You are on page 1of 2

Nama : Maulidya Rahmania Atikah

Kelas : XI MIPA 3
Autobiografi
Anak adalah anugerah terindah yang didapatkan bagi semua orang tua di dunia. Anak
merupakan titipan dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Dalam
pemberiannya, Tuhan YME menggunakan banyak cara dan dengan cerita yg berbeda-beda pula
untuk setiap anaknya. Contohnya adalah aku.
Ibu melahirkanku setelah beberapa bulan mengalami musibah kebakaran. Aku pun
dilahirkan dengan keadaan seadanya. Tepatnya pada tanggal 11 Juli 1998. Karena pada saat itu
bertepatan dengan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi Muhammad SAW,
maka Latifah dan Ahmad Junaidi, yaitu kedua orang tuaku memberi nama Maulidya Rahmania
Atikah. Aku adalah anak ketiga perempuan dari keluarga ini karena kedua kakakku juga
berkelamin perempuan, yaitu Ayu Rafania Atikah dan Talitha Meinia Atikah.
Aku tumbuh sehat dan kuat. Masalah makanan kata ibuku, aku tidak cerewet mau makan
apa. Karena mempunyai tiga anak yang masih kecil semua, akhirnya sejak berusia balita ibuku
menitipkanku pada ibu asuh ketika jam kerja. Akan tetapi, sewaktu balita aku paling susah
dibawa untuk perjalanan jauh dikarenakan aku mudah untuk mual dan muntah. Untuk
mengakalinya, maka ketika dibawa perjalanan, misalnya ketika menggunakan motor, aku
disembunyikan di dalam jaket ayahku selama perjalanan hingga sampai tujuan. Jika
menggunakan mobil maka, harus duduk di paling depan. Maka dari itu, ibu dan ayah tidak suka
mengajak anaknya untuk bepergian jauh untuk sementara waktu.
Ketika sudah berumur 5 tahun, ayahku memasukkanku ke TK. TKku tidak jauh dari
rumahku. Namanya adalah TK Hidayah. Aku ingat salah satu teman TKku yaitu, Boni. Dia
adalah seorang laki-laki. Kakakku suka sekali mengejekku bahwa aku suka kepadanya, tetapi
jelas itu tidak benar. Kemudian aku juga suka sekali untuk bermain ayunan hingga kelahi untuk
berebutan bermain ayunan. Aku juga sangat suka untuk jajan. Hanya beberapa hal yang kuingat
pada masa TK karena aku tidak begitu ingat masa TKku.
Di luar waktu sekolahku, aku sering bermain pada sore hari dengan kakakku. Bermain
sepeda atau apapun. Biasanya juga dengan tetanggaku yang umurnya sebaya. Dari yang usil
hingga yang menjijikkan kita jadikan mainan. Hingga lupa waktu pun pernah. Orang tuaku suka
sekali memarahiku jika sudah terlalu asik bermain.
Ketika aku masih belajar naik sepeda, kakakku sering meninggalkanku. Sehingga, aku
terpacu untuk segera bisa naik sepeda. Hingga pada suatu sore, aku belum terlalu lancar naik
sepeda, tetapi aku sudah mencoba untuk bermain di pinggir jalan. Akhirnya aku meluncur saja ke

jalan tanpa bisa mengeremnya. Untung saja tidak ada kendaraan yang lewat. Ayah memarahiku
habis-habisan setelah itu, tetapi aku tidak jera untuk bermain sepeda lagi.
Umurku sudah cukup masuk SD, yaitu enam tahun. Ayah memasukkanku ke sekolah
yang sama seperti dua kakakku yang lain, yaitu SD Muhammadiyah 1. Prestasiku semasa SD
sangatlah bagus untuk diingat. Walaupun tidak konstan selalu bagus nilainya. Akan tetapi, aku
lulus dengan hasil yang memuaskan. Aku punya beberapa sahabat saat SD, yaitu Lia, Sari, Laras,
dan masih banyak lagi.
Untuk masalah sekolah SMP. Aku memilih sendiri, yaitu aku dengan yakin ingin masuk
SMP 1 Samarinda. Karena nilai kelulusan SD dan nilai hasil tes memadai maka tidak ada
halangan yang berarti untuk masuk SMP 1 Samarinda. Hanya beberapa sahabat SDku yang
berhasil lulus. Padahal kita berencana bersama lagi di SMP 1.
Diawali dengan MOS dan bridging course yang asik dan terkadang membosankan. Aku
mulai kenal kakak kelas yang merupakan anggota OSIS. Mengejar dan dikerjai oleh kakak
OSISnya, tetapi aku tetap senang. Ada juga guru yang asik, tetapi juga tegas bagi para siswa
yang nakal, yaitu Pak Hatta. Pak Hatta adalah Pembina OSIS semasa itu.
Akhirnya setelah semua selesai, mulailah resmi belajar di SMP 1 Samarinda. Kelasku
berada di lantai paling atas dan paling pojok. Pada masa SMP ini mulailah ada cerita cinta. Aku
mulai tertarik dengan seorang laki-laki ketika pertama kali melihatnya. Dia adalah teman
sekelasku. Aku juga mulai menemukan sahabat baru lagi, walaupun tidak melupakan sahabat
SD. Masa SMP tidak akan terlupakan. Banyak cerita dan kenangan untuk diingat. Prestasiku di
SMP juga tidak buruk. Walau sempat turun, tetapi aku lulus dengan hasil yang memuaskan. Berat
untuk meninggalkan masa SMP. Aku juga terpaksa kehilangan sahabat lagi karena dia pindah ke
Malang.
Aku bingung ketika harus memilih sekolah SMA dimana. Akhirnya aku hanya mengikuti
arahan dari mamaku, yaitu SMAN 10 Samarinda. Aku tidak begitu yakin dan percaya. Pada
penerimaan aku ditempatkan hanya cadangan, tetapi akhirnya lulus.
Di SMAN 10 sekarang tempatku belajar. Aku juga tinggal di asrama. Banyak
penyesuaian dan perubahan yang kurasakan. Tidak sedikit juga cerita dan pengalaman baru yang
kudapatkan. Teman-teman baru juga kudapatkan. Walau prestasiku menurun, tetapi akan
kuperbaiki seperti prestasiku saat SD dan SMP. Akan kubuat masa SMAku ini menjadi masa
beranjak dewasa yang tidak mudah untuk dilupakan.

You might also like