You are on page 1of 6

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda

: Anida Shofiana

Stase

:Radiologi

NIM: 09711203

Identitas Pasien
Nama / Inisial

: Ny. X

No RM

:-

Umur

: 48 th

Jenis kelamin :Perempuan

Diagnosis/ kasus

: Massa Mediastinum

Pengambilan kasus pada minggu ke: I


Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a.
b.
c.
d.
e.

Ke-Islaman*
Etika/ moral
Medikolegal
Sosial Ekonomi
Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).
Pasien datang ke RSUD Sragen dengan keluhan sesak nafas kambuhkambuhan sejak seminggu yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh batuk sejak
2 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien juga pernah mengalami keluhan serupa
dan tidak kunjung sembuh. Pasien tidak ingat dengan jelas sejak kapan pertama
kalinya keluhan-keluhan di atas muncul. Pasien belum pernah minum obat apapun
untuk meredakan keluhannya yang muncul sejak 2 minggu yang lalu tersebut.
Pasien juga belum berobat ke dokter. Karena dirasa keluhan tidak kunjung
sembuh, pasien memeriksakan diri ke RSUD Sragen dan dokter memutuskan
pasien untuk dirawat inap di rumah sakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien 120/80
mmHg dan denyut nadi 84x/menit. Wheezing pada kedua lapang paru (++/+)
Page 1

suara napas reguler di kedua lapang paru. Pasien juga menjalani serangkaian
pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Saat dilakukan pemeriksaan foto rontgen
thorax, didapatkan hasil tampak opasitas homogen di mediastinum sinistra aspek
superior, didapatkan kesimpulan bahwa pasien mengalami suspect massa
mediastinum sinistra aspek superior.
2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus
Kasus tumor adalah kasus yang sering terjadi dan membutuhkan diagnosis yang
cepat dan tepat. Karena semakin awal diagnosis ditegakkan semakin besar angka
harapan hidup pasien. Hal ini berkaitan dengan terapi yang tentunya akan semakin cepat
diberikan jika diagnosis ditegakkan lebih dini. Saat pasien datang ke rumah sakit, pasien
datang dengan keluhan sesak napas dan batuk. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang dokter memberikan terapi medikamentosa. Lalu dokter segera melakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan rontgen thorax untuk mengetahui diagnosis
pasti pada pasien. Tindakan dokter sudah cepat dan tepat sehingga kondisi pasien segera
dapat diatasi dan meminimalisir komplikasi yang akan terjadi.
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence / referensi yang sesuai *
*pilihan minimal satu
Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari aspek etika
moral/bioetik.

Terdapat 4 kaidah dasar bioetik kedokteran yaitu beneficence,

nonmaleficence, justice, dan otonom. Kasus ini akan ditinjau menurut dari ke empat
aspek tersebut.
a. Beneficience : beneficience adalah tindakan berbuat baik kepada pasien.
Dalam hal ini dokter wajib mengupayakan tindakan yang terbaik bagi pasien, baik
dari sisi pemeriksaan maupun terapi. Tindakan pemeriksaan yang baik bagi pasien
membantu mengakkan diagnosis yang tepat pada pasien yang nantinya akan
mempengaruhi pemberian terapi yang tepat. Dalam kasus ini dicontohkan bahwa dari
segi medis tindakan pemeriksaan yang terbaik bagi pasien adalah dengan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut berupa CT Scan untuk bisa mendeteksi lebih lanjut
seberapa jauh metastasis yang terjadi pada paru. Dokter sudah memberikan usulan
yang tepat dengan menyarankan pemeriksaan CT Scan karena untuk saat ini pilihan
pertama untuk deteksi massa di paru adalah pemeriksaan CT Scan (Hassan, 2011).
Page 2

b. Non maleficience : tidak berbuat jahat (tidak merugikan pasien)


Kasus ini bisa bisa direfleksikan ke dalam konsep bioetik non maleficience, dalam
hal ini mengacu pada keputusan dokter untuk segera menyarankan pemeriksaan CT
Scan agar segera mengetahui apakah terdapat metastasis di paru nya agar dapat
diminimalisir komplikasi yang akan terjadi. Dokter berusaha sebisa mungkin untuk
tidak merugikan pasien dengan pertimbangan risk and benefit dimana keuntungan
yang didapatkan pasien dari tindakan tersebut lebih besar dibandingkan dengan
resiko/harm yang kemungkinan terjadi (William, 2005).
c. Justice: berlaku adil. Tidak membeda-bedakan pasien.
Dalam kasus ini dokter tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan tindakan,
terapi, dan informasi medis. Pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
yang seharusnya didapat oleh pasien. Identitas dan kerahasiaan informasi mengenai
pasien juga dijaga oleh dokter.
d. Autonomy: pasien berhak menentukan nasib sendiri
Keputusan dokter untuk melakukan pemeriksaan CT Scan didasari oleh konsep
autonomy. Dokter sudah memenuhi syarat dari konsep ini dengan melibatkan pasien
dalam memutuskan dilakukan/tidaknya tindakan di atas. Dokter melakukan informed
consent secara tertulis dengan ditanda tangani oleh pasien dan 2 orang saksi serta
dokter yang bertanggung jawab. Dalam hal ini pasien berhak menentukukan jenis
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Pasien berhak menolak jika memang
pasien tidak setuju, tentunya setelah pasien mendapatkan penjelasan dan informasi
yang jelas mengenai jenis tindakan yang akan dilakukan, keuntungan, dan resiko
yang diambil. Jika ternyata pasien tidak setuju terhadap tindakan di atas, dokter juga
tidak bisa dituntut jika ternyata terjadi sesuatu yang buruk karena pasien sudah
menandatangani lembar informed consent yang diberikan kepada pasien (Williams,
2005).
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Dari aspek keislaman, kasus ini bisa direfleksikan pada kewajiban untuk
senantiasa menjaga dan mengusahakan kesehatan. Hal ini bisa dilihat pada hadits
Rasulullah S.A.W. sebagai berikut:
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang
mikmin yang lemah (HR. Muslim)
Selain itu, di dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa sakit merupakan bagian dari
Page 3

cobaan yang diberikan Allah S.W.T. kepada hamba-Nya. Sesuai dengan yang tercantum
dalam Q.S. Al-Baqoroh: 155-157):
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan Inna lillaahi wa innaa ilaihi rojiuun. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk . (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Ayat ini merupakan anjuran untuk senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan termasuk
didalamnya cobaan saat sakit. Dan dijanjikan bagi orang-orang yang sabar keberkatan
dan rahmat dari Allah S.W.T.
Selain anjuran untuk menjaga kesehatan dan senantiasa sabar dikala sakit. Islam
juga mengajarkan untuk mengambil hikmah dibalik sakit dan musibah yang terjadi.
Hikmah

dibalik

sakit

dan

musibah

diterangkan

Rasulullah S.A.W.,

dimana

beliau bersabda:
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah
akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daundaunnya (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

Umpan balik dari pembimbing

Page 4

Pacitan, 25 November 2014


TTD Dokter Pembimbing

TTD Dokter Muda

( dr. Prasetyo Budi D, M.Sc, Sp.Rad )

( Anida Shofiana )

DAFTAR PUSTAKA
Williams, John R. Medical Ethics Manual. France. The World Medical Association: 2005.
Beanchamp TL, Childrens F. Principles of Biomedical Ethics. Concept of
beneficence. 4thEdition. New York: Oxford University Press; 1994.
Hasan, Iscac. Lung, Metastasis. [online 2009] [cited 2009 oktober 11]. Available from :
Page 5

http://emedicine.medscape.com//article/358090-overview#showall

Page 6

You might also like