Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Sukajadi adalah sebuah Kecamatan di Kota Pekanbaru, Riau, Indonesia.
Kecamatan Sukajadi salah satu kecamatan terpadat penduduknya di kota
Pekanbaru. Sukajadi terletak di tengah kota pekanbaru, dimana tempat domisili
Kantor Gubernur Riau, Kantor Walikota Pekanbaru dan Badan Pelayanan Terpadu
Kota Pekanbaru. Hal ini menjadikan Kecamatan Sukajadi merupakan sentral
masyarakat mendapat pelayanan. Perkantoran yang terdapat di Kecamatan
Sukajadi : Kantor Gubernur, Kantor Walikota, Kantor imigrasi, Badan Pelayanan
Terpadu (BPT), Badan Kepegawaian Daerah Prov Riau, Dinas Perhub Prov. Riau,
Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Gedung Perpustakaan Prov Riau, komplek dan
Kantor satuan Brimop, dan lain-lain. Di Kecamatan Sukajadi terdapat beberapa
pusat perbelanjaan antara lain : Matahari, Pasar tradisional Cik Puan dan juga
pusat pertokoan.
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah yang berasal dari air hujan, salju ataupun sumber lainnya
yang masuk ke dalam tanah dengan bantuan gravitasi. Air tanah merupakan salah
satu sumber daya air. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai
peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan
ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun
untuk kepentingan industri. Namun air tanah keberadaannya terbatas dan
kerusakannya dapat menimbulkan dampak yang luas serta proses pemulihannya
sulit dilakukan.
Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada di dalam tanah
berlangsung akibat curah hujan yang sebagian meresap ke dalam tanah,
tergantung pada jenis tanah dan batuan yang akan memperngaruhi banyak atau
sedikitnya curah hujan yang meresap ke dalam tanah. Kejadian dan pergerakkan
air tanah yang berasal dari curah hujan bergantung pada kondisi fisik, geologi,
topografi dan penggunaan lahan setempat serta faktor lainnya.
Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di
sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal
tersebut saling berkaitan dalam memengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi
tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan
kerusakan air tanah di kawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya permasalahan adalah:
suatu
sistem
monitoring
penggunaan
air
tanah
yang
dapat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pola aliran air
tanah di kawasan Kecamatan Sukajadi Pekanbaru yang hasilnya akan digunakan
untuk memantau penggunaan air tanah di kawasan tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk dijadikan acuan dalam proses
pembangunan struktur ataupun infrastruktur lainnya di daerah tersebut ataupun di
daerah lain.
D. Batasan Masalah
1. Melakukan observasi lapangan dengan mengukur koordinat lokasi x, y dan z
yang merupakan kedalaman air sumur penduduk di kawasan Sukajadi
Pekanbaru.
2. Menggunakan software GIS untuk memetakan pola aliran air tanah di kawasan
Sukajadi Pekanbaru.
E. Tinjauan Pustaka
E.1. Deskripsi Hidrologi
E.1.1. Siklus Hidrologi
Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi
kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas
air akan menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud
menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin.
Uap air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini
terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju.
Sebagian dari air yang jatuh ke bumi akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau melalui dahandahan mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat
sinar matahari. Sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi), dimana
bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai
dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan
kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera
ke sungai-sungai (interflow).
Sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) dengan
mengisi tanah/bebatuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer
dangkal, dan sebagian lagi terus masuk ke dalam tanah untuk mengisi lapisan
akuifer yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya
(discharge area).yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang
lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (groundwater runoff)
limpasan air tanah. Sirkulasi antara air laut dan air darat yang berlangsung
terusmenerus secara kontinu ini disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle). (Mori
dkk.,1999).
1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air
sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan.
2) Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air
permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap melalui
pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai air tanah (groundwater).
3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai air tanah, sebagian mengisi lapisan
tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer
yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan
airnya(discharge area).
Siklus ini menunjukan adanya keseimbangan air secara menyeluruh antara
air permukaan (sungai, danau, penguapan, dll) dan air tanah dimana volume air
yang ada didalamnya tetap kuantitasnya dan dikendalikan oleh radiasi matahari
baik yang datang (incoming radiation) maupun yang pergi (outgoing radiation)
sehingga disebut siklus hidrologi yang tertutup (closed system diagran of the
global hydrological cycle).
Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Aliran air permukaan dan aliran air tanah dalam siklus terbuka
(Lewin, 1985 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005)
R = Ri + E + P + Sm + Sg
dimana :
R
Ri
Sm
Sg
kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas
atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan
kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan
kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir
semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut.
Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan
industri, penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area).
E.2.2. Aliran Air Tanah
Air yang meresap kedalam tanah akan mengalir mengikuti gaya gravitasi
bumi. Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air,
menyebabkan poripori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda.
Setelah hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah air
beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang
kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas
retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana
pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebut air
tanah. (Linsley dkk., 1989).
antar butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial
air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (piezometric) pada tempat yang
bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah
titik dengan energi potensial rendah. Antara titik titik-titik dengan energi potensial
sama tidak terdapat pengaliran air tanah. (Usmar dkk, 2006)
Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi potensialnya
disebut garis kontur muka air tanah atau garis isohypse. Sepanjang garis kontur
tersebut tidak terdapat aliran air tanah, karena arah aliran air tanah tegak lurus
dengan garis kontur. (Usmar dkk, 2006)
Kemiringan permukaan
Air tanah normal
10
dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam kerak bumi. Mata air jenis ini
biasanya berupa mata air panas.
yang dialasi oleh lapisan yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
Mata air artesis (artesian springs) terbentuk oleh pelepasan air di bawah
tekanan dari akuifer tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan dari
lapisan penutup.
11
Mata air pipaan atau rekahan (turbular of fracture springs) muncul dari
saluran, seperti lubang pada lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari
rekahan-rekahan batuan padu yang berhubungan dengan air tanah.
12
13
3. Alluvial Aquifer
Merupakan akuifer yang terjadi akibat proses fisik baik pergeseran sungai
maupun perubahan kecepatan penyimpanan yang beragam dan heterogen
disepanjang daerah aliran sungai atau daerah genangan (flood plains).
Akibatnya kapasitas air di akuifer ini menjadi besar dan umumnya air
tanahnya seimbang (equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Di
daerah hulu DAS umumya air sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan
mengisi akuifer ini. Sedangkan di hilir muka air tanah di akuifer lebih
tinggi dari dasar sungai, dan akuifer mengisi sungai terutama pada musim
kemarau.
15
Keterdapatan air tanah pada zona jenuh akan mengisi ruang-ruang antara butir
batuan rongga-rongga batuan.
Akuifer (aquifer)
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable
baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir)
dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas
hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam
jumlah (kuantitas) yang ekonomis. Pasir dan kerikil merupakan contoh suatu
jenis akuifer. Lapisan akifer ini sangat penting dalam usaha penyadapan air
tanah.
Aquiclude (lapisan kedap air)
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang kedap air
(impermeable) dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangt kecil sehingga
tidak memungkinkan air untuk melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan
lapisan pembatas atas dan bawah suatu confined aquifer. Lempung adalah
salah satu jenis dari aquiclude.
Akuifug
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang relatif
kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat mengalirkan air (air sama
sekali tidak dapat melewatinya). Batu Granit termasuk jenis ini.
Litologi/penyusun batuan dari lapisan akuifer di Indonesia yang penting
Endapan alluvial
Merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada. Endapan ini
terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Air tanah pada endapan
ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.
Batu gamping
Merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena proses
geologis diangkat ke permukaan. Air tanah disini terbatas pada rekahan,
rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar di tempattempat
yang dahulu berujud lautan. Karena proses geologis, fisik, dan kimia
dibeberapa daerah sebarana endapan batuan ini membentuk suatu morfolgi
khas, yang disebut karts.
18
memiliki
kemampuan
untuk
membangun,
menyimpan,
mengelola
dan
Prahasta (2003), SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk
pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi
geografis berikut atribut-atributnya.
Menurut Murai (1999), SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota,
dan pelayanan umum lainnya.
beberapa subsistem yaitu data input, data output, data management, data
manipulasi dan analisis (Prahasta, Eddy. 2003).
GIS (Geographic Information System) atau yang sering disebut SIG (Sistem
Informasi Geografi) mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan
berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun keras, SIG
berkembang sangat pesat pada era 1990-an. Secara harfiah, SIG dapat diartikan
sebagai : suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data geografis dan sumber daya manusia yang bekerja bersama secara efektif
20
berbagai
data
pada
suatu
titik
tertentu
di
bumi,
21
sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima GPS secara pasif
menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit tidak boleh
terhalang, sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka. Alat
penerima GPS akan bekerja jika ia menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit
GPS, sehingga posisinya dalam 3 dimensi bisa dihitung.
Sebetulnya GPS adalah suatu sistem yang dapat membantu kita mengetahui
posisi koordinat dimana kita berada. Sedangkan untuk menerima sinyal yang
dipancarkan oleh GPS, kita membutuhkan suatu alat yang dapat membaca sinyal
tersebut. Yang biasa kita sebut sebagai GPS adalah sebenarnya merupakan alat
penerima, karena alat ini dapat memberikan nilai koordinat dimana ia digunakan,
maka keberadaan GPS merupakan terobosan besar bagi SIG.
Aplikasi SIG telah banyak merambah pada sektor-sektor yang bersentuhan
langsung dengan dinamika dan problematika kehidupan seperti masalah
pengelolaan lingkungan, kependudukan, perencanaan wilayah, pertanahan, utility,
pariwisata dan ekonomi, bisnis, marketing, perpajakan, telekomunikasi, biologi,
hidrologi, pendidikan, pertambangan, transportasi, navigasi, kesehatan, militer
dan sebagainya. Perangkat lunak yang mempunyai kemampuan untuk mendukung
SIG banyak sekali, misalnya MapInfo, ArcInfo, ArcView, ArcCAD, ArcGIS,
ArcMap, Ilwis, Erdas, Immager, ERMapper, ENVI, R2V, Sufer Idrisi, SPAN,
River Tools AutoCAD dan lain-lain.
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :
a. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan
data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang
bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan formatformat data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oeh perangkat SIG
yang bersangkutan.
b. Data Output
22
23
Data
posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial,
merupakan
data
yang
organisasi
yang
menggunakan
(http://www.westminster.edu/staff/athrock/GIS/GIS.pdf)
24
SIG
tersebut.
25
26
F. Metodologi Penelitian
F.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada musim penghujan pada tanggal 7 november 2013.
Studi kasus untuk penelitian ini berlokasi di Daerah Kecamatan Sukajadi
Pekanbaru Propinsi RIAU yang memiliki luas kawasan yaitu 5,10 km2 dengan
meninjau 20 titik sumur cincin di rumah penduduk sekitar. Untuk mendapatkan
data yang lebih baik dan akurat, maka dari jumlah data di atas dimasukan
beberapa titik sumur cincin di rumah penduduk yang berada di luar kawasan
Kecamatan Sukajadi Pekanbaru yaitu di kawasan Kecamatan Labuh Baru.
F.2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Pengamatan di lapangan.
2. Pelaksanaan studi literatur
3. Pengumpulan data dari pihak / instansi terkait.
Dari ketiga metode pengumpulan data tersebut maka data-data yang
diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
A. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan
pihak-pihak yang terkait. Pada tugas akhir ini yang termasuk data primer
adalah pengukuran secara langsung
27
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Data Primer :
Koordinat x dan y lokasi
sumur serta z sebagai tinggi
permukaan air sumur terhadap
kontur asli tanah
Data Sekunder :
Peta
Kec.Sukajadi
Pekanbaru
Peta Topografi Pekanbaru
Peta
Geohidrologi
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
28
G. Daftar Pustaka
Aini, Anisah, Sistem Informasi Geografi, Pengertian Dan Aplikasinya,
STMIK Amikom : Yogyakarta.
Danaryanto., Kodoatie, Robert J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S., 2008. Draft
Buku Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Danaryanto., Kodoatie, Robert J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S., 2008. Draft
Buku Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi. Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Tengah dan Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2003. Survei
Potensi Air Bawah Tanah di Cekungan Kudus Proyek Pengembangan
Pertambangan Jawa Tengah.
Google.com (http://www.westminster.edu/staff/athrock/GIS/GIS.pdf).
Hendrayana, H., 1994. Pengantar Hidrogeologi. Laporan Kursus Singkat
Pengelolaan Air tanah Angkatan I Yogyakarta, 6-15 Juli 1994. UGM.
Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J., 1996. Pengantar Hidrogeologi. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2005. Pengelolaan Sumber Daya
Air Terpadu. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Linsley, R. K. dan Franzini, J. B., 1989. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga
Jilid 1. Jakarta. Alih Bahasa : Ir. Djoko Sasongko, M.Sc.
Linsley, R. K., Kohler, M. A., Paulhus, J. L. H., 1986. Hidrologi Untuk
Insinyur Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Alih Bahasa : Ir.
Yandi Hermawan, PT. Virama Karya.
Mori, Kiyotoka, 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta. Penerjemah : L. Taulu, Editor : Ir. Suyono Sosrodarsono dan
Kensaku Takeda.
Nur Farida Q.S., Susiloputri, S., 2006. Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan
Air Tanah untuk Memenuhi Air Irigasi Di Kabupaten Kudus Jawa
Tengah.
29
30