You are on page 1of 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Pembahasan
1. Deskripsi sedekah politik
2. Persamaan dan perbedaan sedekah politik dengan hibah, hadiah,
shadaqah dan risywah.
2. Hukum Sedekah politik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hibah
Secara bahasa, hibah adalah memberikan sesuatu kepada orang
lain tanpa menerima imbalan, baik pemberian itu berupa harta atau
bukan. Sebagaimana contoh ungkapan:







Semoga Allah memberimu anak yang saleh


dan juga firma Allah swt.:

...
....
.





maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan
mewarisi aku...1
Adapun secara istilah, para ahli fiqh mendefinisikannya dengan:




.




Memindahkan hak milik (kepada orang lain) tanpa imbalan secara
langsung/ kontan.2

B.

Dasar Hukum Hibah


Hibah disyariatkan di dalam ajaran Islam berdasarkan al-Quran, Sunnah dan

ijma.
1. Hukum Hibah berdasarkan al-Quran
Disyariatkannya hibah berdasarkan al-Quran adalah firman Allah:
1 Al-Quran, 19 (Maryam): 5-6.
2 Ibnu A>bidi>n, H{a>shiyat Radd al-Mukhta>r ala> al-Durr al-Mukhta>r:
Sharh} Tanwi>r al-Abs}a>r Fiqh Abu> H{ani>fah, Juz IV (Bayru>t: Da>r alFikr, 2000), 530.


Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) dengan penuh kelahapan lagi baik akibatnya..3
Ayat tersebut bila dipahami secara lafd}iyyah (lafadz)-nya saja,
memerintahkan agar calon suami menyerahkan mas kawin kepada
istrinya. Akan tetapi apabila dipahami secara manawiyyah (makna)nya, mengandung larangan bagi wali nikah menguasai mahar
tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa sebelumnya seseorang jika
menikahkan putrinya, maka dia menguasai mahar tersebut tanpa
menyerahkannya kepada putrinya. Maka dengan turunnya ayat
tersebut, Allah menegaska bahwa mahar itu adalah hak pengentin
perempuan, bukan haknya wali, dan wali yang menikahkan putrinya
dilarang menguasai mahar tersebut.4
Kemudian dari mahar tersebut, suami diperbolehkan menerima,
memakan atau memanfaatkan pemberian istrinya yang berasal dari
mahar yang telah dia berikan sebelumnya kepada istrinya. Bahkan
Ibn Abi> H{a>tim berkata:





: .


.
menceritakan

kepadaku

Ah}mad

bin

Sina>n,

menceritakan

kepadaku Abd al-Rah}ma>n bin Mahdi>, dari Sufya>n, dari al-Sady,


dari Yaqu>b bin al-Mughi>rah bin Syubah, dari Ali bin Abi> T}a>lib,
dia berkata: Jika diantara kalian ada yang mengeluhkan sakit
3 Al-Quran, 04 (al-Nisa>): 4.
4 Ah}mad bin Ali> Ibnu H{ajar al-Asqala>ny, Fath} al-Ba>ri>: Sharh}
S}ah}i>h} al-Bukha>ry, Juz VII (Bayru>t: Da>r al-Marifah, 1379 M.), 246.

sesuatu, maka hendaklah dia meminta dari istrinya uang 3 (tiga)


dirham atau seharga 3 dirham yang berasal dari mas kawin,
kemudian dibelanjakan membeli madu, kemudian madu tersebut
dicampur dengan air langit (hujan/ embun) kemudia diminum dengan
lahap dan nyaman, maka itu akan menjadi obat yang penuh berkah.5
a. Takhrij para Perawi

: Ah}mad bin Sina>n:
1) Nama lengkap:
Ah}mad bin Sina>n bin Asad bin H}ibba>n al-Qat}t}a>n Abu> Jafar
al-Wa>sit}y al-H}a>fid}.6
2) Guru-gurunya:
- Isha>q bin Yu>suf al-Azraq, Abu> Usa>mah H{amma>d bin
sa>mah, Zayd bin al-H{abba>b, Sha>z} bin Yah}ya> al-Wa>sit}y,
Dhah}h}a>k bin Mukhlid Abu> A<s}im al-Nabi>l, Abd al-Rah}ma>n
bin Mahdy, Affa>n bin Muslim, Umar bin Utsma>n bin A>s}im dan
lain-lain.
3) Murid-muridnya:
- al-Nasa>iy, Ibra>hi>m bin Awramah al-As}bihany, Jafar bin
Ah}mad bin Sina>n al-Qat}t}a>n, Zakariyya> bin Yah}ya> al-Sa>jy,
Abu> Bakr Abd Alla>h bi Abu> Da>wud, dan lain-lain.
4) Komentar Jarh> wa Tadi>l
- Ima>m al-Nasa>iy : Thiqah
- Abu> H{a>tim : Thiqah, S}adu>q
- Ibnu H{ajar : Thiqah, H{a>fid}
5) Kelahiran/ Kematian:
- Tahun 259 H.



: Abd al-Rah}ma>n bin Mahdi>
5 Abu> al-Fida> Isma>i>l bn Kathi>r, Tafsi>r al-Qura>n al-Ad}i>m, Juz II
(Riya>dh: Da>r Thayyibah, 19990, 213.
6 Yu>suf bin al-Zaky Abd al-Rahma>n Abu> al-H{ajja>j al-Mazy, Tahz}i>b
al-Kama>l, Juz I (Bayr>t Muassasah al-Risa>lah, 19800, 322.

1) Nama lengkap:
2) Guru-gurunya:
3) Murid-muridnya:
4) Komentar Jarh> wa Tadi>l
5) Kelahiran/ Kematian:

:
:
:

dan dihukumi mandub (sunat) dalam Islam. Dan Ayat ayat Al quran maupun teks
dalam hadist juga banyak yang menganjurkan penganutnya untuk berbuat baik dengan
cara tolong menolong dan salah satu bentuk tolong menolong tersebut adalah
memberikan harta kepada orang lain yang betul-betul membutuhkannya, dalam firman
Allah:






Artinya:
dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa . . .7

7 Al-Quran, 05 (al-Ma>idah): 2.

Sedekah politik merupakan frase yang terdiri dari dua kata, yaitu
kata sedekah dan kata politik. Untuk bisa mendefinisikannya, maka
dibahas dulu tentang pengertian kata sedekah dan kata politik.

1. Pengertian Sedekah
Secara bahasa, Sedekah berasal dari Bahasa Arab, yaitu
(shadaqah)

yang

berarti

pemberian

kepada

orang

yang

membutuhkan.8 Adapun secara istilah, makna sedekah bisa berkisar


pada 3 (tiga) pengertian, yaitu:
Pertama, shadaqah adalah , yaitu
pemberian yang dilakukan semata-mata karena

mengharapkan

pahala dari Allah.9 Yang dimaksud dengan sedekah di sini adalah


sedekah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya
dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan
istilah shadaqah tathawwu.10 Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash
shadaqah al mafrudhah.
Kedua, shadaqah adalah identik dengan zakat, sebab dalam nashnash syara terdapat lafazh shadaqah yang berarti zakat. Misalnya
firman Allah SWT:











.....



Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf)....11

2 Lisan al-Arab, Juz 10 (Beirut: Dar


8 Muhammad bin Mukrim bin Ali al-Ifriqi,
Shadir, 1414 H.), 196.
9 Ali bin Muhammad al-Jurjani, at-Tarifat (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1983), 132.
10 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz 3 (Damaskus: Dar alFikri, 2011), 2051.
11 Al-Quran, 09 (at-Taubah): 60.

Dalam ayat tersebut, zakat diungkapkan dengan lafazh ash


shadaqaat. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Muadz bin Jabal RA
ketika dia diutus Nabi ke Yaman :
... ...
beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk
Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang
diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada
orang fakir di antara mereka12
Ketiga, shadaqah adalah sesuatu yang maruf (benar dalam
pandangan syara). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih
riwayat Imam Bukhari bahwa Nabi SAW bersabda :
(Setiap kebajikan, adalah shadaqah).13

2. Pengertian Politik
Politik secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani, politicos atau
Bahasa Latin, yaitu politicus yang berarti relatif do a citizen atau
relation to citizen (berhubungan dengan penduduk) yang berarti dari,
untuk, atau yang berkaitan dengan warga Negara.14 Dan di dalam
Bahasa Arab biasa disebut siyasah.15 Sedangkan pengertian politik
12 Muhammad bin Dhalih bin Muhammad al-Utsaimin, Syarh Riyadl asShalihin, (Riyadl: Dar al-Wathan li an-Nasyri Juz 5, 1426 H.), 97.
13 Muhammad bin Ismail al-Bukhori, Shahih Bukhari, Juz 8 (Damaskus: Dar
Thauq an-Najat, 1422 H.), 11.
14 Firmanzah, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007), 48.
15 al-Ifriqi, Lisan al-Arab Juz 6, .., 108.

secara istilah dikemukakan secara berbeda oleh para ahli. Menurut


Lasswell, politik pada akhirnya adalah siapa memperoleh apa, kapan
dan

bagaimana.

Sedangkan

menurut

Weinsein,

politik

adalah

tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas


tindakan lainnya. Kemudian menurut Deliar Noer, Politik adalah
segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan
yang dimaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau
mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. Dan menurut
Miriam Budiardjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan yang
menyangkut

penentuan tujuan-tujuan

dan

pelaksanaan

tujuan

tersebut.16 Kemudian menurut Endang, Politik adalah kemahiran


untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas,
mengawasi

dan

mengendalikan

kekuatan,

dan

menggunakan

kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan.17 Dan menurut alBurkani, politik adalah
( mengharapkan

kebaikan

makhluk

dengan

membimbing

mereka ke jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.18


Mencermati beberapa pengertian politik diatas, maka untuk
mengartikan politik itu tidak lepas dari aspek mana seseorang melihat
politik. Kalau seseorang melihat politik dari aspek Negara, maka
politik adalah bagaimana memenej atau mengatur suatu Negara, dan
16 Fathurin Zen, NU Politik: Analisis Wacana Media, (Yogyakarta: LKIS), 64.
17 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang
Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 140.
18 Muhammad Amim al-Ihsan al-Burkani, at-Tarifat al-Fiqhiyyah, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003), 117.

10

jika melihat dari aspek penduduk, maka politik adalah bagaimana


mengatur penduduk, dan jika melihat dari aspek kekuasaan, maka
politik adalah bagaimana agar dapat dapat berkuasa. Begitu juga jika
melihat dari aspek kepentingan, maka politik adalah bagaimana agar
kepentingannya bisa tercapai. Kemudian jika melihat dari aspek
jabatan, maka politik adalah bagaimana agar bisa menduduki suatu
jabatan, dan sebagainya. Ketika seseorang memandang politik dari
aspek kekuasaan atau jabatan, maka baginya politik adalah rencana,
strategi dan pelaksanaan yang tujuannya adalah meraih kekuasaan
atau menduduki suatu jabatan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
biasanya akan digunakan berbagai macam strategi, salah satunya
adalah sedekah politik.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan sedekah politik adalah
pemberian yang dilakukan tidak semata-mata karena mengharapkan
pahala dari Allah, melainkan juga dengan tujuan tertentu yang terkait
dengan politik.

B. Sedekah Politik dengan Shadaqah, Hadiah, Hibah dan


Risywah
Ada beberapa istilah yang memiliki kesamaan dengan sedekah
politik, yaitu shadaqah, hadiah, hibah dan risywah. kesamaannya
adalah bahwa sedekah politik, shadaqah, hadiah, hibah dan risywah
adalah

sama-sama

berbentuk

pemberian

(athiyyah),

namun

perbedaannya terletak pada situasi dan kondisi serta tujuan masing-

11

masing. Agar bisa lebih mudah membedakan, berikut ini kami


paparkan pengertian dari sedekah, hadiah, hibah dan risywah.
1. Sedekah, yaitu pemberian yang di tujukan kepada orang yang
membutuhkan, dengan tujuan semata-mata mengharapkan pahala
dari Allah.19
2. Hadiah, yaitu pemberian yang di berikan kepada orang lain, karna
maksud memuliakan orang tersebut. 20
3. Hibah, yaitu memindahkan kepemilikan suatu benda kepada orang
lain tanpa meminta imbalan atau cuma-cuma. 21 Hibah ini biasanya
dilatarbelakangi rasa kasih saying.
4. Risywah, yaitu pemberian yang bertujuan membatalkan yang
benar atau untuk menguatkan dan memenangkan yang salah. 22
Perbedaan antara sedekah politik dengan shadaqah ialah bahwa
tujuan shadaqah adalah semata-mata karena mengharapkan balasan
pahala

dari

mendapatkan

Allah,
hal-hal

sedangkan
yang

tujuan

bersifat

sedekah

politik.

politik

adapun

ialah

perbedaan

sedekah politik dengan hadiah ialah bahwa tujuan dari hadiah adalah
semata-mata untuk memuliakan orang yang diberi, sedangkan tujuan
19 Ali bin Muhammad al-Jurjani, at-Tarifat (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1983), 132.
20 Ibid, 256.
21 Ibid.
22 Ibid, 111.

12

sedekah politik adalah mendapatkan dukungan politik;

kemudian

perbedaan antara sedekah politik dengan hibah adalah bahwa hibah


itu diberikan tanpa mengharapkan imbalan, sedangkan sedekah
politik bertujuan untuk mendapatkan imbalan yang bersifat politis;
kemudian perbedaan antara sedekah politik dengan risywah ialah
bahwa risywah bertujuan untuk membatalkan yang benar atau untuk
menguatkan dan memenangkan yang salah, sedangkan sedekah
politik bertujuan untuk mendapatkan dukungan politik.

C. Hukum Sedekah Politik


Dengan

adanya

kemiripan

antara

sedekah

politik

dengan

shadaqah, hadiah, hibah dan risywah, maka sebelum menentukan


hukum sedekah politik, terlebih dahulu kami paparkan hukum
shadaqah, hadiah, hibah dan risywah.
1. Hukum Shadaqah
Shodaqoh sangat dianjurkan setiap saat, berdasarkan alquran
dan as-sunnah. Banyak sekali ayat al-Quran yang memerintahkan
shodaqoh. Diantaranya adalah:
Allah berfirman:

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda
yang banyak.23
Juga firman Allah swt.:
23 Al-Quran, 02 (al-Baqarah): 245.

13

















"Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari
keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan
disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan
dianiaya".24
Selain itu, nabi juga bersabda:
...
Barang siapa memberi makan orang yang lapar, maka Allah akan
memberinya makanan dari buah-buahan surga.25
Berdasarkan nash al-Quran dan hadits di atas, hukum shodaqoh
adalah disunnahkan. Akan tetapi kesunnahan tersebut bisa menjadi
wajib apabila dinadzari, dan bisa menjadi haram jika tujuannya tidak
lagi semata karena Allah swt.
2. Hukum Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang mubah berdasarkan kesepakatan
umat, jika tidak ada penghalang syari. Ia menjadi mustahab jika
diberikan dalam rangka menyambung silaturahim, kasih sayang dan
rasa cinta. Dan memberi hadiah adalah perkara yang disyariatkan
manakala seseorang hendak membalas kebaikan. Namun hadiah juga
bisa menjadi haram atau mengantarkan kepada keharaman, jika ia
berupa sesuatu yang haram atau termasuk dalam kategori sogokan
atau sejenisnya.

3. Hukum Hibah

24 Al-Quran, 02 (al-Baqarah): 272.


25 Ibnu Subki dkk., Takhrij Ahadits ahya Ulumuddin, juz 2, (Riyadl: Dar alAshimah li an-Nasyr, 1987), 597.

14

Hibah disyariatkan dan dihukumi mandub (sunat) dalam Islam. 26


Dan Ayat ayat Al quran maupun teks dalam hadist juga banyak yang
menganjurkan penganutnya untuk berbuat baik dengan cara tolong
menolong dan salah satu bentuk tolong menolong tersebut adalah
memberikan

harta

kepada

orang

lain

yang

betul

betul

membutuhkannya, dalam firman Allah:



dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa27
Adapun barang yang sudah dihibahkan tidak boleh diminta
kembali kecuali hibah orang tua kepada anaknya dalam sabda Nabi :
.)

Tidak halal bagi seseorang yang telah memberi sesuatu pemberian
atau menghibahkan suatu hibah atau menarik kembali kecuali orang
tua yang memberi kepada anaknya.28
4. Hukum Risywah
Risywah menurut bahasa adalah pemberian yang diberikan
seseorang

kepada

hakim

atau

lainnya

untuk

memenangkan

perkaranya atau untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan


kehendaknya.29 Adapun menurut istilah, al-Jurjani mendefinisikan
risywah dengan:

26 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arbaah, Juz 3, (Beirut:


Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), 254.
27 Al-Quran: 5 (al-Maidah), 2.
28 Sulaiman Ibn al-Asyath Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz 3 (Beirut:
Maktabah al-Ashriyyah, tt), 291.
29 Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Fayumi, al-Misbah al-Munir fi Gharib alSyarh al-Kabir (Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyah, tt.), 228.

15

( Pemberian
membatalkan

yang

benar

atau

untuk

yang

bertujuan

menguatkan

dan

memenangkan yang salah).30 Dan Ibn al-Atsir mendefinisikan risywah


dengan:
31




( sampai kepada tujuan dengan menyuap).

berdasarkan definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa suatu


tindakan bisa dinamakan risywah jika memenuhi unsur-unsur berikut:
a. Adanya athiyyah (pemberian)
b. Ada niat Istimalah (menarik simpati orang lain)
c. Bertujuan:
1.

Ibtholul haq (membatalkan yang haq)

2.

Ihqaqul bathil (merealisasikan kebathilan)

3.

al mahsubiyah bighoiri haq (mencari keberpihakan yang tidak


dibenarkan)

4.

al hushul alal manafi (mendapatkan kepentingan yang bukan


menjadi haknya)

5.

al hukmu lahu (memenangkan perkaranya)

30 Ali bin Muhammad al-Jurjani, at-Tarifat (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,


1983), 111.
31 Ibnu al-Atsir, an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, Juz II (Beirut: alMaktabah al-Ilmiyah, 1979), 226.

16

Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam masalah
risywah; Ar-Rasyi (penyuap) dan Al-Murtasyi (penerima suap), yang
dua-duanya

sama-sama

diharamkan

dalam

Islam

menurut

kesepakatan para ulama, bahkan perbuatan tersebut dikategorikan


dalam kelompok dosa besar. Sebagaimana yang telah diisyaratkan
beberapa nash Al-Quran dan Sunnah Nabawiyah berikut ini:
a. Firman Allah taala:




Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui . 32
b. Firman Allah taala:



Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram.33
Imam al-Hasan dan Said bin Jubair menginterpretasikan akkaaluna
lissuhti dengan risywah. Jadi risywah (suap) identik dengan memakan
barang yang diharamkan oleh Allah SWT

32 Al-Quran: 2 (al-Baqarah), 188.


33 Al-Quran: 5 (al-Maidah), 42.

17

c. Rasulullah SAW bersabda:













Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap .34
d. Nabi Muhammad SAW bersabda:

: :


Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram (as-suht)
nerakalah yang paling layak untuknya. Mereka bertanya: Ya
Rasulullah, apa barang haram (as-suht) yang dimaksud?, Suap
dalam perkara hukum (Al-Qurthubi 1/ 1708)
Ayat

dan

hadits

di

atas

menjelaskan

secara

tegas

tentang

diharamkannya mencari suap, menyuap dan menerima suap. Begitu


juga menjadi mediator antara penyuap dan yang disuap.
5. Risywah yang diperbolehkan
Pada prinsipnya risywah itu hukumnya haram karena termasuk
memakan harta dengan cara yang tidak dibenarkan. Hanya saja
mayoritas

ulama

membolehkan

Risywah

(penyuapan)

yang

dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan haknya dan atau untuk


mencegah kezhaliman orang lain. Dan dosanya tetap ditanggung oleh
orang yang menerima suap. 35
34 Abu Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz 3 (Beirut: Dar al-Arab al-Islami,
1998), 16.
35 Ibnu Hazm, al-Muhalla bil Atsar, Juz 8, (Beirut: Dar al-Fikri, tt.), 118.

18

6. Hukum Sedekah Politik


Untuk menentukan hukum sedekah politik, maka ada beberapa
hal yang bisa dijadikan pertimbangan, yaitu:
1. Apabila seseorang membagi-bagikan uang atau barang

kepada

masyarakat semata-mata karena Allah swt., tanpa bermaksud untuk


mendapatkan

imbalan

berupa

dukungan

dalam

pemilu,

maka

tindakan ini masuk dalam kategori shadaqah, hukumnya sunnah, dan


menerima pemberian tersebut diperbolehkan. Hal ini berdasarkan


hadits


( Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung
niatnya).36
2. Apabila seorang politisi telah intens melakukan komunikasi politik
dan merasa yakin akan mendapatkan dukungan dari masyarakat
pada pemilihan umum, akan tetapi hasil kalkulasi menyatakan bahwa
dia pasti kalah dari kompetitor lain yang melakukan money politik.
kemudian dia memutuskan untuk ikutan membagikan sedekah politik
kepada

masyarakat,

maka

karena

darurat.

ini

Hal

tindakannya

dilakukan

oleh

tersebut
politisi

diperbolehkan
tersebut

demi

memperoleh haknya dan untuk mencegah kedzaliman politisi lain. 37

36 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 1, (Damaskus: Dar


Thauq an-Najat, 1422 H.), 6.
37 Musthafa bin Said as-Suyuthi, Mathalib Ulin Nuha, Juz 6, (Damaskus, alMaktab al-Islami, 1984), 480

19

Adapun masyarakat penerima sedekah politik tersebut, mereka tetap


dihukumi bersalah dan berdosa.38
3. Apabila seorang politisi telah intens melakukan komunikasi politik
akan tetapi masih minder mendapatkan dukungan dari masyarakat
atau tidak nantinya. Hasil kalkulasi menyatakan bahwa dia pasti kalah
dari nsuretor lain yang melakukan money politik. kemudian dia
memutuskan untuk ikutan membagikan sedekah politik kepada
masyarakat, maka seandainya dia menang dan menduduki suatu
jabatan, maka pekerjaannya halal, rizkinya juga halal tapi ia telah
jatuh dalam zona syubhat. Ada kemungkinan dia menang karena
memang didukung dan layak. Namun ada kemungkinan lain, yaitu ia
menang karena memberikan sedekah politik. Sehingga kehalalan
pekerjaannya dikurangi dosa Risywah. Hal ini sebagaimana orang
shalat dengan pakaian ghasab. Sholatnya sah, tapi pahalanya
dikurangi dosa ghasab. Adapun masyarakat penerima sedekah politik
tersebut, mereka tetap dihukumi bersalah dan berdosa.39
4. Apabila seorang politisi tidak pernah melakukan komunikasi politik
dengan masyarakat. Namun demi ambisi suatu jabatan politik, dia
melakukan sedekah politik. Perbuatan pemberi ini jelas haram dan
berdosa. Masyarakat yang menerima juga menerima uang haram dan
berdosa. Bila kelak ia menjadi menduduki jabatan politik, maka

38 Ibnu Hazm, al-Muhalla bil Atsar, Juz 8, (Beirut: Dar al-Fikri, tt.), 118.
39 Ibid.

20

pekerjaan tersebut haram, rizkinya juga haram. Di balik perbuatan


sogok ini ada nsure merampas hak orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sedekah politik adalah pemberian yang dilakukan tidak hanya
karena mengharapkan pahala dari Allah, melainkan juga dengan
tujuan tertentu yang bersifat politis.
Ada beberapa istilah yang memiliki kesamaan dengan sedekah
politik, yaitu shadaqah, hadiah, hibah dan risywah. kesamaannya
adalah bahwa sedekah politik, shadaqah, hadiah, hibah dan risywah
adalah

sama-sama

berbentuk

pemberian

(athiyyah),

namun

perbedaannya terletak pada situasi dan kondisi serta tujuan masingmasing.


Untuk menentukan hukum sedekah politik, maka ada beberapa
hal yang bisa dijadikan pertimbangan, yaitu terkait dengan situasi
dan kondisi serta tujuan sedekah.

21

1
2

DAFTAR RUJUKAN

Abu Dawud, Sulaiman Ibn al-Asyath, Sunan Abi Dawud, Beirut:


Maktabah al-Ashriyyah, tt.
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, Damaskus: Dar
Thauq an-Najat, 1422 H.
al-Burkani, Muhammad Amim al-Ihsan, at-Tarifat al-Fiqhiyyah, Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003.

22

al-Fayumi, Ahmad bin Muhammad bin Ali, al-Misbah al-Munir fi Gharib


al-Syarh al-Kabir, Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyah, tt.
al-Ifriqi, Muhammad bin Mukrim bin Ali, Lisan al-Arab, Beirut: Dar
Shadir, 1414 H.
al-Jaziri, Abdurrahman, al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arbaah, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 2003.
al-Jurjani, Ali bin Muhammad, at-Tarifat, Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 1983.
al-Utsaimin, Muhammad bin Dhalih bin Muhammad, Syarh Riyadl asShalihin, Riyadl: Dar al-Wathan li an-Nasyri, 1426 H.
Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran
tentang Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Gema Insani,
2004.
as-Suyuthi, Musthafa bin Said, Mathalib Ulin Nuha, Damaskus, alMaktab al-Islami, 1984.
at-Tirmidzi, Abu Isa, Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Arab al-Islami,
1998.
az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Dar alFikri, 2011.
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007.
Ibnu al-Atsir, an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, Beirut: alMaktabah al-Ilmiyah, 1979.
Ibnu Hazm, al-Muhalla bil Atsar, Beirut: Dar al-Fikri, tt.
Ibnu Subki dkk., Takhrij Ahadits ahya Ulumuddin, Riyadl: Dar alAshimah li an-Nasyr, 1987.
Zen, Fathurin, NU Politik: Analisis Wacana Media, Yogyakarta: LKIS.
SEDEKAH POLITIK
Diajukan Dalam Diskusi Kelas Pada Mata Kuliah
FIQH MUAMALAH

23

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, M.A.

Oleh:
Dewi Kumala Sari

PROGRAM PASCA SARJANA EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
2015

You might also like