Professional Documents
Culture Documents
Mrs. Retno, 30 year-old woman P0A0 went to PUSKESMAS Semuntul due to increasing
menstrual pain since 3 month ago. She has been complaining of menstrual pain during the
first day, and that disturb her daily activity. She hasnt been complaining about any prolonged
menstrual cycle or heavy menstrual bleeding.
In the examination finding:
Upon admission,
She has been married for 3 years, P 0A0, she hasnt been using contraception method, her lmp
was 12. 12. 2015.
Height : 153 cm; weight : 58 kg;
BP : 120/80 mmHg, HR : 98x/menit, RR: 20x/menit, VAS: 8
Head and neck examination within normal limit.
Pre tibial edema (-)
Gynecology examination :
Outer examination:
Abdomen was flat, simetrically, uterin fundal within normal limit, mass (+), sized 5x6 cm,
cystic, mobile, superior border was 2 finger above sympisis, inferior border was sympisis,
right border was LMC, left border was LMC, pain (+) in left inguinal region, free fluid sign
(-)
Inspeculo:
Portio wasnt livide, closed external os, fluxus (-), fluor (-), erotion/laseration/polyp (-),
uterin sondage was AF 7 cm
Vaginal touche:
Portio was firm, closed external os, uterin corpus within normal limit, left adnexal and
parametrial was tense, right adnexal and parametrial within normal limit, douglas pouch
within normal limit.
USG result:
-
endometriosis cyst
Right ovary within normal limit
KLARIFIKASI ISTILAH
1
No.
1.
Istilah
P0A0
Definisi
Jumlah persalinan yang mencapai viable belum ada, dan tidak
ada riwayat aborsi.
2.
Livid
3.
Cystic
4.
Polyp
5.
Laserasi
6.
Uterin sondase
7.
Cavum douglas
8.
Adnexal
9.
Parametrial
II.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mrs. Retno, 30 year-old woman P0A0 went to PUSKESMAS Semuntul due to
increasing menstrual pain since 3 month ago. She has been complaining of
menstrual pain during the first day, and that disturb her daily activity. She
hasnt been complaining about any prolonged menstrual cycle or heavy
menstrual bleeding. (Main Problem)
2. In the examination finding:
Upon admission,
She has been married for 3 years, P0A0, she hasnt been using contraception method,
her LMP was 12. 12. 2015.
Height : 153 cm; weight : 58 kg;
BP : 120/80 mmHg, HR : 98x/menit, RR: 20x/menit, VAS: 8
Head and neck examination within normal limit.
Pre tibial edema (-)
3. Gynecology examination :
Outer examination:
Abdomen was flat, simetrically, uterin fundal within normal limit, mass (+), sized 5x6
cm, cystic, mobile, superior border was 2 finger above sympisis, inferior border was
sympisis, right border was LMC, left border was LMC, pain (+) in left inguinal
region, free fluid sign (-)
Inspeculo :
Portio wasnt livide, closed external os, fluxus (-), fluor (-), erotion/laseration/polyp
(-), uterin sondage was AF 7 cm
Vaginal toucher :
Portio was firm, closed external os, uterin corpus within normal limit, left adnexal and
parametrial was tense, right adnexal and parametrial within normal limit, douglas
pouch within normal limit.
4. USG result :
- Uterin was anteflexed, size and shape within normal
- There was hypoechoic mass with internal echo in left ovary size 6x5.2 cm derived
-
III.
ANALISIS MASALAH
1. Mrs. Retno, 30 year-old woman P0A0 went to PUSKESMAS Semuntul due to
increasing menstrual pain since 3 month ago. She has been complaining of menstrual
pain during the first day, and that disturb her daily activity. She hasnt been
complaining about any prolonged menstrual cycle or heavy menstrual bleeding.
a. Bagaimana siklus menstruasi normal?
siklus ovarium dapat dibagi lagi menjadi fase folikular, ovulasi, dan fase luteal.
Sedangkan siklus uterus dibagi menjadi fase menstruasi, fase proliferasi, dan fase
sekretori.
1. Siklus Ovarium
Pada fase folikuler, terjadi proses perkembangan folikel ovarium menuju
kematangan sebagai persiapan untuk ovulasi. Durasi rata-rata fase folikular
manusia adalah 10 hingga 14 hari. Folikel yang matang kemudian dilepaskan
dari ovarium menuju uterus pada saat ovulasi. Sedangkan fase luteal adalah
masa diantara ovulasi dan onset menstruasi siklus berikutnya yang
berlangsung sekitar 14 hari.
- Fase folikular
Hari ke-1 8:
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan memacu
perkembangan 10 20 folikel dengan satu folikel dominan. Folikel
dominan tersebut tampak pada fase mid-follicular, sisa folikel mengalami
atresia. Relative tingginya kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya
estrogen dan progesterone pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid
kadar estrogen relative rendah tapi mulai meningkat karena terjadi
perkembangan folikel.
Hari ke-9 14:
Pada saat ukuran folikel meingkat lokalisasi akumulasi cairan tampak
sekitar sel granulose dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan
pengisian cairan di ruang sentral yang disebut antrum yang merupakan
transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel dimana oosit
menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulose
yang disebut cumulus ooforus.
Perubahan hormone: hubungannya dengan pematangan folikel adalah
ada kenaikan yang progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol)
oleh sel granulose dari folikel yang berkembang. Mencapai puncak 18 jam
sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen meningkat, pelepasan kedua
gonadotropin ditekan (umpan balik negative) yang berguna untuk
mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel.
Sel granulose juga menghasilkan inhibin dan mempunyai implikasi
sebagai factor dalam mencegah jumlah folikel yang matang.
- Ovulasi
Hari ke-14
Pada siklus 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke-14. Dalam 48 hingga
72 hari setelah ovulasi, onset progesteron memicu perubahan endometrium
secara histologi dimana terlihat adanya sekret eosinofilik kaya protein pada
lumen. Bertolak belakang dengan fase proliferasi, fase sekretori ditandai
dengan efek seluler progesteron dan estrogen. Secara umum, efek
progesteron bersifat antagonis terhadap efek estrogen, dan terdapat
penurunan progresif konsentrasi reseptor estrogen di endometrium. Pada
hari ke 6-7 pasca ovulasi, aktivitas sekretori berada pada puncaknya dan
endometrium telah siap secara optimal untuk implantasi blastokista.
- Menstruasi
Bila tidak terjadi implantasi, sekresi glandular akan berhenti, dan
terjadi peluruhan decidua functionalis. Proses peluruhan inilah yang dikenal
sebagai haid, dimana lisisnya korpus luteum dan produksi estrogen dan
progesteron dianggap sebagai penyebabnya. Dengan adanya withdrawal
dari hormon seks steroid, terjadilah spasme arterial yang memicu iskemia di
endometrium sekaligus kerusakan lisosom dan pelepasan enzim-enzim
proteolitik, yang kemudian memicu kerusakan jaringan secara lokal.
Lapisan ini kemudian luruh, meninggalkan decidua basalis sebagai sumber
pertumbuhan endometrium selanjutnya. Prostaglandin, yang diproduksi
selama siklus menstruasi berada pada konsentrasi tertinggi saat haid.
Prostaglandin F2 (PGF2) merupakan vasokonstriktor kuat sehingga
menyebabkan spasme arterial dan iskemia endometrium. Selain itu, PGF2
juga mengakibatkan konsentrasi miometrium yang menurunkan aliran darah
lokal ke uterus dan sekaligus membantu pengeluaran jaringan endometrium
yang sudah luruh dari uterus.
b. Apa hubungan usia, status P0A0 dengan keluhan nyeri menstruasi?
Keluhan nyeri menstruasi yang sampai mengganggu aktivitas biasanya adalah
merupakan gejala dari endometriosis. Nyeri haid pada endometriosis disebabkan
oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritoneum, akibat
perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi
endometriosis ke dalam saraf pada rongga panggul. Umumnya endometriosis
terjadi pada wanita usia reproduksi. P0A0 pada kasus dapat berhubungan dengan
penyakit yang di derita yaitu endometriosis, karena endometriosis dapat
mengakibatkan subfertilitas.
8
c. Mengapa nyeri menstruasi terjadi pada hari pertama hingga menganggu aktivitas?
Sel endometrium yang berpindah akan terkelupas dan terlokalisir di satu
tempat dan merangsang respon inflamasi dengan melepaskan materi citokin
sehingga muncul perasaan nyeri. Selain itu, nyeri juga dapat ditimbulkan akibat
sel endometrium yang berpindah tersebut menyebabkan jaringan prut di tempat
perlekatan yang menimbulkan perlengketan organ, seperti ovarium, ligamentum
ovarium, saluran telur (tuba fallopii), usus, kandung kemih dll. Perlengketan ini
akan merusak organ tersebut dan menimbulkan nyeri yang hebat disekitar
panggul.
d. Apa saja klasifikasi nyeri dari Dismenorrhea?
Dismenore dapat dibagi atas 2 bagian berdasarkan kelainan ginekologi, antara
lain:
a. Dismenore Primer.
Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan kelaiann
ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Kejadian dismenore primer ini
tidak berhubungan dengan umur, ras maupun status ekonomi. Namun derajat
nyeri yang dirasakan serta durasi mempunyai hubungan dengan usia saat
menarche, lamanya menstruasi, merokok dan adanya peningkatan Index
Massa Tubuh. Sebaliknya gejala dismenore primer ini semakin berkurang jika
dikaitkan dengan jumlah paritas.
b. Dismenore Sekunder.
Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kelainan secara
anatomi. Gejala dismenore sekunder ini dapat ditemukan pada wanita dengan
endometriosis, adenomiosis, obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain.
Sehingga pada wanita dengan dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan
dengan komplikasi lain seperti dyspareunia, dysuria, perdarahan uterus
abnormal, infertilitas dan lain-lain.
e. Apa makna klinis nyeri menstruasi bertambah hebat sejak 3 bulan yang lalu?
Nyeri menstruasi yang terjadi 3 bulan yang lalu menandakan bahwa dimulai
dari 3 bulan tersebut kistik ovarium endometriosis sudah terbentuk sempurna,
diketahui pula bahwa kista ovarium merangsang sitokin, seperti IL-1, IL-6, IL-8,
IL-10 dan TNF alpha, dimana sitokin sitokin tersebut berperan dalam timbulnya
rasa nyeri (terutama nyeri saat hari pertama menstruasi). Ditambah lagi saat
9
sindroma metabolik.
Perdarahan yang berlebihan (Hypermenorrhea/menoragia) disebabkan oleh
gangguan keseimbangan (hemostasis) darah dan gangguan anatomi uterus.
Gangguan anatomi yang bisa terjadi misalnya mioma uteri, polip, dan
hiperplasia pembuluh darah.
pada wanita. Keadaan ini berkaitan erat dengan status obesitas dan gangguan
hormonal yang diakibatkan oleh status obesitas. Kehidupan reproduksi
seorang wanita
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor, yang
berpotensi
11
Ny. Retno yang sudah menikah 3 tahun, tidak menggunakan alat kontrasepsi,
namun masih tidak terjadi kehamilan, hal tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
infertilitas. Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun
atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara
teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi. Mengingat faktor usia merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi
perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1
tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan masalah infertilitas
untuk datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dasar. WHO memberi
batasan:
Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah
berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
Portio wasnt livide, closed external os, fluxus (-), fluor (-), erotion/laseration/polyp
(-), uterin sondage was AF 7 cm
Vaginal toucher :
Portio was firm, closed external os, uterin corpus within normal limit, left adnexal and
parametrial was tense, right adnexal and parametrial within normal limit, douglas
pouch within normal limit.
a. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan luar?
Hasil Pemeriksaan
Normal
Interpretasi dan
Abdomen datar
Abdomen simetris
Fundus uteri batas
Datar
Simetris
Fundus dalam batas
Mekanisme
Normal
Normal
Normal
normal
Massa ukuran 5x6
normal
Tidak teraba massa
implantasi endometrium
di ovarium dan
mengadakan proliferasi
Bki: LMC
Nyeri di Regio inguinal
kiri
menimbulkan nyeri.
Normal
(-)
Normal
Tidak ada
Interpretasi
Mekanisme
Normal,
tidak -
Tidak ada
hamil
Normal,
tidak -
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
hamil
Normal
Normal
Normal
7 7,5 cm
Normal
13
cm
c. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan VT?
Hasil pemeriksaan
Interpretasi
Mekanisme abnormal
Portio keras
Normal, tidak terjadi
Ostium uteri tertutup
kehamilan
Corpus uteri normal
Douglas pouch normal
Adnexa dan parametrial kiri Abnormal
Terjadi endometriosis yang
tegang, kanan normal
yang
adnexa
menjadi
menyebabkan
serta
parametrium
tegang
pada
perabaan
14
laboratory :
15
Hb: 11,9 g/dl, PLT: 265.000/mm3, WBC: 8000/ mm3, Ca 125 : 60.28 U/L
a. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan USG dan
laboratorium?
Hasil Pemeriksaan
Gambaran Normal
Uterus anteflexi, ukuran Antefleksi atau retrofleksi
dan bentuk normal
Massa hipoekoik dengan Tidak ada massa. Ovarium
internal echo pada ovarium tidak terdapat echo
Interpretasi
Normal
Abnormal
Massa pada ovarium
kiri merupakan kista
kiri 6x5.2 cm
coklat endometriosis
(endometrioma).
Ovarium kanan normal
Normal
Normal
Mekanisme Abnormal
Implantasi abnormal jaringan endometrium pada ovarium dikenal sebagai
endometriosis. Peluruhan jaringan endometrium abnormal pada saat haid
mengakibatkan darah tidak mampu keluar dari tubuh seperti pada jaringan
endometrium normal, akibatnya darah terperangkap. Darah yang terperangkap
lama-kelamaan menimbulkan involusi korteks ovarium yang membentuk
pseudokista. Teori ini dikemukakan oleh Hughesdon pada tahun 1957.
Teori lain dikemukakan oleh Donnez, et.al (1996), yang menyatakan bahwa
kista terbentuk karena metaplasia epitel selomik yang invaginasi ke epitel
ovarium. Satu lagi teori dikemukakan oleh Nezhal, et.al (1992). Teori tersebut
mengatakan bahwa kista coklat merupakan hasil dari transformasi endometriosis
dari kista fungsional yang sudah ada.
Pemeriksaan
Hemoglobin
Trombosit
WBC
CA 125
Hasil
11,9 g/dL
Nilai Rujukan
12 16 g/dL
265.000/mm3
8000/ mm3
60.28 U/L
250.000 450.000/mm3
5.000 10.000/mm3
<35 U/mL
Interpretasi
Normal
Sedikit turun (0,1 g/dL)
tidak bermakna
Normal
Normal
Meningkat
tumor marker
Mekanisme Abnormal
CA 125 digunakan sebagai marker tumor pilihan pada tumor epithel ovarium.
Antigen CA 125 dihasilkan oleh epitel yang berasal dari epitel coelom (sel
mesothelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba,
endometrium, dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak
16
17
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama
haid (dismenorea)
Infertilitas
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pelvis ditemukan nyeri tekan yang sangat mudah dideteksi
saat menstrusi. Ligament uterosakral dan kul-de-sac yang bernodul dapat
ditemukan. Uterus terfiksasi secara retroversi akibat dari perlengketan. Nodul
kebiruan dapat ditemukan pada vaginan akibat infiltrasi dari dinding posterior
vaginal.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak member tanda yang khas,
hanya apabila ada darah pada tinja atau urin pada waktu haid menunjukkan
tentang adanya endometriosis pada rekstosigmoid atau kandung kemih.
Pemeriksaan Radiologi
Pembuatan foto roentgen dengan memasukkan barium dalam kolon dapat
memberikan gambaran dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas yang
jelas dan mukosa yang utuh. Transvaginal sonografi adalah metode yang berguna
untuk mengidentifikasi kista coklat klasik dari ovarium. Tampilan tipikal adalah
18
kista yang berisis echo homogeny internal drajat rendah yang konsisten dengan
darah lama. Gambaran sonografi dari endometrioma bervariasi dari kisa sederhana
hingga kista kompleks dengan echo internal hingga massa solid, tanpa vakular.
MRI berguna untuk melihat keterlibatan rectum dan menunjukkan secara akurat
endometriosis rektovaginal dan kul-de-sac.
Pemeriksaan Laparoskopi dan Biopsi
Laparoskopi dengan biopsy adalah satu satunya cara defenitif untuk
endometriosis. Merupakan prosedur invasive dengan sensitivitas 97% dan
spesifisitas 77%. Temuannya adalah lesi biru-hitam dan classic powder burn.
Gambaran mikroskopik pada ovarium tampak kista biru kecil sampai besar berisi
darah tua menyerupai coklat. Kista ini dapat keluar dan menyebabkan perlekatan
dan bahkan penyakit abdomen akut. Pada permukaan rectum dan sigmoid sering
dijumpai bejolan kebiruan tersebut. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
ciri-ciri khas endometrium. Disekitarnya tampak sel radang dan jaringan ikat.
19
Endometriosis sedang-berat
b. Apa diagnosis banding pada kasus?
Diagnosis banding utama pada endometriosis akut adalah
1. Penyakit radang panggul menahun
2. Salphingits akut berulang
3. Neoplasma ovarium jinak atau ganas
4. Kehamilan ektopik
c. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Ny. Retno, 30 tahun, P0A0, mengeluh nyeri menstruasi sejak 3 bulan yang lalu et
causa kista endometriosis di ovarium sinistra.
Definisi: Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma)
abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar
kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun.
d. Apa etiologi pada kasus
- Genetik
Penyakit kista endometriosis bisa terjadi, karena di sebabkan oleh genetik.
Karena akan sangat berpengaruh pada keturunan hingga banyak kasus yang
terjadi penyebab dari kista endometriosis di sebabkan oleh keturunan atau
genetik, walaupun kemungkinan nya kecil karena wanita yang memiliki kista
-
darah kembali dengan melewati tuba falopi. Hal ini bisa terjadi pada siapapun,
tetapi tubuh juga bisa dengan mudah untuk mengeluarkan kembali dengan
mudah. tetapi ada sebagian wanita yang mengalami kelainan, sehingga tidak
dapat mengeluarkan darah yang masuk kembali dan pada akhir nya menjadi
penyebab penyakit endometriosis
e. Bagaimana epidemiologi pada kasus?
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka
kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5 15% dapat ditemukan di
antara semua operasi pelvic. Yang menarik adalah bahwa endometriosis lebih
sering ditemukan pada wanita yang tidak menikah pada umur muda, dan
tidak mempunyai banyak anak. Di Amerika Serikat, endometriosis timbul pada 7 10% populasi, biasanya berefek
pada
wanita
usis
produktif.
Prevalensi
endometriosis pada wanita infertileadalah sebesar 20 50% dan 80% pada wanita
dengan nyeri pelvis. Terdapat keterkaitan keluarga, dimana resiko meningkat 10
kali lipat pada wanita dengan keluarga derajat pertama yang mengidap penyakit
ini
f. Apa faktor resiko pada kasus?
- Wanita yang mempunyai riwayat kesehatan keluarga yang menderita penyakit
endometriosis (faktor genetik berperan 6-9 kali lebih banyak dengan riwayat
-
lebih awal
Wanita yang mengalami menstruasi atau haid selama 7 hari bahkan lebih
Wanita yang mengalami orgasme disaat menstruasi berlangsung
semuanya
menderita
endometriosis.
Unuk
menjelaskan
endometrium,
yang
merupakan
self-antigen.
Fakta
lain
adalah
23
dan
estradiol
saling
dirubah
oleh
kerja
17-hidroksisteroid
prostaglandin,
metalloproteinase,
sitokin
dan
kemokin.
27
penderita.
Komplikasi terburuk adalah kemandulan (22-35%) dan kanker dinding rahim
(endometrial cancer).
28
IV.
KERANGKA KONSEP
29
V.
VI.
LEARNING ISSUES
V.1. Siklus menstruasi
V.2. Endometriosis dan Kista Endometriosis
V.3. Infertilitas
V.4. Dismenorrhea
SINTESIS
VI.1. Siklus Menstruasi
Definisi Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan siklus
menstruasi adalah menstruasi yang berulang setiap bulan yang merupakan
suatuproses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin yang berangkai
secara kompleks dan saling mempengaruhi (Sherwood, 2009).
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan
dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 2005). Panjang siklus menstruasi
yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas biasanya berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Lama
perdarahan sekitar 3 5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30 40 cc
(Bobak, 2005).
Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi dan
implantasi ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan tidak
terjadi, maka siklus akan berulang. Jika pembuahan terjadi, maka siklus terhenti
sementara dan sistem pada wanita tersebut beradaptasi untuk memelihara dan
melindungi makhluk hidup yang baru terbentuk sampai dapat berkembang menjadi
individu yang dapat berkembang di luar lingkungan ibu (Sherwood, 2009).
Endometrium
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya
terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim
yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami
perubahan yang siklik, bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap
sekitar 28 hari.
Ada dua lapisan; yaitu lapisan fungsional letaknya superficial yang akan
mengelupas setiap bulan dan lapisan basal tempat lapisan fungsional berasal yang
tidak ikut mengelupas. Epitel lapisan fungsional menunjukan perubahan proliferasi
yang aktif setelah periode haid sampai terjadi ovulasi, kemudian kelenjar
30
endometrium mengalamu fase sekresi. Kerusakan yang permanen lapisan basal akan
menyebabakan amenore. Kejadian ini dipakai sebagai dasar teknik ablasi
endometrium untuk pengobatan menorragi.
Perubahan normal dalam histology endometrium selama siklus haid ditandai
dengan perubahan sekresi dari hormone steroid ovarium. Jika endometrium terus
terpapar oleh stimulasi estrogen, endogen, atau eksogen akan menyebabkan
hiperplasi. Hiperplasi yang benigna bisa berubah menjadi maligna.
Aspek Evolusi
Manusia merupakan salah satu spesies yang mempunyai siklus reproduksi
bulanan, atau setiap 28 hari. Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan
pengelupasan lapisan endometrium uterus. Pada akhir fase haid endometrium
menebal lagi atau fase proliferasi. Setelah ovulasi pertumbuhan endometrium
berhenti, kelenjar atau glandula menjadi lebih aktif atau fase sekresi.
Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus 28 hari
dan terdiri atas: (1) fase dolikular, (2) ovulasi, dan (3) pascaovulasi atau fase luteal.
Jika siklusnya memanjang, fase folikularnya memanjang, sedangkan fase lutealnya
tetap 14 hari.
Siklus haid normal karena (1) adanya hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine
axis, (2) adanya respons folikel dalam ovarium, dan (3) fungsi uterus.
Hormone yang Mengontrol Siklus Haid
Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh hypothalamus-pituitary-ovarian
endocrine axis. Hipotalamus mengontrol siklusm tetapi ia sendiri dapat dipengaruhi
oleh senter yang lebih tinggi di otak, misalnya kecemasan dan stress dapat
mempengaruhi siklus. Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan menyekresi
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) suatu deka-peptide yang disekresi secara
pulsatil oleh hipotalamus.
Pulsasi sekitar setiap 90 menit, menyekresi GnRH melalui pembuluh darah
kecil di system portal kelenjar hipofisis ke hipofisis anterior, gonadotropin hipofisis
memacu sintesis dan pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizinghormone (LH). Meskipun ada dua gonadotropin, ada satu releasing hormone untuk
keduanya.
FSH adalah hormone glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama
fase folikular dari siklus, FSH juga membantu LH memacu sekresi hormone steroid,
terutama estrogen oleh sel granulose dari folikel matang.
31
Fase Proliferasi
Selama fase folikular di ovarium, endometrium di bawah pengaruh estrogen.
Pada fase akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase
proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.
Fase Sekretoris
Setelah ovulasi, produksi progesterone menginduksi perubahan sekresi
endometrium. Tampak sekretori dari vacuole dalam epitel kelenjar di bawah
nucleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi berkelok-kelok.
Fase Haid
Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi
regresi korpus luteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi
estrogen dan progesterone ovarium. Penurunan ini diikuti oleh kontraksi spasmodic
yang intens dari bagian arteri spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan
nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superficial endomentrium dan terjadilah
perdarahan.
Vasospasmus terjadi karena adanya produksi lokal prostaglandin. Prostaglandin
juga meningkatkan kontraksi uterus bersamaan dengan aliran darah haid yang tidak
membeku karena adanya aktivitas fibrinolitik lokal dalam pembuluh darah
endometrium yang mencapai puncaknya saat haid.
Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan
dalam siklus menstruasi antara lain:
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzimenzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam
pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian
bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang
berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah
berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak
zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk
implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka
dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan,
karena
itu
timbul
gangguan
dalam
metabolisme
endometrium
yang
2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh
pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya
terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri
maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Dengan
desintegrasi
endometrium,
prostaglandin
terlepas
dan
menyebabkan
35
terdapat protein intergin dan kadherin yang berpotensi terlibat dalam perkembangan
endometriosis. Molekul perekat haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs)
hanya ada di endometrium, dan tidak berfungsi pada lesi endometriosis.
Teori pencangkokan Sampson merupakan teori yang paling banyak diterima
untuk endometriosis peritoneal. Semua wanita usia reproduksi diperkirakan
36
tingkat
sumbatan
pada
aliran
haid
harus
yang
secara
langsung
dapat
menyebabkan
atrofi
jaringan
endomeetriosis.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini ,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang
endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang
sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula
dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil
pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka
pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
Radiasi
39
2.90). Hasil yang sama juga didapatkan untuk nyeri yang tidak terkait menstruasi
(OR 0.93; IK 0.25-3.53) dan dyspareunia (OR 4.87; IK 0.96-24.65).
Evidence Based
Klinisi dapat memberikan kontrasepsi oral kombinasi karena mengurangi
dyspareunia, dismenore dan nyeri tidak terkait menstruasi
(Rekomendasi B)
Progestin
Cara kerja
Tidak seperti estrogen, progesteron memilik efek antimitotik terhadap sel
endometrium, sehingga memiliki potensi dalam pengobatan endometriosis.
Progestin turunan 19-nortestosteron seperti dienogest memiliki kemampuan utnuk
menghambat enzim aromatase dan ekspresi COX-2 dan produksi PGE2 pada kultur
sel endometriosis. Biopsi percontoh jaringan endometrium dari wanita yang diobati
dengan LNG IUS selama 6 bulan menunjukkan ekspresi reseptor estrogen yang
berkurang, menurunnya indeks proliferasi sel dan peningkatan ekspresi Fas.
Pemilihan jenis progestin
Preparat progestin terdapat dalam bentuk preparat oral, injeksi dan LNG-IUS.
Selain bentuk, preparat progestin juga dapat dibagi menjadi turunan progesteron
alami (didrogesteron, medroksiprogesteron asetat) dan turunan C-19-nortestosteron
(noretisteron, linestrenol, desogestrel).
Noretindron asetat, 5 sampai 20 mg per hari, efektif pada sebagian besar pasien
dalam meredakan dismenorea dan nyeri panggul menahun. Efek samping yang
ditimbulkan termasuk nyeri payudara dan perdarahan luruh.40 Progestin
intramuskular dan subkutan yang diberikan setiap 3 bulan diketahui efektif dalam
menekan gejala endometriosis.39 Levonorgestrel 20 mg per hari yang terkandung
dalam LNG-IUS akan berefek pada atrofi endometrium dan amenorea pada 60%
pasien tanpa menghambat ovulasi.40 Didrogesteron 5-10 mg per hari sampai
dengan 4 bulan telah diteliti efektif untuk meredakan gejala endometriosis.
Penelitian desogestrel 75 mg per hari diketahui efektif menurunkan skala nyeri
panggul (VAS) dibandingkan dengan kontrasepsi oral.41 Dienogest merupakan
progestin selektif yang mengkombinasikan 19-norprogestin dan turunan progesteron
sehingga hanya memberikan efek lokal pada jaringan endometrium. Tidak seperti
41
Agonis GnRH
Cara kerja
42
Pajanan GnRH yang terus menerus ke hipofisis akan mengakibatkan downregulation reseptor GnRH yang akan mengakibatkan berkurangnya sensitifitas
kelenjar hipofisis. Kondisi ini akan mengakibatkan keadaan hipogonadotropin
hipogonadisme yang akan mempengaruhi lesi endometriosis yang sudah ada.
Amenore yang timbul akibat kondisi tersebut akan mencegah pembentukan lesi
baru.38 GnRH juga akan meningkatkan apoptosis susukan endometriosis. Selain itu
GnRH bekerja langsung pada jaringan endometriosis. Hal ini dibuktikan dengan
adanya reseptor GnRH pada endometrium ektopik. Kadar mRNA reseptor estrogen
(ER) menurun pada endometriosis setelah terapi jangka panjang. GnRH juga
menurunkan VEGF yang merupakan faktor angiogenik yang berperan untuk
mempertahankan pertumbuhan
Efektifitas
Review Cochrane tahun 2010 membandingkan pemberian GnRH analog dalam
mengobati nyeri yang terkait endometriosis. Hasil menunjukkan bahwa GnRH
analog lebih efektif dibandingkan placebo, namun tidak lebih baik bila
dibandingkan dengan LNG-IUS atau danazol oral. Tidak ada perbedaan efektifitas
bila GnRH analog diberikan intramuskuler, sub kutan atau intranasal.45
Karena efek pemberian GnRH analog adalah efek hipoestrogenik, maka
diperlukan pemberian estrogen sebagai terapi add back. Hal ini didasari bahwa
kadar estrogen yang diperlukan untuk melindungi tulang, fungsi kognitif dan
mengatasi gejala defisiensi estrogen lainnya lebih rendah dibandingkan kadar yang
akan mengaktifasi jaringan endometriosis. Berbagai penelitian telah menunjukkan
bahwa terapi add back ini tidak mengurangi efektifitas GnRH analog.11 Pada
pemberian GnRH analog dengan terapi add back estrogen dan progestogen selama 6
bulan, densitas mineral tulang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian GnRH
saja.
Evidence Based
Klinisi dapat menggunakan GnRH analog (nafarelin, leuprolid, buserelin,
goserelin atau triptorelin) sebagai salah satu pilihan dalam mengurangi nyeri akibat
endometriosis.
(Rekomendasi A)
43
Klinisi dapat memberikan terapi hormone add-back saat memulai terapi GnRH
analog
untuk
mencegah
hilangnya
massa
tulang
dan
timbulnya
gejala
hipoestrogenik. Pemberian terapi add back tidak mengurangi efek pengobatan nyeri.
(Rekomendasi A)
Danazol
Cara kerja
Danazol adalah androgen sintetik dan merupakan derivate 17-ethynyl
testosterone. Danazol mempunyai
beberapa mekanisme
kerja diantaranya
menginduksi amenorea melalui supresi terhadap aksis Hipotalamus-PituitariOvarium (HPO), inhibisi steroidogenesis ovarium dan mencegah proliferasi
endometrium dengan mengikat reseptor androgen dan progesteron pada
endometrium dan implan endometriosis. Cara kerja lainnya termasuk menurunkan
produksi High Density Lipoprotein (HDL), penurunan produksi Steroid Hormone
Binding Globulin (SHBG) di hati, dan menggeser posisi testosteron dari SHBG
menyebabkan peningkatan konsentrasi testosteron bebas. Atrofi dari endometrium
dan implan endometriosis terjadi sebagai konsekuensi dari kadar estrogen yang
rendah dan androgen yang tinggi.
Efektifitas
Pemberian danazol mempunyai efek yang sebanding dengan GnRH analog
dalam mengurangi nyeri setelah pembedahan endometriosis stadium III dan IV.38
Cochrane Review tahun 2009 melakukan kajian terhadap 5 penelitian yang
membandingkan danazol 3x200 mg dengan MPA oral 100 mg/hari dan plasebo.
Didapatkan perbaikan nyeri pasca pengobatan 6 bulan (weighted mean difference
-5,7) dan efek tersebut menetap hingga 6 bulan pasca penghentian pengobatan
(weighted mean difference -7,5).
44
45
Efektifitas
Dua kajian sistematis menilai potensi menggunakan aromatase inhibitor pada
nyeri akibat endometriosis. Kajian pertama oleh Patwardhan dkk pada tahun 2008
menilai 5 penelitian dimana 4 penelitian menunjukkan efek yang signifikan
pemberian aromatase inhibitor terhadap nyeri terkait endometriosis. Namun kajian
ini hanya mendapatkan penelitian dengan jumlah kasus yang sedikit dan hanya satu
uji klinis acak.11 Ferero dkk pada 2010 melakukan kajian sistematis yang menilai 7
penelitian pengobatan danazol pada endometriosis. Didapatkan hasil letrozol oral
yang dikombinasi dengan noretisteron asetat atau desogestrel, anastrozol vaginal
suposituria 250 ug/hari atau oral 1mg/hari dengan kombinasi pil kontrasepsi
kombinasi memberikan hasil penurunan bermakna nyeri terkait endometriosis pada
wanita pra-menopause.
Evidence Based (Rekomendasi)
Pada wanita dengan endometriosis rektovagina yang tidak berhasil dengan terapi
medis lain atau pembedahan, klinisi dapat mempertimbangkan pemberian aromatase
inhibitor yamg dikombinasikan dengan progestin, pil kontrasepsi kombinasi atau
GnRH analog.
(Rekomendasi B)
Anti prostaglandin
Cara kerja
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kadar prostaglandin di cairan
peritoneum dan lesi endometriosis pada wanita dengan endometriosis. Sehingga di
obat anti inflamasi non steroid banyak digunakan dalam penatalaksanaan nyeri
terkait endometriosis.
Efektifitas
Cobelis dkk melakukan uji klinis penggunaan penghambat COX-2 (rofecoxib)
dibandingkan dengan kontrol selama 6 bulan pada 28 pasien. Didapatkan penurunan
yang bermakna pada dismenore, dyspareunia dan nyeri pelvik kronik setelah
pengobatan 6 bulan dibandingkan dengan placebo (p < 0.001).
46
47
VI.3. Infertilitas
Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun
atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi. Mengingat
faktor usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu
tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah
cukup bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk datang ke dokter
untuk melakukan pemeriksaan dasar.
WHOmemberibatasan:
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah
48
dengan
hubungan
seksual
secara
teratur
tanpa
bilateral,
atau
sumbatan
kongenital
atau
yang
didapat
30-40%
dari
seluruh
kasus
menjadi
penyebab
infertilitas.
Karena
ovulasi
sangat
kelainan
ovulasi
ini
dalam
kelas
(normogonadotropin-
cadangan
ovarium
(premature
ovarian
failure/diminisshed
ovarian reserved).
4.
Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi
akibat
disfungsi
ovarium,
memiliki
kadar
prolaktin
yang
tinggi
(hiperprolaktinemia).
B. Kelainan Anatomis
Kelainan
anatomis
yang
sering
ditemukan
berhubungan
dengan
apendiks,
pembedahan
tuba,
atau
kehamilan
ektopik
diagnosis
PID
setelah
dilaparoskopi
menunjukkan
bahwa
resiko
subklinik
oleh
Chlamydia
Trachomatis
yang
menyebabkan
terhadap
Streptococcus,staphylococcus,gonococcus,
spermatozoa.
tricomonas
dan
infeksi
VI.4. Dismenorrhea
Definisi
Beberapa pendapat tentang dysmenorrhea, antara lain :
1) Menurut Andira (2010, p.39-40), dysmenorrhea adalah gangguan fisik yang
berupa nyeri atau kram perut. Gangguan ini biasanya terjadi pada 24 jam
sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan terasa selama 24-36 jam.
51
2) Menurut Ramaiah (2006, p.26), dysmenorrhea adalah nyeri atau kram yang
amat sangat pada abdomen sebelum atau selama menstruasi.
3) Menurut Manuaba (1999, p.57), dysmenorrhea adalah rasa nyeri saat
menstruasi. Perasaan nyeri tersebut biasanya dapat berupa kram ringan pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
4) Menurut Sarwono (2006, p.229), dysmenorrhea merupakan suatu rasa tidak
enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai
rasa mual.
5) MIMS petunjuk
Konsultasi
(2007/2008,
p.59),
mengatakan
bahwa
kinerja
dan
berkurangnya
aktivitas
sehari-hari.
Istilah
dysmenorrhea berasal dari bahasa Greek yaitu dys (gangguan atau nyeri
hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea yang artinya flow atau aliran.
Jadi dysmenorrhea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri
menstruasi.
Dari beberapa pendapat mengenai dysmenorrhea, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa dysmenorrhea adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan
selama menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, ditandai dengan
gejala kram abdomen bagian bawah karena tingginya produksi hormon
prostaglandin.
Klasifikasi Dysmenorrhea
1) Dysmenorrhea Primer
Dysmenorrhea primer, (disebut juga dysmenorrhea idiopatik, esensial,
intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa
kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan
pada alat kandungan. Nyeri ini dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang
dan paha, terkadang disertai mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi
labil (Proverawati & Misaroh, 2009, p.85-86).
52
Faktor ini mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot
usus
e) Faktor alergi
Teori ini dikemukakansetelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dysmenorrhea dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale bahwa
sebab alergi ialah toksin haid.
2) Dysmenorrhea Sekunder
tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang
dari 20 tahun (Ramaiah, 2004, p.65).
Rasa sakit akibat dysmenorrhea sekunder berkaitan dengan hormon
prostaglandin. Karena hormon tersebut banyak dihasilkan di dalam rahim
seperti alat KB atau tumor. Selain itu, prostaglandin juga berpengaruh dalam
meningkatkan kontraksi otot rahim yang bertujuan mendorong benda asing itu
keluar (Yatim, 2001, p.18).
Faktor Resiko Dysmenorrhea
Beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya nyeri
menstruasi (Atikah&Proverawati, 2009, p. 87-88), yaitu :
1) Menstruasi pertama (menarche) di usia dini atau kurang dari 12 tahun
54
2)
3)
4)
5)
6)
lepasnya prostaglandin.
Minum-minuman hangat yang berkalsium tinggi seperti susu.
Menggosok-gosok perut/ pinggang yang sakit.
Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.
Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.
Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum
analgetik yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3
kali sehari.
3) Upaya penanganan dysmenorrhea menurut Sarwono (2006, p.231) adalah :
a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan
penderita. Kadang juga perlu psikoterapi.
b) Pemberian obat analgesic
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres
panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesic
yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan
kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah novalgin, ponstan
dan acet-aminophen.
c) Terapi hormonal
pengobatan diberikan sebelum haid mulai yaitu satu sampai tiga hari
sebelum haid dan pada hari pertama haid.
e) Dilatasi kanalis servikalis
Dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah
haid dan prostaglandin di dalamnya.
VII.
KESIMPULAN
Ny. Retno, 30 tahun, P0A0, mengeluh nyeri menstruasi sejak 3 bulan yang lalu et
causa kista endometriosis di ovarium sinistra.
57
DAFTAR PUSTAKA
Aida, FY. 2013. Kista Endometriosis. http://www.scribd.com/doc/21973037/Kista
Endometriosis#scribd. Diunduh pada tanggal 9 Maret 2016.
Aldani, N A. 2011. Nyeri Haid pada Menstruasi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Diakses pada http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdlmurtisusan-5918-2-babii.pdf tanggal 8 Maret 2016.
Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Djuwanto, T. Diagnosis Endometriosis dalam Praktik. Bandung: Sub bagian Fertilitas
Endokrinologi Reproduksi Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Handayani, T L. 2011. Kista Ovarium. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Heriansyah. R. 2011. Endometriosis. Medan:
Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30234/4/Chapter%20II.pdf
di
Dharmesh.
Endometriosis.
2009.
Diunduh
dari
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41554/4/Chapter%20II.pdf.
59