410
NYERI
Bambang Setiyohadi, Sumariyono, Yoga I. Kasimir, Harry Isbagio, Handono Kalim
Menurut The international Association for the study of
pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial
akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang
disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat
menimbulkan kerusakan jaringan disebut nosisepsion.
'Nosisepsion merupakan angklah wal prosesnyeri Reseptor
neurologik yang dapat membedakan antara rangsang
nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat
mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment
adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi
anatomik, fisiologik maupun psikologik. Sedangkan
disabititas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan
atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
yang normal
Persepsi yang diakibatkan oleh rangsangan yang
ppotensial dapat menyebabkan kerusakan jaringan disebut
rnosisepsi, yang merupakan tahap aval proses timbulnya
nyeri. Reseptor yang dapat membedakan rangsang noksius
dan non-noksius disebut nosiseptor. Pada manusia,
nosiseptor merupakan terminal yang tidak tediferensiasi
serabut a-delta dan serabut c. Serabut a-delta merupa-
kan serabut saraf yang dilapisi oleh mielin yang tipis dan
berperan menerima rangsang mekanik dengan intensitas
menyakitkan, dan disebut juga high-threshold mechano-
receptors. Sedangkan serabut c merupakan serabut yang
tidak dilapisi mielin,
Intensitas rangsang terendah yang menimbulkan
ppersepsi nyeri, disebut ambang nyeri. Ambang nyeri bi-
asanya bersifat tetap, misalnya rangsang panas lebih dari
50°C akan menyebabkan nyer. Berbeda dengan ambang
nyeri, toleransi nyeri adalah tingkat nyeritertinggl yang
dapat diterima oleh seseorang, Toleransi nyeri berbeda-
bbeda antara satu individu dengan individu lain dan dapat
dipengaruhi oleh pengobatan. Dalam praktek sehari-
3115
haxi, toleransi nyeri lebih penting dibandingkan dengan
ambang nyeri
‘TERMINOLOGI NYERI
Alodinia adalah nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat
rangsang non-noksius yang pada orang normal, tidak-
menimbulkan nyeri. Nyeri ini biasanya didapatkan pada
pasien dengan berbagai nyeri neuropatik, misalnya
neuralgia pasca herpetik, sindrom nyeri regional kronik
dan neuropati perifer lainnya.
Hiperpatia adalah nyeri yang berlebihan, yang ditimbul-
kan oleh rangsang berulang. Kulit pada area hiperpatia
biasanya tidak sensitifterhadap rangsang yang ringan,
‘etapi memberikan respons yang berlebihan pada rangsang
‘multipel. Kadang-kadang, hiperpatia disebut juga disestesi
sumasi
Disestesi adalah adalah parestesi yang nyeri. Keadaan ini
dapat ditemukan pada neuropati perifer alkoholik, atau
neuropati diabetik di tungkai. Disestesi akibat kompresi
nervus femoralis lateralis akan dirasakan pada sisi lateral
tungkai dan disebut meralgia parestetika.
Parestesi adalah rasa seperti tertusuk jarum atau titktitik
yang dapat timbul spontan atau dicetuskan, misalnya ketika
‘saraf tungkal tertekan. Parestesi tidak selalu disertai nyer
bila disertai nyeri maka disebut disestesi
Hipoestesia adalah turunnya sensitivitas terhadap
rangsang nyeri, Area hipoestesia dapat ditimbulkan
dengan infitrasi anestesilokal.
‘Analgesia adalah hilangnya sensas nyeri pada rangsangan
nyeri yang normal. Secara konsep, analgesia merupakan
kebalikan dari alodinia,3116
Anestesia dolorosa, yaitu nyeri yang timbul di daerah
yang hipoestesi atau daerah yang didesensitisas.
Neuralgia yaitu nyeri yang timbul di sepanjang distribusi
suatu persarafan. Neuralgia yang timbul di saraf skiatika
atau radiks $1, disebut Skiatika, Neuralgia yang tersering
adalah neuralgia trigeminal.
[Nyeri tabetik, yaitu salah satu bentuk nyeri neuropatik
yang timbul sebagai komplikasi dari sfilis
\Nyeri sentral, yaitu nyeri yang diduga berasal dari otak
atau medula spinalis, misalnya pada pasien stroke atau
ppasca trauma spinal. Nyeri terasa seperti terbakar dan
lokasinya sulit dideskripsikan,
\Nyeri pindah (referred pain) adalah nyeri yangdirasakan
ditempat lain, bukan ditempat kerusakan jaringan yang
menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri pada infark miokard
yang dirasakan di bahu kiri atau nyeri akibat kolesisits
yang dirasakan di babu kanan,
\Nyeri fantom yaitu nyeri yang dirasakan pada bagian
ftubuh yang baru diamputasi; pasien merasakan seolah-
lah bagian yang diamputasi itu masih ada.
Substansi algogenik adalah substansi yang dilepaskan
oleh jaringan yang rusak atau dapat juga diinjeksi sub-
kutaneus dari luar, yang dapat mengaktifkan nosiseptor,
misalnya histamin, serotonin, bradikinin, substansi-P.K,
Prostaglandin, Serotonin, histamin, K*, H',,dan prosta-
glandin terdapat di jaringan; kinin berada di plasma;
substansi-P berada di terminal saraf aferen primer;
histamin berada didalam granul-granul sel mast, basofil
dan trombosit
Nyeri akut, yaitu nyeri yang timbul segera setelah
rangsangan dan hilang setelah penyembuhan,
‘Nyeri kronil, yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari
3 bulan walaupun proses penyembuhan sudah selesa
KLASIFIKASI NYERI
Nyeri nosiseptif, adalah nyeri yang timbul sebagai
akibat perangsangan pada nosiseptor (serabut a-delta dan
serabut-c) oleh rangsang mekanik, termal atau kemikal
'Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non
viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri metastatik, nyeri
tulang, nyeri artritik
Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari organ viseral,
biasanya akibat distensi organ yang berongga, misainya
sus, kandung empedu, pankreas, jantung, Nyeri viseral
seringkali dkuti referred pain dan sensasi otonom, seperti
‘mual dan muntah,
REUMATOLOG!
Nyeri neuropatik, timbul akibatiritasi atau trauma pada
saraf. Nyeri seringkali persisten, walaupun penyebabnya
sudah tidak ada. Biasanya pasien merasakan rasa seperti
terbakar, seperti tersengat listrik atau alodinia dan
disestesia.
Nyeri psikogenik, yaitu nyeri yang tidak memenuhi
kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropatik, dan memenuhi
kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik
Nyeri somatik
Nyer nosisept
yer viseral
Nyer
yer neuropatik
yer non-nosisopti
yer psikogenik
MEKANISME NYERI
Proses nyeri mulai stimulasi nociceptor oleh stimulus
noxiuos sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri
adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bise
ikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu: transduksi,trans-
isi, modulasi dan persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi
nociceptor oleh stimulus noxiuos pada jaringan, yang
kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor
dimana disini stimulus noxious tersebut akan dirubah
menjadi postensial aksi. Proses ini disebut transduksi
atau aktivasi reseptor Selanjutnya potensial aksi tersebut
akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat
yang berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama trans-
misi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer
ke kornu dorsalis medula spinalis, pada kornu dorsalis in
neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan
‘sarap pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik
ke ates di medula spinalis menuju batang otak dan
talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang
_mengurusi respons persepsi dan afektif yang berhubungan
dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptifptif tidak
selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi
nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptifptit. Terdapat
proses medulasi sinyal yang mampu mempengaruhi
proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang
paling diketahui adalah pada kornu dorsalis medula
spinalis, Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan
nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.vert
3117
Ey
aieea
Tipe Kecepatan Diameter Karakteristik
Konduksi Neuron
(m/s) (um)
Aa 60-120 12-22
AB 50-70 4-12
Motorik skeletal (M)
Sentuhan, getaran, dan
tekanan ringan (M)
Ay 35-70 4-12 Propriosepsi intrafusal (Mi)
A 53000 15 Nosiseptif aferen primer
™
8 330 15-4 —_Praganglionotonom (M)
¢ 3 <15 _ Nosiseptifeferen primer
(unm)
Post ganglion otonom
(unm)
Aspek Perifer Nosisepsi
Terdapat 2 tipe serabut saraf aferen primer nosiseptif
yaitu serabut A’ dan serabut C. Dua fungsi utama serabut
saraf aferen primer adalah transduksi stimulus dan trans-
rmisi stimulus menuju susunan saraf puset, Badan sel dari
neuron-neuron ini terdapat pada ganglion radix dorsalis
‘Axon dari neuron ini memiliki dua cabang yaitu yang
menuju perifer, yang bagian terminalnya sensitif ter-
hadap stimulus noxious; dan cabang lainya yang menuju
susunan saraf pusat, dimana kemudian akan bersinap
dengan neuron susunan saraf pusat di kornu dorsalis
rmedula spinal,
Medula Spinalis
Kornu dorsalis medula spinalis merupakan relay point
pertama yang membawa informasi sensoris ke otak dari
petifer. Gray matter mengandung badan sel saraf dari
neuron-neuron spinalis dan white matter mengandung
axon yang naik atau turun dari otak. Rexed membagi
gray matter menjadi 10 lamina. Lamina |-Vi terdapat pada
kornu dorsalis dan mengandung interneuron yang merelay
informasi sensoris menuju ke otak.
Pada komu dorsalis serabut aferen nosisepsi mem-
bentuk hubungan dengan neuron-neuron proyeksi atau
interneuron inhibisi atau eksitasi lokal untuk mengatur
aliran informasi nosisepsi ke pusat yang lebih tinggi
Terdapat 3 kategori neuron pada kornu dorsalis yaitu
neuron proyeksi, interneuron eksitasi dan interneuron
inhibisi, Neuron proyeksi bertanggung jawab untuk
membawa signal aferen ke pusat yang lebih tinggi, yang
terdiri dari 3 tipe neuron yaitu nocieptive-spesific cells
(NS), low treshold (LT) neuron dan wide dynamic range
(WOR) neuron,
NEUROTRANSMITER PADA KORNU DORSALIS
‘Terdapat banyak neurotransmiter yang berperanan pada
proses nosiseptif di kornu dorsalis. Meskipun neuro-
peptida dan asa amino tertentu berperan penting,tetapi
tidak ada bukti yang meyakinken adanya neurotransmiter
‘tunggal untuk nyer. Distribusi dari neuropeptida ini bisa
berbeda di antara beberapa jeringan. Misalnya neuron
radix dorsalis yang menginervasi viseral umunmnya
umumnya kaya akan substansi P dan CGRP dibanding
dengan yang menginervasi kulit. Stimulus noxious akan
‘mencetuskan pelepasan glutamat dan dan beberapa asam
amino lain yang terdapat bersama-sama peptida pada
terminal aferen primer.
Glutamat dan aspartat adalah neurotransmiter utama
dalam exitatory transmission pada tingkat spinal. Bahan
ini disimpan pada terminal aferen primer nosiseptor dan
dilepaskan sebagai respons terhadap aktivitas nosiseptit
Terdapat banyak neurotransmiter inhibitor yang
‘memodulasi nosisepsi di segmen kornu dorsalis, seperti
somatostatin, GABA, adenosin, alfa 2 adrenergik, taurin
ddan endocanabinoid.
NS3118
Dari Medula Spinalis Menuju ke Otak
Sinyal nosiseptif yang menuju ke komu dorsalis di relay
rmenuju pusat yang lebih tinggi di otak melalui beberapa
jalur yaitu traktus spinotalamikus, yang merupakan jalur
‘yer utama; traktus spinoretikulars dan traktus spinomes-
encephalic
Di Tingkat Otak
Terdapat beberapa nukleus pada talamus lateral yaitu
rukleus ventral posterior lateral, nukleus ventral posterior
‘medial, nukleus ventral posterior inferior dan bagian pos-
tetior dari nucleus ventromedial serta di daerah medial
talamus yaitu talamus centrolateral, bagian ventrocaudal
dari nukleus dorsomedial dan nukleus para fasikular yang
berperanan pada proses nyeri. Didaerah kortex cerebri
yang memiliki fungsi nosisepsi adalah korteks somato-
sensor primer, somatosensor sekunder serta daerah di-
sekitarnya di parietal operculum, insula, anterior cingulate
cortex dan korteks prefrontal.
MODULASI NOSISEPTIF
Terdapat beberapa tempat modulasi nyeri, tetapi yang
paling banyak diketahui adalah pada kornu dorsalis,
medula spinalis. Eksitabilitas neuron-neuron di medula
spinalis tergantung dari keseimbangan dari input yang
berasal dari nosiseptor aferen primer, neuron intrinsik
medula spinalis dan descending system yang berasal dari
supra spinal
KONTROL SEGMENTAL (SPINAL)
Modulasi pada tingkat spina aktivtas nosiseptif melibat-
kan sistem opioid endogen, inhibisi segmental,
eseimbangan aktivitas antara input nosiseptif dan input
aferen lainya serta descending controt mechanism,
Reseptor opioid merupakan tempat kunci dalam
analgesia, Mekanisme analgesi utama dari opioid adalah
melalui inibisi presinap dari injury-evoked neurotrans-
miter release dari neuron nosisepti aferen primer (lebih
dari 70% dar total OP3 C4) receptor site terdapat pada
terminal aferen prime:). Opioid endogen tampaknya juga
menyebabkan inhibisi postsinap neuron nociresponsive
kornu dorsalis. Transmisi input nosiseptif pada medula
spinalis bisa dinambat oleh aktivitas segmental dan
aktivtas neuron descenden dari pusat supraspinal. GABA
dan glisin berperan penting pada inhibisi segmental nyeri
di medula spinalis. GABA memodulasi transmisi aferen
informasi nosiseptif melalui mekanisme presinap dan
postsinap. Konsentrasi terbesar GABA adalah pada kornu
dorsalis, dimane disini merupakan neurotransmiter inhib
REUMATOLOG!
tutama, Mekanisme modulas|informasi nosiseptifglisin di
kornu dorsalis adalah melalui inhibisi postsinap,
Gate Control Theory
Acivitas neuron di medula spinalis yang menerima input
dari serabut nosiseptif dapat dimodifikasi oleh input dari
neuron aferen non-nosiseptit. Konsep ini diperkenalkan
oleh Melzac dan Wall pada 1965 sebagai gate controt
theory. Menurut teori ini aktivitas pada serabut aferen AB
menghambat respons neuron kornu dorsalis dari input
serabut A dan serabut C. TENS untuk menghilangkan ayeri
didasarkan pada teori in
Kontrol Supraspinal/Descending Control
Kontrol nyeri supraspinal melalui dua jalur yang beresal
dari midbrain (periaqueductal gray matter dan locus
ceruleus) dan medula oblongata(nucleus raphe magnus
dan nukleus reticularis giganto cellularis). Sistem modulasi
riyer ini menuju medula spinalis melalui funikulus dorso-
lateral. Neuron-neuron dirostroventral medula oblongata
membuat koneksi inhibisi pada kornu dorsalis lamina
|, Il dan V. Sehingga stimulasi neuron di rostroventral
medula oblongata akan menghambat neuron-neuron
kornu dorsalis neuron-neuron traktus spinotalamikus
yang memberikan respons stimulasi noxious. Serabut
desenden lain yang berasal dari medula oblongata den
pons juga berakhir pada kornu dorsalis superfisial dan
menekan aktivitas nosiseptif neuron kornu dorsalis
Neurotvansmiter utama yang berperanan pada descending
pain contro! ini adalah serotonin (5-hydroxytryptamine,
5 HT) dan norepineprin (noradrenalin). Neuron-neuron
serotoninergik dan noradrenergik turun melalui funikulus
dorsolateral dari batang otak menuju medula spinal dan
berakhir pada kornu dorsalis, sangat berperanan pada
modulasi nyeri. Aktivasi Reseptor + 2 adrenergik akan
rmengakibatken antinosisepsi Sejumlah subtipe reseptor
serotoninergik telah diketahui di medula spinalis dan
berberanan dalam transmisi nyeri. Stimulasi elektrik pada
daerah periaqueductal dan nukleus raphe magnus akan
rmengakibatkan analgesia melalui pelepasan serotonin dan
rnorepineprin endogen.
dvert
3119
NYERI INFLAMASI
Pada proses inflamasi, misalnya pada artis, proses nyeri
terjadi karena stimulus nosiseptor akibat pembebasan
berbagai mediator bikomiawi selama proses inflamasi
terjaci.nflamasitesadiakibat rangkaian reaksiimunologik
yang dimulai oleh adanya antigen yang kemudian diproses
leh antigen presenting cells (APC) yang kemudian akan
diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA
yang sesuai Antigen yang diekspresikan tersebut akan
dlikat oleh sel T melalui reseptor sel T pada permukaan
sel T membentuk kompleks trimolekular. Komplekstri-
molekular tersebut akan mencetuskan rangkaian reaksi
imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin (IL-1,
IL-2) sehingga terjadi aktfas, mitosis dan prolieresi sel
Tersebut. Sel T yang teraktifasi juga akan menghasilkan
berbagai imfokin dan mediator inflamasi yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas
fagositosisnya dan merengsang prolifeasi dan ktivas sel
8 untuk memproduksi anibodi,
Setelah berikatan dengan antigen, antibodi yang
dihasikan akan membentuk kompleks imun yang akan
menendap pada organ target dan mengaktifkan sel radang
untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh pem-
bbebasan metaboltasam arakidonat, radial oksigen bebas,
enzim protease yang pada akhirnya akan menyebabkan
kerusckan pada organ target tersebut
Kompleks imun juga dapat mengaktifasi sistem
komplemen dan membebaskan komponen aktif seperti
Ba dan C5a yang merangsang sel mast dan trombosit
‘untuk membebaskan amina vasoaktf sehingga timbul
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular
Selain ity komponen komplemen CSa juga mempunysi
efek kemotaktik sehingga selsel polimorfonuklear dan
‘mononuklear akan berdatangan ke daerah inflamasi
Sejak tahun 1971, telah diuketahui bahwa produuk
Jalursiktooksigenase (COX) metabolisme asam arakidonat
‘mempunyal peranan yang besar pada proses inflamasi
Terdapat 2 isoform jalur COX yang disebut COX-1 dan
COX-2, Jalur COX-1 mempunyai fungsi fsiologis yang
aktfasinya akan membebaskan eikosanoid yang terlbat
dalam proses fisiologis seperti prostasiklin,tromboksan-
‘Az dan prostagiandin-é, PGE.) Sebaliknya, jalur COX-2
akan menghasilkan prostaglandin proinflamatif yang
akan bekerjasama dengan berbagai enzim protease dan
‘mediator inflamas lainnya dalam proses inflamasi
Dalam proses inflamas, berbagaljenis prostaglandin
seperti PGE,, PGE,, PGI,, PGD, dan PGA,, dapat
imenimbutkan vasodilatasi dan demam. Di antara berbagel
jenis prostaglandin tersebut, PI, merupakan vasodilator
terkuat.
Peranan prostaglandin dalam menimbulkan nyeri
pada proses infiamasi ternyata lebin kompleks. Pem
berian PGE pada binatang percobaan tidak terbukti dapat
memprovokasi nyeri secara langsung, tetapi harus ada
kerjasama sinergistik dengan mediator inflamasi yang lain
seperti histamin dan bradikinin,
Selain itu, tidak terdapat bukti yang kuat bahwa
prostaglandin dapat menimbulkan kerusakan jaringan
Secaralangsung, Sebagian kerusakan jringan pada proses
inflamasi disebabkan oleh radikal hidroksil bebas yang
terbentuk selama konversi enzimatik dari PGG, menjadi
PGH, atau pada proses fagositoss,
Pada proses inflamasi,trjadiinteraks sistem yaitu
sistem pembekuan darah, sistem kinin, sistem flrinolisis
dan sistem komplemen, yang akan memebaskan ber-
bagai protein inflamatif baik amin vasoaktif maupun zat
kemotaltik yang akan menark lebih banyak sel radang
ke daerah inflamasi
Pada proses fagositesis oleh sel polimorfonuklear, ter-
Jadipeningkatan konsumsiO, dan produksiradikal oksigen
bbebas seperti anion syperotsida (O,) dan hidrogen per
oksida HO.) Keduaracikaloksigen bebas ini akan mem-
bbentuk radikal hidroksil reaktif yang dapat menyebabken
4 mg/hari pada pemberian
jangka panjang, >7 mg/hari sekaligus) asetaminofen
dapat menyebabkan hepatotoksik, manifestasinya nek-
rosis hepatis yang ditandai dengan meningkatnya kadar
aminotransferase serum. Toksisitas dapat terjadi pada
dosis lebih rendah pada pengguna alkohol kronik.
‘Anti Inflamasi Non Steroid. Semua obat AINS merupakan
analgesik, antipiretik dan antinflamasi yang kerjanyo ter-
gantung dosis. Prinsipnya, obat-obat tersebut digunaian
luntuk mengontrol nyeri tingkat sedang pada beberaps
‘gangguan muskuloskeletal, nyeri menstruasi dan lainnya
terutama keadaan yang bisa sembuh sendiri termasuk
ketidaknyamanan pasca operasiAktivitas AINS meng-
hambat biosintesis prostaglandin, Prostaglandin adalah
famili hormone-like chemicals, beberapa di antaranya
dibentuk karena respons kerusakan jaringan. Mekanisme
yang lazim untuk semua AINS adalah menginhibisi enzim
siklooksigenase (COX). COX ini dipertukan dalam pem-
bentukan prostaglandin. Enzim ini dikenal dalam dua ben:
tuk, COX-1 yang melindung sel-sel lambung dan intestinal
dan COX-2 yang terlibat pada proses inflamasi jaringan,
tidak identik dengan siklooksigenase yang ada pad
kebanyakan sel lain di dalam tubuh (COX-1), Banyak
dari obat ini pada beberapa tingkat, menginhibis
agregasi platelet dan bisa menyebabkan perdarahan
lambung (risiko ini berhubungan dengan perciarshan
traktus gastrointestinal atas 1,5 kali normal dan insidensi
lebih tinggi pada pasien berusia lanjut, kerusakan ginjaVER
3125
(termasuk gagal ginjal akut, penurunan filtrasi glomerulair,
sindroma nefrotik, nekrosis papilaris, nefritis interstitial,
dan asidosis renal tubuler tipe IV), supresi sumsum tulang,
rash, anoreksia, dan nausea, Kerusakan ginjal lebih sering
tetjadi pada laki-laki tua, pengguna diuretik, dan pasien
dengan penyakitjantung, AINS secara umum tidak diber.
kan pada pasien yang menerima terapi antikoagulan oral
Keuntungan lain AINS dibanding aspirin adalah durasi
kerjanya yang lebih lama sehingga frekuensi pem
berian lebih rendah dan kepatuhan pasien lebih baik dan
frekuensi efek samping pada gastrointestinal lebih
rendah,
Obat-obatan untuk Nyeri Sedang sampai Berat
Opioid analgesik diindikasikan untuk nyeri sedang sampai
berat yang tidak berkurang dengan obat lain. Contohnya
termasuk nyeri akut pada trauma berat, luka bakay,infark
rmiokard, batu ureter, pembedahan dan nyeri kronik pada
penyakit progresif seperti AIDS. Opioid efektif, mudah
dititrasi dan mempunyai rasio manfaat-risiko yang baik
Dosis besar opioid dibutuhkan untuk mengontrol nyeri
{ike nyeri berat dan penanganan lebih luas diperlukan
jika nyerinya kronik. Opioid analgesik berguna juga untuk
‘menangani pasien yang dengan jalan yang lain tidak
berhasil. Terapi opioid yang berkelanjutan seharusnya
didasarkan pada evaluasi dokter terhadap kesimpulan
penanganan (tingkat pengurangan nyeri, perubahan
fungsi fisik dan psikologis, jumlah peresepan, nomor
telepon, kunjungan Klinik atau unit kegawatan, rawatinap
di rumah sakit, dan lain-lain),
Pemberian opioid dalam dasis terapi secara berulang
terus-menerus dapat mengakibatkan toleransi(peningkatan
dosis opioid yang dibutunkan untuk mendapatkan
efek analgesik yang sama) dan ketergantungan fisik
(gejala putus obatterjadi bila tiba-tiba opioid dihentikan/
withdrawal syndrome atau abstinence syndrome, terjadi
variasi tingkat dan periode penggunaan). Toleransi dan
ketergantungan fisik merupakan reaksifisiologik normal
dari terapi opioid dan jangan dibingungkan dengan
adiksi. Adiksi adalah ketergantungan psikologik karena
penyalahgunaan obat (bervariasi dari manipulasi mencari
bat sampai penggunaan obat terus-menerus dengan
tujuan non medis dengan efek yang merugikan). Pasien
dan anggota keluarga dapat diedukasi tentang perbedaan
toleransi, ketergantungan fisik, serta adiksi dan rsiko kecil
adiksi pada penggunaan opioid jangka panjang atau dosis
tinggi untuk mengurangi nyeri
Contoh obat agonis opioid yang sering digunakan antara
lain
Morfin Sulfat, Merupakan opioid yang sering diresepkan
dan tersedia dalam beberapa bentuk. Morfin 8-15 mg
subkutan atau intramuskular efektif untuk mengontrol
nyeri berat pada pasien dewasa. Pada infark miokard