada recycle gas), atau penggunaan
carbon bed absorber untuk menyerap HPNA.
Keracunan logam
Pada proses penghilangan logam dari umpan, senyawa logam organic
terdekomposisi dan menempel pada permukaan katalis. Jenis logam yang biasanya
menjadi racun katalis hydrocracker adalah nikel, vanadium, ferro, natrium, kalsium,
magnesium, silica, arsenic, timbal, dan phospor. Keracunan katalis oleh logam
bersifat permanent dan tidak dapat hilang dengan cara regenerasi. Keracunan logam
dapat dicegah dengan membatasi kandungan logam dalam umpan. Best practice
batasan maksimum kandungan logam yang terkandung dalam umpan hydrocracker
adalah 1,5 ppmwt untuk nikel dan vanadium, 2 ppmwt untuk ferro dan logam lain,
serta 0,5 ppmwt untuk natrium.
Kandungan air dalam katalis
Air dapat masuk ke dalam katalis jika pemisahan air dari feed hydrocracker di
dalam tangki penyimpanan tidak sempurna ataupun terjadi kerusakan steam coil

pemanas tangki penyimpanan. Air dapat dicegah masuk ke dalam reactor dengan
memasang filter 25 micron.

Severity operasi

Severity operasi yang melebihi disain akan menyebabkan laju pembentukan coke
meningkat, sehingga akan meningkatkan laju deaktivasi katalis.

2.3.8. Regenerasi Katalis


Seiring dengan berjalannya waktu, maka katalis akan mengalami deaktivasi
karena alasan-alasan seperti yang telah disebutkan di atas. Untuk mengembalikan
keaktifan katalis, maka dapat dilakukan regenerasi katalis. Regenerasi katalis yaitu
proses penghilangan karbon, nitrogen, dan sulfur dari permukaan katalis dengan cara
pembakaran. Regenerasi katalis dapat dilakukan secara in-situ (dilakukan di dalam
hydrocracking plant) atau secara ex-situ (dilakukan diluar hydrocracking plant oleh
vendor regenerasi katalis).
Seiring dengan meningkatnya margin hydrocracker maka pada beberapa
tahun belakangan ini sudah tidak pernah lagi dilakukan in-situ catalyst regeration
karena memakan waktu operasi dan biaya yang tinggi. Ex-situ catalyst regeneration
menjadi pilihan utama, karena dapat menghilangkan potential loss operasi dan biaya
lebih murah serta resiko yang jauh lebih kecil. Dengan semakin tingginya margin
hydrocracker bahkan banyak kilang hydrocraker yang sudah tidak lagi melakukan
regenerasi katalis; sebagai gantinya kilang hydrocracker tersebut selalu menggunakan
katalis baru untuk operasinya. Pola seperti ini dapat dilakukan untuk hydrocracker
yang mengolah umpan yang tidak banyak impurities-nya, sehingga umur katalis tidak
dibatasi oleh pressure drop reactor tetapi sepenuhnya disebabkan oleh aktivitas
katalis.

2.4 Feed, Produk, dan Margin Hydrocracking


Dalam aplikasinya, umpan dan produk hydrocracking adalah sebagai berikut :

Table IV. Feedstocks dan Products Hydrocracking

Contoh yield produk hydrocracker adalah sebagai berikut :

2.5 Aliran Proses Hydrocracking


Proses hydrocracking dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 14. Proses Hydrocracking


Pemilihan skema proses hydrocracking didasarkan pada beberapa hal seperti
dapat dilihat pada flow chart berikut :

Gambar 15. Diagram Alir Petunjuk Pemilihan Skema Aliran Proses Hydrocracker

Berbagai macam skema alir proses hydrocracking dapat digambarkan sebagai


berikut :

Gambar 16. Jenis Skema Alir Proses Hydrocracking


Typical proses hydrocracking seksi reactor (single stage) adalah sebagai berikut :

Gambar 17. Typical Proses Hydrocracking Seksi Reaktor (Single


Stage)

Typical proses hydrocracking seksi reactor (2 stage) adalah


sebagai berikut :

Gambar 18. Typical Proses Hydrocracking Seksi Reaktor (2 stage)


Typical hydrocracking process seksi reactor (once through)
adalah sebagai
berikut :

Gambar 19. Typical Proses Hydrocracking Seksi Reaktor (Once


Through)

Typical hydrocracking process seksi fraksinasi adalah sebagai


berikut :

Gambar 20. Typical Proses Hydrocracking Seksi Fraksinasi

2.6 Variabel Proses Hydrocracking


2.6.1. Fresh Feed Quality
Kualitas feed hydrocracker akan mempengaruhi :
Temperatur yang dibutuhkan untuk mencapai konversi penuh
Jumlah hydrogen yang dikonsumsi
Umur katalis
Kualitas produk
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kualitas feed hydrocracker adalah
sebagai berikut :
Boiling range (Rentang Titik Didih)
Peningkatan boiling range umpan akan mengakibatkan umpan tersebut lebih
susah untuk diproses, sehingga membutuhkan temperatur yang lebih tinggi yang
kemudian akan menyebabkan umur katalis menjadi lebih pendek. Umpan dengan end

point tinggi biasanya juga mengandung sulfur dan nitrogen lebih banyak. Initial
boiling point umpan yang rendah (< 370 oC) tidak berpengaruh buruk terhadap
operasi, namun akan mengurangi efisiensi operasi karena fraksi < 370 oC tidak
mengalami konversi di katalis.
Kandungan Sulfur dan Nitrogen
Kenaikan jumlah senyawa sulfur dan nitrogen organik akan meningkatkan
severity operasi. Kandungan sulfur tinggi akan meningkatkan konsentrasi H 2S dalam
recycle gas sehingga akan menurunkan purity recycle gas dan kemudian menurunkan
tekanan partial hydrogen. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas
katalis karena konsentrasi H2S hanya berkisar ratusan ppm (part per million). Namun
kandungan senyawa nitrogen organik yang terkonversi menjadi ammonia dan
terakumulasi dalam recycle gas akan menurunkan aktivitas katalis. Oleh karena itu,
umpan dengan kandungan nitrogen organik tinggi akan lebih sulit diproses dan
membutuhkan temperatur lebih tinggi.
Kandungan Senyawa Tak Jenuh
Jumlah senyawa tak jenuh seperti olefin dan aromatik yang terkandung dalam
umpan akan meningkatkan kebutuhan gas hidrogen dan meningkatkan panas reaksi
yang dilepas. Secara umum untuk boiling range umpan tertentu, penurunan API
gravity mengindikasikan peningkatan kandungan senyawa aromatik tak jenuh. Selain
itu parameter lain yang mengindikasikan peningkatan senyawa tidak jenuh adalah
tingginya angka insoluble normal Heptane (n-C7). Kandungan hidrokarbon tak jenuh
yang berlebihan dapat menyebabkan permasalahan kesetimbangan energi bila suatu
unit tidak dirancang khusus untuk jenis umpan tersebut.
Komponen Cracked Feed
Catalytically cracked feed dan thermally cracked feed biasanya memiliki
kandungan sulfur, nitrogen, dan particulate yang lebih besar. Selain itu juga
mengandung aromatik dan senyawa pembentuk HPNA yang lebih banyak. Hal ini
menyebabkan cracked feed lebih sulit diproses dan membutuhkan hidrogen lebih
banyak. Pengolahan cracked feed akan meningkatkan laju deaktivasi katalis dan juga
pressure drop reaktor.
Racun Katalis Permanen

Pada proses penghilangan logam dari umpan, senyawa logam organic


terdekomposisi dan menempel pada permukaan katalis. Jenis logam yang biasanya
menjadi racun katalis hydrocracker adalah nikel, vanadium, ferro, natrium, kalsium,
magnesium, silica, arsenic, timbal, dan phospor. Keracunan katalis oleh logam
bersifat permanent dan tidak dapat hilang dengan cara regenerasi. Keracunan logam
dapat dicegah dengan membatasi kandungan logam dalam umpan. Best practice
batasan maksimum kandungan logam yang terkandung dalam umpan hydrocracker
adalah 1,5 ppmwt untuk nikel dan vanadium, 2 ppmwt untuk ferro dan logam lain,
serta 0,5 ppmwt untuk natrium.
Racun Katalis Tidak Permanen (Regenerable Catalyst Contaminant)
Racun katalis tidak permanen adalah pengotor yang dapat dilepaskan dari katalis
dengan cara regenerasi katalis. Contoh racun katalis tidak permanen adalah coke.
Kandungan asphaltene yang tinggi akan mengakibatkan pembentukan coke di
permukaan katalis dan menurunkan aktivitas katalis. Kandungan asphaltene diukur
dengan menggunakan parameter insoluble normal heptane (n-C7). Batasan
maksimum insoluble n-C7 dalam umpan adalah 0,05 %wt. Selain insoluble n-C7,
parameter lain untuk mengetahui jumlah kandungan asphalthene adalah Conradson
Carbon Ratio (CCR). Batasan maksimum CCR dalam umpan adalah 1 %wt.

2.6.2 Fresh Feed Rate atau LHSV (Liquid Hourly Space Velocity)
LHSV didefinisikan sebagai (fresh feed, m 3/jam)/(volume katalis, m3),
sehingga satuan LHSV adalah 1/jam. Kenaikan feed rate dengan volume katalis yang
tetap akan menaikkan nilai LHSV. Untuk memperoleh tingkat konversi reaksi yang
sama, maka sebagai kompensasinya maka temperatur reaksi (temperature inlet
reactor) harus dinaikkan. Namun kenaikan temperatur catalyst akan menyebabkan
peningkatan kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis sehingga akan
mengurangi umur katalis.

2.6.3 Combined Feed Ratio (CFR)


CFR didefinisikan sabagai (fresh feed + recycle feed)/(fresh feed). Bottom
fraksionator yang tidak terkonversi dikembalikan ke reaktor dengan tujuan untuk :

Menurunkan panas yang dilepaskan oleh reaksi, karena recycle feed tersebut
telah terdesulfurisasi dan telah jenuh serta hanya membutuhkan reaksi
hidrocracking. Hal ini dapat menurunkan beban katalis.
Menurunkan severity reaksi.
Efek langsung kenaikan CFR adalah pengurangan yield naphtha (dan
kenaikan yield produk 150 oC+) dan dari kenaikan yield produk 150 oC+ yang
tertinggi adalah kenaikan jumlah produksi diesel.
CFR optimum untuk operasi Hydrocracker adalah antara 1,6 s/d 1,65. CFR > 1,65
berarti unit dijalankan dengan low severity, sedangkan jika CFR < 1,6 berarti unit
dijalankan dengan high severity. CFR ini bisa juga untuk mensiasati umur katalis; jika
peak temperature fresh feed reactor sudah tercapai, CFR dapat dinaikkan untuk
menurunkan severity operasi fresh feed reactor.

2.6.4 Hydrogen Partial Pressure


Selain digunakan untuk reaksi, hydrogen juga berfungsi untuk menjaga
tingkat kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis. Hydrogen partial
pressure yang rendah akan meningkatkan kecepatan deaktivasi katalis. Hydrogen
partial pressure dikendalikan dengan cara menjaga tekanan reaktor dan purity
hydrogen dalam recycle gas.
Purity hydrogen dapat ditingkatkan dengan cara :
Meningkatkan kandungan hydrogen dari make up compressor.
Venting recycle gas dari High Pressure Separator untuk membuang impurities
seperti NH3 dan H2S.
Menurunkan temperatur High Pressure Separator.

2.6.5 Hydrogen to Hydrocarbon Ratio (H2/HC Ratio)

Peningkatan laju alir recycle gas akan meningkatkan rasio H 2/HC. Pengaruh
perubahan H2/HC sama dengan pengaruh tekanan parsial hidrogen terhadap severity
reaksi. Variabel yang dikendalikan untuk menjaga H 2/HC adalah laju recycle gas,
hydrogen purity dalam recycle gas, dan laju umpan.

2.6.6 Kualitas Make up Hydrogen


Seperti telah dijelaskan pada point 4 dan 5 di atas, kualitas make up hydrogen
penting untuk menjaga tingkat kemurnian hydrogen dalam recycle gas.

2.6.7 Temperatur
Kenaikan temperatur akan menaikkan konversi yang kemudian akan
menyebabkan kenaikan laju deaktivasi katalis. Kenaikan temperature yang mendadak
dan sangat tinggi disebut dengan istilah temperature runaway atau temperature
excursion. Temperature runaway atau temperature excursion didefinisikan sebagai
berikut :
T reaktor (peak inlet temperature) > 28 oC (untuk 1st stage amorphous catalyst)
atau > 14 oC (untuk 2nd stage amorphous catalyst) atau > 42 oC (untuk 1st stage
zeolite catalyst) atau > 21 oC (untuk 2nd stage zeolite catalyst),dan
Peak temperature reaktor melebihi batasan disain (untuk amorphous catalyst > 454
oC).

2.6.8 Wash Water Injection


Injeksi wash water pada unit hydrocracker diperlukan untuk :
Menghilangkan ammonia dalam recycle gas
Adanya ammonia dalam recycle gas walaupun dalam jumlah sangat kecil
(biasanya sekitar 200-400 ppm tergantung dari jenis umpannya) akan sangat
mengganggu aktivitas katalis karena ammonia akan mengisi active site katalis.
NH3 + H2O

NH4OH

Mencegah terjadinya fouling akibat pembentukan garam ammonia (terutama


pada fin fan cooler effluent reactor, upstream high pressure separator karena
pada temperatur rendah senyawa garam mudah mengendap).
NH3 + H2S

NH4HS

Pembentukan NH4HS adalah akibat dari reaksi senyawa ammonia anorganik


(NH3) dengan senyawa sulfur anorganik (H 2S). Fungsi wash water adalah melarutkan
NH4HS agar tidak mengendap pada bagian dalam fin fan cooler yang akan
menyebabkan plugging.
Best practice jumlah injeksi wash water yang direkomendasikan biasanya antara
3 s/d 8% volume on feed hydrotreater. Atau untuk implementasi yang lebih akurat

adalah dengan melihat kandungan NH 4HS yang terlarut dalam sour water di high
pressure separator. Kandungan NH4HS dalam sour water diusahakan sekitar 8%wt (di
bawah 8%wt pelarutan oleh wash water dianggap kurang efektif sehingga injeksi
wash water harus ditambah dan di atas 8%wt akan menyebabkan sour water yang
dialirkan ke unit sour water stripper menjadi korosif sehingga injeksi wash water
harus dikurangi.
Injeksi wash water biasanya dilakukan pada inlet fin fan cooler upstream high
pressure separator. Temperatur wash water tidak boleh terlalu tinggi. Best practicenya, temperatur wash water harus cukup rendah sehingga minimal 20% dari injeksi
wash water masih tetap berbentuk cair pada outlet fin fan cooler (inlet high pressure
separator).
Jika injeksi wash water terganggu dalam waktu lebih dari 30 menit maka efeknya
akan langsung terasa, yaitu jumlah unconverted oil meningkat (karena konversi
menurun akibat meningkatnya kandungan ammonia pada recycle gas yang berebut
untuk menempati active site katalis). Oleh karena itu, jika dalam waktu 30 menit
gangguan injeksi wash water tidak dapat diatasi, maka unit hydrocracker harus turun
feed atau bahkan harus shutdown jika injeksi wash water sama sekali tidak ada karena
ketidakadaan wash water akan menyebabkan plugging pada fin fan cooler upstream
high pressure separator.

Istilah-istilah
1. Channeling didefinisikan sebagai pembentukan aliran tertentu pada reactor
catalyst bed, distribusi aliran melalui reactor catalyst bed tidak merata.
2. Cracked feed didefinisikan sebagai umpan yang sebelumnya telah mengalami
pengolahan di unit thermal cracking seperti delayed coking unit atau
visbraker.

3. Demetalization catalyst adalah katalis yang berfungsi untuk menghilangkan


kandungan metal dalam umpan.
4. Graded catalyst adalah katalis yang selain fungsi utamanya sebagai particulate
trap juga berfungsi sebagai demetalization catalyst dan hydrotreating catalyst
(NiMo, CoMo, atau Mo).
5. HDN (Hydrodenitrification) adalah reaksi penghilangan nitrogen dengan
menggunakan hydrogen dan dengan bantuan katalis.
6. HDS (Hydrodesulfurization) adalah reaksi penghilangan sulfur dengan
menggunakan hydrogen dan dengan bantuan katalis.
7. HPNA (Heavy Poly Nucleic Aromatic) merupakan PNAs dengan lebih dari 7
ring.
8. Hydrotreating catalyst adalah katalis yang berfungsi untuk men-treating
umpan, menghilangkan impurities yang ada dalam umpan seperti sulfur
(HDS), nitrogen (HDN), maupun oxygen.
9. Inert catalyst adalah katalis yang tidak melakukan fungsi sebgai pemercepat
reaksi namun hanya berfungsi sebagai high voidage support material untuk
menahan kotoran-kotoran yang mungkin terikut bersama feed.
10. Olefin adalah senyawa tidak jenuh yang mengandung ikatan rangkap.
11. PNA (Poly Nucleic Aromatic) adalah polycyclic hydrocarbon yang
terkondensasi yang mengandung > 2 atomic rings.
12. Secondary processing merupakan proses downstream setelah CDU (Crude
Distillation Unit), yang tidak lagi menggunakan pemisahan fisika namun
sudah terkait dengan kehadiran reaksi kimia.
13. Temperature

runaway

atau

temperature

excursion

adalah

kenaikan

temperature reaksi yang mendadak dengan peak temperature dan T (peak


inlet) melebihi batasan disain.
14. UCO (Unconverted Oil) adalah bottom kolom fraksinasi utama.
15. Unggun catalyst atau catalyst bed adalah tumpukan katalis yang terletak
dalam 1 ruangan (bed) reactor.
16. Unloading spout adalah pipa tempat mengeluarkan katalis saat pelaksanaan
unloading katalis.

1
2
3
4
5

Daftar Pustaka
A. Meyes, Robert. 1986. Handbook of Petrolium Refining Process. New York:
McGraw-Hill Book Company Inc.
Esber, I Shareen. 1983. Catalytic Processingin Petrolium Refining. PennWell
Publishing Company.
Karjono. 1995. Proses Pengolahan Migas. Cepu: PPT Migas.
Nelson, W.I. 1969. Petrolium Refinery Engineering. New York: McGraw-Hill
Book Company Inc.

William I, Bland & Robert L. Davidson. 1967. Petrolium Processing Handbook.


New York: McGraw-Hill Book Company Inc.
Buku Pintar Migas Indonesia
http://www.pertamina-dohsbs.com/profile/sejarah03.php
http://www.migas-indonesia.net/index.php?
option=com_docman&task=doc_view&gid=784

You might also like